Evaluasi dan Pengawasan Pembangunan Bida

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang dimiliki bangsa
Indonesia merupakan potensi yang dapat dioptimalkan pengelolaannya, demi
mewujudkan kesejahteraan rakyat, kelestarian sumber daya kelautan dan
perikanan dan lingkungannya, serta peningkatan peran sektor kelautan dan
perikanan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Kegiatan perikanan telah menjadi tradisi manusia sejak zaman purba
hingga saat ini. Kini ikan telah menjadi komoditas penting bagi dunia.
Permintaan terhadap produk perikanan juga meningkat dua kali lipat selama 30
tahun terakhir dan diproyeksikan akan terus meningkat dengan rata-rata 1,5% per
tahun sampai tahun 2020 yang akan datang (Fauzi, 2005).
Usaha perikanan di Indonesia terdiri dari perikanan tangkap dan
perikanan darat atau perikanan budidaya. Secara umum, saat ini tren perikanan
tangkap mulai menurun seiring dengan peningkatan kegiatan perikanan tangkap
dan terbatasnya daya dukung sumber daya perikanan dunia akibat mengalami
degradasi dalam satu dekade terakhir ini. Faktor penyebabnya adalah degradasi
kualitas lingkungan, pencemaran perairan baik laut maupun tawar, destructive
fishing, overfishing secara illegal. Kondisi tersebut memberikan tantangan bagi
Indonesia untuk kembali bertumpu pada kegiatan perikanan budidaya.

Kota Batu dalam perkembangannnya juga didukung oleh sektor perikanan
dengan kegiatan budidaya ikan air tawar, selain dikenal memiliki produk-produk
unggulan di bidang pertanian.
Pelaksanaan program pengembangan budidaya perikanan mengacu pada
perencanaan yang telah disusun, yang tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran
serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran. Tujuan dari program pengembangan
budidaya perikanan adalah untuk meningkatkan produksi ikan yang berkualitas
dan berdaya saing baik ikan benih maupun ikan konsumsi, meningkatkan
konsumsi ikan masyarakat, meningkatkan ketersediaan ikan yang mudah,

1

berkualitas dan harga terjangkau, membuka kesempatan usaha dan meningkatkan
pendapatan masyarakat, meningkatkan iklim usaha yang kondusif, meningkatkan
sumber daya manusia perikanan terutama pembudidaya ikan, serta menyediakan
sarana dan prasarana budidaya ikan baik dalam hal penyediaan induk dan benih
ikan yang berkualitas maupun peralatan pendukung budidaya ikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah Penulis jabarkan di poin 1.1, maka
dapat ditarik beberapa permasalahan sebagai berikut:

a) Bagaimana evaluasi dari pembangunan di bidang kelautan dan perikanan
pada program budidaya perikanan di Kota Batu?
b) Bagaimana pengawasan dari pembangunan di bidang kelautan dan pada
program budidaya perikanan?

BAB II
PEMBAHASAN
2

2.1 Pengertian Evaluasi, Pengawasan, dan Pembangunan
Menurut kamus besar Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian dimana
penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada
orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih
rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif dan negatif
atau juga gabungan dari keduanya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1978: 45).
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara
objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil
evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang
akan dilakukan di depan (Yusuf, 2000: 3).

Muchsan berpendapat bahwa pengawasan adalah kegiatan untuk menilai
suatu pelaksanaan tugas secara de facto, sedangkan tujuan pengawasan hanya
terbatas pada pencocokkan apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam hal ini berwujud
suatu rencana/plan) (Muchsan, 1992:38)
Pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui
apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai
dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijaksanaan yang telah ditentukan
(dalam Handayaningrat, 1985:143).
Pembangunan menurut Siagian (2009:4) didefenisikan sebagai rangkaian
usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang
ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangkaian
pembinaaan bangsa (nation-building). Selanjutnya ia berpendapat paling sedikit
tujuh ide pokok yang muncul dari defenisi pembangunan merupakan upaya yang
secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk dilaksanakan, pembangunan
dilakukan secara terncana baik dalam arti jangka panjang, jangka sedang, dan
jangka pendek, rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan
perubahan, pembangunan mengarah ke modernitas, modernitas yang ingin
dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan per defnisi bersifat multi


3

dimensional, semua hal yang disinggung di tujukan kepada usaha pembinaan
bangsa.
2.2 Evaluasi dan Pengawasan Pembangunan Bidang Kelautan dan Perikanan
pada Program Budidaya Perikanan di Kota Batu
2.2.1 Evaluasi Program
Dalam rangka peningkatan capaian kinerja Direktorat Pengawasan
Sumber Daya Kelautan, Direktorat pengawasan Sumberdaya KelautanDitjen Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dilaksanakan
kegiatan “Evaluasi Pengawasan Sumber Daya Kelautan”. Maksud dan
tujuan dari kegiatan ini adalah mengevaluasi kegiatan di tiap UPT di
lingkup Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan.
Evaluasi program dilakukan setelah program selesai atau berakhir,
untuk menilai apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan
perencanaannya dan melihat hasil dari pelaksanaan program. Hal ini sesuai
dengan pendapat Riyadi dan Bratakusumah (2004) yang menyatakan
bahwa evaluasi setelah program selesai atau program berakhir disebut
dengan post evaluation atau evaluasi pasca program, yang mana dilakukan
penilaian terhadap seluruh tahapan program yang dikaitkan dengan

tingkatan keberhasilannya, sesuai dengan indikator yang ditetapkan dalam
rumusan atau tujuan program.
Tujuan evaluasi program terdiri dari evaluasi proses, evaluasi hasil
dan evaluasi dampak (Hansen, 2002). Evaluasi pengembangan budidaya
perikanan terdiri dari evaluasi proses pelaksanaan program dan evaluasi
hasil pelaksanaan program. Hal ini sesuai dengan pendapat Metz (2007),
yang menyatakan secara umum evaluasi terdiri dari evaluasi proses dan
evaluasi hasil.
Evaluasi proses pelaksanaan program pengembangan budidaya
perikanan untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan program
dengan pelaksanaan program. Hasil menunjukkan sebagian besar
4

pelaksanaan program sudah sesuai dengan perencanaan yang disusun.
Terdapat

sebagian

kecil


item

perencanaan

program

yang

tidak

terealisasikan, yaitu pada kegiatan pembinaan dan pengembangan
perikanan dimana perencanaan workshop teknologi perikanan sebanyak
dua kali, namun dalam pelaksanaannya hanya satu kali yaitu workshop
budidaya ikan air tawar sedangkan workshop pengolahan ikan tidak dapat
terealisai. Selain itu perencanaan sosialisasi Gemarikan juga tidak dapat
terealisasi. Pada kegiatan penyediaan sarana dan prasarana perikanan
penyediaan sarana dan prasarana perikanan budidaya berupa pengadaan
kendaraan roda tiga tidak dapat terealisasi. Evaluasi program adalah
langkah disiplin terhadap pengelolaan suatu kegiatan yang dirancang untuk
melakukan perubahan, yang diasumsikan bahwa terdapat program dengan

tujuan, input yang ditindaklanjuti untuk menyediakan layanan (Nitecki,
2005).
Evaluasi proses menurut pendapat Metz (2007), menilai apakah
suatu intervensi atau model program diimplementasikan sesuai dengan
rencana, apakah target populasi yang dimaksudkan tercapai, tantangan
utamanya, dan kesuksesan strategi berhubungan dengan pelaksanaan
program. Sebagian besar pengimplementasian program sudah sesuai
dengan rencana, serta target populasi sudah tercapai sesuai dengan
perencanaan. Tantangan dari pelaksanaan program adalah adanya alokasi
anggaran yang kurang sesuai dengan kebutuhan sehingga program atau
kegiatan tidak bisa dilakukan secara berkesinambungan, serta kesulitan
pemasaran hasil budidaya perikanan oleh pembudidaya ikan. Pelaksanaan
program pengembangan budidaya perikanan dalam tiga bentuk kegiatan
yaitu pembinaan dan pengembangan perikanan, penyediaan sarana dan
prasarana perikanan, serta pengembangan usaha perikanan perbenihan
dapat dikatakan merupakan strategi yang cukup baik.

5

Evaluasi hasil bertujuan untuk mengetahui hasil yang diharapkan

dari pelaksanaan suatu program, sebagaimana pendapat dari Metz (2007)
bahwa evaluasi hasil (evaluasi outcome) digunakan untuk menentukan
apakah, dan sejauh mana, perubahan diharapkan pada hasil dan apakah
perubahan ini dapat dikaitkan dengan program atau kegiatan program.
Dilihat dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil yang diharapkan
dari pelaksanaan program ini masih kurang optimal.
Metcalfe, et al (2008) mengungkapkan evaluasi hasil termasuk
dalam evaluasi sumatif yang dapat melihat efek jangka pendek atau
langsung dari program, dan efek jangka panjang. Hasil kegiatan pembinaan
dan pengembangan perikanan menunjukkan pelayanan benih belum
optimal karena Balai Benih Ikan (BBI) Pendem belum sepenuhnya mampu
memenuhi permintaan benih dari pembudidaya ikan, belum semua
pembudidaya melakukan teknik budidaya ikan dengan benar, pembudidaya
masih kesulitan pemasaran hasil perikanan, serta peningkatan produksi
ikan masih dalam jumlah kecil dan masih dibawah jumlah kebutuhan ikan
mayarakat. Hasil kegiatan penyediaan sarana dan prasarana perikanan
menunjukkan sarana dan prasarana yang diberikan kepada masyarakat atau
pembudidaya ikan belum semua dimanfaatkan karena usaha perikanan
masih menjadi usaha sampingan masyarakat, sehingga harapan program ini
dapat membuka lapangan pekerjaan masih belum dapat terpenuhi. Hasil

atau outcome dari kegiatan pengembangan usaha perikanan perbenihan
adalah peningkatan produksi benih ikan hias masih sangat kecil, pembenih
ikan hias mengalami kegagalan melakukan usaha pembenihan dan akhirnya
mereka memutuskan untuk mengalihkan fungsi kolam pembenihan ikan
hias menjadi kolam budidaya ikan konsumsi karena dianggap lebih
menguntungkan.
Kim (2011) menyatakan bahwa evaluasi program memberikan
manfaat yang pasti, yaitu dapat menilai efektivitas tidak hanya program
6

secara keseluruhan tetapi juga setiap komponen program dan kegiatan.
Efektivitas program secara keseluruhan adalah informasi penting untuk
memutuskan apakah akan melanjutkan program ini, sementara nilai-nilai
efektivitas untuk komponen berbagai program dan kegiatan digunakan
untuk mengembangkan strategi untuk perbaikan program dan alokasi
sumber daya. Program pengembangan budidaya perikanan masih
dibutuhkan untuk meningkatkan budidaya perikanan di Kota Batu,
sehingga program ini masih perlu untuk dilanjutkan. Program ini
hendaknya diikuti dengan program atau kegiatan pengembangan sistem
hilir atau pengolahan dan pemasaran hasil budidaya sebagai kelanjutan dari

kegiatan budidaya ikan, sehingga tujuan program dapat tercapai dengan
baik.
2.2.2 Pengawasan Program
Program budidaya perikanan di Kota Batu memiliki kaitan erat
dengan salah satu visi pembangunan nasional di bidang pembangunan
kelautan perikanan yaitu Mewujudkan Indonesia menjadi negara Maritim
yang Mandiri, Maju, Kuat dan Berbasis Kepentingan Nasional. oleh
karenanya, segala bentuk program pembangunan terkait, mendapat
pengawasan khusus.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63
Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat
Jenderal PSDKP mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan pengelolaan sumber daya
kelautan dan perikanan.
Landasan konstitusional yang menjadi acuan dalam melaksanakan
tugas pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan, yaitu :

7


1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut);
2) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 yang diubah dengan UU
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
3) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2009 tentang
Pengesahan Agreement for the Implementation of the Provisions of
the United Nations Convention on the Law of the Sea of 10
December 1982 Relating to the Conservation and Management of
Straddling Fish Stocks and Highly Migratory Stocks;
4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan;
5) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
6) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
7) Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perlindungan
Nelayan, yang mengamanatkan Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk menindak tegas setiap pelaku penangkapan ikan
secara melawan hukum, tidak dilaporkan, tidak diatur (Illegal,
Unreported, Unregulated Fishing)dan penangkapan ikan yang
merusak (destructive fishing) di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Negara Republik Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelaksanaan program pengembangan budidaya perikanan memerlukan
evaluasi program untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan program dengan
perencanaan. Evaluasi program terdiri dari evaluasi proses yang melihat
8

pelaksanaan program baik dari input maupun output sebagian besar sudah sesuai
dengan perencanaan, serta evaluasi hasil yang dapat diketahui hasil dari
pelaksanaan program belum sepenuhnya optimal dan sesuai dengan tujuan
program. Kendala dalam pelaksanaan program yaitu anggapan masyarakat bahwa
usaha perikanan masih sebagai usaha sampingan, kesulitan pemasaran hasil
budidaya, kurangnya sosialisasi, sumber daya manusia perikanan masih kurang,
serta pemanfaatan sarana dan prasarana yang kurang optimal.
Program budidaya perikanan mendapatkan pengawasan, hal ini
dibuktikan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun
2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal PSDKP
yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.
3.2 Saran
Evaluasi program masih terbatas pada evaluasi proses dan evaluasi hasil,
sehingga hasil yang didapatkan belum mengkaji efek jangka panjang dari
program. Oleh karena itu disarankan dilakukan penelitian lanjutan untuk evaluasi
dan pengawasan dampak dari program pengembangan budidaya perikanan.

DAFTAR PUSTAKA
Dahuri. 2002. Pengelolaan Kelautan dan Perikanan Nasional. PT. Bumi Aksara.
Jakarta.
Fauzi, Akhmad. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan Isu, Sintesis, dan
Gagasan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, Sudharto P. 2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

9

Rahardi FR, Kristiawati dan Nazaruddin. 2001. Agribisnis Perikanan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Satria, Arif. 2009. Ekologi Politik Nelayan. Yogyakarta: LKIS.
Tayibnafis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Renika Cipta.
Widodo, dkk. 2006. Sistem Perikanan . Jakarta: Rajawali Press.
Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

10