Antara praktek dan keilmuan informasi da
Antara praktek dan keilmuan informasi dan perpustakaan
Ida F Priyanto
Perpustakaan
Universitas Gadjah Mada
[email protected]
“Theory without practice is empty and practice without theory is blind.”
[Kidd, J. R. (1973). How Adults Learn. New York: Association Press]
Pendahuluan
Perkembangan ilmu perpustakaan, ilmu informasi, dan ilmu perpustakaan dan informasi menarik
dan perlu dicermati untuk memahami fondasi, perbedaan, persamaan, dan kontribusi antara ilmu
informasi dan ilmu perpustakaan, serta bagaimana posisi ilmu perpustakaan dan informasi di
Indonesia saat ini dan di masa depan.
Persamaan, & perbedaan Ilmu Perpustakaan & Ilmu Informasi
Di Indonesia, diskusi tentang ilmu perpustakaan, ilmu informasi, dan ilmu perpustakaan dan
informasi masih sedang berlangsung dan masih terjadi perbedaan persepsi tentang keilmuan dari
ketiganya. Yang menjadi masalah utama adalah karena tidak ada satupun orang yang lulus dari
bidang information science sampai pertengahan tahun 2015 ini. Di sisi lain, orang di luar ilmu
perpustakaan melihat sains informasi atau information science dianggap sebagai ilmu komputer
dan orang dengan latar belakang ilmu perpustakaan melihat informasi sebagai domain
perpustakaan di sinilah letak persoalan yang sebenarnya.
Bagian kedua dari dua makalah presentasi seminar Universitas Brawijaya, Malang, 29 September 2015
Pada dasarnya Ilmu Perpustakaan dan Ilmu Informasi berkaitan dengan informasi. Huang &
Chang (2012) melihat kedua ilmu tersebut memiliki “common core knowledge foundation” (, p.
800), yaitu sama-sama mempelajari informasi. Sementara itu Bates (1999) juga mengatakan
bahwa baik ilmu perpustakaan maupun ilmu informasi “have the information perspective in
common” (p. 1046). Namun demikian Gorman (1999) melihat ilmu informasi sebagai ilmu yang
mempelajari pemanfaatan dan siklus informasi, sementara itu ilmu perpustakaan mempelajari
aplikasi siklus informasi dalam setting kelembagaan secara khusus.
Selain memiliki kesamaan, Ilmu perpustakaan dan ilmu informasi juga memiliki perbedaan dan
perbedaan antara keduanya memang cukup signifikan. Ilmu Perpustakaan fokus pada manajemen
informasi, seperti penyimpanan, temu kembali, diseminasi, dan layanan informasi. Namun
demikian ilmu perpustakaan tidak memiliki banyak kajian kognitif. Di sisi lain, ilmu informasi
justru memfokuskan pada informasi dengan mempelajari fenomena dan konteks informasi. Ilmu
informasi juga sangat kaya dengan kajian kognitif yang tercermin pada kajian-kajian perilaku
informasi (information behavior). Kajian perilaku informasi ini pun kini semakin mendalam dan
memunculkan health informatics, social informatics, organizational informatics, dan sebagainya.
Dilihat dari sejarahnya, ilmu perpustakaan mulai berkembang di perempat terakhir abad 19. Ada
pendapat bahwa pendidikan ilmu perpustakaan lahir di Jerman pada tahun 1886 dan di Amerika
Serikat pada tahun 1887. Menurut Ganaie (2014) para pakar ilmu perpustakaan sepakat bahwa
tahun 1876 dianggap sebagai “the year in which librarianship emerged as a profession” (p. 132).
Sementara itu ilmu informasi muncul sbg ilmu interdisipliner di pertengahan abad 20 dan lahir
dari dokumentasi, yang merupakan sub-bidang ilmu perpustakaan. Hubungan antara bidang
informasi dan perpustakaan digambarkan oleh Gorman (1999) sebagai adalah ‘sister profession.’
Perkembangan ilmu informasi dan ilmu perpustakaan dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Bagian kedua dari dua makalah presentasi seminar Universitas Brawijaya, Malang, 29 September 2015
Gambar 1: Perkembangan ilmu perpustakaan dan ilmu informasi
Keilmuan bidang ilmu perpustakaan dan ilmu informasi
Seperti dikatakan di atas, Ilmu Perpustakaan mempelajari informasi dalam setting khusus, yaitu
lembaga yang disebut dengan perpustakaan. Dianggap langsung mengkhususkan setting krn
perpustakaan juga nama institusi. Ilmu perpustakaan mengkaji berbagai aspek informasi terkait
dengan bagaimana informasi diperoleh dan didiseminasikan kepada penggunanya. Dalam hal ini,
ilmu perpustakaan lebih memfokuskan pada pengelolaan wadah atau media dari informasi.
Dengan kata lain, ilmu perpustakaan tidak mengelola informasinya sendiri. Sementara itu, ilmu
informasi justru lebih memfokuskan pada kajian terkait dengan informasinya, bukan wadah atau
medianya.
Wolfram (2000) mengatakan bahwa kajian-kajian ilmu informasi menyangkut kajian tentang
pengguna informasi, sistem informasi, antarmuka antara manusia dan informasi, yang kemudian
juga memunculkan konsentrasi-konsentrasi seperti information retrieval dan informetrics. Spink
(2000) melihat ilmu informasi sebagai ilmu yang mengkaji berbagai kegiatan terkait dengan
information seeking and retrieving behavior, organisasi informasi, sampai aspek-aspek kognitif
dan intelektual dari sistem dan temu kembali informasi.
Bagian kedua dari dua makalah presentasi seminar Universitas Brawijaya, Malang, 29 September 2015
Thellefsen, Sorensen & Thellefsen (2014) berpendapat bahwa ada hubungan erat antara
informasi, perasaan, dan kognisi dan “emotion is internal and information is external; and it is
only cognition that can bridge the internal-external gap” (p. 80). Ilmu perpustakaan dapat
dipandang sebagai ilmu yang mengelola informasi secara eksternal, tanpa kognisi maupun
perasaan. Sementara itu ilmu informasi dipelajari dari sisi internal, perasaan, dan kognisi dari
manusia. Dengan memahami kebutuhan pemakai dan mempelajari proses pencarian informasi
dan perilaku informasi ilmu perpustakaan telah memasukkan sisi proses kognisi dan perasaan
manusia yang dipelajari oleh ilmu informasi dan oleh karena itu ilmu perpustakaan telah
mencoba menghubungkan kebutuhan informasi, penyimpanan informasi, dan temu kembali
informasi. Dengan kata lain, ilmu informasi telah berkontribusi dalam perkembangan baru ilmu
perpustakaan melalui ajian kebutuhan dan pencarian informasi. Dengan memasukkan ilmu
informasi di dalam ilmu perpustakaan maka ilmu perpustakaan dan kepustakawanan lebih
berarti.
Namun demikian, apakah ilmu perpustakaan akan hilang di masa mendatang? Atau akan menjadi
bagian dari ilmu informasi seperti yang telah terjadi di Amerika Serikat? Atau menyatu
(merging) menjadi ilmu informasi dan perpustakaan seperti yang terjadi di banyak institusi? Atau
kedua ilmu itu akan terpisah sama sekali? Kita belum tahu pasti, tetappi seperti diungkapkan
oleh Seadle (2013), ilmu perpustakaan belum hilang atau sepenuhnya menyatu dengnan ilmu
informasi, tetapi sedang dalam proses itu.
Ilmu perpustakaan, ilmu informasi, dan ilmu perpustakaan dan informasi dan
penerapannya di Indonesia
Melihat hal tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa ilmu perpustakaan saja akan kurang mampu
menghasilkan lulusan yang dapat membuat kajian kognitif. Akan lebih tepat kalau Indonesia
menempatkan ilmu informasi dan perpustakaan sebagai suatu ilmu yang paling cocok untuk saat
ini. Tidak kalah penting adalah memasukkan mata kuliah-mata kuliah yang selaras dengan
perkembangan baru saat ini ke dalam program studi ilmu perpustakaan atau ilmu perpustakaan
dan informasi. Namun demikian, tentu saja tetap dimungkinkan adanya kajian dan keilmuan
independen dari ilmu informasi, karena ilmu informasi yang interdisipliner tersebut memiliki
cakupan yang sangat luas.
Bagian kedua dari dua makalah presentasi seminar Universitas Brawijaya, Malang, 29 September 2015
Referensi
Bates, M. (1999). The invisible substrate of information science. Journal of the American
Society for Information Science, 50(12), 1043-1050.
Floridi, L. (2002). On defining library and information science as applied philosophy of
information. Social Epistimology, 16(1), 37–49.
Ganaie, S. (2014). From library economy to information science: Evolutionary trends in the
discipline of library and information science. Research World, 4(2), 131-135.
Gorman, G. E. (1999). The future for library science education. Libri, 49, 1-10
Huang, M., & Chang, Y. (2012). A comparative study of interdisciplinary changes between
information science and library science. Scientometrics, 91, 789–803.
Seadle, M. (2012). Library Hi Tech and information science. Library Hi Tech, 30(2), 205-209.
Spink, A. (2000). Toward a theoretical framework for information science. Informing Science,
3(2), 73-75.
Thellefsen, T., Sørensen, B., & Thellefsen, M. (2014). The information concept of Nicholas
Belkin revisited – some semeiotic comments. Journal of Documentation, 70(1), 74 – 92.
Wolfram, D. (2000). Applications of informetrics to information retrieval research. Informing
Science, 3(2), 77-82.
Bagian kedua dari dua makalah presentasi seminar Universitas Brawijaya, Malang, 29 September 2015
Ida F Priyanto
Perpustakaan
Universitas Gadjah Mada
[email protected]
“Theory without practice is empty and practice without theory is blind.”
[Kidd, J. R. (1973). How Adults Learn. New York: Association Press]
Pendahuluan
Perkembangan ilmu perpustakaan, ilmu informasi, dan ilmu perpustakaan dan informasi menarik
dan perlu dicermati untuk memahami fondasi, perbedaan, persamaan, dan kontribusi antara ilmu
informasi dan ilmu perpustakaan, serta bagaimana posisi ilmu perpustakaan dan informasi di
Indonesia saat ini dan di masa depan.
Persamaan, & perbedaan Ilmu Perpustakaan & Ilmu Informasi
Di Indonesia, diskusi tentang ilmu perpustakaan, ilmu informasi, dan ilmu perpustakaan dan
informasi masih sedang berlangsung dan masih terjadi perbedaan persepsi tentang keilmuan dari
ketiganya. Yang menjadi masalah utama adalah karena tidak ada satupun orang yang lulus dari
bidang information science sampai pertengahan tahun 2015 ini. Di sisi lain, orang di luar ilmu
perpustakaan melihat sains informasi atau information science dianggap sebagai ilmu komputer
dan orang dengan latar belakang ilmu perpustakaan melihat informasi sebagai domain
perpustakaan di sinilah letak persoalan yang sebenarnya.
Bagian kedua dari dua makalah presentasi seminar Universitas Brawijaya, Malang, 29 September 2015
Pada dasarnya Ilmu Perpustakaan dan Ilmu Informasi berkaitan dengan informasi. Huang &
Chang (2012) melihat kedua ilmu tersebut memiliki “common core knowledge foundation” (, p.
800), yaitu sama-sama mempelajari informasi. Sementara itu Bates (1999) juga mengatakan
bahwa baik ilmu perpustakaan maupun ilmu informasi “have the information perspective in
common” (p. 1046). Namun demikian Gorman (1999) melihat ilmu informasi sebagai ilmu yang
mempelajari pemanfaatan dan siklus informasi, sementara itu ilmu perpustakaan mempelajari
aplikasi siklus informasi dalam setting kelembagaan secara khusus.
Selain memiliki kesamaan, Ilmu perpustakaan dan ilmu informasi juga memiliki perbedaan dan
perbedaan antara keduanya memang cukup signifikan. Ilmu Perpustakaan fokus pada manajemen
informasi, seperti penyimpanan, temu kembali, diseminasi, dan layanan informasi. Namun
demikian ilmu perpustakaan tidak memiliki banyak kajian kognitif. Di sisi lain, ilmu informasi
justru memfokuskan pada informasi dengan mempelajari fenomena dan konteks informasi. Ilmu
informasi juga sangat kaya dengan kajian kognitif yang tercermin pada kajian-kajian perilaku
informasi (information behavior). Kajian perilaku informasi ini pun kini semakin mendalam dan
memunculkan health informatics, social informatics, organizational informatics, dan sebagainya.
Dilihat dari sejarahnya, ilmu perpustakaan mulai berkembang di perempat terakhir abad 19. Ada
pendapat bahwa pendidikan ilmu perpustakaan lahir di Jerman pada tahun 1886 dan di Amerika
Serikat pada tahun 1887. Menurut Ganaie (2014) para pakar ilmu perpustakaan sepakat bahwa
tahun 1876 dianggap sebagai “the year in which librarianship emerged as a profession” (p. 132).
Sementara itu ilmu informasi muncul sbg ilmu interdisipliner di pertengahan abad 20 dan lahir
dari dokumentasi, yang merupakan sub-bidang ilmu perpustakaan. Hubungan antara bidang
informasi dan perpustakaan digambarkan oleh Gorman (1999) sebagai adalah ‘sister profession.’
Perkembangan ilmu informasi dan ilmu perpustakaan dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Bagian kedua dari dua makalah presentasi seminar Universitas Brawijaya, Malang, 29 September 2015
Gambar 1: Perkembangan ilmu perpustakaan dan ilmu informasi
Keilmuan bidang ilmu perpustakaan dan ilmu informasi
Seperti dikatakan di atas, Ilmu Perpustakaan mempelajari informasi dalam setting khusus, yaitu
lembaga yang disebut dengan perpustakaan. Dianggap langsung mengkhususkan setting krn
perpustakaan juga nama institusi. Ilmu perpustakaan mengkaji berbagai aspek informasi terkait
dengan bagaimana informasi diperoleh dan didiseminasikan kepada penggunanya. Dalam hal ini,
ilmu perpustakaan lebih memfokuskan pada pengelolaan wadah atau media dari informasi.
Dengan kata lain, ilmu perpustakaan tidak mengelola informasinya sendiri. Sementara itu, ilmu
informasi justru lebih memfokuskan pada kajian terkait dengan informasinya, bukan wadah atau
medianya.
Wolfram (2000) mengatakan bahwa kajian-kajian ilmu informasi menyangkut kajian tentang
pengguna informasi, sistem informasi, antarmuka antara manusia dan informasi, yang kemudian
juga memunculkan konsentrasi-konsentrasi seperti information retrieval dan informetrics. Spink
(2000) melihat ilmu informasi sebagai ilmu yang mengkaji berbagai kegiatan terkait dengan
information seeking and retrieving behavior, organisasi informasi, sampai aspek-aspek kognitif
dan intelektual dari sistem dan temu kembali informasi.
Bagian kedua dari dua makalah presentasi seminar Universitas Brawijaya, Malang, 29 September 2015
Thellefsen, Sorensen & Thellefsen (2014) berpendapat bahwa ada hubungan erat antara
informasi, perasaan, dan kognisi dan “emotion is internal and information is external; and it is
only cognition that can bridge the internal-external gap” (p. 80). Ilmu perpustakaan dapat
dipandang sebagai ilmu yang mengelola informasi secara eksternal, tanpa kognisi maupun
perasaan. Sementara itu ilmu informasi dipelajari dari sisi internal, perasaan, dan kognisi dari
manusia. Dengan memahami kebutuhan pemakai dan mempelajari proses pencarian informasi
dan perilaku informasi ilmu perpustakaan telah memasukkan sisi proses kognisi dan perasaan
manusia yang dipelajari oleh ilmu informasi dan oleh karena itu ilmu perpustakaan telah
mencoba menghubungkan kebutuhan informasi, penyimpanan informasi, dan temu kembali
informasi. Dengan kata lain, ilmu informasi telah berkontribusi dalam perkembangan baru ilmu
perpustakaan melalui ajian kebutuhan dan pencarian informasi. Dengan memasukkan ilmu
informasi di dalam ilmu perpustakaan maka ilmu perpustakaan dan kepustakawanan lebih
berarti.
Namun demikian, apakah ilmu perpustakaan akan hilang di masa mendatang? Atau akan menjadi
bagian dari ilmu informasi seperti yang telah terjadi di Amerika Serikat? Atau menyatu
(merging) menjadi ilmu informasi dan perpustakaan seperti yang terjadi di banyak institusi? Atau
kedua ilmu itu akan terpisah sama sekali? Kita belum tahu pasti, tetappi seperti diungkapkan
oleh Seadle (2013), ilmu perpustakaan belum hilang atau sepenuhnya menyatu dengnan ilmu
informasi, tetapi sedang dalam proses itu.
Ilmu perpustakaan, ilmu informasi, dan ilmu perpustakaan dan informasi dan
penerapannya di Indonesia
Melihat hal tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa ilmu perpustakaan saja akan kurang mampu
menghasilkan lulusan yang dapat membuat kajian kognitif. Akan lebih tepat kalau Indonesia
menempatkan ilmu informasi dan perpustakaan sebagai suatu ilmu yang paling cocok untuk saat
ini. Tidak kalah penting adalah memasukkan mata kuliah-mata kuliah yang selaras dengan
perkembangan baru saat ini ke dalam program studi ilmu perpustakaan atau ilmu perpustakaan
dan informasi. Namun demikian, tentu saja tetap dimungkinkan adanya kajian dan keilmuan
independen dari ilmu informasi, karena ilmu informasi yang interdisipliner tersebut memiliki
cakupan yang sangat luas.
Bagian kedua dari dua makalah presentasi seminar Universitas Brawijaya, Malang, 29 September 2015
Referensi
Bates, M. (1999). The invisible substrate of information science. Journal of the American
Society for Information Science, 50(12), 1043-1050.
Floridi, L. (2002). On defining library and information science as applied philosophy of
information. Social Epistimology, 16(1), 37–49.
Ganaie, S. (2014). From library economy to information science: Evolutionary trends in the
discipline of library and information science. Research World, 4(2), 131-135.
Gorman, G. E. (1999). The future for library science education. Libri, 49, 1-10
Huang, M., & Chang, Y. (2012). A comparative study of interdisciplinary changes between
information science and library science. Scientometrics, 91, 789–803.
Seadle, M. (2012). Library Hi Tech and information science. Library Hi Tech, 30(2), 205-209.
Spink, A. (2000). Toward a theoretical framework for information science. Informing Science,
3(2), 73-75.
Thellefsen, T., Sørensen, B., & Thellefsen, M. (2014). The information concept of Nicholas
Belkin revisited – some semeiotic comments. Journal of Documentation, 70(1), 74 – 92.
Wolfram, D. (2000). Applications of informetrics to information retrieval research. Informing
Science, 3(2), 77-82.
Bagian kedua dari dua makalah presentasi seminar Universitas Brawijaya, Malang, 29 September 2015