Interpretasi Kebutuhan Tokoh Enrico dan

INTERPRETASI KEBUTUHAN TOKOH ENRICO DAN IBU DALAM NOVEL “CERITA
CINTA ENRICO” KARYA AYU UTAMI (PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM
MASLOW)
Zul Fitrah Ramadhan (1651141019)
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Makassar
zulfitrahramadan@gmail.com

Abstrak
Artikel ini menjelaskan tentang beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi oleh kedua
tokoh, yakni Enrico dan Ibu dengan menggunakan analisis psikologi humanistik Abraham
Maslow. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menggambarkan berbagai kebutuhan
tokoh dari yang terendah hingga tertinggi, baik yang terpenuhi maupun tidak terpenuhi.
Hasil dari penulisan ini adanya pencapaian aktualisasi diri oleh tokoh Enrico.
Kata kunci: Psikologi humanistik, Abraham Maslow, aktualisasi diri.
A. PENDAHULUAN
Seperti yang dikatakan oleh Wellek
dan Warren (dalam Wiyatmi, 2006)
psikologi sastra mempunyai empat
kemungkinan pengertian. Yang pertama
adalah studi psikologi pengarang sebagai

tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua studi
proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan
hukum-hukum psikologi yang diterapkan
pada karya sastra. Dan yang keempat
mempelajari dampak sastra pada pembaca.
Analisis psikologi terhadap karya
sastra, terutama fiksi dan drama tampaknya
memang tidak terlalu berlebihan karena
baik sastra maupun psikologi sama-sama
membicarakan manusia. Bedanya, sastra
membicarakan manusia yang diciptakan
Tuhan yang secara riil hidup di alam nyata.
Meskipun sifat-sifat manusia dalam karya
sastra bersifat imajiner, tetapi di dalam
menggambarkan karakter dan jiwanya
pengarang menjadikan manusia yang hidup
di alam nyata sebagai model di dalam
penciptaannya. Lebih-lebih salah satu
tuntunan karakter tokoh adalah adanya
dimensi psikologi tokoh, di samping

dimensi sosial dan fisik. Dengan demikian,

dalam menganalisis tokoh dalam karya
sastra dan perwatakannya seorang pengkaji
sastra juga harus mendasarkan pada teori
dan hukum-hukum psikologi yang
menjelaskan perilaku dan karakter manusia
(Wiyatmi, 2006: 106-107).
Novel “Cerita Cinta Enrico” adalah
salah satu novel yang ditulis oleh Ayu
Utami yang menceritakan seorang anak
yang bernama Enrico, manusia yang lahir
dari peristiwa yang sangat penting dalam
sejarah Indonesia, Pemberontakan PRRI
pada tahun 1958. Enrico lahir sebagai bayi
gerilya yang ikut dalam ekspedisi ayahnya
yang berprofesi sebagai prajurit yang
bergabung dalam pemberontakan PRRI.
Tapi, setelah beberapa lama kemudian ia
bergaul dengan orang-orang di sekitar

rumahnya dan perilakunya berubah secara
drastis. Ia menjadi bejat setelah dewasa
karena ia sudah terbiasa dengan kebiasaan
buruknya.
Selanjutnya, masalah yang dihadapi
oleh Enrico adalah adanya beberapa
kebutuhan Enrico yang tidak terpenuhi.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini
penulis memaparkan berbagai kebutuhan
1

yang harus dipenuhi oleh tokoh Enrico dan
Ibu dalam novel tersebut.
Abraham
Maslow
memaparkan
berbagai kebutuhan yang disajikan dalam
hirarki kebutuhan dasar (basic needs
hierarchy). Kebutuhan tersebut adalah
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,

kebutuhan pengakuan dan cinta, kebutuhan
penghargaan,
kebutuhan
kognitif,
kebutuhan estetika, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan
fisiologis,
rasa
aman,
pengakuan & cinta merupakan kebutuhan
yang sifatnya pokok, artinya kebutuhan
utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
Sedangkan kebutuhan kognitif, estetika,
dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan
tertinggi, tapi pemenuhannya tidak mutlak
harus dipenuhi.
Selanjutnya, pokok permasalahan
dalam penelitian tersebut adalah apa yang
menyebabkan Enrico bisa berubah dan
perilakunya sangat memalukan? Akankan

kebutuhan Enrico tidak terpenuhi? Dan
apakah tokoh Ibu tidak memiliki rasa kasih
sayang terhadap rokoh Enrico sehingga
kebutuhan pengakuan dan kasih sayang
tidak terpenuhi?
Adapun alasan penulis melakukan
penelitian tersebut adalah agar penulis
mengetahui pengaruh kebutuhan yang
tidak terpenuhi terhadap psikologisnya.
Penulis juga ingin mengetahui pengaruh
perilaku tokoh Ibu terhadap Enrico
terhadap kepribadian tokoh Enrico.
B.

ANALISIS
KEBUTUHAN
FISIOLOGIS
Kebutuhan fisiologis (physilogical
needs) berkaitan dengan pemenuhan fisik
manusia seperti makan, minum, pekerjaan,

dan seks. Kebutuhan tersebut harus segera
terpenuhi karena kebutuhan tersebut
merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam keberlangsungan hidup. Apabila

kebutuhan fisiologis tidak dipenuhi maka
bisa saja manusia bisa melakukan apa saja
demi memenuhi kebutuhan tersebut seperti
membunuh, mencuri, dan lain sebagainya.
Maslow (dalam Yusuf LN, 2007)
mengemukakan bahwa manusia adalah
binatang yang berhasrat dan jarang
mencapai taraf kepuasan yang sempurna,
kecuali untuk suatu saat yang terbatas.
Apabila suatu hasrat itu telah terpuaskan,
maka hasrat lain muncul sebagai
penggantinya.
Di dalam novel Cerita Cinta Enrico,
pada bab “Cinta Pertama”, Enrico pada
waktu masih bayi ketika ia berada di hutan

belantara ia kelaparan dan asupan ASI
ibunya terbilang sudah habis dan bahkan
Enrico pun memakan puting susu ibunya
lantaran tidak kuat menahan lapar dan
hausnya.
Air susu ibunya tidak mengalir. Atau
mungkin terlalu sedikit. Lebih sedikit
dari getah pepaya. Akibatnya, bayi
lapar yang dipeluknya di dada itu pun
mengenyut dengan campuran marah
dan frustasi tapi sekeras apapun bayi
malang itu mengeyut, lebih sedikit
dari getah pepaya yang menitik.
Barang kali karena hisapan itu, atau
mungkin setelah giginya mulai
tumbuh, bayi itu akhirnya menelan
seperempat puting payudara ibunya
yang tak mengalirkan susu sebanyak
yang dituntutnya (Utami, 2012:5-6).
Sedangkan tokoh Ibu dalam novel

tersebut tidaklah terlalu menonjolkan
pemenuhan
kebutuhan
fisiologisnya.
Tokoh Ibu hanya sibuk melakukan
perkumpulan dengan misionaris yang
bernama
Khaizar,
sementara
Ibu
menganggap bahwa dunia hanyalah
permainan belaka. Jadi, tokoh Ibu tidak
terlalu
memusingkan
kebutuhan
fisiologisnya. Maka dapat dikatakan bahwa

2

Ibu tidak bisa memenuhi kebutuhan

selanjutnya seperti rasa aman.
Ibuku memiliki dunianya sendiri.
Yaitu Dunia Baru yang akan datang di
hari kiamat. Aku dan Ayah memiliki
dunia kami. Yaitu dunia film dan
tamasya hari ini. Kami semakin
menyukai hiburan, baik yang kami
ciptakan sendiri atau yang diciptakan
film koboi. Aku sangat suka “koboi
spageti”—itu, film koboi buatan
Italia. Sementara itu, ibuku makin
jauh sekali, dan makin membenci
kesenangan-kesenangan
duniawi
(Utami, 2012: 92).
Namun, tokoh Ibu dalam bab “Cinta
Terakhir” tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan fisiologisnya sehingga ia
meninggal dunia. Kebutuhan fisiologis
yang dimaksud adalah kesehatan.

Umurku sudah empat puluh satu
sekarang, dan Ayah tujuh puluh lima.
Ia sudah empat tahun duduk di kursi
roda, dan Ibu sudah meninggal dunia
tiga belas tahun lalu (Utami, 2012:
153).
C. ANALISIS KEBUTUHAN RASA
AMAN
Kebutuhan akan rasa aman (security
needs) berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan yang berupa rasa aman,
tentram, dan damai. Apabila manusia
sudah merasa kebutuhan rasa amannya
terpenuhi, maka kebutuhan yang lebih
tinggi akan muncul lagi sebagai penganti
kebutuhan lama. Maslow mengatakan
bahwa kebutuhan rasa aman bisa terpenuhi
apabila adanya iklim yang kehidupan yang
memberi kebebasan untuk berekspresi
(Yusuf LN, 2007).

Kebutuhan ini sangat penting bagi
setiap orang, baik anak, remaja, maupun
remaja. Pada anak kebutuhan akan rasa

aman ini nampak dengan jelas sebab
mereka suka mereaksi secara langsung
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya.
Agar kebutuhan anak akan rasa aman ini
terpenuhi, maka perlu diciptakan iklim
kehidupan yang memberi kebebasan untuk
berekspresi. Namun pemberian kebebasan
untuk berekspresi atau berperilaku itu
perlu bimbingan dari orang tua, karena
anak belum memiliki kemampuan untuk
mengarahkan perilakunya secara tepat dan
benar. Pada orang dewasa, kebutuhan ini
memotivasinya untuk mencari kerja,
menjadi peserta asuransi, atau menabung
uang. Orang dewasa yang sehat mentalnya,
ditandai dengan perasaan aman, bebas dari
rasa takut dan cemas. Sementara yang
tidak sehat ditandai dengan perasaan
seolah-olah selalu dalam keadaan terancam
bencana besar.
Kebutuhan
akan
rasa
aman
dibutuhkan oleh tokoh Enrico dan Ibu
dalam bab “ Operasi Bayi Gerilya” ketika
Enrico waktu masih bayi dibawa ke
peperangan PRRI bersama ayah dan
ibunya. Suasana peperangan di situ sangat
genting
sehingga
mereka
harus
dijemput/dipulangkan dari peperangan
tersebut.
Kolonel Yani pun untuk mengadakan
operasi khusus untuk menjemput
ibuku dari hutan. Begitulah keputusan
tambahan yang dibuat di Pulau Jawa.
Namanya: Operasi Bayi Gerilya
(Utami, 2012: 22).
Kebebasan untuk mengemukakan
pendapat merupakan salah satu cara
pemenuhan kebutuhan rasa aman. Tokoh
Enrico dalam bab “Patah Hati” ketika
mengkritik pemerintah, ia dikebiri dan
diperlakukan dengan keras. Dalam hal ini
kebutuhan akan rasa aman di sini dibatasi.

3

Setelah dipukuli oleh militer, kami
dikebiri oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan “Kebijakan”
NKK/BKK. NKK-nya singkatan dari
Normalisasi Kehidupan Kampus.
Yang
terjadi
adalah,
Dewan
Mahasiswa
dihapuskan
dan
mahasiswa tidak diizinkan lagi
mengorganisasi diri untuk mengkritik
pemerintah (Utami, 2012: 136).
D. ANALISIS
KEBUTUHAN
PENGAKUAN DAN CINTA
Kebutuhan pengakuan dan kasih
sayang (belongingness and love) berkaitan
dengan adanya rasa kepedulian dan selalu
mengerti apa yang orang lain butuhkan.
Teori ini biasa disebut teori mencintai dan
dicintai. Kebutuhan akan pengakuan lebih
dominan terhadap adanya rasa perhatian
dari orang lain. Maslow mengemukakan
bahwa cinta terdiri dari dua tipe. Tipe
tersebut adalah B-love (Being love) dan Dlove (Deficiency love). D-love adalah rasa
ingin dicintai, namun cenderung bersifat
individualis. Manusia yang bertipe D-love
seringkali hanya mementingkan dirinya
sendiri ketimbang orang lain. Tipe ini
biasanya
dimiliki oleh orang yang
kehilangan apa yang dicintainya seperti
orang tua, pasangan, atau orang yang
dianggapnya dekat. Sedangkan untuk
manusia yang bertipe B-love cenderung
ingin mencintai orang lain yang artinya ia
ingin mencintai orang yang ia suka. Orang
yang bertipe ini seringkali memerhatikan
kebutuhan apa yang orang lain butuhkan.
Dengan kata lain tipe ini disebut sebagai
tipe penolong. Tipe ini juga bisa membawa
manusia kepada kebutuhan yang lebih
tinggi lagi bahkan bisa mencapai
pengalaman puncak (aktualisasi diri
maksimal). Apabila kebutuhan ini tidak
terpenuhi maka orang itu bisa mengalami
gangguan emosional.

Kebutuhan akan kasih sayang, atau
mencintai dan dicintai dapat dipuaskan
melalui hubungan yang akrab dengan
orang lain. Maslow membedakan antara
cinta dengan seks, meskipun diakuinya
bahwa seks merupakan salah satu cara
pernyataan
kebutuhan
cinta.
Dia
sependapat dengan rumusan cinta dari
Rogers yaitu: keadaan dimengerti secara
mendalam dan diterima dengan sepenuh
hati.
Tokoh Enrico pada bab “Cinta
Pertama” menggambarkan perilakunya
yang ingin dipuji oleh tokoh Ibu ketika ia
membersihkan sepatu pantovel milik
ibunya. Ia berharap bisa diakui sebagai
anak yang rajin. Dalam hal ini Enrico
sudah memenuhi kebutuhan cinta yang
bertipe D-love. Namun Enrico juga sangat
mencintai Ibunya sehingga ia memenuhi
kriteria B-love.
Aku akan merona ketika Ibu memuji
pekerjaanku. Hatiku berdebar-debar
manakala ia mengenakan pantovel itu
di kakinya. Kakinya yang kokoh
dengan betis penuh (Utami, 2012: 31).
Namun, tokoh Ibu dalam bab “ Patah
Hati” mulai membenci Enrico pada saat
Pastor melaporkan ibunya karena telah
mengambil sepotong ubin gereja. Hal
tersebut dilakukan Enrico agar ia bisa
masuk kelompok anak kolong.
Aku sesungguhnya frustasi. Aku
marah oleh hal-hal yang dibencinya.
Ibu, Ibu tidak mengerti! Ibu tidak tahu
dunia anak laki! Kami tidak seperti
anak perempuan, Ibu! Dalam dunia
kami,
setiap
anak menempati
peringkat masing-masing. Kami ini
terus menerus diuji untuk bisa
menjadi anggota kelompok. Dan
dalam kelompok itu, peringkat kami
pun terus-menerus diuji. Setiap pekan

4

bahkan setiap hari kami tahu, siapa
menempati peringkat satu. Siapa di
bawahnya. Siapa di peringkat akhir.
Dan siapa yang yang tidak pantas
menjadi anggota kelompok. Untuk
menjadi anggota, dan untuk naik atau
mempertahankan
peringkat,
ada
banyak yang harus dilakukan anak
laki-laki... (Utami, 2012: 78).
Kebutuhan
kasih
sayang
dan
pengakuan
bisa
terpenuhi
apabila
seseorang mampu memenuhi kebutuhan
fisiologis dan rasa amannya. Seperti dalam
tokoh Ibu yang tidak bisa memenuhi
kebutuhan kasih sayangnya karena
kebutuhan fisiologisnya tidak terpenuhi.
Kebutuhan
yang
dimaksud
adalah
kesehatan janin yang ia kandung yang
seketika mengalami pendaharan ketika
hendak
memukul
Enrico
yang
bersembunyi di bawah kolong tempat
tidur. Dalam hal ini tokoh Ibu
memperlakukan Enrico dengan keras dan
tanpa kasih sayang.
Rupanya Ibu sangat marah dengan
kelakuanku. Mungkinkah ia tahu
bahwa dulu aku meminjamkan ayamayamnya untuk “inisiasi embit ayam’?
begitu masuk rumah, Ibu telah
menyambutku dengan sapu lidi di
tangan. Aku tidak inign lari kelur
sebab
teman-temanku
akan
menertawakan aku. Akhirnya aku lari
ke kolong ranjang. Ibuku agaknya
sangat geram. Ia membungkuk untuk
meraihku. Aku bersembunyi semakin
ke sudut. Ibu berteriak marah sambil
semakin membungkuk.
Tiba-tiba dari antara kakinya aku lihat
darah menetes... (Utami, 2012: 87).
Enrico senang saat diajak ayahnya
nonton di bioskop. Rasa itu menunjukkan
bahwa Enrico sudah memenuhi kebutuhan
kasih sayang.

Aku merayakan ulang tahunku yang
ke-17 dengan ke bioskop bersama
Ayah. “Hore! Kiamat tidak jadi
datang. Jadi aku bisa nonton film 17
tahun ke atas,” kataku mengejek Ibu.
E.

ANALISIS
KEBUTUHAN
PENGHARGAAN (HARGA DIRI)
Kebutuhan ini sangat erat kaitanyya
dengan kebutuhan pengakuan dan cinta
karena kebutuhan harga diri akan muncul
jika adanya pengakuan dan kasih sayang
dari orang lain sehingga ia merasa
memiliki harga diri. Kebutuhan ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu (a) kebutuhan
harga diri dan; (b) penghargaan dari orang
lain. Tampaknya analisis kebutuhan ini
hampir
sama
dengan
kebutuhan
sebelumnya namun di sini akan di analisis
lebih dalam lagi megenai perhatian orang
lain terhadap tokoh Enrico.
Memeroleh kepuasan dari kebutuhan
ini memungkinkan individu memiliki rasa
percaya diri akan kemampuan dan
penampilannya; menjadi lebih kompeten;
dan produktif dalam semua aspek
kehidupan. Sebaliknya apabila seseorang
mengalami kegagalan dalam memeroleh
kepuasan atau mengalami lack of selfesteem maka dia akan mengalami rendah
diri, tidak berdaya, tidak bersemangat, dan
kurang percaya diri akan kemampuan
untuk mengatasi masalah kehidupan yang
dihadapinya.
Seperti pada analisis sebelumnya,
tokoh Enrico sangat percaya diri bisa
diterima di kelompok anak kolong. Hal ini
dibuktikan
dengan
keberaniannya
mengikuti semua persyaratan yang
diajukan oleh anggota anak kolong
tersebut.
Khayalanku tentang pulau Jawa tidak
berlangsung lama. Sebab aku begitu
bahagia dengan keberhasilanku dan

5

pemandangan terbuka di sekililingku.
Lori kadang macet dan berhenti
sebentar. Itu hanya menambah rasa
petualanganku. Aku sungguh-sungguh
terhibur dari rasa gagalku pada ujian
kedua. Kulihat si Untung ada di lori
kebeberapa di belakangku (Utami,
2012: 85-86).
F.

ANALISIS
KEBUTUHAN
KOGNITIF
Kebutuhan kognitif (cognitive needs)
berkaitan dengan kebutuhan akan rasa
ingin tahu manusia. Menurut Maslow, rasa
ingin tahu ini merupakan ciri mental yang
sehat.
Kebutuhan
kognitif
ini
diekspresikan sebagai kebutuhan untuk
memahami, menganalisis, mengevaluasi,
menjelaskan, mencari sesuatu atau suasana
baru dan meneliti (Yusuf LN, 2007: 160).
Pemikiran yang dimiliki Enrico
memiliki maksud bahwa ia tidak ingin
menikah karena menurutnya menikah
hanya sebuah ikatan belaka dan tidak bisa
bebas mencari wanita lain untuk “ditiduri.”
Sayangnya, aku tidak pernah ingin
jadi suami. Jadi, aku tidak bisa
menimbang bibit-bebet-bobot cewek
yang
kuincar.
Sikap
penuh
pertimbangan itu hanya cocok untuk
orang yang mencari istri. Aku tidak
mencari istri. Aku hanya mencari
teman tidur.

G. ANALISIS
KEBUTUHAN
ESTETIKA
Kebutuhan estetika erat kaitannya
dengan pemenuhan diri dalam hal
penampilan, tutur kata, dan model
kepribadian
dalam
diri
manusia.
Pemenuhan kebutuha ini dapat berupa cara
berpakaian,
cara
mengungkapkan
perkataan, menjaga ketertiban, dan lain
sebagainya. Seorang yang telah memenuhi

kebutuhan estetika cenderung baik tingkat
emosionalnya.
Sebaliknya,
apabila
kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan
mengalami gangguan emosional.
Menurut Yusuf LN (2007: 160),
kebutuhan estetik (order and beauty)
merupakan ciri orang yang sehat
mentalnya. Melalui kebutuhan inilah
manusia
dapat
mengembangkan
kreativitasnya dalam bidang seni (lukis,
rupa, patung, dan grafis), arsitektur, tata
busana, dan tata rias. Di samping itu orang
yang sehat mentalnya ditandai dengan
kebutuhan keteraturan, keserasian, atau
keharmonisan
dalam
setiap
aspek
kehidupannya,
seperti
dalam
cara
berpakaian (rapi dengan keterpaduan
warna yang serasi), dan pemeliharaan
ketertiban lalu lintas.
Tokoh Ibu digambarkan oleh Enrico
sebagai sosok perempuan tercantik yang
pernah ia lihat. Dengan kata lain, tokoh Ibu
sering memakai sepatu patovel dan
pakaian yang indah.
Pantovel ibuku sangat hebat. Benda
canti
itu
sekaligus
gagah.
Kecantikannya ada pada lekukan
takiknya, juga haknya yang terbuat
dari kayu yang ditatah sedikit meliuk.
Sedangkan
kegagahannya
juga
tampak pada haknya yang sebesar
palu itu, serta kulit kokoh yang
menutup seluruh tumit maupun jemari
kaki, menyiratkan rasa aman dan
kekuatan; serta gesper kuningan yang
setampan benda-benda militer (Utami,
2012: 30).
Rok lebar menutupi kaki ibuku dari
lutut dan mengecil di pinggang,
seperti payung kembang-kembang. Ia
mengenakan atasan putih dengan
sedikit renda di dada dan lengan.
Rambutya segar, tidak seperti rambut
kebanyakan perempuan lain, yang
cepal oleh minyak dan menyimpan

6

kutu. Ibuku adalah perempuan
tercantik, teranggun, dan termaju di
seluruh duniaku—yang terbentang
seluas tangsi militer tempat kami
tinggal (Utami, 2012: 31-32).
Tokoh
Enrico
merasa
bahwa
kebutuhan
kasih
sayangnya
sudah
terpenuhi, maka ia berperilaku seperti
orang gagah dan menunjukkannya kepada
orang tuanya. Hal ini dibuktikan dalam
kutipan di bawah ini.
Semakin berat tantanga, semakin aku
merasa gagah, semakin aku merasa
nikmat. Ibu membuka payungnya dan
kami pun berjalan bersama-sama.
Tubuhku sesungguhnya harus sedikit
miring untuk menyangga tasku yang
berisi kelapa dan segala macam. Tapi
selalu kuusahakan jalanku tegap.
Apalagi kalau aku tahu Ibu sedang
memandangiku. Aku mendapatkan
kepuasan dengan kegagahan. Aku
merasa tak kalah jantan dari Ayah
(Utami, 2012: 43-44).
H. AKTUALISASI DIRI TOKOH
ENRICO DAN IBU
Aktualisasi diri dapat terwujud
apabila seseorang dapat menemukan dan
memanfaatkan potensi yang ada dalam
dirinya semaksimal mungkin. Potensi
dalam diri biasanya berasal dari bakat yang
dimiliki oleh seseorang sejak awal. Dari
bakat tersebut kemudian lahirlah potensi
yang akan mengantarkan seseorang kepada
tahap aktualisasi diri.
Maslow (Yusuf LN, 2007: 160)
berpendapat bahwa manusia dimotivasi
untuk menjadi segala sesuatu yang dia
mampu untuk menjadi itu. Walaupun
kebutuhan lainnya terpenuhi, tidak
mengembangkan atau tidak mampu
menggunakan kemampuan bawaannya
secara penuh, maka seseorang akan

mengalami kegelisahan, ketidaksenangan,
atau frustasi.
Orang yang mencapai aktualisasi
diri memiliki pengetahuan yang realistis
mengenai dirinya dan mampu menerima
dirinya apa adanya. Mereka mandiri,
spontan, dan menyenangkan. Mereka
cenderung memiliki rasa humor yang
filosofis; Anda tidak akan melihat mereka
melakukan lelucon yang berbau etnis atau
seksual. Mereka dapat membangun
hubungan yang mendalam dan intim
dengan orang lain, dan mereka umumnya
mencintai sesama manusia. Mereka adalah
orang yang tidak mudah mengikuti orang
lain tetapi sangatlah etis. Dan mereka telah
mengalami pengalaman puncak (peak
experience).
Bagi Maslow, juga Rogers dan Jung,
tiap orang memiliki kecenderungan alami
atau
tuntunan
untuk
dapat
mengaktualisasikan
dirinya;
artinya,
dorongan untuk berkembang berasal dari
dalam diri organisme alih-alih berasal dari
lingkungan eksternal. Teori seperti itu
terkadang disebut teori “organismik”
(organismic) karena teori tersebut
mengasumsikan jalan hidup alami setiap
organisme (Goldstein dalam Friedman &
Miriam, 2008: 352).
Ada beberapa karakteristik yang
menunjukkan
sseorang
mencapai
aktualisasi diri. Karakteristik tersebut
antara lain sebagai berikut: (a) Mampu
melihat realitas secara lebih efisien
Karakteristik atau kapasitas ini akan
membuat seseorang untuk mampu
mengenali kebohongan, kecurangan, dan
kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta
mampu menganalisis secara kritis, logis,
dan mendalam terhadap segala fenomena
alam dan kehidupan. Karakter tersebut
tidak menimbulkan sikap yang emosional,
melainkan lebih objektif. Dia akan

7

mendengarkan apa yang seharusnya
didengarkan, bukan mendengar apa yang
diinginkan, dan ditakuti oleh orang lain.
Ketajaman pengamatan terhadap realitas
kehidupan akan menghasilkan pola pikir
yang cemerlang menerawang jauh ke
depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan
atau keuntungan sesaat. (b) Penerimaan
terhadap diri sendiri dan orang lain apa
adanya
Orang
yang
telah
mengaktualisasikan dirinya akan melihat
orang lain seperti melihat dirinya sendiri
yang penuh dengan kekurangan dan
kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan
sikap toleransi yang tinggi terhadap orang
lain serta kesabaran yang tinggi dalam
menerima diri sendiri dan orang lain. Dia
akan membuka diri terhadap kritikan,
saran, ataupun nasehat dari orang lain
terhadap
dirinya.
(c)
Spontanitas,
kesederhaan dan kewajaran Orang yang
mengaktualisasikan diri dengan benar
ditandai dengan segala tindakan, perilaku,
dan gagasannya dilakukan secara spontan,
wajar, dan tidak dibuat-buat. Dengan
demikian, apa yang ia lakukan tidak purapura. Sifat ini akan melahirkan sikap
lapang dada terhadap apa yang menjadi
kebiasaan masyarakatnya asak tidak
bertentangan dengan prinsipnya yang
paling utama, meskipun dalam hati ia
menertawakannya.
Namun
apabila
lingkungan/kebiasaan di masyarakat sudah
bertentangan dengan prinsip yang ia
yakini, maka ia tidak segan-segan untuk
mengemukakannya dengan asertif (n.a:
https://mafiadoc.com/7-bab-ii-tinjauanpustaka-a-aktualisasi-diri-1-pengertian_59f850c41723ddaca7cf78ac.html
(Diakses 10 Desember 2017).
Maslow menggambarkan aktualisasi
diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan
melakukan apa yang orang itu “lahir untuk
dilakukan.” “Seorang musisi harus

bermusik, seniman harus melukis, dan
penyair harus menulis.” Kebutuhan ini
membuat diri mereka merasa dalam tandatanda kegelisahan. Orang itu merasa di
tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya,
gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman,
tidak dicintai atau diterima, atau kurang
harga diri, sangat mudah untuk mengetahui
apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak
selalu jelas apa yang seseorang ingin
ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Tokoh Enrico digambarkan sebagai
sosok yang pemberani. Hal itu baru
diketahuinya ketika ia akan melewati ujian
ketika untuk masuk anggota geng
temannya. Hal tersebut dibuktikan oleh
kutipan berikut.
Aku menemukan bakatku. Aku tidak
takut ketinggian. Aku tidak bedebardebar mual. Sebaliknya, aku bedebar
penuh gairah. Kupanjat tiang-tiang
itu. Mataku tertuju pada satu
keranjang baja yang kuincar. Begitu ia
lewat di depanku aku pun melompat.
Hup! Aku mendarat di tengah
tumpukan sak semen. Lori bergerak
maju dengan derit-derit sarat. Kulihat
si Untung di belakangku, masih
mengambil ancang-ancang untuk
melompat. Tampaknya ia ketakutan.
Lori yang kutumpangi melaju. Di
bawahku terbentang lembah, hijau
oleh sawah dan pepohonan. Bumi
semakin di bawah, aku bergantung
dalam keranjang semen di ketinggian.
Jika aku jatuh, aku pasti mati. Tapi
pengetahuan itu menambah rasa
gagahku. Aku ternyata berani (Utami,
2012: 85).
Tidak hanya itu, Enrico digambarkan
sangat berani menghadapi kumpulan
panser yang siap mengepung mahasiswa di
depan gerbang ITB. Hal itu dilakukan
dengan
alasan
mempertahankan
kampusnya. Berikut adalah kutipannya.

8

Apapun kami memutuskan untuk
mempertahankan kampus. Dengan
cara berbaring di jalan di pintu
masuk! Lewati dulu mayat kami
sebelum kau kuasai ITB. Jika panser
itu memaksa, mereka akan masuk
dengan melindas mati mahasiswa
kami akan menjadi tameng hidup,
bukan hanya bagi kampus ITB
(Utami, 2012: 134).

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka.
Yusuf LN, H. Syamsu. 2007. Teori
Kepribadian. Bandung: Rosda.
n.a. Aktualisasi Diri: https://mafiadoc.com.
(Diakses 10 Desember 2017).

Sedangkan tokoh Ibu tidak ditemukan
berbagai gejala aktualisasi diri. hal ini
dapat dikatakan bahwa tokoh Enrico sudah
mencapai tahap aktualisasi diri dalam
bentuk keberanian, sedangkan Ibu tidak
mengalami gejala aktualisasi diri.
I.

SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa tokoh Enrico telah
mencapai tahap aktualisasi diri karena
kebutuhan yang berada di bawahnya sudah
terpenuhi. Sedangkan tokoh Ibu tidak
mencapai tahap aktualisasi diri karena
terdapat kebutuhan di bawahnya yang
tidak terpenuhi.

J. DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Howard S. & Miriam W.
Schustack. 2008. Kepribadian Teori
Klasik
dan
Riset
Modern
(terjemahan). Edisi ketiga. Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
______. 2008. Kepribadian Teori Klasik
dan Riset Modern (terjemahan).
Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Goble, F. G. 1987. Mazhab Ketiga,
Psikologi Humanistik Abraham
Maslow. Kanisius.
Utami, Ayu. 2012. Cerita Cinta Enrico
(Novel).
Jakarta:
Kepustakaan
Populer Gramedia.

9