BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Saat ini, dalam era globalisasi dan pasar terbuka, perusahaan dituntut untuk mampu menciptakan lingkungan organisasi yang kondusif agar dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap berbagai sektor bisnis yang ada di Indonesia. Kepercayaan investor ini diperoleh dengan meyakinkan investor bahwa dana yang diberikan investor tersebut digunakan secara tepat dan seefisien mungkin serta memastikan manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan perusahaan.

  Salah satu tujuan penting perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Bringham dan Houston, 2001). Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai dengan menciptakan keunggulan bersaing secara berkesinambungan sehingga nantinya dapat mencapai laba yang ditargetkan. Laba tersebut akan dibagikan kepada investor/pemegang saham sehingga tujuan tadi tercapai. Salah satu cara yang dapat perusahaan pakai untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG). (Steger dan amann, 2008: 24)

  Good Corporate Governance (GCG) atau lebih dikenal dengan tata kelola

  perusahaan yang baik merupakan alternatif terbaik yang dapat perusahaan lakukan untuk menciptakan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi risiko terhadap keputusan dewan yang mungkin hanya menguntungkan diri sendiri, dan yang utama penerapan GCG dapat meningkatkan kepercayaan investor. GCG penting untuk memperbaiki citra perusahaan, khususnya bagi perusahaan publik di Indonesia yang dikenal praktik korupsinya masih sangat tinggi. Tingginya tingkat korupsi yang terjadi ini merupakan indikasi bahwa penerapan GCG masih lemah di Indonesia. Ini membuktikan bahwa pengabaian terhadap GCG tidak hanya berakibat negatif pada kinerja perusahaan tetapi juga perekonomian nasional.

  Good corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem

  yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparans terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (Steger dan Amann, 2008: 4).

  Dalam Good Corporate Governance (GCG) terkandung empat prinsip positif bagi pengelolaan perusahaan, yaitu: transparansi (transparency), akuntanbilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), dan kewajaran (fairness). Dengan prinsip yang terkandung tersebut membuat GCG menjadi salah satu faktor penting bagi investor dalam hal berinvestasi di suatu perusahaan. Prinsip-prinsip dasar dari GCG pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja perusahaan, salah satunya adalah profitabilitas. Investor maupun calon investor senantiasa akan menganalisa laporan keuangan perusahaan sebelum melakukan investasi, terutama melihat profitabilitas perusahaan. (Sutedi, 2012: 4) Secara umum, profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu. Profitabilitas dapat diukur (Sinuraya, 1999:30) melalui kemampuan perusahaan mempertahankan kebijakan dividen yang stabil sementara pada saat yang sama dapat mempertahankan kenaikan kekayaan pemilik (pemegang saham) dalam perusahaan.

  Profitabilitas dapat dianalisis dengan beberapa metode perhitungan rasio, yakni Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih dan total aset. Semakin tinggi rasio ini, berarti berarti perusahaan semakin efektif menggunakan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba (Van Horne dan Wachowicz, 2005: 224). ROE dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih dan ekuitas pemegang saham. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan telah memilih untuk menerapkan tingkat upah yang tinggi berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan yang berlebihan. (Van Horne dan Wachowicz, 2005:226).

  Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) tahun 2002, menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCG adalah kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini bahwa implementasi GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi GCG berhubungan dengan peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan GCG akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan.

  Perusahaan tambang merupakan salah satu industri yang paling diminati investor untuk menginvestasikan modalnya. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan sektor pertambangan masih menjadi sektor yang sangat diminati oleh para pemilik modal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri hingga tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari pemeringkatan realisasi investasi berdasarkan sektor industri yang disajikan pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1 Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri Periode 2010-September 2013 (Rp Miliar) No Sektor Industri Realisasi Investasi

  1 Makanan 48.421,42

  2 Transportasi, Gudang, dan Komunikasi 41.445,53

  3 Listrik, Gas, dan Air 38.236,21

  4 Pertambangan 31.750,02

  5 Tanaman Pangan dan Perkebunan 31.458,20 catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank.

  sumber:(data diolah)

Tabel 1.2 Pemeringkatan Realisasi Investasi Luar Negeri Periode 2010-2013 (US$ Juta) No Sektor Industri Realisasi Investasi

  1 Pertambangan 14.891,57

  2 Transportasi, Gudang, dan Komunikasi 13.129,08

  3 Kimia dan Farmasi 8.172,86

  4 Logam, Mesin, dan Elektronik 8.142,00

  5 Listrik, Gas, dan Air 7.029,87 catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank.

  sumber:(data diolah)

Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 menunjukkan 5 (lima) industri dengan penanaman modal terbesar, baik dalam maupun luar negeri dari tahun 2010 sampai 2013. Dari tabel realisasi investasi dalam negeri dapat dilihat bahwa sektor pertambangan berada di posisi keempat dengan total investasi sebesar Rp 31.750,02 miliar, sementara dari tabel realisasi investasi luar negeri, sektor pertambangan berada di posisi pertama dengan total investasi sebesar US$ 14.891,57 juta. Hal ini menandakan bahwa sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang paling diminati para pemilik modal dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun terakhir, khususnya para pemilik modal asing.

  Dari tabel tersebut kita ketahui bahwa industri ini memerlukan investasi yang besar sehingga diperlukan pengelolaan yang baik yang dapat meningkatkan nilai maupun kinerja perusahaan. Dengan demikian perusahaan akan mudah untuk menarik investor menanamkan modalnya di perusahaan. Pada periode 2010 sampai 2012 terdapat beberapa perusahaan dalam industri ini yang mengalami fluktuasi kinerja yang diproksikan dengan menggunakan indikator rasio keuangan

  (ROA). Berikut adalah tabel yang menunjukkan kinerja dan GCG

  Return on Asset pada beberapa perusahaan tambang.

  Tabel 1.3

Kinerja Keuangan dan Mekanisme Good Corporate Governance

Beberapa Perusahaan Pertambangan Terbuka

  

Periode 2010-2012 Sumber(Data Diolah)

Tabel 1.3 memperlihatkan bagaimana profitabilitas dan pengelolaan perusahaan (GCG) beberapa perusahaan tambang. Pada tabel tersebut kita lihat

  20 3 40,05 2011 -0,81 23 3 40,05 2012 -1,32 36 3 39,96

  3 96,53 2011 14,89

  50

  6. Cita Mineral Investindo 2010 6,99

  22 3 69,48 2012 2,80 25 3 78,14

  3 83,39 2011 -0,78

  28

  2010 11,49

  5. MYOH Technology Tbk.

  18 5 58,19 2012 0,23 18 5 57,50

  22 5 50,88 2011 3,62

  2010 3,65

  4. Medco Energi Internasional Tbk.

  2010 -2,08

  bahwa profitabilitas yang diproksikan oleh ROA mengalami fluktuasi baik penurunan maupun peningkatan. Misalnya pada perusahaan Bumi Resources Tbk., terdapat penurunan ROA dari tahun 2010 sampai tahun 2012, yaitu sebesar 3,55% pada tahun 2010, 2,88% pada tahun 2011, dan -9,59 pada tahun 2012.

  3. Delta Dunia Makmur Tbk.

  3 39,29

  33

  50 3 47,33 2011 -5,92 50 3 47,33 2012 -9,43

  2. Darma Henwa Tbk. 2010 0,13

  3 29,18

  25

  25 4 5,16 2011 2,88 25 3 29,18 2012 -9,59

  1. Bumi Resources Tbk. 2010 3,55

   (GCG) Komisaris Independen (%) Komite Audit (Orang) Kepemilikan Institusional (%)

  No. Nama Perusahaan Tahun ROA (%) Good Corporate Governance

  Padahal bila kita lihat dari jumlah keanggotaan komite audit sudah dapat dikatakan baik, sesuai dengan Surat Edaran BEJ SE-008/BEJ/12-2001. Dalam Surat Edaran tersebut dinyatakan bahwa keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite.

  33 3 96,53 2012 12,00 33 3 96,53 Pada perusahaan MYOH Technology Tbk., pada tahun 2010 sampai 2011 terjadi penurunan ROA yang drastis, yaitu dari 0,13% menjadi -5,92. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan komisaris independen dari 28% menjadi 22%, yang berarti bahwa pengawasan di perusahaan berkurang. Dan juga penurunan dari kepemilikan institusional dari 83,39% menjadi 69,48%, yang berarti bahwa institusi yang menanamkan investasi di perusahaan berkurang persentasinya.

  Fenomena yang terjadi di perusahaan ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan sebalumnya tentang GCG yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

  Profitabilitas yang buruk pada perusahaan tambang ini juga menarik untuk diperhatikan mengingat bahwa perusahaan pada industri tambang mengeruk kekayaan alam Indonesia yang telah tersedia. Hal ini mungkin disebabkan karena masih lemahnya partisipasi pelaku industri pertambangan dalam mentransparansikan pembayaran setoran penerimaannya kepada negara. Di mana salah satu hasil laporan menyatakan bahwa Pemerintah mencatat penerimaan pajak penghasilan Rp 2,93 trilyun lebih dari apa yang dilaporkan dibayar oleh perusahaan pertambangan. Penyebab perbedaan ini yang terbesar adalah berasal dari dua perusahaan batubara besar di Indonesia yang merupakan anak usaha Bumi Resources. (Yayasan Transparansi Sumberdaya Ekstraktif, www.pwyp-

  indonesia .org )

  Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dibuktikan apakah penerapan GCG dapat meningkatkan profitabilitas keuangan. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Mekanisme Good Corporate

   terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Tambang di Bursa Governance Efek Indonesia”.

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan masalah, yaitu: “apakah ada pengaruh antara mekanisme Good (GCG) terhadap profitabilitas dalam penelitian ini dibatasi

  Corporate Governance pada ROA dan ROE?”.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan permasalahan yang hendak diteliti, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris apakah ada pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap Profitabilitas (ROA dan ROE).

  1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

  Penelitian ini menambah pengetahuan peneliti mengenai pengaruh penerapan GCG terhadap profitabilitas serta sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan, khususnya dalam hal penelitian.

2. Bagi Perusahaan-perusahaan di Indonesia

  Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi para pemangku kepentingan mengenai mekanisme Good Corporate Governance (GCG) dan seberapa besar pengaruhnya terhadap profitabilitas sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaannya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

  Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan untuk mengembangkan penelitian yang berkenaan dengan pengaruh penerapan GCG terhadap profitabilitas suatu perusahaan.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

6 108 115

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -2013

0 1 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas Perusahaan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pertambangan Batubara Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Good Corporate Governance & Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Real Estate & Property pada BEI 2011-2013

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance (GCG) 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

1 3 19