Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE

GOVERNANCE TERHADAPPROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERBUKA DI BURSA EFEK

INDONESIA

OLEH

LIDYA THERESIA BANGUN 100502070

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERBUKA DI BURSA EFEK

INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Good Corporate Governance (komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional) terhadap profitabilitas dengan indikator Return on Asset

dan Return on Equity perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu,

Leverage dan Ukuran Perusahaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan strategi arsip (archival), yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) perusahaan. Secara parsial, variabel komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan, sementara komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci: Good Corporate Governance, komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, Return on Asset, Return on Equity


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON THE FIRM PROFITABILITY

OF PUBLIC MINING COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK

EXCHANGE

The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of Good Corporate Governance (board of directors, audit committee, and institutional ownership) on the firm profitability using indicators, Return on Asset and Return on Equity of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange from 2010 to 2012. This study also used several control variables are Leverage and firm size. The type of this study is associative research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about companies profile, company performance report, financial statement and annual report, reference books, internet, and scientific literature related to this study. Collecting data is undertaken by using archival strategy, data is collected from existing records and data basis. The analysis methods used is descriptive statistics and multiple linear regression analysis. The result of this study shows that board of directors, audit committee, and institutional ownership variable simultaneously have a significant positive effect on the firm profitability (ROA and ROE). Partially, board of directors and institutional ownership do not affect profitability (ROA and ROE) significantly while audit committee has a negative effect on the firm profitability (ROA and ROE) of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange.

Keywords: Good Corporate Governance, board of directors, audit committee, institutional ownership, Return on Asset, Return on Equity


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai dengan kasih setia dan berkat-Nya, terkhusus dalam perkuliahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia”

Skripsi ini merupakan persembahan terindah buat orang tua tercinta Irwan Petrus Bangun dan Lasniroha Sagala yang senantiasa mendoakan, mencukupi segala kebutuhan dana, nasehat-nasehat yang berharga, serta kasih sayang yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME dan Dra. Marhayanie, M.Si, selaku ketua dan sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Dra. Friska Sipayung, M.Si, selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MBA, Ak., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra.Nisrul Irawati, MBA, selaku dosen Pembaca Penilai penulis yang banyak membantu dan membimbing dan menyelesaikan skripsi ini.

6. Kakak dan adik-adikku tersayang (Citra Maria Bangun, Fransiska Nirmala Bangun, Erika Valentine Bangun, Christa Bella Bangun, dan Meilan Sagala), serta pamanku Rudy Markus Sagala yang telah memberikan dukungan moril dan doa, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

7. Sahabat-sahabat terbaikku Nona Siswanto, Lidya Vie, Ristha, dan Masta. Sahabat Onara (Abet hth, Afriani Desy, Agelina, Annie Maria, dan Ariyanti), 8. Saudara-saudari dalam KMK St.Ignatius Loyola, UKM KMK St. Albertus

Magnus, dan Selsiloam, dan teman-teman S1 Manajemen stambuk 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang tidak berhenti mendoakan, memberi semangat, dan menghibur selama ini.

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.

Medan, Agustus 2014

Lidya Theresia Bangun NIM : 100502070


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Good Corporate Governance ... 9

2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance ... 9

2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ... 11

2.1.3 Manfaat Good Corporate Governance ... 12

2.1.4 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance ... 13

2.1.5 Implementasi Good Corporate Governance ... 15

2.1.5.1 Komisaris Independen ... 15

2.1.5.2 Komite Audit ... 16

2.1.5.3 Kepemilikan Institusional ... 16

2.2 Profitabilitas ... 17

2.2.1 Pengertian Profitabilitas ... 17

2.2.2 RasioProfitabilitas ... 18

2.2.2.1 Return On Asset (ROA) ... 19

2.2.2.2 Return on Equity (ROE) ... 19

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas ... 19

2.3 Leverage ... 20

2.4 Ukuran (Size) Perusahaan ... 21

2.5 Penelitian Terdahulu ... 22

2.6 Kerangka Konseptual ... 25

2.7 Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.3 Batasan Operasional ... 28

3.4 Definisi Operasional ... 29


(7)

3.6 Jenis Data ... 33

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.8 Teknik Analisis Data ... 34

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 34

3.8.2 Analisis Statistik Regresi Linear Berganda ... 34

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 35

3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 38

3.8.4.1 Uji Serempak (Uji-F) ROA ... 39

3.8.4.2 Uji Serempak (Uji-F) ROE ... 40

3.8.4.3 Uji Parsial (Uji-t) ROA ... 41

3.8.4.4 Uji Parsial (Uji-t) ROE ... 42

3.9 Koefisien Determinasi (R2) ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 45

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Pertambangan di Indonesia ……… 45

4.2 Hasil Penelitian……… 54

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ……….. 54

4.2.2 Analisis Statistik……… 56

4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ………. 56

4.2.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda ………. 69

4.2.2.3 Pengujian Hipotesis……… 70

4.3 Pembahasan ………. 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 86

5.1 Kesimpulan……….. 86

5.2 Saran……… 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(8)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

1.1 Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri Periode 2010-September

2013... 4

1.2 Pemeringkatan Realisasi Investasi Luar Negeri Periode 2010-2013... ... 4

1.3 Kinerja Keuangan dan GCG Beberapa Perusahaan Tambang ... 6

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu... 22

3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 32

3.2 Hubungan Antar Variabel... 44

4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 54

4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ROA ... 60

4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov ROE ... 60

4.4 Glejser Test ROA ... 61

4.5 Glejser Test ROE ... 61

4.6 Hasil Runs Test ROA... 63

4.7 Hasil Runs Test ROE ... 63

4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ROA ... 64

4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ROE ... 65

4.10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (ROA) ... 66

4.11 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (ROE) ... 68

4.12 Hasil Uji-F ROA... 70

4.13 Hasil Uji-F ROE ... 71

4.14 Hasil Uji-t ROA ... 73

4.15 Hasil Uji-t ROE ... 74

4.16 Variables Entered/Removed (ROA) ... 76

4.17 Variables Entered/Removed (ROE) ... 76

4.18 Hubungan Antarvariabel ... 77

4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROA ... 77

4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROE ... 78

4.21 Jumlah Kepemilikan Institusional pada Beberapa Perusahaan Pertambangan dan Perusahaaan Manufaktur Tahun 2012 ... 81


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ………. 27 4.1 Histogram Variabel Dependen (ROA) ...… 57 4.2 Histogram Variabel Dependen (ROE) ... 57 4.3 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ROA… 58 4.4 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ROE.... 59


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Perusahaan Pertambangan Terbuka yang Menjadi Sampel di Bursa Efek Indonesia Periode

2010-2012 ……….. 89

2 Data Profitabilitas dan GCG Perusahaan

Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

Periode 2008-2012 ...……….... 78 3 Data Hasil Pengolahan SPSS ………. 80


(11)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERBUKA DI BURSA EFEK

INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Good Corporate Governance (komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional) terhadap profitabilitas dengan indikator Return on Asset

dan Return on Equity perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu,

Leverage dan Ukuran Perusahaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan strategi arsip (archival), yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) perusahaan. Secara parsial, variabel komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan, sementara komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci: Good Corporate Governance, komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, Return on Asset, Return on Equity


(12)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON THE FIRM PROFITABILITY

OF PUBLIC MINING COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK

EXCHANGE

The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of Good Corporate Governance (board of directors, audit committee, and institutional ownership) on the firm profitability using indicators, Return on Asset and Return on Equity of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange from 2010 to 2012. This study also used several control variables are Leverage and firm size. The type of this study is associative research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about companies profile, company performance report, financial statement and annual report, reference books, internet, and scientific literature related to this study. Collecting data is undertaken by using archival strategy, data is collected from existing records and data basis. The analysis methods used is descriptive statistics and multiple linear regression analysis. The result of this study shows that board of directors, audit committee, and institutional ownership variable simultaneously have a significant positive effect on the firm profitability (ROA and ROE). Partially, board of directors and institutional ownership do not affect profitability (ROA and ROE) significantly while audit committee has a negative effect on the firm profitability (ROA and ROE) of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange.

Keywords: Good Corporate Governance, board of directors, audit committee, institutional ownership, Return on Asset, Return on Equity


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini, dalam era globalisasi dan pasar terbuka, perusahaan dituntut untuk mampu menciptakan lingkungan organisasi yang kondusif agar dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap berbagai sektor bisnis yang ada di Indonesia. Kepercayaan investor ini diperoleh dengan meyakinkan investor bahwa dana yang diberikan investor tersebut digunakan secara tepat dan seefisien mungkin serta memastikan manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan perusahaan.

Salah satu tujuan penting perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Bringham dan Houston, 2001). Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai dengan menciptakan keunggulan bersaing secara berkesinambungan sehingga nantinya dapat mencapai laba yang ditargetkan. Laba tersebut akan dibagikan kepada investor/pemegang saham sehingga tujuan tadi tercapai. Salah satu cara yang dapat perusahaan pakai untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG). (Steger dan amann, 2008: 24)

Good Corporate Governance (GCG) atau lebih dikenal dengan tata kelola perusahaan yang baik merupakan alternatif terbaik yang dapat perusahaan lakukan untuk menciptakan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi risiko terhadap keputusan dewan yang mungkin hanya


(14)

menguntungkan diri sendiri, dan yang utama penerapan GCG dapat meningkatkan kepercayaan investor. GCG penting untuk memperbaiki citra perusahaan, khususnya bagi perusahaan publik di Indonesia yang dikenal praktik korupsinya masih sangat tinggi. Tingginya tingkat korupsi yang terjadi ini merupakan indikasi bahwa penerapan GCG masih lemah di Indonesia. Ini membuktikan bahwa pengabaian terhadap GCG tidak hanya berakibat negatif pada kinerja perusahaan tetapi juga perekonomian nasional.

Good corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparans terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (Steger dan Amann, 2008: 4).

Dalam Good Corporate Governance (GCG) terkandung empat prinsip positif bagi pengelolaan perusahaan, yaitu: transparansi (transparency), akuntanbilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), dan kewajaran (fairness). Dengan prinsip yang terkandung tersebut membuat GCG menjadi salah satu faktor penting bagi investor dalam hal berinvestasi di suatu perusahaan. Prinsip-prinsip dasar dari GCG pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja perusahaan, salah satunya adalah profitabilitas. Investor maupun calon investor senantiasa akan menganalisa


(15)

laporan keuangan perusahaan sebelum melakukan investasi, terutama melihat profitabilitas perusahaan. (Sutedi, 2012: 4)

Secara umum, profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu. Profitabilitas dapat diukur (Sinuraya, 1999:30) melalui kemampuan perusahaan mempertahankan kebijakan dividen yang stabil sementara pada saat yang sama dapat mempertahankan kenaikan kekayaan pemilik (pemegang saham) dalam perusahaan.

Profitabilitas dapat dianalisis dengan beberapa metode perhitungan rasio, yakni Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih dan total aset. Semakin tinggi rasio ini, berarti berarti perusahaan semakin efektif menggunakan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba (Van Horne dan Wachowicz, 2005: 224). ROE dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih dan ekuitas pemegang saham. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan telah memilih untuk menerapkan tingkat upah yang tinggi berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan yang berlebihan. (Van Horne dan Wachowicz, 2005:226).

Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) tahun 2002, menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCG adalah kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini bahwa implementasi GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama


(16)

menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi GCG berhubungan dengan peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan GCG akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan.

Perusahaan tambang merupakan salah satu industri yang paling diminati investor untuk menginvestasikan modalnya. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan sektor pertambangan masih menjadi sektor yang sangat diminati oleh para pemilik modal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri hingga tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari pemeringkatan realisasi investasi berdasarkan sektor industri yang disajikan pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1

Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri Periode 2010-September 2013 (Rp Miliar)

No Sektor Industri Realisasi Investasi

1 2 3 4 5 Makanan

Transportasi, Gudang, dan Komunikasi Listrik, Gas, dan Air

Pertambangan

Tanaman Pangan dan Perkebunan

48.421,42 41.445,53 38.236,21 31.750,02 31.458,20 catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank. sumber:

Tabel 1.2

Pemeringkatan Realisasi Investasi Luar Negeri Periode 2010-2013 (US$ Juta)

No Sektor Industri Realisasi Investasi

1 2 3 4 5 Pertambangan

Transportasi, Gudang, dan Komunikasi Kimia dan Farmasi

Logam, Mesin, dan Elektronik Listrik, Gas, dan Air

14.891,57 13.129,08 8.172,86 8.142,00 7.029,87 catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank. sumber:

Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 menunjukkan 5 (lima) industri dengan penanaman modal terbesar, baik dalam maupun luar negeri dari tahun 2010 sampai 2013. Dari


(17)

tabel realisasi investasi dalam negeri dapat dilihat bahwa sektor pertambangan berada di posisi keempat dengan total investasi sebesar Rp 31.750,02 miliar, sementara dari tabel realisasi investasi luar negeri, sektor pertambangan berada di posisi pertama dengan total investasi sebesar US$ 14.891,57 juta. Hal ini menandakan bahwa sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang paling diminati para pemilik modal dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun terakhir, khususnya para pemilik modal asing.

Dari tabel tersebut kita ketahui bahwa industri ini memerlukan investasi yang besar sehingga diperlukan pengelolaan yang baik yang dapat meningkatkan nilai maupun kinerja perusahaan. Dengan demikian perusahaan akan mudah untuk menarik investor menanamkan modalnya di perusahaan. Pada periode 2010 sampai 2012 terdapat beberapa perusahaan dalam industri ini yang mengalami fluktuasi kinerja yang diproksikan dengan menggunakan indikator rasio keuangan

Return on Asset (ROA). Berikut adalah tabel yang menunjukkan kinerja dan GCG pada beberapa perusahaan tambang.

Tabel 1.3

Kinerja Keuangan dan Mekanisme Good Corporate Governance Beberapa Perusahaan Pertambangan Terbuka


(18)

Sumber(Data Diolah)

Tabel 1.3 memperlihatkan bagaimana profitabilitas dan pengelolaan perusahaan (GCG) beberapa perusahaan tambang. Pada tabel tersebut kita lihat bahwa profitabilitas yang diproksikan oleh ROA mengalami fluktuasi baik penurunan maupun peningkatan. Misalnya pada perusahaan Bumi Resources Tbk., terdapat penurunan ROA dari tahun 2010 sampai tahun 2012, yaitu sebesar 3,55% pada tahun 2010, 2,88% pada tahun 2011, dan -9,59 pada tahun 2012. Padahal bila kita lihat dari jumlah keanggotaan komite audit sudah dapat dikatakan baik, sesuai dengan Surat Edaran BEJ SE-008/BEJ/12-2001. Dalam Surat Edaran tersebut dinyatakan bahwa keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite.

No. Nama Perusahaan Tahun ROA (%)

Good Corporate Governance (GCG) Komisaris Independen (%) Komite Audit (Orang) Kepemilikan Institusional (%)

1. Bumi Resources Tbk. 2010 3,55 25 4 5,16

2011 2,88 25 3 29,18

2012 -9,59 25 3 29,18

2. Darma Henwa Tbk. 2010 0,13 50 3 47,33

2011 -5,92 50 3 47,33

2012 -9,43 33 3 39,29

3. Delta Dunia Makmur Tbk.

2010 -2,08 20 3 40,05

2011 -0,81 23 3 40,05

2012 -1,32 36 3 39,96

4. Medco Energi Internasional Tbk.

2010 3,65 22 5 50,88

2011 3,62 18 5 58,19

2012 0,23 18 5 57,50

5. MYOH Technology Tbk.

2010 11,49 28 3 83,39

2011 -0,78 22 3 69,48

2012 2,80 25 3 78,14

6. Cita Mineral Investindo

2010 6,99 50 3 96,53

2011 14,89 33 3 96,53


(19)

Pada perusahaan MYOH Technology Tbk., pada tahun 2010 sampai 2011 terjadi penurunan ROA yang drastis, yaitu dari 0,13% menjadi -5,92. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan komisaris independen dari 28% menjadi 22%, yang berarti bahwa pengawasan di perusahaan berkurang. Dan juga penurunan dari kepemilikan institusional dari 83,39% menjadi 69,48%, yang berarti bahwa institusi yang menanamkan investasi di perusahaan berkurang persentasinya. Fenomena yang terjadi di perusahaan ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan sebalumnya tentang GCG yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

Profitabilitas yang buruk pada perusahaan tambang ini juga menarik untuk diperhatikan mengingat bahwa perusahaan pada industri tambang mengeruk kekayaan alam Indonesia yang telah tersedia. Hal ini mungkin disebabkan karena masih lemahnya partisipasi pelaku industri pertambangan dalam mentransparansikan pembayaran setoran penerimaannya kepada negara. Di mana salah satu hasil laporan menyatakan bahwa Pemerintah mencatat penerimaan pajak penghasilan Rp 2,93 trilyun lebih dari apa yang dilaporkan dibayar oleh perusahaan pertambangan. Penyebab perbedaan ini yang terbesar adalah berasal dari dua perusahaan batubara besar di Indonesia yang merupakan anak usaha Bumi Resources. (Yayasan Transparansi Sumberdaya Ekstraktif, www.pwyp-indonesia .org)

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dibuktikan apakah penerapan GCG dapat meningkatkan profitabilitas keuangan. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Mekanisme Good Corporate


(20)

Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Tambang di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan masalah, yaitu: “apakah ada pengaruh antara mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap profitabilitas dalam penelitian ini dibatasi pada ROA dan ROE?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang hendak diteliti, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris apakah ada pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap Profitabilitas (ROA dan ROE).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah pengetahuan peneliti mengenai pengaruh penerapan GCG terhadap profitabilitas serta sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan, khususnya dalam hal penelitian.

2. Bagi Perusahaan-perusahaan di Indonesia

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi para pemangku kepentingan mengenai mekanisme Good Corporate Governance (GCG) dan


(21)

seberapa besar pengaruhnya terhadap profitabilitas sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaannya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan untuk mengembangkan penelitian yang berkenaan dengan pengaruh penerapan GCG terhadap profitabilitas suatu perusahaan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Good Corporate Governance (GCG)

2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Dalam Keputusan Menteri BUMN (KEP-117/M-MBU/2002) tentang

Good Corporate Governance, ditetapkan, yang dimaksud dengan Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Organ adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komisaris dan Direksi untuk Perusahaan Perseroan (PERSERO), dan Pemilik Modal, Dewan Pengawas dan Direksi untuk Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN). BUMN wajib menerapkan GCG secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya.

Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang dimaksud dengan Corporate Governance adalah serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders). Pengertian Good Corporate Governance (GCG) merupakan struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebgai upaya untuk memberi nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan


(23)

tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan moral, etika, budaya dan aturan berlaku lainnya.

Definisi menurut Cadbury mengatakan bahwa Good Corporate Governance adalah mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Adapun Center for European Policy Study (CEPS), memformlasikan GCG adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan, dengan catatan bahwa hak di sini adalah hak dari seluruh stakeholders dan bukan hanya terbatas kepada satu

stakeholder saja. Noensi, seorang pakar GCG dari Indo Consult, mendefinisikan GCG adalah menjalankan dan mengembangkan perusahaan dengan bersih, patuh pada hukum yang berlaku dan peduli terhadap lingkungan yang dilandasi nilai-nilai sosial budaya yang tinggi. (Sutedi, 2012:1)

Sementara itu, OECD (Organization for Economic Co-Operation and Development) memberikan pengertian GCG sebagai suatu bentuk hubungan antara manajemen suatu perusahaan, board of directors, pemegang saham, dan

stakeholder lainnya. Hubungan ini meliputi berbagai aturan dan insentif terbentuknya struktur dan tujuan perusahaan yang pasti, dan cara mencapai tujuan serta pengawasan kinerja perusahaan. Corporate Governance yang efektif menciptakan sistem yang dapat menjaga keseimbangan dalam pengendalian perusahaan, sehingga dapat ditekan seminimal mungkin peluang-peluang terjadinya korupsi, penyalahgunaan wewenang masing-masing organ perusahaan, menciptakan insentif bagi manajer untuk memaksimalkan produktivitas


(24)

penggunaan aset dan sumber daya lainnya, sehingga dicapai hasil uasaha yang maksimal. (Sutedi, 2012:30)

2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)

Menurut Sutedi (2012:4), unsur-unsur GCG secara umum adalah sebagai berikut:

1. Fairness (keadilan), menjamin perlindungan hak para pemegang saham dan menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.

2. Transparancy (transparansi), mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan, yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

3. Accountability (akuntabilitas), menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris. 4. Responsibility (pertanggungjawaban), memastikan dipatuhinya

peraturan-peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin dipatuhinya nilai-nilai sosial.

Sementara dalam Keputusan Menteri BUMN (KEP-117/M-MBU/2002) tentang Good Corporate Governance, prinsip-prinsip GCG adalah:

1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan;


(25)

2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif; pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

4. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.3 Manfaat Good Corporate Governance (GCG)

Menurut Corporate Governance Perception Index (CGPI), penerapan GCG dalam rangka pemenuhan kepatuhan, atau karena kebutuhan, maupun memanfaatkan pembelajaran yang ada, dapat memberikan manfaat bagi perusahaan antara lain:

a. Mempertahankan going concern perusahaan

b. Meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan pasar c. Mengurangi agency cost dan cost of capital

d. Meningkatkan kinerja, efisiensi dan pelayanan kepada stakeholders

e. Melindungi organ dari intervensi politik dan tuntutan hukum, dan f. Membantu terwujudnya good corporate citizen


(26)

Penerapan GCG juga memberikan manfaat kepada organ dan anggota perusahaan dalam mendukung pencapaian kinerja perusahaan, pemenuhan akuntabilitas, mengurangi agency cost, menjaga independensi dan profesionalisme organ dan anggota perusahaan, memenuhi kepatuhan, mengelola risiko dan hal-hal yang berdampak pada kesinambungan perusahaan, serta mewujudkan hubungan kerja yang beretika, adil dan bermartabat. (IICG: 2013)

Bagi mitra bisnis dan para pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholders), mendapatkan manfaat dari perusahaan yang telah menerapkan GCG yaitu jaminan produk dan layanan yang berkualitas, komitmen dalam praktik bisnis yang beretika dan memenuhi tingkat kepatuhan yang baik, komitmen dalam ketepatan dan kewajaran pemenuhan perjanjian bisnis/kerja dan proses pengadaan, keterbukaan informasi dan menerima keluhan serta saran dan masukan dari stakeholders.

Komitmen para pengelola terhadap penerapan GCG dan bisnis yang beretika dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya dunia bisnis yang terpercaya dan bermartabat sehingga mampu mendorong pertumbuhan industri secara khusus dan perekonomian nasional.

2.1.4 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance (GCG)

Secara umum, penerapan prinsip GCG secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut (Surya, 2008:68):

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing; 2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah;


(27)

3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan;

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap perusahaan;

5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

Dari berbagai tujuan tersebut, pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder

secara seimbang berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing dalam suatu perusahaan, merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.

Sementara tujuan GCG menurut Keputusan Menteri nomor 11 tahun 2002 tentang Good Corporate Governance, yaitu:

1. Penerapan GCG pada BUMN, bertujuan untuk; memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional;

2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ;

3. Mendorong agar Organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN;

4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional; 5. Meningkatkan iklim investasi nasional;


(28)

6. Mensukseskan program privatisasi.

2.1.5 Implementasi Good Corporate Governance

2.1.5.1 Komisaris Independen

Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Di Indonesia, dewan komisaris merupakan dewan yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Atau sebaliknya, peran komisaris yang terlalu kuat dalam perusahaan, sehingga sering kali melakukan intervensi terhadap kebijakan direksi. Fenomena ini menjadi masalah pada perusahaan terbatas biasa, namun akan berbeda halnya bila perusahaan tersebut telah go public. Sikap pasif ini atau sikap yang mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan dapat merugikan kepentingan pemegang saham (minoritas) serta para stakeholder

lainnya. (Sutedi, 2012:134-135)

Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Peraturan BEJ mewajibkan perusahaan yang sahamnya tercatat di BEJ untuk memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris yang dapat dipilih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai komisaris independen setelah saham perusahaan tersebut tercatat.


(29)

2.1.5.2 Komite Audit

Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip GCG. Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Komite audit ini memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.

Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada di bawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan (empowerment) dewan komisaris. Oleh karena itu, pertanggungjawaban komite audit kepada dewan komisaris. (Sutedi, 2012:142) 2.1.5.3. Kepemilikan Institusional

Kebanyakan pemegang saham perorangan kurang mempedulikan hak-hak mereka seperti menggunakan hak suara dan mengawasi kegiatan board of director

dan manajemen perusahaan, ini dikarenakan jumlah saham yang mereka miliki relatif kecil, hal ini berbeda dengan institusional ownership yang memiliki jumlah saham yang relatif besar. Oleh karena itu, peran institusional ownership dalam perwujudan CG semakin meningkat karena dapat mengurangi agency problem

dengan cara melakukan pengawasan yang lebih efektif. (Bathala et al. dalam Hutagalung, 2012: 39)


(30)

2.2 Profitabilitas

2.2.1 Pengertian Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008:196), profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode waktu tertentu, sebab untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan/profitable. Oleh karena itulah, para pemilik maupun pihak manajemen akan berusaha meningkatkan keuntungan ini karena mereka menyadari betul pentingnya keuntungan ini bagi masa depan perusahaan. Dari kemampuan ini dapat juga digambarkan bagaimana efektivitas manajemen perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasinya.

Sumber daya yang ada dalam perusahaan seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya diberdayakan sedemikian rupa untuk menghasilkan laba (profit) bagi perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa profitabilitas itu merupakan perbandingan antara laba dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba merupakan bagian dari kinerja perusahaan. Menurut Brigham dalam bukunya “Managerial Finance” menyebutkan, profitability is the result of a large number of policies and decision. Profitabilitas menjadi sebuah indikator dalam kinerja keuangan perusahaan jangka panjang. Dan kinerja keuangan ini nantinya dapat dilihat melalui analisis laporan keuangan.

Profitabilitas suatu perusahaan juga menjadi dasar dalam pembagian dividen perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan


(31)

mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang ditanamkannya dalam perusahaan. Profitabilitas yang tinggi dapat menarik hati para investor untuk menanamkan sejumlah dana untuk memperluas usaha, sebaliknya profitabilitas yang rendah menyebabkan para investor bisa saja menarik dananya dari perusahaan.

Profitabilitas yang tinggi juga akan menunjukkan apakah perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Karena itu, perusahaan berusaha meningkatkan profitabilitasnya agar kelangsungan hidup perusahaannya terjamin. Sehingga berdasarkan gambaran di atas, dapat kita simpulkan bahwa profitabilitas berbicara tentang tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berhubungan dengan penjualan, jumlah aktiva, maupun modal sendiri.

2.2.2 Rasio Profitabilitas

Oleh karena profitabilitas dipandang sebagai salah satu dasar penilaian kondisi perusahaan, maka dibutuhkan alat analisis untuk dapat menilainya. Rasio profitabilitas merupakan alat analisis untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Hasil pengukuran ini dijadikan alat untuk mengevaluasi kinerja manajemen, apakah telah berjalan secara efektif atau tidak. Jika pada akhirnya didapati kegagalan dalam mencapai target, maka harus diselidiki di mana letak kesalahannya untuk dijadikan acuan dalam merencanakan pencapaian laba di masa yang akan datang. Efektivitas manajemen ini mencakup


(32)

kegiatan fungsional manajemen, seperti keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, dan operasional.

Ada beberapa rasio yang digunakan untuk menghitung profitabilitas menurut Kasmir (2008), yaitu:

2.2.2.1 Return On Asset (ROA)

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

2.2.2.2 Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) ini mengukur kemampuan perusahaan menyediakan pendapatan bagi para pemilik saham atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas suatu usaha. Secara umum, semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tingginya pula tingkat penghasilan yang diperoleh para pemegang saham.

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan (Kasmir, 2008 :197), antara lain:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.


(33)

5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri.

7. dan tujuan lainnya.

Manfaat yang diperoleh adalah :

1. mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode

2. mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang 3. mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu

4. mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri

5. mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri

6. manfaat lainnya. 2.3 Leverage

Leverage keuangan dapat didefinisikan sebagai penggunaan potensial biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba per lembar saham perusahaan (Warsono, 2003: 217). Leverage (Sadalia, 2010 : 128) digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan. Dengan memperbesar tingkat leverage berarti bahwa tingkat ketidakpastian dari return yang diperoleh akan semakin tinggi pula tetapi pada


(34)

saat yang sama hal tersebut juga dapat memperbesar return yang diperoleh. Semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi risiko yang dihadapi serta semakin besar tingkat return atau penghasilan yang diharapkan.

Salah satu rasio yang digunakan dalam menghitung leverage perusahaan adalah Debt to Equity Ratio (DER) (Kasmir, 2008). Debt to Equity Ratio

merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan seluruh hutang perusahaan dengan seluruh ekuitasnya. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang digunakan sebagai jaminan utang. Bagi bank (kreditur) semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan.

Namun bagi perusahaan, semakin besar rasio ini akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, maka menunjukkan semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan.

2.4 Ukuran (Size) Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini


(35)

digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai penjualan dan kapitalisasi pasar.

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

N o. Peneliti (tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode

Penelitian Hasil Penelitian

1. Renny Nur’ainy et al. (2013)

Implementation of Good Corporate Governance and

Its Impact on Corporate Performance: The Mediation Role of Firm Size (Empirical Study from Indonesia) Variabel Independen: Penerapan GCG Variabel Perantara: Firm size Variabel Dependen: Kinerja Perusahaan (EVA) Path Analysis Penerapan GCG mempengaruhi secara langsung kinerja perusahaan, dan juga kinerja perusahaan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.

2. Duc Vo dan Thuy Phan (2013) Corporate Governance And Firm Performance: Empirical Evidence From Vietnam Variabel Independen: Corporate Governance (ukuran komisaris, komisaris wanita, dualitas CEO, tingkat pendidikan komisaris, kepemilikan komisaris) Variabel

Regresi Komisaris wanita, dualitas CEO, dan tingkat pendidikan komisais berpengaruh positif terhadap ROA. Sementara ukuran komisaris berhubungan negatif, serta kepemilikan komisaris tidak berhubungan.


(36)

perusahaan (ROA) 3. Diah

Nurriza et al. (2012)

Pengaruh Penerapan Good

Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Variabel Independen: Penerapan GCG Variabel Dependen: Kinerja keuangan dengan rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, aktivitas, dan pasar. Teknis regresi linear sederhana dan uji-t Hasil penelitian menunjukkan penerapan GCG memberikan pengaruh signifikan pada kinerja keuangan yang diukur dengan rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan pasar. Tetapi pada rasio profitabilitas, GCG tidak memberikan pengaruh signifikan. 4. Elvi

Rahmayant i (2012) Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management Dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2011) Variabel Independen: corporate governance (kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, kualitas auditor, ukuran perusahaan) Variabel Dependen: manajemen laba yang diukur dengan absolute discretionary accrualsdan kinerja perusahaan (reported performance and unmanaged performance) Regresi berganda Pengaruh mekanisme corporate

governance terhadap manajemen laba bahwa institutional ownership dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif. Tetapi ukuran dewan komisaris dan kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Pengaruh mekanisme corporate

governance terhadap manajemen laba bahwa institutional ownership dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif. Tetapi ukuran dewan komisaris dan kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 5. Dian

Prasinta (2012)

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Variabel

Independen: Good Corporate Governance (skor CGPI)

Variabel Dependen: Kinerja Keuangan (return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan

Regresi Berganda

Tidak terdapat hubungan positif antara Good Corporate

Governance dengan return on assets, namun terdapat hubungan positif antara Good Corporate


(37)

Tobin’s Q) return on equity, dan tidak terdapat hubungan positif antara Good Corporate

Governance dengan tobin’s Q.

6. Maringan Hutagalun g (2012)

Pengaruh Corporate Governance dan

Market Competition Terhadap Produktivitas Perusahaan Variabel Independen: CG (insider ownership, institutional ownership, number of director, non executive director) dan Market Competition Variabel Dependen: Produktivitas Regresi Berganda Produktivitas dipengaruhi oleh Corporate Governance, khususnya untuk pengukuran insider ownership dan institutional ownership yang berhubungan positif, dan non executive berhubungan negatif.

7. Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar (2011) Pengaruh Penerapan Good

Corporate Governance terhadap Return

On Asset, Net Profit Margin, dan Earning Per

Share Pada Perusahaan yang Terdaftar

di Corporate Governance Perception Index Variabel Independen: Good Corporate Governance (GCG) Variabel

Dependen: Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share (EPS)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana. GCG tidak berpengaruh secara Parsial terhadap ROA, tetapi berpengaruh terhadap NPM dan EPS secara parsial. ROA tidak dapat dijelaskan oleh GCG, sementara NPM dan EPS dapat dijelaskan.

8. Okky Andriyan dan Supatmi (2010) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Variabel Independen: Corporate Governance (kepemilikan manajerial, proporsi outside directors, dan jumlah board of directors (BOD)) Variabel kontrol: ukuran BPR dan umur BPR Variabel

Dependen: kinerja keuangan (rasio NPL, KPMM, LDR, dan ROA)

Analisis regresi berganda Mekanisme CG secara simultan berpengaruh terhadap rasio NPL, KPMM, dan ROA. Secara parsial, kepemilikan manajerial dan proporsi outside directors menunjukkan pengaruh negatif terhadap rasio NPL dan ROA, sedangkan jumlah BOD

berpengaruh negatif terhadap rasio LDR.


(38)

9. Endang Kemalasari (2009)

Pengaruh Penerapan Good

Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: GCG (dewan komisaris, kepemilikan institusional, dan komite audit) Variabel Dependen: Kinerja keuangan (ROA, NPM, ROE, dan BOPO)

Teknis regresi linear berganda.

Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukan bahwa secara simultan dan parsial GCG (dewan komisaris,

kepemilikan institusional, dan komite audit) tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA, NPM, ROE, dan BOPO), bahkan komite audit

mempunyai pengaruh yang negatif terhadap NPM serta kepemilikan institusional terhadap ROE. 10 . Rob Bauery, Nadja Gäunsterz, dan Roger Otten (2003) Empirical Evidence on Corporate Governance in Europe (The Effect on Stock Returns, Firm Value and

Performance) Variabel Independen: Corporate Governance Variabel Dependen: kinerja keuangan (NPM dan ROE) Regresi Berganda Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap NPM dan ROE

2.6 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang penelitian dan tinjauan pustaka, dapat diketahui bahwa GCG merupakan suatu sistem yang mengatur bagaimana organisasi dioperasikan dan dijalankan dengan baik karena GCG sebagai sarana interaksi yang mengatur antar struktur dan mekanisme yang menjamin adanya kontrol, namun tetap mendorong efisiensi dan kinerja perusahaan. Sebuah perusahaan akan mengalami peningkatan kinerja jika menerapkan GCG.

Dengan adanya Good Corporate Governance di mana digambarkan dengan komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional, diharapkan dapat meningkatkan nilai dan laba perusahaan. Proporsi komisaris


(39)

independen memegang peranan penting dalam implementasi Good Corporate Governance karena merupakan inti dari Good Corporate Governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Dewan komisaris juga bertanggung jawab atas kualitas laporan yang disajikan.

Komite audit yang bertanggung jawab mengawasi laporan keuangan menciptakan kedisiplinan dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan. Kepemilikan institusional yang tinggi menunjukkan semakin meningkat pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan. Jadi semakin besar persentase proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional serta dengan adanya komite audit, maka akan lebih meningkatkan pengawasan terhadap operasional perusahaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan (Kemalasari, 2009: 53). Bentuk kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Good Corporate Governance

(GCG):

 Komisaris Independen (X1)  Komite Audit (X2)

 Kepemilikan Institusional (X3)

Profitabilitas:

Return on Asset (Y1)  Return on Equity (Y2)

Variabel Kontrol:

Leverage (Debt to Equity Ratio-DER)


(40)

2.7 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

“Penerapan Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dalam penelitian ini dibatasi pada ROA dan ROE pada perusahaan tambang di Bursa Efek Indonesia.”


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanatif asosiatif, karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara GCG terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian eksplanatif asosiatif adalah penelitian di mana hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian, yang akan diuji kebenarannya (Sugiyono, 2007:11).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melaui media internet dengan

situs

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent variabel), variabel kontol, dan variabel terikat (dependent variabel). Variabel bebasnya adalah Good Corporate Governance (GCG) yang diproksikan dengan komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional. Variabel bebas terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Invesment (ROE). Sementara yang dijadikan variabel kontrol adalah


(42)

Leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan ukuran perusahaan.

b. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

c. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan pada tahun 2010-2012 yang dipublikasikan

melalui website resmi Bursa Efek Indonesi

perusahaan yang bersangkutan. 3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas (X) adalah variabel yang nilainya tidak bergantung pada variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas atau independent variable

dari penelitian ini dan sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Elvi Rahmayanti (2012) dan Maringan Hutagalung (2012) adalah Good Corporate Governance (GCG) yang diproksikan dengan:

1. Komisaris Independen

Secara sederhana, komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen yang tidak berhubungan dengan suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Komisaris independen diukur dari persentase komisaris independen terhadap jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris (A. Khan et al., 2013):


(43)

Komisaris Independen = ∑Komisaris Independen

∑Anggota dewan komisaris

2. Komite Audit

Komite audit adalah organ tambahan yang dibentuk oleh komisaris independen untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Komite audit ini memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan. Komite audit diukur dengan melihat jumlah anggota komite audit (Siallagan dan Machfoedz, 2006):

Komite Audit= anggota komite audit

3. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merepresentasikan kepemilikan perusahaan (dalam penelitian ini sektor tambang) oleh institusi-institusi. Penggunaan kepemilikan institusional sebagai salah satu komponen GCG telah digunakan dalam berbagai penelitian seperti pada penelitian Hutagalung (2012) dan Kemalasari (2009). Nilai dari kepemilikan institusional didapat dari persentase kepemilikan institusi atau perusahaan lain pada suatu perusahaan sampel yang tertulis dalam Laporan Tahunan perusahaan.

b. Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainya tergantung pada variabel lain. Variabel terikat atau dependent variable yang digunakan adalah rasio profitabilitas perusahaan dengan diwakilkan dengan


(44)

1. Return on Asset (ROA)

Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Rasio ini dihitung sebagai berikut:

ROA = Laba bersih

Total Aset (Horne, 2004)

2. Return on Equity (ROE)

Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini dihitung sebagai berikut:

ROE = Laba bersih

Total Ekuitas(Horne, 2004)

c. Variabel kontrol adalah variabel yang digunakan untuk melengkapi atau mengkontrol hubungan kausalnya supaya lebih baik untuk didapatkan model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik (Jogiyanto, 2004: 157). Dalam penelitian ini digunakan variabel kontrol yaitu leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan ukuran perusahaan (SIZE). Debt Equity Ratio (DER) menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini dihitung sebagai berikut:

DER = Total Debt

Total Equity (Horne, 2004)

Sementara ukuran perusahaan adalah besar (ukuran) yang dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Penelitian ini menggunakan total aktiva sebagai ukuran perusahaan. Total aktiva yang besar akan meningkatkan efisiensi perusahaan dan memberikan prospek pertumbuhan di masa depan.


(45)

SIZE = Ln (total asset)

3.5 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2007: 72), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan tambang yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012, yaitu sebanyak 31 perusahaan. Sementara yang menjadi populasi sasaran adalah perusahaan yang memenuhi kriteria:

1) Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2010-Desember 2012 dan tidak mengalami delisting selama periode penelitian.

2) Tersedianya data laporan keuangan lengkap dan laporan GCG serta kinerja perusahaan yang mendukung penelitian selama tahun 2010-2012.

Berdasarkan kriteria, didapat polpulasi sasaran sebanyak 20 perusahaan dan secara keseluruhan dijadikan sebagai sampel (sampel jenuh). (Sugiyono, 2007: 78)

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan dan Kode

No. Emiten Kode

1. ATPK Resources ATPK

2. Bayan Resources BYAN

3. Benakat Petroleum Energy BIPI

4. Bumi Resources BUMI

5. Cita Mineral Investindo CITA


(46)

7. Darma Henwa DEWA

8. Elnusa ELSA

9. Energy Mega Perkasa ENRG

10. Garda Tujuh Buana GTB

11. Harum Energy HRUM

12. Indo Tambangraya Megah ITMG

13. Medco Energy International MEDC

14. Mitra Investindo MITI

15. MYOH Technology MYOH

16. J Resources Asia Pasifik PSAB

17. Tambang Batubara Bukit Asam PTBA

18. Petrosea PTRO

19. Radiant Utama Interisco RUIS

20. Vale Indonesia INCO

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, buku-buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.


(47)

3.8 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik sebagai berikut:

3.8.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. 3.8.2 Metode Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan GCG (komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional) terhadap ROA dan ROE pada perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun persamaan regresi yang digunakan, yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + c1Z1 + c2Z2 + e Keterangan:

Y = Variabel terikat rasio profitabilitas (Y1 = ROA dan Y2 = ROE) a = Konstanta

X1 = Komisaris Independen X2 = Komite Audit

X3 = Kepemilikan Institusional Z1 = Debt to Equity Ratio (DER) Z2 = Ukuran Perusahaan (SIZE) b 1 = Koefisien regresi variabel X1 b 2 = Koefisien regresi variabel X2 b3 = Koefisien regresi variabel X3 C1 = Koefisien regresi variabel Z1 C2 = Koefisien regresi variabel Z2 e = Standard error


(48)

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

Penulis menggunakan bantuan program software SPSS 16.0 for Windows (Statistic Product & Service Solution) dalam penelitian ini. Sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bisa dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimation). Adapun syarat Asumsi Klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol. Jadi salah satu cara mendeteksi normalitas adalah lewat pengamatan nilai residual. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlikan dalam analisis, akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal (Ghozali, 2006:27). Uji ini juga dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:

a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:

H0 = data residual berdistribusi normal Ha = data residual tidak berdistribusi normal


(49)

Dengan menggunakan tingkat signifikan (�) 5%. Jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) < taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal. (Ghozali, 2006: 31) b. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).

c. Pendekatan Grafik

PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan meguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model


(50)

regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 105). Uji ini dapat dilakukan dengan metode informal yakni metode grafik dan metode formal seperti Park Test, Glejser Test, Spearman’s Rank Correlation Test, Golfeld-Quandt Test, Breusch-Pagan-Godfrey Test, White’s General Heteroscedasticity Test dan Koenker-Basset Test.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Runs Test. (Ghozali, 2006: 96)

4. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2006: 91). Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan

Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut: a. Bila VIF > 5 terdapat masalah multikolinieritas

b. Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinieritas

c. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas d. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas.


(51)

3.8.4 Pengujian Hipotesis

3.8.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) Variabel Dependen ROA

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:

a. H0:b1=�2=�3=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional terhadap Return on Asset (ROA).

b. Ha: minimal satu� ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional terhadap Return on Asset (ROA).

c. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai sig. F < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana kriterianya, yaitu:

a. H0 diterima jika Fhitung <

b. Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% Ftabel pada α = 5%


(52)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:

d. H0:b1=�2=�3=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional terhadap Return on Equity (ROE).

e. Ha: minimal satu� ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional terhadap Return on Equity (ROE).

f. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai sig. F < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana kriterianya, yaitu:

c. H0 diterima jika Fhitung <

d. Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% Ftabel pada α = 5%


(53)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:

a. Komisaris Independen

H0 : b1 = 0, artinya komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap

Return on Asset (ROA) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H0 : b1 ≠ 0, artinya komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap Return

on Asset (ROA) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Komite Audit

H0 : b2 = 0, artinya komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on

Asset (ROA) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H0 : b2 ≠ 0, artinya komite audit berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

c. Kepemilikan Institusional

H0 : b3 = 0, artinya kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(54)

H0 : b3 ≠ 0, artinya kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap

Return on Asset (ROA) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.8.4.4 Uji Signifikansi Parsial (uji-t) Variabel Dependen ROE

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:

a. Komisaris Independen

H0 : b1 = 0, artinya komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap

Return on Equity (ROE) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H0 : b1 ≠ 0, artinya komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap Return

on Equity (ROE) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Komite Audit

H0 : b2 = 0, artinya komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H0 : b2 ≠ 0, artinya komite audit berpengaruh signifikan terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(55)

H0 : b3 = 0, artinya kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H0 : b3 ≠ 0, artinya kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap

Return on Equity (ROE) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.9 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat (dependent variable) yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas (independent variable). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple

R2 (koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.

Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk memastikan tipe hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2


(56)

Nilai Interpretasi 0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat 0,2 – 0,39 Tidak Erat 0,4 – 0,59 Cukup Erat

0,6 – 0,79 Erat

0,8 – 0,99 Sangat Erat Sumber: (Situmorang dan Lufti, 2012:155)


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Tambang Di Indonesia 1. PT Indo Tambangraya Megah (ITMG)

PT Indo Tambangraya Megah didirikan dengan akta notaris nomor 13 pada tanggal 2 September 1987 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Bidang usaha perusahaan adalah bidang pertambangan dengan melakukan investasi pada anak-anak perusahaan dan jasa pemasaran untuk pihak yang memiliki hubungan istimewa. Anak-anak perusahaan yang dimilikinya bergerak dalam industri pertambangan batubara. Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak 225.985.000 lembar saham yang merupakan 20% dari 1.129.925.000 lembar saham yang ditempatkan dan disetor penuh pada tanggal 18 Desember 2007. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jakarta.

2. PT Petrosea (PTRO)

PT Petrosea didirikan dengan akta notaris nomor 75 pada tanggal 21 Februari 1972 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Bidang usaha perusahaan adalah rekayasa, konstruksi, pertambangan, dan jasa lainnya. Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak 4.500.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000,00 per saham pada tanggal 21 Mei 1990. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jakarta.


(58)

3. PT Bukit Asam (PTBA)

PT Bukit Asam didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 dengan akta notaris nomor 5 pada tanggal 6 Maret 1984 dan nomor 51 tanggal 29 Mei 1985 dari notaris yang sama serta disahkan oleh Menteri Kehakiman. Perusahaan dan anak-anak perusahaan bergerak dalam bidang industri tambang batubara, meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga khusus batubara baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan memberikan jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri pertambangan batubara beserta hasil olahannya.

Perusahaan melakukan penawaran saham perdana pada tanggal 11 Desember 2002 dengan jumlah saham yang ditawarkan adalah 346.500.000 lembar saham yang terdiri dari 315.000.000 saham milik negara Republik Indonesia dan 31.500.000 saham baru dengan nilai nominal Rp 500 persaham. Kantor pusat perusahaan berada di Jakarta.

4. PT Medco Energi Internasional (MEDC)

PT Medco Energi Internasional didirikan dengan akta notaris nomor 19 tertanggal 9 Juni 1980 yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Bidang usaha perusahaan adalah eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, dan aktivitas energi lainnya, seperti usaha pengeboran darat dan lepas pantai, Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak 22.000.000


(59)

lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000,00 per saham. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jakarta.

5. PT Radiant Utama Interinsco (RUIS)

PT. Radiant Utama Interinsco didirikan berdasarkan akta notaris nomor 41 tanggal 22 Agustus 1984 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Bidang usaha perusahaan adalah jasa teknik instalasi dan rekayasa bidang minyak, gas bumi dan energi, jasa sertifikasi mutu, jasa survei bidang minyak, gas bumi dan energi, perdagangan besar (distributor) peralatan dan material bidang minyak dan gas bumi, jasa penyewaan peralatan pertambangan minyak dan gas bumi, jasa perbaikan dan perawatan instalasi pertambangan minyak dan gas bumi.

Perusahaan melakukan penawaran umum kepada masyarakat atas 170.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100,00 persaham dan harga penawaran Rp 250,00 persaham. Kantor pusat perusahaan berada di Jakarta.

6. PT Cita Mineral Investindo (CITA)

Perusahaan didirikan pada tanggal 27 Juni 1992 dengan nama PT Cipta Panelutama berdasarkan akta notaris nomor 333 pada tanggal 27 Juni 1992 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Pada tanggal 2 Mei 2007, perusahaan melakukan perubahan nama menjadi PT Cita Mineral Investindo. Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama adalah investasi pertambangan. Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sahamnya pada tanggal 27 Februari 2002 sebanyak 60.000.000 saham yang disertai penerbitan


(1)

(2)

b. Uji Heteroskedastisitas

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .11948496 Most Extreme Differences Absolute .121

Positive .121

Negative -.072

Kolmogorov-Smirnov Z .934

Asymp. Sig. (2-tailed) .347

a. Test distribution is Normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .26236232 Most Extreme Differences Absolute .095

Positive .073

Negative -.095

Kolmogorov-Smirnov Z .737

Asymp. Sig. (2-tailed) .650

a. Test distribution is Normal.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .209 .185 1.132 .263

DER -.010 .005 -.289 -1.995 .051

UkuranPerusahaan .000 .005 -.019 -.140 .889 KomisarisIndependen .029 .164 .025 .180 .858

KomiteAudit -.018 .015 -.153 -1.171 .247

kepInsti -.063 .054 -.160 -1.174 .245


(3)

c. Uji Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.01233

Cases < Test Value 30

Cases >= Test Value 30

Total Cases 60

Number of Runs 32

Z .260

Asymp. Sig. (2-tailed) .795

a. Median

d. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .495 .377 1.314 .195

DER .008 .010 .122 .840 .404

UkuranPerusahaan -.006 .011 -.075 -.559 .579 KomisarisIndependen .251 .333 .105 .753 .455

KomiteAudit -.062 .032 -.259 -1.976 .053

kepInsti -.023 .110 -.029 -.214 .832

a. Dependent Variable: absut_ROE

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .05465

Cases < Test Value 30

Cases >= Test Value 30

Total Cases 60

Number of Runs 32

Z .260

Asymp. Sig. (2-tailed) .795


(4)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -.643 .280 -2.291 .026

DER -.016 .007 -.289 -2.157 .035 .783 1.277 UkuranPerusahaan .025 .008 .367 2.987 .004 .928 1.077 KomisarisIndependen .163 .248 .084 .657 .514 .850 1.177 KomiteAudit -.027 .023 -.140 -1.162 .250 .966 1.036 kepInsti .101 .082 .156 1.238 .221 .880 1.137 a. Dependent Variable: ROA

2. Analisis Statistik Deskriptif

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF

1(Constant) -.996 .616 -1.617 .112

DER -.089 .016 -.644 -5.600 .000 .783 1.277 UkuranPerusahaan .043 .018 .252 2.383 .021 .928 1.077 KomisarisIndependen .092 .545 .019 .170 .866 .850 1.177 KomiteAudit -.023 .052 -.046 -.442 .660 .966 1.036 kepInsti .021 .179 .012 .115 .909 .880 1.137 a. Dependent Variable: ROE


(5)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROA 60 -.223 .583 .07418 .137352

ROE 60 -1.799 .745 .08155 .350951

DER 60 -4.406 17.754 1.54460 2.526997

UkuranPerusahaan 60 23.151 32.105 2.86753E1 2.033464 KomisarisIndependen 60 .220 .500 .36467 .071057

KomiteAudit 60 3 6 3.33 .705

kepInsti 60 .052 .986 .60923 .212284

Valid N (listwise) 60

3. Analisis Regresi Linear Berganda

a. Uji-F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .271 5 .054 3.471 .009a

Residual .842 54 .016

Total 1.113 59

a. Predictors: (Constant), kepInsti, KomisarisIndependen, KomiteAudit, UkuranPerusahaan, DER

b. Dependent Variable: ROA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.206 5 .641 8.525 .000a

Residual 4.061 54 .075

Total 7.267 59

a. Predictors: (Constant), kepInsti, KomisarisIndependen, KomiteAudit, UkuranPerusahaan, DER


(6)

b. Uji-t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1(Constant) -.643 .280 -2.291 .026

DER -.016 .007 -.289 -2.157 .035

UkuranPerusahaan .025 .008 .367 2.987 .004 KomisarisIndependen .163 .248 .084 .657 .514

KomiteAudit -.027 .023 -.140 -1.162 .250

kepInsti .101 .082 .156 1.238 .221

a. Dependent Variable: ROA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1(Constant) -.996 .616 -1.617 .112

DER -.089 .016 -.644 -5.600 .000

UkuranPerusahaan .043 .018 .252 2.383 .021 KomisarisIndependen .092 .545 .019 .170 .866

KomiteAudit -.023 .052 -.046 -.442 .660

kepInsti .021 .179 .012 .115 .909


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 57 80

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Pada Perusahaan Telekomunikasi Seluler Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011

0 60 116

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real Estaate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2013

1 70 119

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 46 93

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 51 83

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 53 95

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 35 155

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance (GCG) 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

1 3 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 10