BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance (GCG) 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Good Corporate Governance (GCG)

2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

  Dalam Keputusan Menteri BUMN (KEP-117/M-MBU/2002) tentang

  Good Corporate Governance, ditetapkan, yang dimaksud dengan Corporate

Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN

  untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Organ adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komisaris dan Direksi untuk Perusahaan Perseroan (PERSERO), dan Pemilik Modal, Dewan Pengawas dan Direksi untuk Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN). BUMN wajib menerapkan GCG secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya.

  Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang dimaksud dengan Corporate Governance adalah serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).

  Pengertian Good Corporate Governance (GCG) merupakan struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebgai upaya untuk memberi nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan moral, etika, budaya dan aturan berlaku lainnya.

  Definisi menurut Cadbury mengatakan bahwa Good Corporate

  

Governance adalah mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai

  keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Adapun Center for

  

European Policy Study (CEPS), memformlasikan GCG adalah seluruh sistem

  yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan, dengan catatan bahwa hak di sini adalah hak dari seluruh stakeholders dan bukan hanya terbatas kepada satu

  

stakeholder saja. Noensi, seorang pakar GCG dari Indo Consult, mendefinisikan

  GCG adalah menjalankan dan mengembangkan perusahaan dengan bersih, patuh pada hukum yang berlaku dan peduli terhadap lingkungan yang dilandasi nilai- nilai sosial budaya yang tinggi. (Sutedi, 2012:1)

  

Development ) memberikan pengertian GCG sebagai suatu bentuk hubungan

  antara manajemen suatu perusahaan, board of directors, pemegang saham, dan

  

stakeholder lainnya. Hubungan ini meliputi berbagai aturan dan insentif

  terbentuknya struktur dan tujuan perusahaan yang pasti, dan cara mencapai tujuan serta pengawasan kinerja perusahaan. Corporate Governance yang efektif menciptakan sistem yang dapat menjaga keseimbangan dalam pengendalian perusahaan, sehingga dapat ditekan seminimal mungkin peluang-peluang terjadinya korupsi, penyalahgunaan wewenang masing-masing organ perusahaan, menciptakan insentif bagi manajer untuk memaksimalkan produktivitas penggunaan aset dan sumber daya lainnya, sehingga dicapai hasil uasaha yang maksimal. (Sutedi, 2012:30)

2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)

  Menurut Sutedi (2012:4), unsur-unsur GCG secara umum adalah sebagai berikut:

1. Fairness (keadilan), menjamin perlindungan hak para pemegang saham dan menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.

  2. Transparancy (transparansi), mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan, yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

  3. Accountability (akuntabilitas), menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen

  4. Responsibility (pertanggungjawaban), memastikan dipatuhinya peraturan- peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin dipatuhinya nilai-nilai sosial.

  Sementara dalam Keputusan Menteri BUMN (KEP-117/M-MBU/2002) tentang Good Corporate Governance, prinsip-prinsip GCG adalah:

  1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan;

  2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

  Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif; pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

  4. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak- hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2.1.3 Manfaat Good Corporate Governance (GCG)

  GCG dalam rangka pemenuhan kepatuhan, atau karena kebutuhan, maupun memanfaatkan pembelajaran yang ada, dapat memberikan manfaat bagi perusahaan antara lain: a.

  Mempertahankan going concern perusahaan b.

  Meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan pasar c. Mengurangi agency cost dan cost of capital d.

  Meningkatkan kinerja, efisiensi dan pelayanan kepada stakeholders e. Melindungi organ dari intervensi politik dan tuntutan hukum, dan f. Membantu terwujudnya good corporate citizen

  Penerapan GCG juga memberikan manfaat kepada organ dan anggota perusahaan dalam mendukung pencapaian kinerja perusahaan, pemenuhan akuntabilitas, mengurangi agency cost, menjaga independensi dan profesionalisme organ dan anggota perusahaan, memenuhi kepatuhan, mengelola risiko dan hal-hal yang berdampak pada kesinambungan perusahaan, serta mewujudkan hubungan kerja yang beretika, adil dan bermartabat. (IICG: 2013)

  Bagi mitra bisnis dan para pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholders), mendapatkan manfaat dari perusahaan yang telah menerapkan GCG yaitu jaminan produk dan layanan yang berkualitas, komitmen dalam praktik bisnis yang beretika dan memenuhi tingkat kepatuhan yang baik, komitmen dalam ketepatan dan kewajaran pemenuhan perjanjian bisnis/kerja dan proses pengadaan, keterbukaan informasi dan menerima keluhan serta saran dan masukan dari stakeholders. beretika dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya dunia bisnis yang terpercaya dan bermartabat sehingga mampu mendorong pertumbuhan industri secara khusus dan perekonomian nasional.

2.1.4 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance (GCG)

  Secara umum, penerapan prinsip GCG secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut (Surya, 2008:68):

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing; 2.

  Mendapatkan cost of capital yang lebih murah;

  3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan;

  4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap perusahaan;

5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

  Dari berbagai tujuan tersebut, pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder secara seimbang berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing dalam suatu perusahaan, merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.

  Sementara tujuan GCG menurut Keputusan Menteri nomor 11 tahun 2002 tentang Good Corporate Governance, yaitu:

  1. Penerapan GCG pada BUMN, bertujuan untuk; memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing 2.

  Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ;

  3. Mendorong agar Organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang- undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN; 4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional; 5. Meningkatkan iklim investasi nasional;

6. Mensukseskan program privatisasi.

2.1.5 Implementasi Good Corporate Governance

2.1.5.1 Komisaris Independen

  Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Di Indonesia, dewan komisaris merupakan dewan yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Atau sebaliknya, peran komisaris yang terlalu kuat dalam perusahaan, sehingga sering kali melakukan intervensi terhadap kebijakan direksi. Fenomena ini menjadi masalah pada perusahaan terbatas biasa, namun akan berbeda halnya bila perusahaan tersebut telah go public. Sikap pasif ini atau sikap yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham (minoritas) serta para stakeholder lainnya. (Sutedi, 2012:134-135)

  Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Peraturan BEJ mewajibkan perusahaan yang sahamnya tercatat di BEJ untuk memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris yang dapat dipilih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai komisaris independen setelah saham perusahaan tersebut tercatat.

  2.1.5.2 Komite Audit

  Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip GCG. Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Komite audit ini memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.

  Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada di bawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan (empowerment) dewan komisaris. Oleh karena itu, pertanggungjawaban komite audit kepada dewan komisaris. (Sutedi, 2012:142)

  2.1.5.3. Kepemilikan Institusional

  Kebanyakan pemegang saham perorangan kurang mempedulikan hak-hak dan manajemen perusahaan, ini dikarenakan jumlah saham yang mereka miliki relatif kecil, hal ini berbeda dengan institusional ownership yang memiliki jumlah saham yang relatif besar. Oleh karena itu, peran institusional ownership dalam perwujudan CG semakin meningkat karena dapat mengurangi agency problem dengan cara melakukan pengawasan yang lebih efektif. (Bathala et al. dalam Hutagalung, 2012: 39)

2.2 Profitabilitas

2.2.1 Pengertian Profitabilitas

  Menurut Kasmir (2008:196), p rofitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode waktu tertentu, sebab untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan/profitable. Oleh karena itulah, para pemilik maupun pihak manajemen akan berusaha meningkatkan keuntungan ini karena mereka menyadari betul pentingnya keuntungan ini bagi masa depan perusahaan. Dari kemampuan ini dapat juga digambarkan bagaimana efektivitas manajemen perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasinya.

  Sumber daya yang ada dalam perusahaan seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya diberdayakan sedemikian rupa untuk menghasilkan laba (profit) bagi perusahaan. Sehingga dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

  Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba merupakan bagian dari kinerja perusahaan. Menurut Brigham dalam bukunya “Managerial Finance” menyebutkan, profitability is the result of a large number of policies and

  

decision. Profitabilitas menjadi sebuah indikator dalam kinerja keuangan

  perusahaan jangka panjang. Dan kinerja keuangan ini nantinya dapat dilihat melalui analisis laporan keuangan.

  Profitabilitas suatu perusahaan juga menjadi dasar dalam pembagian dividen perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang ditanamkannya dalam perusahaan. Profitabilitas yang tinggi dapat menarik hati para investor untuk menanamkan sejumlah dana untuk memperluas usaha, sebaliknya profitabilitas yang rendah menyebabkan para investor bisa saja menarik dananya dari perusahaan.

  Profitabilitas yang tinggi juga akan menunjukkan apakah perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Karena itu, perusahaan berusaha meningkatkan profitabilitasnya agar kelangsungan hidup perusahaannya terjamin. Sehingga berdasarkan gambaran di atas, dapat kita simpulkan bahwa profitabilitas berbicara tentang tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan sumber- sumber yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berhubungan dengan penjualan, jumlah aktiva, maupun modal sendiri.

  Oleh karena profitabilitas dipandang sebagai salah satu dasar penilaian kondisi perusahaan, maka dibutuhkan alat analisis untuk dapat menilainya. Rasio profitabilitas merupakan alat analisis untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Hasil pengukuran ini dijadikan alat untuk mengevaluasi kinerja manajemen, apakah telah berjalan secara efektif atau tidak. Jika pada akhirnya didapati kegagalan dalam mencapai target, maka harus diselidiki di mana letak kesalahannya untuk dijadikan acuan dalam merencanakan pencapaian laba di masa yang akan datang. Efektivitas manajemen ini mencakup kegiatan fungsional manajemen, seperti keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, dan operasional.

  Ada beberapa rasio yang digunakan untuk menghitung profitabilitas menurut Kasmir (2008), yaitu:

  2.2.2.1 Return On Asset (ROA) Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.

  Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

  2.2.2.2 Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) ini mengukur kemampuan perusahaan

  menyediakan pendapatan bagi para pemilik saham atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas suatu usaha.

  Secara umum, semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tingginya pula

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

  Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan (Kasmir, 2008 :197), antara lain:

  1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

  2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

  3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

  4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

  5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

  6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri.

  7. dan tujuan lainnya.

  Manfaat yang diperoleh adalah : 1. mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode

  2. mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang 3. mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu 4. mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri 5. mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri manfaat lainnya.

  Leverage

2.3 Leverage keuangan dapat didefinisikan sebagai penggunaan potensial

  biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba per lembar saham perusahaan (Warsono, 2003: 217). Leverage (Sadalia, 2010 : 128) digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan. Dengan memperbesar tingkat leverage berarti bahwa tingkat ketidakpastian dari return yang diperoleh akan semakin tinggi pula tetapi pada saat yang sama hal tersebut juga dapat memperbesar return yang diperoleh. Semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi risiko yang dihadapi serta semakin besar tingkat return atau penghasilan yang diharapkan.

  Salah satu rasio yang digunakan dalam menghitung leverage perusahaan adalah Debt to Equity Ratio (DER) (Kasmir, 2008). Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan seluruh hutang perusahaan dengan seluruh ekuitasnya. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang digunakan sebagai jaminan utang. Bagi bank (kreditur) semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan.

  Sebaliknya dengan rasio yang rendah, maka menunjukkan semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan.

2.4 Ukuran (Size) Perusahaan

  Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai penjualan dan kapitalisasi pasar.

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N Peneliti Judul Variabel Metode Hasil Penelitian o. (tahun) Penelitian Penelitian Penelitian

  1. Renny Implementation Variabel Path Penerapan GCG Nur’ainy et of Good Independen: Analysis mempengaruhi secara

  al. (2013) Corporate Penerapan GCG langsung kinerja Governance and perusahaan, dan juga

  kinerja perusahaan

  Its Impact on

  Variabel Perantara: Firm Performance: ukuran perusahaan.

  size The Mediation Role of Firm

  Variabel

  Size (Empirical

  Dependen:

  Study from

  Kinerja

  Indonesia)

  Perusahaan (EVA)

  2. Duc Vo Corporate Variabel Regresi Komisaris wanita, dan Thuy Governance Independen: dualitas CEO, dan Phan And Firm Corporate tingkat pendidikan (2013) Performance: Governance komisais berpengaruh

  (ukuran positif terhadap

  Empirical Evidence From komisaris, ROA. Sementara Vietnam komisaris wanita, ukuran komisaris

  dualitas CEO, berhubungan negatif, tingkat serta kepemilikan pendidikan komisaris tidak komisaris, berhubungan. kepemilikan komisaris) Variabel Dependen: kinerja perusahaan (ROA)

  3. Diah Nurriza et

  Terhadap Kinerja

  ownership dan

  ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif. Tetapi ukuran dewan komisaris dan kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Pengaruh mekanisme

  corporate governance terhadap

  manajemen laba bahwa institutional

  ownership dan

  ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif. Tetapi ukuran dewan komisaris dan kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

  5. Dian Prasinta (2012)

  Pengaruh Good

  Corporate Governance

  Keuangan Variabel Independen: Good

  corporate governance terhadap

  Corporate Governance (skor

  CGPI) Variabel Dependen: Kinerja Keuangan (return on assets (ROA), return on

  equity

  (ROE) dan Regresi Berganda

  Tidak terdapat hubungan positif antara Good

  Corporate Governance

  dengan return on assets,

  n amun terdapat

  hubungan positif antara Good

  Corporate Governance

  manajemen laba bahwa institutional

  Regresi berganda Pengaruh mekanisme

  al . (2012)

  Terhadap

  Pengaruh Penerapan Good

  Corporate Governance

  terhadap Kinerja Keuangan

  Perusahaan Variabel Independen: Penerapan GCG Variabel Dependen: Kinerja keuangan dengan rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, aktivitas, dan pasar.

  Teknis regresi linear sederhana dan uji-t

  Hasil penelitian menunjukkan penerapan GCG memberikan pengaruh signifikan pada kinerja keuangan yang diukur dengan rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan pasar. Tetapi pada rasio profitabilitas, GCG tidak memberikan pengaruh signifikan.

  4. Elvi Rahmayant i (2012)

  Analisis Pengaruh

  Mekanisme

  Corporate Governance

  Earnings Management

  performance and unmanaged performance )

  Dan Kinerja Perusahaan

  (Studi Empiris Perusahaan

  Manufaktur Yang Terdaftar

  Di Bursa Efek Indonesia

  Periode 2006- 2011)

  Variabel Independen:

  corporate governance

  (kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, kualitas auditor, ukuran perusahaan) Variabel Dependen: manajemen laba yang diukur dengan absolute

  discretionary accruals dan

  kinerja perusahaan (reported

  dengan

  Tobin’s Q ) return on equity, dan

  Corporate Governance

  Good Corporate Governance

  (GCG) Variabel Dependen: Return

  on Assets (ROA), Net Profit Margin

  (NPM), dan

  Earning Per Share

  (EPS) Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana.

  GCG tidak berpengaruh secara Parsial terhadap ROA, tetapi berpengaruh terhadap NPM dan EPS secara parsial. ROA tidak dapat dijelaskan oleh GCG, sementara NPM dan EPS dapat dijelaskan.

  8. Okky Andriyan dan Supatmi (2010)

  Pengaruh Mekanisme

  Terhadap Kinerja

  Governance Perception Index

  Keuangan Bank Perkreditan

  Rakyat Variabel Independen: Corporate Governance (kepemilikan manajerial, proporsi outside

  directors , dan

  jumlah board of

  directors (BOD))

  Variabel kontrol: ukuran BPR dan umur BPR Variabel Dependen: kinerja keuangan (rasio NPL, KPMM, LDR, dan ROA)

  Analisis regresi berganda

  Mekanisme CG secara simultan berpengaruh terhadap rasio NPL, KPMM, dan ROA. Secara parsial, kepemilikan manajerial dan proporsi outside

  directors

  Variabel Independen:

  Perusahaan yang Terdaftar di Corporate

  tidak terdapat hubungan positif antara Good

  Regresi Berganda

  Corporate Governance dengan

  tobin’s Q.

  6. Maringan Hutagalun g (2012)

  Pengaruh

  Corporate Governance dan Market Competition

  Terhadap Produktivitas

  Perusahaan Variabel Independen: CG (insider

  ownership, institutional ownership, number of director, non executive director ) dan Market Competition

  Variabel Dependen: Produktivitas

  Produktivitas dipengaruhi oleh

  Share Pada

  Corporate Governance ,

  khususnya untuk pengukuran insider

  ownership dan institutional ownership yang

  berhubungan positif, dan non executive berhubungan negatif.

  7. Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar (2011)

  Pengaruh Penerapan Good

  Corporate Governance

  terhadap Return

  On Asset, Net Profit Margin ,

  dan Earning Per

  menunjukkan pengaruh negatif terhadap rasio NPL dan ROA, sedangkan jumlah BOD berpengaruh negatif terhadap rasio LDR.

  9. Endang Pengaruh Variabel Teknis Hasil penelitian yang Kemalasari Penerapan Good Independen: GCG regresi dilakukan (2009) Corporate (dewan komisaris, linear menunjukan bahwa

  Governance kepemilikan berganda. secara simultan dan

  terhadap Kinerja institusional, dan parsial GCG (dewan Perusahaan komite audit) komisaris,

  Perbankan yang kepemilikan Terdaftar di institusional, dan

  Variabel Bursa Efek komite audit) tidak

  Dependen: Indonesia berpengaruh terhadap

  Kinerja keuangan kinerja keuangan (ROA, NPM,

  (ROA, NPM, ROE, ROE, dan BOPO) dan BOPO), bahkan komite audit mempunyai pengaruh yang negatif terhadap NPM serta kepemilikan institusional terhadap ROE.

  10 Rob Empirical Variabel Regresi Corporate . Bauery, Evidence on Independen: Berganda Governance

  Nadja berpengaruh negatif

  Corporate Corporate

  Gäunsterz, Governance in Governance terhadap NPM dan dan Roger Europe Variabel ROE Otten (The Effect on Dependen: kinerja (2003) Stock Returns, keuangan (NPM

  Firm Value and dan ROE) Performance)

2.6 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan latar belakang penelitian dan tinjauan pustaka, dapat diketahui bahwa GCG merupakan suatu sistem yang mengatur bagaimana organisasi dioperasikan dan dijalankan dengan baik karena GCG sebagai sarana interaksi yang mengatur antar struktur dan mekanisme yang menjamin adanya kontrol, namun tetap mendorong efisiensi dan kinerja perusahaan. Sebuah perusahaan akan mengalami peningkatan kinerja jika menerapkan GCG.

  Dengan adanya Good Corporate Governance di mana digambarkan dengan komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional, diharapkan dapat meningkatkan nilai dan laba perusahaan. Proporsi komisaris independen memegang peranan penting dalam implementasi Good Corporate

  Governance karena merupakan inti dari Good Corporate Governance yang

  bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Dewan komisaris juga bertanggung jawab atas kualitas laporan yang disajikan.

  Komite audit yang bertanggung jawab mengawasi laporan keuangan menciptakan kedisiplinan dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan. Kepemilikan institusional yang tinggi menunjukkan semakin meningkat pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan. Jadi semakin besar persentase proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional serta dengan adanya komite audit, maka akan lebih meningkatkan pengawasan terhadap operasional perusahaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan (Kemalasari, 2009: 53). Bentuk kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

  Good Corporate Governance

  (GCG):

   Profitabilitas:  )

  1 )

  Komisaris Independen (X

  Return on Asset (Y

   1

  2 )

  Komite Audit (X )

   Kepemilikan Institusional  (X )

  2 Return on Equity (Y

3 Variabel Kontrol:

  • Leverage (Debt to Equity

  Ratio -DER)

  • Ukuran Perusahaan (SIZE)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis

  Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

  

“Penerapan Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas dalam penelitian ini dibatasi pada ROA dan ROE

pada perusahaan tambang di Bursa Efek Indonesia.”