BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang (Studi kasus: Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Agronomis Tanaman kentang merupakan komoditas sayuran yang mendapat perioritas utama

  dalam pengembangannya karena dapat mendatangkan keuntungan yang tinggi bagi yang membudidayakannya. Kentang (Solanum Tuberosum L) berasal dari Negara beriklim dingin (Belanda, Jerman). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia (Pengalengan, Lembang, dan Karo) sejak sebelum perang dunia II yang disebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan hasil seleksi di Negeri Belanda pada tahun 1890, berkulit umbi kekuning-kuningan, berdaging kuning, dan rasanya enak. Kelemahan dari kentang ini adalah peka terhadap penyakit busuk daun, virus Y, dan A, dan peka terhadap penyakit layu. (Soelarso, 1997).

  

Solanum Tuberosum L atau kentang merupakan tanaman setahun bentuk yang

  sesungguhnya menyemak dan bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50-120 cm, dan tidak berkayu. Batang dan daun bewarna hijau kemerah-merahan atau keungu-unguan. Bunga bewarna kuning keputihan atau ungu, tumbuh di ketiak daun teratas, dan berjenis kelamin dua.

  Benang sarinya bewarna kekuning-kuningan dan melingkari tangkai putik. Putik itu biasanya cepat masak.Buahnya berbentuk buni, buah yang berkulit, dingdingnya berdaging dan mempunyai dua ruang. Didalam buah berisi banyak calon biji yang jumlahnya bisa mencapai 500 biji. Akan tetapi dari jumlah tersebut yang berhasil dari bijinya hanya berkisar 100 biji, bahkan ada yang cuman puluhan biji, jumlah ini tergantung dari varietas kentangnya. Akar tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Akar ini bewarna keputih-putihan. Kedalaman daya tembusnya bisa mencapai 45 cm. Namun biasanya akar ini banyak yang mengumpul di kedalaman 20 cm.

  (Setiadi, 1990/2000). Bagian batang kentang yang terletak dibawah permukaan tanah tumbuh daun- daun kecil seperti sisik. Pada ketiak daun terdapat tunas ketiak yang dapat tumbuh menjulur secara diageotrofik. Ujung stolon membengkak sebagai tempat terkumpulmnya zat cadangan makanan yang disebut umbi kentang.

  (Soelarso, 1997). Tempat yang disenangi tanaman kentang mula-mula yang berhawa dingin. Pada perkembangan selanjutnya kentang disebarluaskan kedaerah lain dan teryata bisa tumbuh dan beradaptasi didaerah-daerah yang beriklim sedang (subtropis). Kemudian meluas kedaerah tropis yang memilki dua musim seperti di indonesia dan daerah-daerah khatulistiwa. Suhu yang ideal antara 15-18°C pada malam hari dan 24-30°C pada siang hari. Kentang dapat tumbuh pada ketinggian 500-3000 m dpl. Tanah yang paling cocok buat kentang tanah gembur atau sedikit ada air dan mengandung humus yang tinggi kelembapan yang cocok untuk kentang adalah 70%. Sedangkan Ph 5,0-6,5. Lama penyinaran yang diperlukan dalam proses fotositesis adalah 9-10 jam. (Nurul E, 2012).

2. Tinjauan Ekonomis

  Kentang di Kabupaten Karo merupakan salah satu komoditas yang banyak di tanam masyarakat sekaligus menjadi komoditas unggulan yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan lokal dan Manca Negara. Untuk pasar lokal kentang dipasarkan Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam dan Binjai, sedangkan untuk pasar internasional dipasarkan Malaysia dan Singapura. Karena itu pengembangan komoditas kentang tersebut akan berdampak luas bagi ekonomi rakyat.(Anonimus, 2013).

  Dari segi pemamfaatanya, kentang biasanya dingunakan sayuran, kentang goreng keripik dan tepung. Sementara dari jenis yang dingunakan petani terdiri dari jenis granola dan jenis lokal. Granola dipakai karena bentuknya menarik umbinya bewarna kuning dan bibitnya bisa dingunakan untuk lima generasi. (Nurul E, 2012).

  Landasan Teori

  Besarnya perhatian dan keyakinan pemerintah Indonesia akan pentingnya sektor pertanian dapat di lihat dari kesungguhannya dalam membangun pertanian di Negara ini. Segala sarana dan prasarana pertanian di sediakan, demikian pula segala kemudahan bagi petani, termasuk berbagai bentuk subsidi. Guna mencapai peningkatan produksi, teknologi memang di perlukan, dan para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke pengunaan teknologi baru yang lebih maju (Slamet, 2003). Adopsi diartikan sebagai penerapan penggunaan sesuatu ide atau alat teknologi atau baru yang dapat disampaikan lewat pesan komunikasi (lewat penyuluhan).

  Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan. Atau dengan kata lain inovasi yang diterima (Levis, 1992).

  Adopsi petani terhadap teknologi pertanian sangat ditentukan dengan kebutuhan akan teknologi tersebut dan kesesuaian teknologi dengan kondisi biofisik dan sosial budaya. Oleh karena itu, introduksi suatu inovasi teknologi baru harus disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi. Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik. Keputusan inovasi merupakan proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya kemudian mengukuhkannya.(Suprapto dan Fahrianoor, 2004). Usaha yang dilakukan dalam memperkenalkan suatu teknologi baru (inovasi) kepada seseorang, maka sebelum orang tersebut mau menerapkannya, terdapat suatu proses yang disebut proses adopsi. Dalam proses ini terdapat tahapan- tahapan yang meliputi tahapan dari yang belum diketahui sesuatu oleh seseorang sampai diterapkannya inovasi tersebut. Dalam penerimaan inovasi terdapat lima(5) tahapan dilalui sebelum seseorang bersedia merepakkan inovasi yang diperkenalkan kepadanya. Pada tahapan 1) Sadar, adalah seseorang belajar tentang ide baru, produk atau praktek baru. Dia hanya mempunyai pengetahuan umum mengenai ide baru tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan pemamfaatanya secara khusus. 2)

  

Tertarik, adalah seseorang tidak hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, ingin

  mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih mendeteil: apa itu, apa yang dapat dikerjakan dan cara kerja ide baru tersebut, mendegar dan membaca informasi mengenai ide baru tersebut. Penilaian, adalah seseorang menilai informasi yang diketahuinya dan memutuskan apakah ide baru baik untuknya. 4)

  

Coba-coba , adalah seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide baru tersebut, dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurung waktu yang lama atau dalam skala yang terbatas. 5) Adopsi, adalah tahap dimana dia menyakini akan ebenaran dan keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong penerapan oleh orang lain, dan inovasi diadopsi dengan cepat: 1.

  Memiliki keuntungan tinggi bagi petani 2. Sesuai dengan nilai-nilai soaial,adat setempat 3. Tidak rumit 4. Dapat dicoba dalam skala kecil 5. Mudah diamati (Ginting, 2002).

  Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada mamfaatnya bagi petani dipedesaan jika teknolgi tersebut tidak dikomunikasikan pada masyarakat pedesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan stuktur komunikasi informasi dipedesaan menjadi sangat kompleks sehingga dapat dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam cara kerja (tehnik kerja) pada petani jika pada mereka melakukan komunukasi teknologi yang baik dan tepat (Satia N, 2000).

  Faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Tingkat pendidikan petani

  Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. petani yang berpendidikan tinggiakan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi.

  b. Umur Petani

  Makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.

  c. Pengalaman bertani

  Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

  d. Luas Pemilihan Lahan

  Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan ke efesienan penggunaan sarana produksi.

  e. Jumlah Tanggungan

  Petani dengan jumlah tanggungan semakin tinggi akan semakin lamban dalam mengadopsi inovasi karena jumlah tanggungan yang besar akan mengharuskan petani untuk memikirkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak mengalami resiko yang fatal, bila kelak inovasi yang diadopsi mengalami kegagalan.

  f. Tingkat Pendapatan petani Petani yang memiliki tingkat pendapatan usaha taninya tinggi akan berusaha lagi mencari informasi dan melakukan inovasi baru agar produksi usaha taninya lebih meningkat. Dan petani yang pendapatan usaha taninya rendah akan lebih sulit dalam menerapkan inovasi baru. (Soekartawi, 1986)

  Kerangka pemikiran

  Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi kentang terbesar di Sumatera Utara, dimana dalam hal ini Pemerintah memberikan dukungan berupa penerapan teknologi anjuran yang disampaikan kepada petani kentang melalui program penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan teknologi tersebut kepada petani karena dengan bantuan penyuluh maka inovasi akan cepat diterima oleh masyarakat tani khususnya para petani kentang.

  Petani kentang dalam melakukan budidaya kentang melakukan tahapan-tahapan seperti : varietas, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, dan pemanenan. Penerapan teknologi anjuran budidaya kentang ini sudah berlangsung mulai tahun 2004 sampai sekarang.

  Dalam mengadopsi suatu teknologi, maka petani dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan dan total pendapatan petani. Petani yang memiliki lahan luas akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi bila dibandingkan dengan petani yang memiliki lahan sempit hal ini dikarenakan keefisienan sarana produksi. Petani yang memiliki pendapatan yang rendah pada umumnya lebih lambat dalam mengadopsi suatu inovasi karena petani umumnya lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan hidup petani bila dibandingkan dengan mengadopsi suatu inovasi, petani tidak mau untuk mengambil resiko yang besar jika nantinya inovasi itu tidak berhasil.

  Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi dari pada petani pemula, karena dengan pengalaman yang lebih banyak sudah dapat membuat perbandingan dalam membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi (teknologi).

  Petani dalam mengadopsi teknologi budidaya kentang tidak sama. Ada yang cepat (Positif) dan ada yang lambat (Negatif).

  • varietas
  • Persiapan lahan
  • Penanaman • Pemeliharaan • Pengendalian H &
  • Umur • Tk. Pendidikan • Lama bertani
  • Luas lahan
  • Jlh. Tanggungan • Pendapatan petani
  • Pemanenan

  Keterangan : Ada hubungan : Ada pengaruh Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran

Penyuluh

Pertanian

  Tahapan-tahapan teknologi budidaya kentang :

  P

  

Teknologi

Budidaya Kentang

  Faktor-faktor yang mempengaruhi :

  

Petani Kentang

Tingkat Adopsi

  Pemerintah

  Positif Negatif

  Hipotesis Penelitian 1.

  Tingkat Adopsi petani terhadap teknologi anjuran budidaya kentang di daerah penelitian tergolong kategori tinggi

  2. Faktor-faktor Sosial Ekonomi (Umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman bertani,luas lahan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan usahatani kentang) mempegaruhi tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran pada budidaya kentang didaerah penelitian

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang (Studi kasus: Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara)

7 106 74

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Terhadap Teknologi Anjuran Pada Budidaya Tanaman Bawang Merah di Desa Simanindo Sangkal, Kecamatan Simanindo, Kab.Samosir

0 43 116

Tingkat Adopsi Petani Sayur Mayur Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran di Kelurahan Tanah Enam Ratus ( Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan )

0 29 95

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Lahan Kering Oleh Petani (Studi Kasus : Desa Aji Julu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara)

5 60 96

Tingkat Adopsi Petani Sayur Bayam Jepang Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran Dan Hubungannya Dengan Sosial Ekonomi Petani (Studi Kasus Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo )

10 71 79

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Nilam Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Kasus: Desa Tanjung Meriah Kecamatan STTU Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

6 80 91

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat

7 60 88

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 55 82

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kesejahteraan - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani Padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat

0 1 12

II. TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Udang Windu Organik dan Nonorganik (Studi Kasus : Batang Kilat Kota Medan Propinsi Sumatera Utara)

0 1 16