Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN

PUPUK SESUAI DOSIS ANJURAN PADA USAHA TANI PADI

SAWAH

(Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

LASDIMAN SITANGGANG 080309051

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISBIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN

PUPUK SESUAI DOSIS ANJURAN PADA USAHA TANI PADI

SAWAH

(Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin,Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

LASDIMAN SITANGGANG 080309051

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat – Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh :

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

( Dr.Ir.Satia Negara Lubis,MEc)

NIP: 196304021997931001 NIP: 196509261993031002 ( Ir.Sinar Indra Kesuma, MSi )

PROGRAM STUDI AGRIBISBIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

LASDIMAN SITANGGANG (080309051) dengan judul skripsi “ TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK SESUAI DOSIS ANJURAN PADA USAHA TANI PADI SAWAH”. Studi kasus di Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini di bimbing oleh Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, Msi sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran pada usaha tani padi sawah di daerah penelitian, pengaruh karakteristik sosial ekonomi ( umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani dan tingkat pendapatan ) petani terhadap penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usahatani padi sawah, masalah-masalah dalam tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (puposive) dengan pertimbangan daerah ini merupakan desa dengan produktivitas padi sawah tertinggi di kabupaten Deli Serdang. Metode penentuan sampel yang digunakan yaitu Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, metode analisis Skala Likert, dan analisis Regresi Logistic Binary.

Dari penelitian diperoleh hasil yaitu Tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran didaerah penelitian positif . Secara serempak, faktor sosial ekonomi petani (Umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pangalaman bertani, tingkat pendapatan) memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Secara parsial, variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk, sedangkan variabel umur , luas lahan, pengalaman bertani dan tingkat pendapatan, tidak berpengaruh secara nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran.

Kata Kunci : Tingkat Adopsi , Penggunaan pupuk , Padi sawah


(4)

RIWAYAT HIDUP

LASDIMAN SITANGGANG, lahir di Pangururan pada tanggal 15 Pebruari 1989. Anak ke delapan dari sembilan bersaudara dari pasangan W. Sitanggang dan N. Br. Nainggolan.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah:

1. Tahun 1996 masuk sekolah Dasar di SD Inpres 175832 Buhit Pangururan dan tamat tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Lanjutan Pertama di SLTP Negeri 1 Pangururan dan tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pangururan dan tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 di terima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

5. Bulan Juli- Agustus 2012 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Panca Arga di kabupaten Asahan.

6. Bulan September-Oktober 2013 melakukan penelitian skripsi di Desa Sidoarjo Dua Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.


(5)

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Anugrah dan Penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis

Anjuran Pada Usahatani Padi Sawah ” (Studi kasus Desa Sidoarjo Dua

Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang) yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaiakan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis

2. Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, Msi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis 3. Dr. Ir. Salmiah, Msi selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Pengurus Kelompok Tani Tapian Nauli 6. Warga Desa di daerah penelitian.

7. Seluruh instansi terkait dalam penelitian ini yang membantu dalam memperoleh data selama penulisan skripsi ini.

Terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada Ayahanda W. Sitanggang dan ibunda N. Nainggolan serta Abangda Ricad E. Sitanggang, Spd, Reboinden K Sitanggang, Ridarson Sitanggang serta Kakanda Janiroyani br Sitanggang, Spd,


(6)

Herawati br Sitanggang, Spd, Rawana Isabella br Sitanggang, Spd, Sarmauli I br Sitanggang, Amd dan Adinda Karnober Sitanggang, Amd, atas doa, kasih sayang, nasehat, motivasi serta dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman di Jurusan Agribisnis Stambuk 2008 yang telah banyak membantu penulis selama penelitian dan menyelesaikan skripsi ini, atas dukungan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat. Terimakasih.

Medan, 12 Januri 2014


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjaun Pustaka ... 8

2.2 Landasan Teori ... 13

2.3 Kerangka Pemikiran ... 17

2.4 Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 22

3.3 Metode Pengumpulan Data... 24

3.4 Metode Analisis Data ... 25

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 28

Batasan Operasional ... 30

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Wilayah ... 31

4.2 Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 31

4.3 Keadaan Penduduk ... 33

4.4 Sarana dan Prasarana ... 35


(8)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran pada Usahatani Padi Sawah ... 39 5.2 Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Terhadap Tingkat

Adopsi Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usahatani Padi Sawah ... 42 5.3 Masalah yang Dihadapi Petani dalam Tingkat Adopsi Penggunaan

Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usahatani Padi Sawah ... 45 5.4 Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah yang Dihadapi

Petani dalam Tingkat Adopsi Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usahatani Padi Sawah ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 48 6.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

ABSTRAK

LASDIMAN SITANGGANG (080309051) dengan judul skripsi “ TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK SESUAI DOSIS ANJURAN PADA USAHA TANI PADI SAWAH”. Studi kasus di Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini di bimbing oleh Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, Msi sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran pada usaha tani padi sawah di daerah penelitian, pengaruh karakteristik sosial ekonomi ( umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani dan tingkat pendapatan ) petani terhadap penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usahatani padi sawah, masalah-masalah dalam tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (puposive) dengan pertimbangan daerah ini merupakan desa dengan produktivitas padi sawah tertinggi di kabupaten Deli Serdang. Metode penentuan sampel yang digunakan yaitu Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, metode analisis Skala Likert, dan analisis Regresi Logistic Binary.

Dari penelitian diperoleh hasil yaitu Tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran didaerah penelitian positif . Secara serempak, faktor sosial ekonomi petani (Umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pangalaman bertani, tingkat pendapatan) memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Secara parsial, variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk, sedangkan variabel umur , luas lahan, pengalaman bertani dan tingkat pendapatan, tidak berpengaruh secara nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran.

Kata Kunci : Tingkat Adopsi , Penggunaan pupuk , Padi sawah


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari, mempunyai permasalahan seperti usia petani, tingkat pendidikan rendah, tingkat keterampilan masih terbatas, produktifitas dan tingkat pendapatan rendah, adanya sikap mental yang kurang mendukung dan masalah-masalah lainnya. Permasalah-masalahan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat petani pedesaan yang satu sama lain saling berkaitan.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk pembangunan sektor pertanian adalah dengan penerapan teknologi. Adapapun teknologi tersebut disalurkan melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Untuk mempercepat laju pembangunan pertanian, kegiatan penyuluhan sangat penting. Dengan adanya kegiatan penyuluhan diharapkan para petani mempunyai persepsi positif terhadap suatu teknologi, kemudian dengan persepsi positif petani bersedia mengubah sikap dan perilaku untuk melakukan usahatani sesuai anjuran teknologi.

Kesediaan petani untuk menerima ataupun menolak teknologi pada umumnya didasari oleh keadaan faktor sosial ekonomi petani, diantaranya faktor usia petani yang sudah tua cenderung melakukan usahatani yang dilakukan secara turun temurun dan petani yang berusia muda cenderung mengikuti teknologi dan mencoba hal-hal baru, tingkat pendidikan petani yang tinggi akan cepat melakukan teknologi daripada petani yang berpendidikan rendah, petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada


(11)

petani dengan luas lahan yang sempit, hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana produksi, petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan teknologi , dikarenakan pengalaman lebih banyak sehingga sudah bisa membuat perbandingan dalam mengambil keputusan, dan petani yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani dengan tingkat pendapatan rendah.

Penerapan teknologi terutama perlu difokuskan untuk tanaman pangan yaitu padi sawah mengingat beras adalah makanan pokok di indonesia. Penyediaan pangan, terutama beras, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain merupakan makanan pokok untuk lebih dari 95% rakyat Indonesia, padi juga telah menyediakan lapangan kerja bagi rumah tangga petani pedesaan.

Dari beberapa sub sektor pertanian yang ada, pertumbuhan di sektor tanaman pangan paling kecil, yaitu sekitar 2,1% per tahun. Hal ini terjadi pada subsektor tanaman padi. Pertumbuhan subsektor tanaman padi hanya 0,2% pertahun. Padi merupakan makanan pokok bangsa indonesia. Pertumbuhan ini tentunya tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup tinggi. Dampak dari ketidakseimbangan pertumbuhan subsektor tanaman padi dengan pertumbuhan penduduk adalah indonesia menjadi negara pengimpor beras.

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) produksi padi di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimatan berturut-turut sebesar 28,47 juta ton; 11,25 jta ton;4,8 juta ton dan 2,7 juta ton. Total produksi keempat pulau tersebut yaitu 47,22 juta ton.


(12)

Pada tahun 2000 hingga 2010, menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Sumatera Utara 2011, terjadi peningkatan luas panen dan juga produksi padi sawah di Sumatera Utara. Secara umum perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah dapat dilihat di tabel 1 berikut ini:

Tabel 1.Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

Tahun Luas Panen(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas(Kw/ha)

2000 766.194 3.310.814 43,21

2001 728.844 3.110.615 42,68

2002 695.907 2.981.889 42,85

2003 742.280 3.195.515 43,05

2004 744.947 3.214.782 43,15

2005 743.813 3.240.209 43,56

2006 652.531 2.870.944 44,00

2007 690.640 3.107.570 45,00

2008 696.722 3.189.758 45,78

2009 718.583 3.382.066 47,07

2010 702.308 3.422.264 48,73

Sumber:BPS Provinsi Sumatera Utara, 2011

Produksi padi sawah Sumatera Utara selama periode 2000-2010 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen per tahun. Peningkatan ini disebabkan bertambahnya produksi padi sawah dengan rata-rata 0,33 persen per tahun. (BPS Provinsi Sumatera Utara, 2011).

Pertumbuhan produksi padi sawah yang meningkat tersebut tidak lepas dari salah satu peran input produksi yaitu pupuk. Pemupukan memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan produksi pertanian khususnya tanaman pangan. Di beberapa tempat, tanaman pangan seringkali tidak mampu berproduksi dengan baik tanpa adanya pemupukan. Dengan pemupukan yang tepat, produksinya dapat dilipatgandakan.

Meskipun demikian, petani masih mengalami masalah dalam pengadaan input produksinya. Masalah-masalah itu diantaranya, penggunaan pupuk yang


(13)

tidak sesuai anjuran yang berakibat menurunnya kesuburan tanah kaeana penggunaan pupuk yang berlebih sehingga menrurunkan produksi, ketersediaan dan pemalsuan input produksi, pencabutan subsidi pupuk oleh pemerintah dan tingginya harga pupuk melebihi standar gabah. Ketiga masalah ini menjadi masalah besar bagi petani yang rata-rata memiliki skala usaha yang kecil. Kasus kenaikan harga pupuk diikuti naiknya harga saprodi lain mengakibatkan Indonesia ketergantungan pada dunia luar dalam mencukupi kebutuhan pangan

Kelebihan dosis penggunaan pupuk dapat menimbulkan rendahnya efektivitas dan efisiensi biaya produksi dan kerusakan lingkungan, akibatnya kenaikan produktivitas akan semakin menurun sehingga pendapatan petani dalam berusahatani padi kurang maksimal. Selain itu, penggunaan pupuk yang melebihi dosis yang direkomendasikan oleh pemerintah akan mengakibatkan ketidakseimbangan unsur hara dan juga kelangkaan pupuk dikemudian hari .

Kekurangan atau kelebihan penggunaan pupuk akan mengganggu pertumbuhan dan menghambat produksi. Karena itu perlu suatu acuan dosis pemupukan yang disesuaikan dengan kondisi dan unsur hara tanah. Untuk itu pemerintah mengeluarkan suatu rekomendasi pemupukan. Rekomendasi ini dikeluarkan untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil padi, meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan tanah dan menghindari pencemaran lingkungan.

Rekomendasi pemupukan merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam menentukan dosis, cara, waktu yang tepat dalam memupuk dengan membuat suatu rancangan yang meliputi jenis, dosis, dan cara pemupukan pada tanaman. Sampai saat ini rekomendasi pemupukan di Sumatera Utara adalah sangat umum. Sehingga dengan adanya dosis pupuk yang tepat nantinya maka


(14)

petani akan dapat melakukan penghematan terhadap pupuk, disamping adanya kelangkaan pupuk .

Di Kabupaten Deli Serdang, pemerintah menetapkan jumlah penggunaan pupuk untuk padi sawah di tiap kecamatan. Adapun acuan rekomendasi pupuk untuk Kecamatan Beringin dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel2. Acuan Rekomendasi Pupuk Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang.

Acuan Rekomendasi Pupuk (kg/Ha)

Urea SP-36 KCL NPK Organik

250 100 50 100 100

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2011

Jumlah penggunaan pupuk untuk padi sawah di tingkat desa antara lain 250kg/ha Urea, 100 kg/Ha SP-36, ZA 50 kg/ha, NPK 100 kg/ha dan pupuk Organik 100 kg/ha.

Petani di daerah penelitian menghadapi beberapa masalah dalam pelaksanaan usahataninya. Masalah yang utama adalah tingginya harga pupuk, khususnya pupuk urea. Petani selalu dihadapkan pada masalah tingginya harga pupuk. Tingginya harga pupuk dapat mengurangi penggunaan pupuk sehingga dapat menurunkan produksi dan produktivitas usahatani petani.

Dengan pertimbangan diatas,maka penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran.


(15)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang,maka di rumuskan permasalahan utama dalam bentuk pertanyaan(research question) sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah di daerah penelitian?

2. Apakah faktor-faktor sosial ekonomi (Umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan) mempengaruhi petani dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah di daerah penelitian?

3. Masalah-masalah apa saja yang di hadapi petanidalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usahatani padi sawah di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah di daerah penelitian

2. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor sosial ekonomi (Umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani,dan tingkat pendapatan) mempengaruhi petani dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui masalah-masalah dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah di daerah penelitian.


(16)

1.4 Kegunaan penelitian

Kegunaan dari penelitian ini antara lain:

1. Sebagai bahan informasi untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan usahatani padi sawah, sehingga dapat memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang dialami petani selama menjalankan usaha taninya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah terkait dalam membuat kebijakan dalam usaha meningkatkan hasil pertanian.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak – pihak yang membutuhkan dan yang ingin meneruskan penelitian ini di masa mendatang.


(17)

BAB II

TINJAUN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjaun Pustaka 2.1.1 Padi

Padi merupakan tanaman semi aquatik yang cocok di tanam di lahan tergenang. Meskipun demikian, padi juga baik di tanami di lahan tanpa genangan asal kebutuhan airnya dicukupi. Oleh karena itu, baik di Indonesia maupun di negara lain padi di tanam di dua jenis lahan utama yaitu lahan sawah dan ladang (lahan kering). Di Indonesia padi ditanam di dua musim berbeda, yaitu musim hujan dan musim kemarau (Suparyono, 1993).

Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun dengan ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Intensitas sinar matahari penuh

tanpa naungan. Budidaya padi sawah dapat dilakukan disegala musim. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi. Pada musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik mengandung pasir, debu dan lempung (Anonimus,2013).

Padi (Oryza sativa l.) tumbuh baik di daerah tropis dan sub-tropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus-menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah yang lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar, kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau).


(18)

Tidak semua jenis tanah cocok untuk areal persawahan. Hal ini dikarenakan tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal dalam sistem tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Tanah yang baik untuk areal persawahan adalah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Suparyono dan Setyono, 1997).

2.1.2 Pupuk

Pupuk merupakan bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun non organik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalal keadaan faktor keliling atau lingkungan baik (Mulyani Sutejo, 2002)

Pupuk mengenal istilah makro dan mikro. Meskipun belakangan ini jumlah pupuk cenderung makin beragam dengan aneka merek, kita tidak akan terkecoh. Apapun namanya dan negara manapun pembuatnya, dari segi unsur yang dikandungnya tetap saja hanya ada dua golongan pupuk, yaitu pupuk makro dan pupuk mikro. Sebagai patokan dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya. Secara umum pupuk hanya dibagi dalam dua kelompok berdasrkan asalnya, yaitu:

1. Pupuk anorganik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCL (pupuk P), KCL (pupuk K)


(19)

2. Pupuk Organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau. Lahirnya pupuk produk baru yang cara pemberiannya lain dari biasanya maka pupuk pun dibagi lagi berdasarkan cara pemberiannya sebagai berikut.

1. Pupuk Akar ialah segala jenis pupuk yang diberikan lewat akar. Misalnya, TSP, ZA, KCL, Kompos, Pupuk kandang, dan Dekaform. 2. Pupuk daun ialah segala macam pupuk yang diberikan lewat daun

dengan cara penyemprotan (Pinus lingga dan Marsono, 2000)

2.1.3 Tingkat Adopsi

Menurut Soekartawi (1986), adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Umur

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.

b. Tingkat pendidikan petani

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi.


(20)

c. Luas Pemilikan lahan

Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini di karenakan keefisienan penggunaan sarana produksi.

d. Pengalaman bertani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. e. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan adalah jumlah pendapatan bersih yang diterima dari usahatani serta non usahatani lainnya.

Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan penyuluh bertindak sebagai jembatan dan sekaligus penghantar teknologi.Teknologi maksudnya disini adalah teknologi pertanian yang berarti cara-cara bagaimana penyebaran benih, pemeliharaan tanaman,memungut hasil,serta pula benih pupuk,obat-obatan,pemberantasan hama,sumber tenaga kerja dan kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani sebagai fungsinya selaku pengelola untuk mengambil keputusan (Suhardiyono,1992).

Pada dasarnya perilaku petani sangat di pengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri.Dengan digiatkannya penyuluhan pertanian,diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta bentuk-bentuk kegiatannya seiring degan terjadinya perubahan cara berpikir,cara kerja,cara hidup,pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah


(21)

dan lebih menguntungkan dirinya beserta keluarganya maupun lingkungannya (Slamet,2003).

Menurut Van den Ban dan Hawkins (2003) tingkat adopsi dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri-ciri inovasi dan perubahan yang di kehendaki oleh inovasi dalam pengelolaan pertanian dari keluarga petani.Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena:

- Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani

- Kompabilitas/keselarasan dengan nilai-nilai,pengalaman,kebutuhan - Kompleksitas/tidak rumit

- Dapat dicoba - Dapat diamati

Konsep pertanian sebagai suatu industri yang berbasis teknologi mencakup banyak inovasi selain pengenalan singkat tentang teknologi yang baru.Tahap-tahapnya,dari bentuk mereka yang paling mendasar,termasuk penemuan, adaptasi, penerimaan, pemakaian dan penyesuaian.


(22)

2.2 Landasan Teori

Secara sempit ilmu pertanian dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bercocok tanam. Tetapi arti yang terkandung dalam ilmu pertanian yang sesungguhnya jauh lebih dalam. Yaitu suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang pertanian, baik mengenai subsektor peternakan dan hortikultura, subsektor perkebuna, maupun subsektor perikanan. Imu ini mulai dari pemilihan benih (pemuliaan), pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, sampai panen dan juga pasca panen (Daniel, 2002)

Fungsiproduksi adalah suatu fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil produksi (output) maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu ramuan faktor-faktor produksi (input) tertentu dengan teknologi tertentu. Fungsi produksi dinyatakan sebagai P=f (Q) dimana P adalah total produksi dan Q jumlah input atau faktor-faktor produksi (Wibisono, 1999).

Istilah fungsi produksi ditemukan dalam ilmu ekonomi yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai berikut:

Y = f(x1, x2,...xn) Dimana:

Y = Hasil produksi fisik (output)

X1, x2,...xn= faktor-faktor produksi (input) (Mubyarto, 1989)


(23)

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang perkaitan diantara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa satu input produksi seperti tenaga kerja merupakan satu satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2000)

Hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing return) merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari perkaitan diantara tingkat produksi dan iput produksi yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of diminishing return menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubahjumlahnya teru menerus ditambah sebanyak 1 unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun (Sukirno, 2000)

Dengan demikian pada hakikatnya law of diminishing return menyatakan bahwa perkaitan diantara tingkat produksi dan jumlah satu input produksi yang digunakan dapat digunakan dalam tiga tahap yaitu:

a. Tahap pertama : Produksi total mengalami petambahan yang semakin cepat, b. Tahap Kedua : produksi total pertambahannya semakin lama semakin kecil, dan c. Tahap ketiga ; produksi total semakin lama semakin berkurang.


(24)

Hukum law of diminishing return dapat dilihat pada kurva berikut:

Daerah irrasional

Gambar 1. Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marginal

Dalam keadan yang seperti itu produksi marginal bertambah tinggi dan sifat ini dapat dilihat pada kurva MP (yaitu kurva produksi marginal). Selanjutnya pertambahan penggunaan input produksi tidak akan menambah produksi total secepat seperti sebelumnya. Keadaan ini digambarkan oleh (i) kurva produksi marginal yang terus menurun, dab (ii) kurva total produksi yang mulai cembung keatas. Sebelum input produksi digunakan pada tahap kedua, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada produksi rata-rata. Maka kurva produksi rata-rata bertambah tinggi. Pada saat input produksi bertambah ke tahap II kurva marginal produksi memotong kurva produksi rata-rata. Sesudah perpotongan tersebut kurva


(25)

produksi rata menurun ke bawah yang menggambarkan bahwa produksi rata-rata semakin bertambah sedikit. Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP adalah menggambarkan permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata mencapai tingkat yang paling tinggi. Pada tahap kedua, penggunaan input produksi dikatakan efisien dikarenakan jumlah input produksi yang digunakan sesuai dengan hasil produksi yang maksimal (Sukirno, 2000).

Pada tahap ketiga dimana kurva MP memotong sumbu datar dan sesudahnya kurva tersebut dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka negative. Kurva total produksi (TP) mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak input produksi yang digunakan. Keadaan pada tahap ketiga ini menggambarkan bahwa input produksi yang digunakan adalah jauh melebihi daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi tersebut secara efesien (Sukirno, 2000).


(26)

2.3 Kerangka Pemikiran

Petani padi sawah melakukan usahatani padi sawah berdasarkan teknologi

usahatani padi sawah. Salah satu teknologi yang diterapkan yaitu teknologi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Penyuluh mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan teknologi tersebut kepada petani, karena dengan bantuan penyuluh maka inovasi akan cepat diterima oleh masyarakat tani khususnya petani padi sawah.

Dalam mengadopsi suatu teknologi, petani dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial ekonomi yaitu: umur, tingkat pendidikan, luas lahan. Pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan.

Dalam mengadopsi teknologi petani juga tidak lepas dari masalah-masalah yang mempengaruhi keputusan petani dalam menerima dan menolak suatu teknologi.

Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi apabila tingkat adopsi petani tinggi. Pada akhirnya suatu teknologi diterapkan petani dapat diukur berdasarkan tinggi rendahnya tingkat adopsinya.


(27)

Adapun skematis kerangka pemikiran di atas adalah sebagai berikut :

Ket : : Ada pengaruh : Terdiri dari

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran

Petani PadiSawah

Negatif Faktor Sosial ekonomi: 1. Umur 2. Tingkat

pendidikan 3. Luas lahan 4. Pengalaman

bertani 5. Tingkat

pendapatan Teknologi

Penggunaan Pupuk

Positif Masalah dan

Upaya

Usahatani Padi Sawah


(28)

2.4Hipotesis Penelitian

1. Tingkat Adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran di daerah penelitian adalah positif

2. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan) secara parsial terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usahatani padi sawah di daerah penelitian.

3. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi ekonomi (umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan) secara serempak terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usahatani padi sawah di daerah penelitian


(29)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive)di Kabupaten Deli Serdang.Kabupaten Deli Serdang dipilih karena merupakan salah satu daerah dengan produktivitas Padi tertinggi di Sumatera Utara, dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011

Kabupaten/Kota Regency/City Luas Panen Harvested Area (Ha) Produksi Production (Ton) Rata-rata Produksi Yield rate (Kw/Ha)

1.Nias 8.890 35.838 4,031

2.Mandailing Natal 36.186 175.794 4,858

3. Tapanuli Selatan 27.700 138.214 4,990

4.Tapanuli Tengah 27.428 122.403 4,463

5. Tapanuli Utara 23.820 110.054 4,620

6. Toba Samosir 22.107 105.348 4,765

7. Labuhan Batu 23.065 111.260 4,824

8. Asahan 16.431 79.390 4,832

9. Simalungun 78.995 416.247 5,269

10.Dairi 14.678 68.533 4,669

11.Karo 12.214 56.848 4,654

12. Deli Serdang 84.582 426.227 5,039

13. Langkat 67.155 328.424 4,891

14. Nias Selatan 16.292 65.056 3,993

15. Humbang Hasundutan 17.850 83.042 4,652

16. Pakpak Bharat 2.438 11.229 4,606

17. Samosir 7.684 36.601 4,724

18. Serdang Bedagai 73.595 377.307 5,127

19. Batu Bara 34.224 166.397 4,862

20. Padang Lawas Utara 16.618 80.730 4,858

21. Padang Lawas 14.737 71.858 4,876

22. Labuhan Batu Selatan 1.798 8.630 4,800

23. Labuhan Batu Utara 40.815 197.202 4,832

24. Nias Utara 6.295 25.432 4,040

25. Nias Barat 2.910 11.793 4,053

26. Sibolga - - -

27. Tanjung Balai 427 1.942 4,548

28. Pematang Siantar 3.786 18.705 4,941

29. Tebing Tinggi 1.136 5.474 4,819

30. Medan 4.056 19.717 4,812

31. Padang Sidimpuan 8.559 40.434 4,724

32. Binjai 4.032 19.247 4,774

33. Gunung Sitoli 1.815 7.387 4,070


(30)

Lokasi Penelitian di tetapkan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Beringin di pilih dengan pertimbangan daerah ini merupakan salah satu daerah dengan produktivitas padi paling tinggi di Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Per Kecamatan Tahun 2011

No. Kecamatan Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1. Bangun Purba 90 457 5,073

2. Batang Kuis 2.169 11.258 5,502

3. Beringin 5.266 28.973 5,502

4. Biru-biru 185 9.413 5,088

5. Deli Tua 31 158 5,106

6. Galang 2.007 10.579 5,271

7. Gunung Meriah 969 4.967 4,391

8. Hamparan Perak 14.218 75.708 5,235

9. Kutalimbaru 2.572 13.554 5,057

10. Labuhan Deli 8.291 43.595 5,258

11. Lubuk Pakam 2.494 13.422 5,382

12. Namorambe 1.953 10.082 5,162

13. Pagar Merbau 4.147 22.715 5,477

14. Pancur Batu 1.071 6.411 5,076

15. Pantai Labu 8.197 6.482 5,279

16. Patumbak 1.287 6.482 5,036

17. Percut Sei Tuan 10.669 56.225 5,251

18. Sibolangit 1.344 6.219 4,627

19. STM Hilir 2.119 10.865 5,127

20. STM Hulu 1.170 5.007 4,276

21. Sunggal 5.173 31.482 5,259

22. TanjungMorawa 5.271 30.206 5,356

Jumlah 82.358 441.052 51,12681818

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang 2011

Sementara di Kecamatan Beringin, Desa Sidoarjo Dua Ramunia dipilih karena merupakan desa dengan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas padi tertinggi di kecamatan Beringin, dapat dilihat dalam tabel 5.


(31)

Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah Per Desa di Kecamatan Beringin Tahun 2011.

No. Desa/Kelurahan Luas Panen (Ha)

Produksi (Kw)

Produktivitas (Kw/Ha)

1. Tumpatan 232.26 11.176,00 48,12

2. Emplasmen Kuala Namu 0.00 0,00 0,00

3. Sidodadi Ramunia 839.86 42.625,25 50,75

4. Psr V Kebun Kelapa 132.30 6.312,60 47,71

5. Aras Kabu 527.24 25.255,40 47,90

6. Serdang 508.62 25.141,70 49,43

7. Sidourip 247.94 12.162,30 49,05

8. Psr VI Kuala Namu 0.00 0,00 0,00

9. Karang Anyar 813.40 42.205,50 51,89

10. Beringin 609.56 33.815,70 55,48

11. Sidoarjo Dua Ramunia 1046.64 59.243,63 56,60

Jumlah 4.957.82 260.923,08 52,63

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang 2011

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel dilakukan dengan metode penentuan sampel simpel random sampling (acak) yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak sederhana tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut dan dianggap sudah mewakili seluruh populasi petani padi sawah di daerah penelitian. Adapun jumlah populasi penduduk di Kecamatan Beringin sebanyak 52.415. Dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk di Kecamatan Beringin Tahun 2012

No Desa/ Kelurahan Penduduk

1. Tumpatan 6.458

2. Emplasmen Kuala Namu 2.063

3. Sidodadi Ramunia 12.503

4. Psr V Kebun Kelapa 5.737

5. Aras Kabu 2.862

6. Serdang 2.408

7. Sidourip 2.243

8. Psr VI Kuala Namu 375

9. Karang Anyar 7.749

10. Beringin 7.407

11. Sidoarjo Dua Ramunia 2.610

Jumlah 52.415


(32)

Jumlah penduduk di Desa Sidoarjo Dua Ramunia berjumlah 2.610 orang. Petani padi sawah di Desa Sidoarjo Dua Ramunia terdiri dari 16 kelompok tani.

Tabel 7. Jumlah Kelompok Tani Petani Padi Sawah di Desa Sidoarjo Dua Ramunia.

No. Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota Kelompok Tani

1. KebunSayur 75

2. Sahata 67

3. Pardamean 79

4. Dosroha 71

5. Lumban tonga-tonga 75

6. Tapian Nauli 101

7. Maju 76

8. Banjar Samosir 77

9. Subur 75

10. Huta Bangun 46

11. Parhorasan 77

12. Makmur 46

13. Cinta Dame 60

14. Jaya 56

15. Lubuk Tampu 71

16. Rejeki 82

Jumlah 1134.

Sumber : Kepala Desa Sidoarjo Dua Ramunia, 2012

Kelompok tani Tapian Nauli dipilih karena kelompok tani Tapian Nauli merupakan kelompok tani dengan jumlah anggota paling besar diantara kelompok tani lainnya dan merupakan kelompok tani percontohan di Desa Sidoarjo Dua Ramunia, dimana jumlah anggotanya sebanyak 101 anggota. Dari seluruh jumlah anggota kelompok tani Tapian Nauli diambil 30 jiwa petani padi sawah sebagai sampel.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 sampel sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa

statistik ukuran sampel paling minimum 30 sampel.

(Hasan, 2002).


(33)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat responden dengan menggunakandaftar pertanyaan/kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait, seperti Dinas PertanianKabupaten Deli Serdang, Badan Pusat Statistik, Kabupaten Deli Serdang ataupun dari buku dan literatur pendukung lainnya.

3. 4 Metode Analisa Data

Data yang telah diperoleh, kemudian ditabulasi untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisa sebagai berikut:

Identifikasi masalah I dianalisis dengan menggunakan metode Skala Likert yaitu pengelompokan variabel dengan menjumlahkan skor dari nilai seperangkat variabel yang bersangkutan berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif. Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, dan STS = 1; sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, dan STS = 5.

Pada Tabel 8 berikut ini dapat dilihat seperangkat variabel berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif yang akan dijawab oleh responden

Tabel 8. Tabel Pernyataan Positif dan Negatif

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Mengaplikasikan pupuk urea sesuai dosis anjuran (250 kg/ha)

Mengaplikasikan pupuk urea tidak sesuai dosis anjuran (250 kg/ha)

Mengaplikasikan pupuk NPK sesuai dosis anjuran (100 kg/ha)

Mengaplikasikan pupuk NPK tidak sesuai anjuran (100 kg/ha)

Mengaplikasikan pupuk SP-36 sesuai anjuran

Mengaplikasikan pupuk SP-36 tidak sesuai dosis anjuran (100 kg/ha)

Mengaplikasikan pupuk KCL sesuai dosis anjuran (50 kg/ha)

Mengaplikasikan pupuk KCL tidak sesuai anjuran (50 kg/ha)

Mengaplikasikan pupuk Organik sesuai dosis anjuran (100 kg/ha)

Mengaplikasikan pupuk Organik tidak sesuai anjuran (100 kg/ha)


(34)

Menurut Azwar (2007), dalam analisis ini responden akan diminta untuk memilih salah satu dari sejumlah kategori yang tersedia dari variabel yang bersangkutan yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kemudian diukur dengan skala pengukuran sikap Likert dengan rumus:

T = 50 + 10 �X−X�

S �

Keterangan: T = skor standar

X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T X = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok Kriteria uji :

• jika T ≥ 50, maka sikap positif (adopsi tinggi)

• jika T < 50, maka sikap negative (adopsi rendah)

Pemberian skor pada setiap pilihan jawaban yang diberikan sebagai berikut:

• Untuk pernyataan positif : Sangat setuju (SS) = 5

: Setuju (S) = 4

: Ragu-ragu (RR) = 3

: Tidak setuju (TS) = 2 : Sangat tidak setuju (STS) = 1

• Untuk pernyataan Negatif : Sangat setuju (SS) = 1

: Setuju (S) = 2


(35)

: Sangat tidak setuju (STS) = 5

Identifikasi masalah II dianalisis dengan menggunakan regresi logistik binary dengan alat bantu SPSS. Data yang dibutuhkan adalah umur, tingkat pendidikan petani, luas lahan, pengalaman bertani, tingkat pendapatan dengan menggunakan rumus:

Ŷ= ��+�+ �+ �+ �+ � Keterangan:

Ŷ = Tingkat adopsi penggunaan pupuk

�� = Konstanta

b = Koefisien regresi

1 = Umur (Tahun)

2 =Tingkat pendidikan petani (Tahun)

3 = Luas lahan (Ha)

4

=

Pengalaman bertani(Tahun)

5 = Tingkat pendapatan (Rp)

μ = Kesalahan pengganggu

Untuk melihat variabel bebas (X) berpengaruh secara serempak terhadap variabel terikat (Y) di uji dengan uji G statistika dengan kriteria:

Jika:

�ℎ�����>������, maka tolak H0 ; terima H1artinya ada pengaruh

�ℎ����� ≤ ������, maka terima H0 ; tolak H1artinya tidak ada pengaruh


(36)

F-hitung > F-tabel, maka H1 diterima, artinya variabel bebas (X) secara

serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

F-hitung ≤ F-tabel, maka H1 ditolak, artinya variabel bebas (X) secara

serempak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

Untuk melihat variabel bebas (X) berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat (Y) di uji dengan uji t statistika dengan kriteria:

Jika:

�ℎ�����>������, maka tolak H0 ; terima H1artinya ada pengaruh

�ℎ����� ≤ ������, maka terima H0 ; tolak H1artinya tidak ada pengaruh

Apabila:

t-hitung > t-tabel, maka H1 diterima, artinya variabel bebas (X) secara

parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

t-hitung ≤ t-tabel, maka H1 ditolak, artinya variabel bebas (X) secara

parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

Identifikasi masalah III dianalisis dengan menggunakan metode analisa deskriptif yaitu dengan melihat masalah-masalah apa saja yang di hadapi petani dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran dan apa upaya-upaya yang dilakukan petani dalam mengatasi masalah-masalah yang di hadapi dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah di daerah penelitian.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran maka dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut


(37)

Defenisi

1. Tingkat adopsi adalah tingkat penerapan teknologi pada usahatani padi sawah melalui skor penilaian tahapan kegiatan teknologi budidaya padi sawah.

2. Petani padi sawah adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usaha tani padi sawah pada sebidang tanah atau lahan.

3. Dosis anjuran adalah takaran atau batasan dalam penggunaan pupuk sesuai anjuran penyuluh untuk petani padi sawah.

4. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang dibutuhkan tanaman sehingga berproduksi dengan baik.

5. Teknologi adalah penerapan ilmu secara sistematik yang merupakan himpunan rasionalitas untuk memanfaatkan lingkunganhidup dan mengendalikan gejala-gejala di dalam proses produksi yang ekonomis. 6. Faktor sosial ekonomi adalah faktor dari diri petani baik dari faktor sosial

maupun faktor ekonomi yang mempengaruhi dalam usahataninya.

7. Faktor sosial ekonomi meliputi umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, tingkat pendapatan.

8. Tingkat pendidikan (X1) adalah lamanya tenaga petani dalam mengikuti

pendidikan formal diukur berdasarkan pendidikan formal yang pernah ditempuh.

9. Pengalaman bertani (X2) adalah lamanya petani dalam mengelola usaha


(38)

10.Luas lahan (X3) adalah areal pertanaman padi sawah yang dinyatakan

dalam Ha.

11.Tingkat Pendapatan (X4) adalah Total pendapatan yang diperoleh petani

dan keluarganya dari usahatani padi sawah dan usaha lain yang dilakukannya.

Batasan Operasional

1. Faktor sosial ekonomi yang diteliti adalah Umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan dengan tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran di daerah penelitian.

2. Sampel penelitian yaitu petani padi sawah Kelompok Tani Tapian Naulidi Desa Sidoarjo Dua Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

3. Lokasi penelitian adalah Desa Sidoarjo Dua Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.


(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Desa Sidoarjo Dua Ramunia adalah salah satu desa di Kecamatan Beringinyang merupakan desa dengan produktivitas padi tertinggi di Kecamatan Beringin. Desa tersebut berdiri sejak tahun 1953 yang merupakan pemindahan dari Batulapan,dan pada 23 Maret 2003 telah melaksanakan Pesta Emas yang ke 50 tahun yang diadakan di Tanah lapang Dusun XIII Huta Bangun II Desa Sidoarjo Dua Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dan pada saat ini Desa Sidorjo II Ramunia telah berumur 60 Tahun, Desa Sidoarjo Dua Ramunia terdiri dari 13 Dusun yaitu dengan rincian sebagai berikut Dusun I (Kebun Sayur II), Dusun II (Kebun Sayur I), Dusun III (Pardamean), Dusun IV (Lumban Tonga-tonga), Dusun V (Tapiannauli), Dusun VI(Pasar Tujuh), Dusun VII (Banjar Samosir), Dusun VIII (Parhorasan), Dusun IX (Huta Bangun I), Dusun X (Parhorasan II), Dusun XI(Cinta Dame), Dusun XII(Lubuk Tampu), Dusun XIII(Huta Bangun II).

GEOGRAFIS a. Luas Daerah

Desa Sidorjo Dua Ramunia memiliki luas 790 Ha (7,9 Km2) yang terbagi atas dua wilayah yaitu wilayah pemukiman dan wilayah persawahan dengan Luas Pemukiman 40 Ha (0,4 Km2) dan Luas Persawahan 750 Ha (7,5 Km2). Secara Geografis Desa Sidoarjo Dua Ramunia terletak pada 03,624190 Lintang Utara (LU) dan 098,889070 Bujur Timur (BT).


(40)

b. Keadaan Alam / Topografi

Desa Sidoarjo Dua Ramunia memiliki topografi dataran rendah dengan ketinggian 1 sampai dengan 8 meter diatas permukaan laut. Hal ini menjadikan lahan desa tersebut banyak ditanami dengan padi. Di Desa Sidoarjo Dua Ramunia jenis padi yang digunakan dalam usaha taninya adalah IR-64 karena dianggap masyarakat sesuai dengan sawah di Desa Sidoarjo Dua Ramunia yang merupakan sawah irigasi, selain IR-64 terdapat jenis bibit lain yang dipasarkan di Desa Sidoarjo Dua Ramunia seperti Siherang, Mikongga, dan Inpari. Namun karena bibit-bibit tersebut merupakan pemuliaan dari IR-64 sehingga bila ditanam maka hanya akan berbeda sedikit dari IR-64 bahkan sekilas tidak nampak perbedaan maka masyarakat hampir seluruhnya menggunakan IR-64.

c. Batas-batas Wilayah

Secara administratif batas wilayah Desa Sidoarjo Dua Ramunia adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Ramunia I dan Ramunia II dan Desa Denai Lama Kecamatan Pantai Labu

Sebalah Selatan :Desa Karang Anyar Kecamatan Beringin Sebalah Timur :Sungai Ular

Sebalah Barat : Desa Beringin Kec.Beringin dan Desa Ramunia II Kecamatan Pantai Labu


(41)

d. Iklim

Desa Sidoarjo Dua Ramunia beriklim sedang dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini dipengaruhi oleh dua angin yang terdiri dari angin gunung yang membawa hujan dan angin laut yang membawa udara lembab dan panas. Curah hujan yang menonjol pada bulan November sampai dengan Juni sedangkan musim kemarau pada bulan Juni sampai dengan Oktober. Dengan Curah Hujan yang demikian maka masyarakat Desa Sidoarjo Dua Ramunia melakukan dua kali sistem tanam yaitu awal Oktober sampai pertengahan Febuari dan awal Maret sampai dengan akhir Juni.

KEPENDUDUKAN a. Penduduk

Pada tahun 2012 diadakan sensus penduduk di Desa Sidoarjo Dua Ramunia sehingga tahun 2013 keadaan penduduk Desa Sidoarjo Dua Ramunia sesuai dengan sensus penduduk 2012 adalah 879 rumah tangga dengan jumlah penduduk 3776 jiwa distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat seperti pada tabel 9 berikut ini.


(42)

Tabel 9 : Distribusi Penduduk Desa Ramunia Dua Sidoarjo Berdasarkan Jenis Kelamin

No Distribusi Penduduk Jumlah Persentase (%)

1 Laki-Laki 1850 48,993644

2 Perempuan 1926 51,006356

Jumlah 3776 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidoarjo Dua Ramunia Tahun 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa di Desa Sidoarjo Dua Ramunia jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah laki-laki.

Terdapat tiga agama di Desa Sidoarjo Dua Ramunia yaitu: Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik yang distribusinya dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel10 : Distribusi Penduduk Desa Ramunia Dua Sidoarjo Berdasarkan Agama

No Distribusi Penduduk Laki-laki

Persentase (%) Perempuan Persentase (%)

1 Islam 6 0,3984 6 0,2643

2 Kristen Protestan 1003 66,5992 1601 70,52405

3 Kristen Katolik 497 33,0008 663 29,20515

Jumlah 1506 100 2270 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidoarjo Dua Ramunia Tahun 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa di Desa Sidoarjo Dua Ramunia jumlah pemeluk agama Kristen Protestan lebih banyak daripada pemeluk agam Islam dan pemeluk agama Kristen Katolik.


(43)

b. Mata Pencaharian

Sebagaian besar mata pencaharian penduduk Desa Sidoarjo Dua Ramunia adalah petani dan buruh tani, namun juga terdapat jenis pekerjaan lain seperti: pegawai negeri sipil, pengrajin industri rumah tangga, pedagang keliling, bidan swasta, perawat swasta, POLRI, pensiunan pegawai negeri sipil/TNI/POLRI, pengusaha kecil dan menengah, karyawan perusahaan swasta, dam karyawan perusahaan pemerintah. Jenis-jenis pekerjaan yang dimiliki oleh penduduk Desa Sidoarjoa Dua Ramunia beserta distribusinya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:


(44)

Tabel 11 : Distribusi Penduduk Desa Sidoarjo Dua Ramunia Berdasarkan Mata Pencaharian Dengan Usia 18 – Pensiun (56 Tahun Keatas)

No Distribusi Penduduk Laki-Laki Persentase (%) Perempuan Persentase (%)

1 Petani 372 44,34 272 39,42

2 Buruh Tani 350 41,72 350 50,72

3 Pegawai Negeri Sipil 45 5,36 20 2,89

4 Pengrajin Industri Rumah Tangga - - 1 0,145

5 Pedagang Keliling 4 0,477 12 1,739

6 Bidan Swasta - - 5 0,725

7 Perawat Swasta 1 0,119 -

8 POLRI 2 0,238 -

9 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 14 1,67 20 2,89

10 Pengusaha Kecil Dan Menengah 15 1,79 10 1,45

11 Karyawan Perusahaan Swasta 34 4,05 - -

12 Karyawan Perusahaan Pemerintah 2 0,238 - -

Jumlah 839 100 690 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Tahun 2013 SARANA DAN PRASARANA

Pada umumnya hal yang mendorong meningkatnya kesejahteraan suatu desa dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia. Desa Sidoarjo Dua Ramunia memiliki berbagai sarana dan prasarana seperti yang ditunjukkan pada Tabel 12 sebagai berikut:

Tabel 12 : Sarana dan Prasarana di Desa Sidoarjo Dua Ramunia

No Sarana Prasarana Jumlah

1 Pendidikan SD dan SMP 6

2 Kesehatan Posyandu, Pustu,Swasta 11

3 Pasar Kedai dan Kios Saprodi 15

4 Peribadatan Gereja 8

6 Industri Kilang dan Gilingan Padi 8

7 Sosial Pengaspalan dan Pembangunan 8

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidoarjo Dua Ramunia

Sarana pendidikan yang terdapat di lokasi penelitian masih sangat sedikit dimana sekolah yang ada hanya SD dan SMP yang terdiri dari sekolah dasar


(45)

dengan jumlah 4 unit yaitu:SD.NEGERI 101923, SD.NEGERI 101924 , SD.ADVENT SWASTA, SD RK.ST.PAULUS dan sekolah menegah pertama dengan jumlah 2 unityaitu: SMP Perguruan Advent, SMP Nasional Swastasehingga apabila penduduk akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMA harus ke desa lain ataupun ke ibukota kecamatan. Fasilitas kesehatan terdapat POSYANDU ,PUSTU,dan milik swasta. Menurut keterangan penduduk setempat jumlah fasilitas kesehatan ini sudah memadai. Masyarakat di desa penelitian pada umumnya melakukan transaksi perdagangan hasil pertanian ataupun pembelian keperluan ke kedai di desa tersebut karena terdapat 9 buah kedai yang menjual keperluan sehari-hari dan untuk membeli bahan-bahan untuk keperluan pertanian sudah terdapat 6 kios saprodi yang bisa membantu masyarakat untuk membeli keperluan yang diinginkan. Dalam bidang industri yang ada di Desa Sidoarjo Dua Ramunia terdapat 7 kilang padi dan 1 buah gilingan padi berjalan yang dikenal dengan nama odong-odong. Industri ini dimiliki oleh masyarakat Desa Sidoarjo Dua Ramunia dan beroperasi dengan baik dalam pengolahan untuk membantu masyarakat Desa Sidoarjo Dua Ramunia pada saat panen maupun pasca panen. Dalam kegiatan pembangunan Desa Sidoarjo Dua Ramunia ada beberapa kegiatan yang dilakukan masyarakat Desa Sidoarjo Dua Ramunia bersama dengan Pemerintah, ada pun kegiatan yang sudah dilaksanakan antara lain:

1. Pengaspalan jalan kurang lebih 4 KM

2. Pengerasan jalan Pasar satu dan jalan Dusun XI s/d Jalan Dusun XII kurang lebih 6 KM


(46)

4. Pembangunan drainase mulai dari parhorasan I s/d lumbantongatonga dan juga dusun VI( pasar tujuh )

5. Pembangunan tembok penahan jalan di pasar satu 6. Pembangunan titi gorong-gorong dari dana add

7. Pembangunan rehab kantor dan pembuatan sumur bor dari dana add 8. Pembersihan saluran tali air nomor 8,7,6, dan 1

Karakteristik Petani Sampel

Responden yang menjadi sampel untuk penelitian ini adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani padi sawah. Adapun karakteristik dari ke 30 sampel tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 13 : Karakteristik Petani Sampel

No Uraian Satuan Rataan Range

1. Umur Tahun 41,1 28-58

2. Tingkat Pendidikan Tahun 12,8 6-16

3. Luas lahan Ha 0,69 0,2-2

4. Pengalaman Bertani Tahun 10,8 2-20

5. Tingkat Pendapatan Rupiah 8.486.657,66 3.126.400

-28.312.000 Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 1)

Rata-rata umur petani 41,1 tahun dengan range 28-58 tahun hal ini menunjukkan bahwa petani di lokasi penelitian masih tergolong usia produktif karena dari segi umur masih tergolong potensial untuk melakukan semua kegiatan baik dalam usaha bertani maupun dalam mengkonsumsi pangan sehari-harinya. Pada tingkat pendidikan, petani di lokasi penelitian hanya sampai tingkat S1(16 tahun) dengan rata-rata 12,8 dengan range 6-16 tahun hal tersebut memperlihatkan bahwa petani memiliki pendidikan yang cukup untuk mengadopsi suatu teknologi.


(47)

Pada pengalaman bertani, petani di lokasi penelitian rata-rata 10,8 tahun dengan range 2-20 tahun. Luas lahan petani dilokasi penelitian rata-rata 0,69 dengan range 0,2-2 ha. Pada tingkat pendapatan, petani di lokasi penelitian memiliki rata-rata pendapatan Rp. 8.486.657,66 dengan range Rp. 3.126.400 sampai dengan Rp.

28.312.000 hal tersebut memperlihatkan petani memiliki pendapatan yang cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.


(48)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran pada kelompok tani Tapian Nauli di Desa Sidoarjo Dua Ramunia kecamatan Beringin kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran pada usaha tani padi sawah dan pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani ( umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani dan tingkat pendapatan) terhadap penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah.

Tingkat Adopsi Penggunaan Pupuk Sesuai Jenis dan Dosis Anjuran Pada Usaha tani Padi Sawah di daerah Penelitian

Mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No.40/Permentan/OT.140/4/2007 tentang rekomendasi pemupukan N, P, dan K

pada padi sawah, maka rekomendasi pemupukan untuk padi sawah di Desa Sidoarjo Dua Ramunia adalah sebagai berikut:

Tabel 15. Rekomendasi Pemupukan Untuk Padi Sawah Acuan Rekomendasi Pupuk (kg/Ha)

Urea SP-36 KCL NPK Pupuk Organik

250 100 50 100 100

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2011

Jumlah penggunaan pupuk sesuai anjuran adalah Urea 250 kg/ha, SP-36 100kg/ha, KCL 50 kg/ha, NPK 100 kg/ha, dan pupuk Organik 100 kg/ha.

Untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai anjuran dapat dilihat pada tabel berikut:


(49)

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Tingkat Adopsi Petani di Kelompok Tani Tapian Nauli desa Sidoarjo Dua Ramunia kecamatan Beringin kabupaten Deli Serdang:

Tingkat Adopsi Jumlah orang Persentase (%)

Positif 17 56,66

Negatif 13 43,33

Jumlah 30 100

Sumber : Diolah dari lampiran 4

Berdasarkan data pada dapat diketahui bahwa dari 30 orang petani sampel, jumlah sampel yang memiliki skor sikap positif adalah sebanyak 17 orang (56,66%) dan yang memiliki skor sikap negatif yaitu sebanyak 13 orang (43,33%).

Adapun petani memiliki sikap positif terhadap tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran dikarenakan teknologi penggunaan pupuk sesuai anjuran memiliki beberapa keuntungan :

1. Tidak akan menimbulkan krisis terhadap lahan, karena pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan yang diserap tanaman.

2. Dengan adanya teknologi penggunaan pupuk akan memberikan pendidikan kepada petani oleh penyuluh, sehingga petani mampu dalam membuat perbandingan sebelum menerapkan teknologi dan setelah menerapkan teknologi.

3. Menghemat penggunaan pupuk. Untuk menetukan dosis pupuk digunakan sistem BWD (Bagan Warna Daun). BWD adalah alat untuk mengetahui status hara N pada tanaman padi. Pada alat ini terdapat empat kotak skala warna, dari warna hijau muda sampai hijau tua yang mencerminkan


(50)

tingkat kehijauan tanaman padi. Contohnya, apabila warna daun padi berwarna hijau muda atau pucat berarti tanaman padi kekurangan N sehingga perlu dipupuk. Sebaliknya apabila warna daun hijau tua, berarti tanaman padi mempunyai hara N yang cukup sehingga tanaman tidak perlu dipupuk. Dengan penggunaan teknologi ini dapat menghemat penggunaan pupuk dari takaran yang umum digunakan petani tanpa menurunkan hasil.

Sedangkan bagi petani yang memiliki tingkat adopsi negatif terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai anjuran, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi petani penyewa lahan untuk mengurangi biaya usahatani. Beberapa petani yang tidak aktif dalam kelompok tani jarang mendapat bantuan modal maka salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan mengurangi jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan.

2. Kurangnya keahlian petani dalam menentukan takaran pupuk, misalnya menggunakan ukuran genggaman tangan atau ember dengan ukuran yang berbeda.

3. Kurangnya kepedulian dan rasa ingin tahu petani sehingga petani lebih memilih menggunakan cara sendiri dalam melakukan pemupukan.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai anjuran pada usahatani padi sawah tinggi di


(51)

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai dosis anjuran

Faktor sosial ekonomi yang disuga berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani adalah umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan.

Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat adopsi petani, maka dianalisis dengan menggunakan analisis model logit sebagai berikut :

Tabel 17. Analisis Regresi Faktor Sosial Ekonomi Petani yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Anjuran

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 .195 .213 .842 1 .359* 1.216

X2 .911 .348 6.848 1 .009** 2.488

X3 -9.076 6.448 1.982 1 .159* .000

X4 -.077 .227 .115 1 .734* .926

X5 .000 .000 2.335 1 .126* 1.000

Constant -18.840 8.712 4.676 1 .031 .000

R-square = 0,658 .001**

Sumber : lampiran 14.

Keterangan : * = tidak berpengaruh nyata : **= berpengaruh nyata

Persamaan yang diperoleh dari hasil analisis tabel 17 adalah: L = -18.840 + 0,195 X1+0,911 X2-9,076 X3-0,77 X4+ X5

Dari tabel diatas diperoleh signifikansi model sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,001< 0,05 (α 5%), artinya variabel bebas (umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani dan tingkat pendapatan) berpengaruh secara serempak


(52)

terhadap tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak.

Dari tabel 17 diperoleh nilai R² (R Square) sebesar 0.658. Koefisien (indeks) determinasi tersebut menunjukkan bahwa 65,8% penggunaan pupuk dapat dijelaskan oleh variabel umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani atau dengan kata lain sebesar 65,8 % keempat variabel tersebut mempengaruhi tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Sedangkan sisanya sebesar 34,2 % di pengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model.

Umur

Berdasarkan hasil analisis regresi disimpulkan bahwa umur petani tidak signifikan terhadap tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,195 dan nilai Exp (B) sebesar 1.1216 dengan nilai signifikansi sebesar 0.395 > 0,05 (α 5%). Hal ini berarti umur petani tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Sehingga dapat disimpulkan H1 di tolak.

Dalam penelitian ini diduga bahwa makin muda umur petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal inovasi tersebut.

Faktor umur tidak mempengaruhi petani dalam mengadopsi penggunaan pupuk sesuai anjuran disebabkan dalam berusahatani padi sawah lebih banyak ditentukan oleh keterampilan dan kemampuan melakukan budidaya padi sawah, disamping itu petani didaerah penelitian sudah memiliki rata-rata umur yang cukup tua, sehingga petani lamban dalam menerapkan teknologi bahkan tidak


(53)

mau menerapkkan teknologi baru karena petani juga terbiasa dengan usahatani yang dilakukannya secara turun temurun.

Tingkat pendidikan

Koefisien regresi untuk tingkat pendidikan diperoleh 0.911 dan nilai Exp (B) sebesar 2.488 menunjukkan bahwa odds ratio sebesar e 0.911 = 2.488 artinya apabila tingkat pendidikan petani naik sebesar 1 tahun pada level tertentu maka akan menaikkan odds ratio sebesar 2.488 persen atau bila tingkat pendidikan petani bertambah 1 tahun pada level tertentu sedangkan variabel lainnya konstan, maka akan menaikkan peluang keputusan petani untuk mengadopsi teknologi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran akan naik sebesar 0,3 %.

Tingkat signifikansi sebesar 0,009 < 0,05 (α 5%). Hal ini menunjukkan

bahwa variabel bebas tingkat pendidikan berpengaruh secara nyata terhadap tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Sehingga dapat disimpulkan H1 diterima.

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksakan adopsi. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi pendidikan petani maka semakin tinggi juga tingkat adopsinya. Petani didaerah penelitian mempunyai tingkat pendidikan yang rata-rata di tingkat SMA, sehingga petani didaerah penelitian sudah mempunyai pengetahuan atau persepsi terhadap teknologi itu. Pembentukan pengetahuan dan persepsi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Disamping itu meningkatnya pendidikan akan membuka peluang untuk memperoleh pekerjaan sampingan yang memberikan pendapatan lebih baik seperti guru,


(54)

pegawai negeri atau pedagang, sehingga menambah modal petani untuk mengadopsi teknologi.

Luas lahan

Berdasarkan hasil regresi variabel luas lahan tidak berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk, dengan nilai koefisien regresi -9,076

dan tingkat signifikansi 0,159 > 0,05 (α 5 %). Hal ini berarti variabel luas lahan

tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Sehingga dapat disimpulkan H1 di tolak.

Petani yang mempunyai luas lahan luas akan lebih mudah menerapkan teknologi dari pada petani yang mempunyai lahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan sarana produksi. Didaerah penelitian petani rata-rata mempunyai luas lahan yang tergolong sempit yaitu 0,6 ha, tetapi baik petani yang mempunyai luas lahan luas maupun sempit ada yang mengadopsi teknologi dan ada yang tidak mengadopsi hal ini berarti teknologi dapat berhasil pada luas lahan luas maupun luas lahan sempit.

Pengalaman bertani

Variabel bebas pengalaman bertani tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran dengan nilai koefisien regresi

-0,77 dan tingkat signifikansi 0,734 > 0,05 (α 5 %). Hal ini berati variabel

pengalaman bertani tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Sehingga disimpulkan H1 di tolak.

Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Dalam penelitian ini


(55)

petani mempunyai rata-rata pengalaman bertani 10 tahun. Hal ini menunjukkan petani didaerah penelitian mempunyai pengalaman bertani yang cukup lama diusahakan dan menurut beberapa petani usaha ini merupakan usaha turunan dari kakek moyang. Pengalaman yang petani miliki sering kali tidak sesuai dengan kondisi saat ini, masih berdasarkan kebiasaan mereka sebelumnya.

Tingkat pendapatan

Secara parsial variabel bebas tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk. Koefisien regresi sebesar 0,00 dan nilai signifikansi 0,126 > 0,05 (α 5%). Hal ini berarti tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Sehingga dapat disimpulkan H1 ditolak.

Pendapatan usahatani dihitung berdasarkan pendapatan yang diertima petani dari hasil berusahatani padi pada sekali musim tanam. Tingkat pendapatan petani didaerah penelitian rata-rata 8.692.501 dengan rentang pendapatan

3.126.400 sampai dengan 28.312.000. Kondisi ini terlihat panjangnya perbedaan yang diterima petani, kemungkinan hal ini disebabkan oleh perbedaan luas garapan dan status kepemilikan lahan. Nilai pendapatan ini dapat memberikan gambaran kemampuan petani dalam menyediakan segala kebutuhan usahataninya dari segi finansial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya kelompok, petani merasa terbantu karena sebagian besar sarana produksi disediakan oleh kelompok dengan sistem bayar setelah panen. Kondisi ini sedikit dapat membantu petani dalam mengelola usahataninya, walaupun kondisi musim tanam pada saat ini terjadi kelangkaan pupuk.


(56)

Berdasarkan hasil regresi dapat disimpulkan secara serempak variabel bebas ( umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani dan tingkat pendapatan berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Secara parsial, variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran sedangkan variabel umur, luas lahan, pengalaman bertani dan tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran.

Masalah yang Dihadapi Petani dalam Penggunaan Pupuk Sesuai Jenis dan Dosis Anjuran di daerah Penelitian

Adapun masalah- masalah yang dihadapi petani dalam mengadopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran adalah:

1. Tingginya harga pupuk yang menyulitkan petani memperoleh pupuk.

Pupuk merupakan masalah yang sangat krusial khususnya sebelum penghapusan subsidi harga pupuk. Para petani mengeluhkan sulitnya memperoleh pupuk yang sangat dibutuhkan oleh petani, kalaupun ada harganya sangat mahal, juga jauh diatas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan. Permasalahan ini timbul disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, belum optimalnya kordinasi antar instasi yang terkait, pengawasan distribusi pupuk yang lemah, adanya tindakan-tidakan oknum tertentu yang merugikan, contohnya: adanya penyeludupan pupuk, demikian juga banyaknya pengalihan pupuk dari yang seharusnya hak petani ke perkebunan atau tanaman non padi, kedelai dan jagung.


(57)

Kelangkaan pupuk juga membuktikan dampak negatif yakni, menimbulkan peluang penipuan bagi penyalur pupuk yang tidak bertanggung jawab. Dikabupaten Deli Serdang, ditemukan adanya pupuk palsu rodephosphat hanya terdiri dari tanah hitam. Kasus lainnya, pupuk SP 36 banyak dijumpai bercampur batubata yang digiling halus.

3. Sebagian besar petani merupakan petani penyewa lahan

Salah satu faktor yang menghambat petani dalam mengadopsi penggunaan pupuk sesuai anjuran adalah masalah sewa lahan, dan lahan yang di sewa juga sempit, petani takut resiko gagal panen, sehingga petani enggan untuk mengadopsi penggunaan pupuk. Menurut beberapa petani responden, percuma saja petani memberikan teknologi –teknologi jika petani hanya mempunyai lahan yang sempit dengan status sewaan.

Sewa lahan juga menyulitkan dalam pendataan pupuk, contohnya petani yang sudah didata untuk memperoleh pupuk subsidi musim tanam selanjutnya tidak lagi menyewa atau luas lahannya berbeda.


(58)

Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi petani dalam mengadopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran.

• Pemerintah melalui PPL mengontrol harga pupuk. Tenaga penyuluh mengadakan dialog diskusi dengan pihak-pihak tekait. Pada setiap kali pertemuan tenaga penyuluh tidak bosan-bosannya mengingatkan PT Pusri agar tetap menjaga supply dan demand terhadap pupuk.

• Untuk menghindarkan pupuk palsu, khusus rodephosphat, tenaga penyuluh merekomendasikan untuk dihentikan distribusinya. Penyelesaian secara hukum bagi elemen yang menyelewengkan pupuk juga pernah dilakukan.

• Pemerintah memberikan bantuan sarana produksi seperti pupuk bersubsidi, bibit varietas unggul untuk meringankan biaya produksi petani.

Untuk mengatasi kesulitan pendataan pupuk, penyuluh menyarankan agar petani sendiri yang melapor kepada pengurus kelompok tani agar diketahui kebutuhan pupuknya.


(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

1. Tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran didaerah penelitian positif (tinggi).

2. Secara serempak faktor sosial ekonomi petani (Umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pangalaman bertani, tingkat pendapatan) berpengaruh secara nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Secara parsial, variabel tingkat pendidikan, berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk, sedangkan variabel umur, luas lahan, pengalaman bertani dan tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk.

3. Masalah –masalah yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk sesuai anjuran di daerah penelitian:

• Tingginya harga pupuk yang menyulitkan petani memperoleh pupuk.

• Kelangkaan pupuk dan beredarnya pupuk palsu.

• Sebagian besar petani merupakan petani penyewa lahan

Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah- masalah yang dihadapi dalam penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran:

• Pemerintah melalui PPL mengontrol harga pupuk.

• Untuk menghindarkan pupuk palsu, khusus rodephosphat, tenaga penyuluh merekomendasikan untuk dihentikan distribusinya

• Pemerintah memberikan bantuan sarana produksi maupun untuk mengurangi biaya produksi petani.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

A.W.Van Den Ban dan H.s Hawkins. 2003. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisius. Yokyakarta

Anonimus.2013.Budidaya Padi Sawah

Badan Pusat Statistik, 2011.Sumatera Utara Dalam Angka 2010. Sumatera Utara Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Bumi Aksara.

Hasan, M. I. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Lingga P,Marsono.2004.Petunjuk Penggunaan Pupuk.Penebar Swadaya: Jakarta Linggan P, Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya:

Jakarta.

Marsono,Paulus .S.2001.Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi.Penebar Swadaya,Jakarta Mosher. A. T. 1965. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta :CV

Yasaguna

Mul Mulyani S. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: PT Rineka Cipta Slamet,M.2003.Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan.IPB

Press.Bogor

Soekartawi. 1986.Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Pertanian Kecil.Rajawali Press, Jakarta

Sugeng,H.R.2001.Bercocok Tanam Padi.CV Aneka Ilmu.Semarang Suhardiyono,L.1992.Petunjuk Bagi Penyuluhan Pertanian.Erlanga,Jakarta Sukirno, S. 2000. Pengantar Teori Mikroekonomi. Rajawali Pers, Jakarta. Suparyono dan Agus Styono.1993.Padi.Jakarta:Penebar Swadaya

Suryana,A.2003.Ketahanan Pangan.BPFE,Yogyakarta

Suryana, A. Dan Mardianto, S. 2001. Bunga Rampai Ekonomi Beras. LPEM, FE-UI, Jakarta.

Suparyono dan Setyono.1997.Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi.Penebar Swadaya.Jakarta.


(61)

Lampiran 1. Karakteristik Sampel No. Umur (Tahun) Tingkat pendidikan (Tahun) Luas lahan (Ha) Pengalaman bertani (Tahun) Tingkat pendapatan (Rp)

1 55 12 1,2 18 12355150

2 45 16 0,6 20 6945500

3 54 12 1 20 14249500

4 35 12 0,3 10 3674800

5 29 9 0,25 3 3224400

6 36 16 0,65 7 8953750

7 37 16 0,35 7 4349380

8 37 12 0,3 6 3833550

9 53 16 1 20 14014000

10 28 16 0,2 2 3126400

11 31 12 0,25 5 4696400

12 29 12 0,2 4 3168900

13 39 12 0,5 10 4248600

14 48 6 2 10 28312000

15 30 16 0,25 5 4576400

16 40 12 0,4 11 7229000

17 47 16 1,25 16 12216400

18 43 12 0,5 18 3902000

19 44 12 0,5 15 6129000

20 44 12 0,7 13 8049300

21 57 16 1,4 14 16229500

22 34 16 1 4 14138000

23 38 12 0,5 5 6304500

24 48 12 0,75 16 10792000

25 31 9 0,25 2 3726900

26 46 16 0,8 18 8243000

27 58 12 2 20 26735500

28 49 12 0,8 10 9329500

29 42 12 0,3 12 3674800

30 35 9 0,25 5 4346900

Total 1.242 385 20,45 326

260.775.030


(1)

Lampiran 12. Total Pendapatan Per Musim Tanam

No.

Sampel

Penerimaan (Rp)

Biaya usahatani

(Rp) Pendapatan (Rp)

1 28120000 15764850 12355150

2 15200000 8254500 6945500

3 26600000 12350500 14249500

4 8740000 5065200 3674800

5 7600000 4375600 3224400

6 15580000 6626250 8953750

7 9500000 5150620 4349380

8 8360000 4526450 3833550

9 24700000 10686000 14014000

10 7600000 4473600 3126400

11 8360000 3663600 4696400

12 7600000 4431100 3168900

13 11400000 7151400 4248600

14 49400000 21088000 28312000

15 7220000 2643600 4576400

16 11400000 4171000 7229000

17 28120000 15903600 12216400

18 12160000 8258000 3902000

19 11400000 5271000 6129000

20 15200000 7150700 8049300

21 28500000 12270500 16229500

22 26980000 12842000 14138000

23 12160000 5855500 6304500

24 17100000 6308000 10792000

25 7600000 3873100 3726900

26 20900000 12657000 8243000

27 50160000 23424500 26735500

28 20520000 11190500 9329500

29 8740000 5065200 3674800

30 7600000 3253100 4346900

Total 514.520.000 253.744.970 260.775.030 Rataan 17.150.666,67 8.458.165,667 8.692.501


(2)

Lampiran 13. Data SPSS

No.

Sampel

Tingkat adopsi

Umur (Tahun)

Tingkat pendidikan (Tahun)

Luas lahan (Ha)

Pengalaman bertani (Tahun)

Tingkat pendapatan (Rp)

1 0 55 12 1,2 18 12355150

2 1 45 16 0,6 20 6945500

3 1 54 12 1 20 14249500

4 0 35 12 0,3 10 3674800

5 0 29 9 0,25 3 3224400

6 1 36 16 0,65 7 8953750

7 1 37 16 0,35 7 4349380

8 0 37 12 0,3 6 3833550

9 1 53 16 1 20 14014000

10 1 28 16 0,2 2 3126400

11 0 31 12 0,25 5 4696400

12 0 29 12 0,2 4 3168900

13 0 39 12 0,5 10 4248600

14 0 48 6 2 10 28312000

15 1 30 16 0,25 5 4576400

16 0 40 12 0,4 11 7229000

17 1 47 16 1,25 16 12216400

18 0 43 12 0,5 18 3902000

19 1 44 12 0,5 15 6129000

20 1 44 12 0,7 13 8049300

21 1 57 16 1,4 14 16229500

22 1 34 16 1 4 14138000

23 0 38 12 0,5 5 6304500

24 1 48 12 0,75 16 10792000

25 0 31 9 0,25 2 3726900

26 1 46 16 0,8 18 8243000

27 1 58 12 2 20 26735500

28 1 49 12 0,8 10 9329500

29 0 42 12 0,3 12 3674800


(3)

Lampiran 14. Output SPSS

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 30 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 30 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 30 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding Original

Value Internal Value

negatif 0

positif 1

Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 41.054 .267

2 41.054 .268

3 41.054 .268

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 41,054

c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea,b

Observed

Predicted tingkat adopsi

Percentage Correct negatif positif

Step 0 tingkat adopsi negatif 0 13 .0

positif 0 17 100.0

Overall Percentage 56.7

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500


(4)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .268 .368 .530 1 .467 1.308

Variables not in the Equationa

Score df Sig.

Step 0 Variables X1 2.828 1 .093

X2 10.502 1 .001

X3 2.101 1 .147

X4 2.805 1 .094

X5 2.572 1 .109

a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant X1 X2 X3 X4 X5

Step 1 1 23.930 -9.097 .078 .479 -4.326 -.026 .000

2 21.275 -14.959 .153 .734 -6.987 -.062 .000

3 20.853 -18.111 .190 .876 -8.593 -.076 .000

4 20.834 -18.805 .195 .910 -9.047 -.077 .000

5 20.834 -18.840 .195 .911 -9.076 -.077 .000

6 20.834 -18.840 .195 .911 -9.076 -.077 .000

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 41,054

d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 20.220 5 .001

Block 20.220 5 .001

Model 20.220 5 .001

Model Summary Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 20.834a .490 .658

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.


(5)

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 17.085 8 .029

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test tingkat adopsi = negatif tingkat adopsi = positif

Total

Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 2 2.932 1 .068 3

2 3 2.766 0 .234 3

3 3 2.418 0 .582 3

4 3 1.936 0 1.064 3

5 1 1.603 2 1.397 3

6 1 .700 2 2.300 3

7 0 .346 3 2.654 3

8 0 .190 3 2.810 3

9 0 .095 3 2.905 3

10 0 .015 3 2.985 3

Classification Tablea

Observed

Predicted

tingkat adopsi Percentage

Correct negatif positif

Step 1 tingkat adopsi Negatif 11 2 84.6

positif 3 14 82.4

Overall Percentage 83.3

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 .195 .213 .842 1 .359 1.216

X2 .911 .348 6.848 1 .009 2.488

X3 -9.076 6.448 1.982 1 .159 .000

X4 -.077 .227 .115 1 .734 .926

X5 .000 .000 2.335 1 .126 1.000

Constant -18.840 8.712 4.676 1 .031 .000


(6)

Correlation Matrix

Constant X1 X2 X3 X4 X5

Step 1 Constant 1.000 -.851 -.770 .498 .593 -.320

X1 -.851 1.000 .361 -.406 -.777 .127

X2 -.770 .361 1.000 -.308 -.290 .284

X3 .498 -.406 -.308 1.000 .046 -.910

X4 .593 -.777 -.290 .046 1.000 .087


Dokumen yang terkait

Analisis Tingkat Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Petani Padi Sawah di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Deli Serdang

19 143 103

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Antara Petani Pengguna Pompa Air Dan Petani Pengguna Irigasi Pada Lahan Irigas) Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

2 36 140

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 8

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 7

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 12

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 22

ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN PETANI PADI SAWAH (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI

1 9 12