Eksistensi dan Peran FKUB dalam Menjaga

Eksistensi dan Peran FKUB dalam
Menjaga Toleransi Umat Beragama
Terkait Isu Sara Rencana Pembongkaran
Masjid Al Khairiyah Kawasan Texas
Kota Manado
Ahmad Rajai1, Syaifullah2

1,2

Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Email: ahmad.rajai@iain-manado.ac.id, syaifullah.270711@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Eksistensi dan peran FKUB dalam menjaga
tolenransi umat beragama terkait isu sara rencana pembongkaran Masjid
Al­Khairiyah Kawasan Texas Kota Manado”. Adapun permasalahan
pada penelitian ini adalah bagaimana eksistensi dan peran FKUB dalam
menjaga toleransi umat beragama terkait isu sara rencana pembongkaran
Masjid Al­Khairiyah Kawasan Texas Kota Manado.
Penelitian ini dilakukan di Kota Manado terkait isu sara rencana pem­

bongkaran Masjid Al­Khairiyah Kawasan Texas Manado dengan tujuan
untuk menjelaskan peran dan eksistensi FKUB dalam menjaga toleran­
si umat beragama terkait isu sara rencana pembongkaran Masjid Al­
Khairiyah Kawasan Texas Kota Manado.
Berdasarkan hasil penelitian, telah ditemukan jawaban dari permasa­
lahan di atas bahwa eksistensi dan peran FKUB dalam menjaga toleransi
umat beragama terkait isu sara rencana pembongkaran Masjid Al­
Khairiyah Kawasan Texas Manado yaitu FKUB berusaha semaksimal
mungkin untuk meminimalisir isu tersebut dengan memberikan
himbauan dan pemahaman secara mendalam kepada masyarakat
bahwa isu pembongkaran Masjid Al­Khairiyah Kawasan Texas Manado
itu tidak benar, isu yang beredar di masyarakat hanyalah isu yang ingin
memecahbelah persatuan dan kesatuan masyarakat Kota Manado. Sampai
saat ini, kasus tersebut telah ditangani oleh Polda Sulawesi Utara dan
telah diklarifikasi oleh pemerintah setempat tentang isu sara tersebut

4 27 4

PROCEEDING | The International Postgraduate Research Conference In Islamic Studies and Social Science IAIN MANADO


bahwa tidak ada pembongkaran pada masjid Al­Khairiyah Kawasan Texas
Manado.
Kata Kunci: Eksistensi, Peran, Toleransi

ABSTRACT
This research is entitled The Existence and Role of FKUB in Keeping Guard
The Tolerance among Members of Religious Communities Pertaining to The
Plan of Demolition of Al-Khairiyah Mosque at The Area of Texas Manado.
The problem of this research is that how FKUB shows its role in taking care
the tolerance among its members concerning the disorder issues that might
appear related to the annihilation of the mosque.
This research was carried out at Manado. The objective of this research is to
explain the role of FKUB in keeping guard the tolerance among members of
religious communities as well as to get control of the issues available.
Based on the result of the research it is found that FKUB has shown its
maximal efforts in order to overcome the immerging issues referring to
the demolition of Al-Khairiyah Mosque. It has tried to subdue the issues by
giving some appeals and understanding maximally and comprehensively
to the communities. It has made sure that the issues are untrue and
misleading. It warns people not to believe it as it can lead to disturbances

and disintegration. The police of North Sulawesi province have investigated
the case and clarified it to be unreal.
Keywords: Existence, Role, Tolerance

1. PENDAHULUAN
1.2. Konteks Penelitian
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk, karena menyimpan
akar keberagaman dalam hal agama, bahasa, tradisi, dan budaya. Dalam
kaitannya dengan masalah agama setidaknya ada enam agama yang
diakui secara resmi oleh pemerintah. Keenam agama tersebut meliputi
agama Islam, katolik, protestan, hindu, budha dan konghucu.
Kemajemukan masyarakat Indonesia terbagi atas dua yaitu kemajemukan vertikal dan kemajemukan horisontal. Kemajemukan vertikal

4 28 4

Eksistensi dan Peran FKUB dalam Menjaga Toleransi Umat Beragama ... | Ahmad Rajafi, Syaifullah

adalah perbedaan tingkat pendidikan, kekayaan, dan kedudukan Islam.
Sedangkan kemajemukan horisontal adalah perbedaan-perbedaan
suku, agama dan kedaerahan. Sebagai masyarakat majemuk, masyarakat

Indonesia juga rawan konlik. Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia telah
mengalami berbagai macam konlik SARA. Konlik etnis sering dikaitkan dengan agama sehingga menjadi tajam dan berubah menjadi konlik
agama. Pada umumnya konlik agama selalu menjadi faktor yang membuat suatu konlik mendapat sorotan banyak orang dengan cepat. Begitu
agama terlihat dalam suatu konlik maka konlik itu menjadi sensitif
(Rosyidi, 2009).
Namun, di Indonesia juga tidak sepi dari berbagai konlik SARA
secara khusus di Sulawesi Utara yang meski dikenal sebagai cerminan
toleransi antar pemeluk agamanya tak jarang juga menjadi konlik SARA
yang sebenarnya pemicunya adalah hal-hal umum.
Hal ini sungguh sangat miris bila banyak terjadi konlik yang
disebabkan hanya karena berbeda keyakinan. Seharusnya disadari bahwa
sebagai pemeluk agama harus mampu hidup berdampingan dengan
saling berkasih sayang guna terciptanya kedamaian dan kesejahteraan
umat beragama. Artinya, sekalipun berbeda agama atau keyakinan akan
tetapi harus mempunyai sikap toleransi antar umat beragama. Karena
itu dalam memelihara dan membina hubungan yang harmonis antar
komunitas-komunitas yang berbeda agama, faktor keagamaan tidak bisa
diabaikan (Sirri, 2004).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa dalam kehidupan
beragama tentunya tidak selalu berjalan damai. Artinya, dalam menjalin

kerjasama antar umat beragama dalam suatu negara selalu dihadirkan
berbagai perbedaan yang menimbulkan konlik antar umat beragama.
Hal yang demikian terjadi pula di Kota Manado yang dimana masyarakat
tersebut telah dikenal dengan toleransi agama yang cukup tinggi, namun
dengan adanya berbagai isu sara, baik dari bentuk perilaku sebagian
elemen-elemen tertentu maupun isu melalui dunia maya. Ketegangan
tersebut akan menimbulkan konlik yang cukup besar apabila tidak di

4 29 4

PROCEEDING | The International Postgraduate Research Conference In Islamic Studies and Social Science IAIN MANADO

minimalisir secepat mungkin oleh pemerintah dan tokoh agama yang
ada di Kota Manado.
Terkait dengan isu sara tentang rencana pembongkaran Masjid Al
Khairiyah Kawasan Texas Kota Manado oleh beberapa elemen tertentu,
menjadi berita hangat di bicarakan di kalangan masyarakat. Sehingga
peran dan eksistensi FKUB tentunya dibutuhkan untuk meminimalisir
berita tersebut agar tidak menjadi bahan perpecahan antara umat beragama di Kota Manado.
Departemen agama bertugas untuk membina dan memelihara terciptanya toleransi dan kerukunan hidup antar umat beragama. Pembinaan tersebut sebenarnya bukan hanya tugas dan kewajiban departemen

agama saja melainkan juga merupakan tanggung jawab semua pihak
terutama masing-masing kelompok umat bergama itu sendiri.
Kehadiran FKUB di kalangan masyarakat Kota Manado tentunya
mampu membangun kemajemukan dan toleransi antara umat beragama
agar tidak terpancing oleh isu-isu sara yang mengatas namakan agama.
Dengan demikian, pada tulisan ini tentunya ingin melakukan penelitian
lebih lanjut terkait isu sara tersebut dengan fokus permasalahan bagaimana peran dan eksistensi FKUB dalam menanggapi isu sara tersebut
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka yang menjadi subpermasalahan pada penelitian ini adalah “Bagaimana peran dan eksistensi
FKUB dalam menjaga tolenransi umat beragama terkait isu sara rencana
pembongkaran Masjid Al-Khairiyah Kawasan Texas Kota Manado.?”
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran dan eksistensi
FKUB dalam menjaga toleransi umat Bergama terkait isu sara rencana
pembongkaran Masjid Al-Khairiyah Kawasa Texas Kota Manado

4 30 4

Eksistensi dan Peran FKUB dalam Menjaga Toleransi Umat Beragama ... | Ahmad Rajafi, Syaifullah


2. LANDASAN TEORETIK
2.1. Pengertian FKUB
FKUB adalah singkatan dari Forum Komunikasi Umat Beragama,
organisasi ini adalah perpanjang tangan dari Kementerian Agama RI
untuk menjadikan Negara Indonesia sebagai Negara yang damai dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai kebinekaan sebagai symbol persatuan
Indonesia. Adapun anggota dari FKUB adalah para pemuka-pemuka
agama yang ada di daerah atau wilayah itu sendiri.
Dalam kamus Bahasa Indonesia rukun berarti damai dan bersatu
hati (Purwadarminto, 2009). Kerukunan hidup umat beragama berarti
berarti hidup dalam suasana baik dan damai serta bersatu hati antara
umat.
Adapun tugas dari FKUB adalah sebagai berikut:
a. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat
b. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat
c. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam
bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan daerah
d. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagmaan yang berkaitan dengan kerukunan
umat beragama dan pemberdayaan masyarakat
e. Memberikan rekomendasi tertulis atas pemohon pendirian

rumah
ibadat
(http://e-dokumen.kemenag.go.id/iles/
CcVwz5Tx1336828890.pdf ).
Berdasarkan beberapa poin dari tugas FKUB di atas telah jelas bahwa
kehadiran FKUB adalah tiada lain untuk membangun dan menjaga
persatuan dan kestuan NKRI agar tetap damai dan saling menghormati
antara satu dengan yang lain.
2.2. Pengertian Toleransi
Toleransi secara bahasa bermakna sifat atau sikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan pengertian toleransi

4 31 4

PROCEEDING | The International Postgraduate Research Conference In Islamic Studies and Social Science IAIN MANADO

sebagai istilah budaya, sosial dan politik, ia adalah simbol kompromi
beberapa kekuatan yang saling tarik-menarik atau saling berkonfrontasi
untuk kemudian bahu-membahu membela kepentingan bersama, menjaganya dan memperjuangkannya (Purwadarminto, 2009).

Istilah toleransi juga biasanya dikaitkan dalam konteks sosial, budaya
dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak
dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah
toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat
menghormati keberadaan agama atau kepercayaan lainnya yang berbeda.
Demikianlah yang bisa kita simpulkan dari celotehan para tokoh budaya,
tokoh sosial politik dan tokoh agama diberbagai negeri, khususnya di
Indonesia (Arsyad, 2002). Maka toleransi itu adalah kerukunan sesama
warga negara dengan saling menenggang berbagai perbedaan yang ada
diantara mereka.
2.3. Konsep Toleransi Dalam Beragama
Terlepas dari pengertian secara bahasa dan istilah diatas, toleransi
masih bisa dibawa kepada pengertian syariah Islamiyah. Tetapi setelah
itu perkembangan pengertian toleransi bergeser semakin menjauh
dari batasan-batasan Islam, sehingga cenderung mengarah kepada
sinkretisme agama-agama dengan prinsip yang berbunyi “semua agama
sama baiknya”. Prinsip ini menolak kemutlakan doktrin agama yang
menyatakan bahwa kebenaran hanya ada didalam Islam. Kalaupun ada
perbedaan antara kelompok Islam dengan kelompok non muslim, maka

segera dikatakan bahwa perkara agama, adalah perkara yang sangat
pribadi sehingga dalam rangka kebebasan, setiap orang merasa berhak
berpendapat tentang agama ini, mana yang diyakini sebagai kebenaran
(Bagus, 1996).
Dalam skala nasional masyarakat Indonesia yang beragam dari
berbagai aspek, entah itu dalam hal keyakinan, budaya, sosial dan politik,
membutuhkan sikap toleransi untuk menjaga keutuhan. Namun sikap
masyarakat muslim Indonesia saat ini sungguh memperihatinkan,

4 32 4

Eksistensi dan Peran FKUB dalam Menjaga Toleransi Umat Beragama ... | Ahmad Rajafi, Syaifullah

Berangkat dari sikap intoleran terhadap kelompok-kelompok minoritas,
sehingga dimanfaatkan untuk memunculkan konlik di berbagai daerah.
Namun demikian, yang lebih ironis ketika sikap serta perbuatan tersebut
dimaknai oleh berbagai pihak (kelompok/person), sebagai suatu hal yang
lumrah (biasa-biasa) saja.
Sebenarnya, arti kata toleransi adalah sikap terbuka dan menghormati
perbedaan. Meski kaitan toleransi lebih sering pada perbedaan suku dan

agama. Toleransi juga berarti menghormati dan belajar dari orang lain,
menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan budaya, menolak
stereotipe yang tidak adil, sehingga tercapai kesamaan sikap. Secara
doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Kata Islam yang
berasal dari bahasa Arab dan terambil dari kata salima yang berarti selamat
sentosa (Hanai, 20015). Dari asal kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu,
dan Islam, yang memiliki beberapa arti; (1). melepaskan diri dari segala
penyakit lahir dan bathin (2). Kedamaian dan atau keamanan, serta (3).
Ketaatan atau kepatuhan. yang berarti memelihara dalam keadaan selamat
sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. Kata
aslama itulah yang menjadi pokok kata Islam, dan mengandung arti yang
terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan aslama
atau masuk Islam dikatakan muslim (Natta, 2001).
Deinisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah,
“Islam agama rahmatal lil’alamin” (agama yang mengayomi seluruh
alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama
yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk
saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia
dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak
mungkin disamakan.
Dalam konteks toleransi antar umat beragama. Islam memiliki konsep
yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam Agama”, “Bagi kalian agama kalian
dan bagi kami agama kami”. Hal demikian adalah contoh populer dari
toleransi dalam Islam. Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan
melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai
prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi

4 33 4

PROCEEDING | The International Postgraduate Research Conference In Islamic Studies and Social Science IAIN MANADO

Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan
toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama
yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota
yang terikat dalam Piagam Madinah (Sjadzali, 1993).
Terlepas dari pembicaraan diatas, toleransi dapat ditanamkan dalam
diri setiap manusia yang merasa perlunya kesadaran dalam pemaknaan
keragamaan. Dan jika demikian, lingkungan sekolah dan rumah-lah
yang memegang peranan penting dalam mengembangkan toleransi
beragama. Jika lingkungan rumah atau sekolah yang ditemui bersifat
heterogen maka dapat memahami perbedaan agama dan kebiasaan
yang dilakukan masing-masing agama. Terutama, anak-anak di masa
depan dihadapkan dengan era globalisasi yang mengharuskan mereka
berhadapan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda.
Sehingga, pemahaman keragaman merupakan hal penting bagi masa
depan mereka.
2.4. Toleransi Dalam Pandangan Islam
Kaum muslimin dilarang ikut serta dalam segala bentuk peribadatan
dan keyakinan orang-orang kair dan musyrik hal ini sebagaimana telah
dinyatakan oleh Allah dalam Q.S. Al-Kairun: 30 ayat 1-6:

‫)وا‬٣(
َ ُ‫)وا أ�ن ُ ْْت عَابِد‬٢(
َ ‫ُق ْل َي أ�يُ َا ْال َك ِف ُر‬
َ ُ‫)ا أ� ْع ُبدُ َما تَ ْع ُبد‬١( ‫ون‬
َ ُ‫ون َما أ� ْع ُبد‬
َ ‫ون‬
)٦( ‫)لَ ُ ْك ِدي ُن ُ ْك َو ِ َل ِد ِين‬٥( ُ‫ون َما أ� ْع ُبد‬
َ ُ‫)وا أ�ن ُ ْْت عَابِد‬٤(
َ ‫أ�نَ عَا ِب ٌد َما َع َبدْ ُ ْت‬
Terjemahnya:
1.Katakanlah: “Hai orang-orang kair,. 2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah., 3.dan kamu bukan penyembah Tuhan
yang aku sembah.., 4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah
apa yang kamu sembah., 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah., 6. untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku (Departemen Agama RI, 2010).”
Ayat ini memberikan kebebasan berkeyakinan dan menjalankan
ritual meskipun bertentangan dengan Islam. Artinya, benar bahwa Islam

4 34 4

Eksistensi dan Peran FKUB dalam Menjaga Toleransi Umat Beragama ... | Ahmad Rajafi, Syaifullah

mengkritik trinitas dan menawarkan monoteisme, namun Islam juga
mempersilahkan umat yang beragama lain menunaikan ibada sesuai
dengan doktrin mereka.
Secara teoritis normatif agama berimplikasi pada sikap toleransi
bagi pemeluknya maupun pemeluk agama lain (universal). Tapi pada
perjalanannya agama seringkali meninggalkan jati dirinya sebagai pembimbing dan pengayom masyarakat, dan justru berkolaborasi dgn Negara
untuk mengawetkan kepentingan kelompok elite penguasa sambil
menindas masyarakat. Bangsa Indonesia tampaknya masih bingung
dalam menemukan pola beragama yang mapan untuk mempertemukan
kesetiaannya pada Tuhan. Idealnya, ketiganya (agama, Negara, toleransi)
saling bersinergi membangun sintesa sehingga semangat kebertuhanan
dan loyalitas pada intitusi agama akan juga memperkuat loyalitas dan
etika bernegara.
Pasal 1.3 piagam PBB, mewajibkan kerjasama bagi seluruh anggota
PBB untuk mempromosikan dan memperjuangkan hak-hak asasi
manusia, tetapi piagam tersebut tidak mendeinisikan term-term hak
asasi manusia dan kebebasan-kebebasan dasar sehingga menimbulkan
kekacauan penafsiran mengenai asal-usul universalitas standar-standar
dalam penerapannya dilapangan (an-Na’im, 2004). Hal demikian
jelas berbeda dengan praktik historis yang telah dicontohkan nabi
Muhammad SAW, merupakan bukti konkrit terhadap pemberlakuannya
terhadap masyarakat madinah dan bagi non-muslim mengenai toleransi.
Warisan sejarah Islam yang agung ini telah menunjukan dan menjelaskan
bahwa Arab dan Islam tidak mengenal istilah iqlimiyah (sekat) dalam
agama atau suatu bangsa. Sebaliknya, Islam berinteraksi dengan semua
ragam perbedaan ini dengan pandangan bahwa perbedaan itu alami
belaka. Untuk itu, Islam lebih memilih ungkapan “umat” bersama kaum
muslimin. Mereka memilki kesetaraan dalam hal hak dan kewajiban.
Dalam undang-undang kewarganegaraan Negara Islam tidak terbatas
hanya pada umat Islam. Alinea 25 menuliskan bahwa kaum yahudi bani
auf adalah umat bersama kaum muslimin. Alinea berikutnya menyatakan
ihwal pemberian hak ini kepadah seluruh kabila Yahudi, dimana tidak

4 35 4

PROCEEDING | The International Postgraduate Research Conference In Islamic Studies and Social Science IAIN MANADO

ada kelompok Nasrani di Madinah. Alinea 20 menyatakan bahwa, “orang
musryk tidak boleh melindungi harta kekayaan kaum Quraysi, tidak juga
jiwanya, dan ia tidak boleh membantunya untuk menghadapi kaumm
mukminin.” Berbagai komitmen ini diberikan Islam kepada kaum
musrykin penduduk Madinah dan ini menunjukkan bahwa mereka telah
masuk kedalam pemerintahan Negara baru, dan bahwa undang-undang
ini memberikan kepada mereka hak sebagai warga Negara (Al-Wa’iy,
2003).
Dalam hal agama, toleransi berarti memberikan hak kepada pemeluk
agama lain untuk tetap eksis. Eksklusivisme merupakan sesuatu yang
alamiah karena masing-masing pemeluk agama memiliki pilihan tersendiri tentang alasan mereka menganut suatu agama. Oleh karena itu
setiap orang kadangkala mengalami kesulitan untuk menjadi seorang
pemeluk agama yang inklusif karena pada satu sisi ia mempertahankan
identitas dirinya (mengakui universalisme kebenaran agama) dan disisi
lain memegang teguh pilihan sendiri. Untuk menjadi orang inklusif
jelas harus mampu hidup dalam masyarakat pluralistik dan berinteraksi
dengan kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki keyakinan
beragam (Fachruddin, 2006).
NU dan Muhammadiyah mendeskripsikan pluralisme pada pengertian menghargai agama lain atau memberikan kesempatan kepada
pemeluk agama lainnya untuk hidup berdampingan dan melarang siapa
saja yang ingin menghancurkan pemeluk agama lain. Muhammadiyah
menjadikan konsep amar ma’ruf seperti yang tercantum dalam al-Qur’an
sebagai prinsip dasar untuk menata kehidupan masyarakat (tatanan
sosial), dan Muhammadiyah telah menjabarkannya kedalam “prinsip
dasar Muhammadiyah tentang hubungan sosial”. Kemudian NU menjabarkan konsep amar ma’ruf dalam mu’amalah bi al-ma’ruf, muasyarah bi
al-ma’ruf dan muhasabah bi al ma’ruf. Toleransi mensyaratkan pengertian
saling memahami, kerja sama, pengakuan hak orang lain, dan melarang
kekerasan dalam bentuk pelanggaran terhadap hak-hak orang lain
(An-Na’im, 2007). Muhammadiyah dan NU perpendapat bahwa Islam
mendukung toleransi (penyebutan ahl al-kitab dalam al-Qur’an). Bahkan

4 36 4

Eksistensi dan Peran FKUB dalam Menjaga Toleransi Umat Beragama ... | Ahmad Rajafi, Syaifullah

beberapa dari kalangan Muhammadiyah dan NU tidak membatasi
konsep ahl al-kitab hanya pada Kristen, Yahudi dan Majusi saja (AnNa’im, 2007).
Al-Qur’an mengajarkan beberapa prinsip dasar dan pendekatan
sebagai pedoman untuk melihat perbedaan-perbedaan relasi etnik dan
keagamaan diatas.

‫َي أ�يُ َا النَ ُاس انَ َخلَ ْقنَ ُ ْاك ِم ْن َذ َك ٍر َو أ�ن َْث َو َج َعلْنَ ُ ْاك ُش ُع ًوب َوقَ َبائِ َل ِل َت َع َارفُوا ا َن أ� ْك َر َم ُ ْك‬
‫إ‬
‫ِ ِ إ‬
)١٣( ٌ‫ال عَ ِل ٌم َخبِر‬
َ َ‫ع ْند‬
َ َ ‫ال أ�تْ َق ُ ْاك ا َن‬
‫إ‬

Terjemahannya:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S. Alhujuraat: 13) (Departemen Agama RI, 2010).

Keragaman etnik dan berbagai perbedaan tersebut memberikan kita
kekuatan dan kekayaan budaya serta nilai dan pemahaman peradaban.
Dalam surah yang lain juga dinyatakan, “tidak ada paksaan untuk
memasuki agama (Islam) dan telah dijelaskan pula dalam alqur’an bahwa
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat.
Karena itu barang siapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat dan tidak akan putus. Dan Allah maha mendengar lagi maha
mengetahui.
Pandangan ayat al-Qur’an diatas merupakan larangan terhadap
orang Islam untuk memaksa orang non muslim menerima Islam sebagai
keyakinan mereka (Arsyad, 2007). Hal-hal demikian menurut Seyyed
Hossein Nasr,1 Setiap agama memiliki cara tertentu untuk membedakan
1

Seyyed Hossein Nasr lahir di Teheran, Iran. Dia menempuh pendidikan tingginya di M.I.T.
Univesitas Harvad. Kembali ke Iran dan mengajar di Universitas Teheran dari 1958-1979. Tempat dia
menjadi dekan fakultas sastra dan pembantu Rektor. Dia memprakasai pendirian Iranian Academy

4 37 4

PROCEEDING | The International Postgraduate Research Conference In Islamic Studies and Social Science IAIN MANADO

dirinya dari agama lain. Misalnya agama Yahudi, membagi orang pada
“bangsa yahudi” dan “non Yahudi”, sedangkan Kristen, “yang percaya”
dan ”pagan”. Masing-masing kategorisasi ini memiliki akar teologis dan
historis yang berhubungan dengan konsep diri masing-masing. Sedangkan dalam Islam perbedaan ini lebih pada persoalan kata iman dan
islam, atau suatu istilah yang lebih umum (Nasr, 2003). Sejalan dengan
komentar Seyyed, al-Qur’an surah al-Baqharah ayat 62 mengatakan ;

‫الصا ِب ِئ َن َم ْن � آ َم َن ِب َ ِل َوالْ َي ْو ِم الآ ِخ ِر َو َ ِع َل‬
َ ‫ا َن َ ِال َين � آ َمنُوا َو َ ِال َين هَا ُدوا َوالنَ َص َارى َو‬
‫إ‬
)٦٢( ‫ُون‬
َ ‫َصا ِل ًحا فَلَه ُْم أ� ْج ُر ُ ْه ِع ْندَ َر ِ ّ ِب ْم َوا خ َْو ٌف عَلَيْ ِ ْم َوا ُ ْه َ ْي َ نز‬
Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang mukmin (yang percaya pada apa
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad), orang-orang yahudi,
nasrani, shabi’in-siapa saja diantara mereka-yang benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian serta beramal shaleh,
mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih
hati (Departemen Agama RI, 2010).
Berdasarkan ayat di atas telah dipahami bahwa Al-Qur’an telah
mengajarkan toleransi secara penuh. Artinya bahwa toleransi dalam
Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi baik lahir maupun
batin. Oleh karena itu, sikap toleransi tidak akan tegak jika tidak lahir
dari hati yang paling dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan
kesediaan ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan
pengorbanan material maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah,
konsep Islam tentang toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat
Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum minan nas) yang ditopang
oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallah).

of Philosophy dan menjadi Presiden pertamanya. Sejak 1984, dia menjadi Professor kajian Islam di
Universitas George Washington DC, AS.

4 38 4

Eksistensi dan Peran FKUB dalam Menjaga Toleransi Umat Beragama ... | Ahmad Rajafi, Syaifullah

3. METODOLOGI
Penelitian ini berlokasi di Kota Manado tepatnya di Masjid AlKhairiyah daerah Kawasan Kampung Texas Manado. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui
observasi dan wawancara.
Adapaun pelaksanaan penelitian ada empat tahap, yaitu: (1) tahap
sebelum ke lapangan, (2) tahap ke lapangan, (3) Tahap pengumpulan
data. (4) tahap analisis data, Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu: (a) Reduksi data (Data Reduction). Reduksi data yaitu
suatu proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatancatatan tertulis di lapangan dan hasil wawancara terhadap subjek dan objek
penelitian, (b) Penyajian data (Display Data). Data disusun sedemikian
rupa sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Adapun bentuk yang lazim digunakan pada
data kualitatif terdahulu adalah dalam bentuk teks naratif. Terkait dengan
display data, peneliti menyajikannya dalam bentuk tabel berupa charta
data terpilih dan (c) Penarikan kesimpulan (Veriikasi).

4. HASIL PEMBAHASAN
Dalam pengembangan toleransi umat beragama di masyarakat
tidak terjadi begitu saja. Ia harus direncanakan dan perlu melakukan
pendekatan serta strategi yang tepat. Salah satu yang berperan dalam
menjaga toreransi umat beragam adalah FKUB yang dimana organisasi
ini adalah perpanjangan tangan Kementerian Agama dalam membina
dan mengembangkan sikap toleransi dalam kehidupan masyarakat yang
multikultular khususnya di Kota Manado.
Pengembangan budaya toleransi beragama di Kota Manado adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh FKUB dalam rangkah membangun keyakinan dan sikap bersedia menerima keanekaragaman agama

4 39 4

PROCEEDING | The International Postgraduate Research Conference In Islamic Studies and Social Science IAIN MANADO

yang dianutnya. Menurut Rizali M. Noor bahwa salah satu tugs kami
selaku pengurus FKUB adalah menjaga masyarakat Kota Manado agar
tetap saling menghormati dan menjaga keberanekaragam suku, ras, dan
agama, mengembangkan sikap saling memahami, serta mengerjakan
keterbukaan dan dialog antar agama. Untuk membangun budaya inilah
maka dilakukan sosialisasi kepada masyarakat Kota manado agar tidak
tergiur dengan berbagai isu sara yang akan meninmbulkan konlik antar
agama.2
Ungkapan di atas telah diungkapkan pula oleh H W B Sumakul
dalam wawancaranya mengatakan bahawa salah satu sikap kami dalam
membangun toleransi umat beraga di Manado adalah dengan cara
menyisipkan nilai-nilai toleransi pada kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
di Kota Manado. Hal tersebut kami lakukan agar tercapai tujuan toleransi
dalam rangka mengantisipasi konlik keagamaan dan menuju perdamaian
abadi karena pendidikan sampai saat ini diyakini mempunyai pesan besar
dalam membentuk karakter setiap individu dan ini adalah tanggung
jawab semua masyarakat Manado tanpa terkecuali.3
Berdasarka uraian di atas dapat diketahui bahwa salah satu peran
dan fungsi FKUB adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat
khususnya masyarakat Kota Manado agar tetap menjaga ikatan persaudaraan agar tetap damai dan tidak terjadi perpecahan. Artinya,
toleransi umat beragama di Kota Manado adalah tanggung jawab
seluruh masyarakat Manado secara bersama-sama. Menjaga toleransi
umat beragama di Manado tidak hanya dilingkup pemerintahan saja
akan tetapi juga di rumah dan lingkungan sosial dengan menanamkan
dalam benak pikiran seluruh masyarakat, bahwa perbedaan merupakan
keharusan yang harus di jalani, semua sudah ada yang mengatur maka,
tidak selayaknya kita lari dari tanggung jawab.
Berkembangnya isu sara yang membuat masyarakat Kota Manado
saat ini menjadi resah dan khawatir akan terjadinya konlik antara umat
2

3

Hasil wawancara dengan Rizali M. Noor Pengurus FKUB Provinsi Sulawesi Sulawesi Utara pada
tanggal 13 Januari 2017
Hasil wawancara dengan H W B Sumakul Pengurus FKUB Provinsi Sulawesi Utara Pada Tanggal
14 Januari 2017.

4 40 4

Eksistensi dan Peran FKUB dalam Menjaga Toleransi Umat Beragama ... | Ahmad Rajafi, Syaifullah

beragama merupakan tugas utama bagi para pengurus FKUB di Sulawesi
Utara khususnya di Kota Manado. Sehingga, peran FKUB dalam
meminimalisir isu tersebut adalah dengan cara memberikan pemahaman
kepada masyarakat agar tidak terpancing dengan berbagai isu yang ingin
memecahbelah persatuan dan kesatuan masyarakat Manado yang telah
tertuang dalam satu motto “Si Tou Timou Tumou Tou” (Manusia hidup
untuk memanusiakan orang lain) dengan kata lain adalah “Torang Samua
Basudara”.
Terkait beberapa isu sara di Masyarakat salah seorang pengurus
FKUB Kota Manado telah menjelaskan bahwa maraknya perkembangan
isu sara di masyarakat Kota Manado adalah dampak atau tekanan
yang dialami oleh masyarakat minotitas beragama lain yang hidup di
masyarakat mayoritas muslim. Artinya, pemicu berkembangnya isu sara
tentang konlik di Manado disebabkan oleh maraknya politik partai yang
ingin mencari dukungan dari masyarakat dan munculnya berbagai berita
nasional yang mengatas namakan agama.4
Pernyataan di atas senada ungkapan salah satu pengurus FKUB yang
mengatakan bahwa isu konlik yang berkembang di masyarakat Manado
adalah merupakan isu politik yang akan memecahbelah kerukunan
umat beragama di Kota Manado. Adapun terkait dengan rencana pembongkaran Masjid Al-Khairiyah Kampung Texas Manado itu sudah
di serahkan kepada Polda Sulawesi Utara, dan akan diselesaikan secara
hukum. Mengenai isu rencana pembongkaran Masjid Al-Khairiyah
itu tidak benar. Memang ada beberapa elemen-elemen yang demo dan
berusaha untuk melakukan pembongkaran pada saat itu, tetapi mereka
itu belum memahami secara pasti tentang kasus tersebut. Dengan
demikian, melihat fenomena tersebut, maka pemerintah Kota Manado
yakni Walikota Manado melakukan rapat dan klariikasi serta menegaskan penyampaiannya kepada masyarakat bahwa Masjid Al-Khairiyah
tersebut tidak akan dibongkar. Jadi salah satu tugas kami terkait
fenomena tersebut adalah menghimbau dan memberikan pemahaman
4

Hasil wawancara dengan Sofyan pengurus FKUB Kota Manado pada tanggal 18 Januari 2017

4 41 4

PROCEEDING | The International Postgraduate Research Conference In Islamic Studies and Social Science IAIN MANADO

kepada masyarakat untuk tidak terpancing dengan berbagai isu sara yang
berkembang di masyarakat.5
Berdasarkan beberapa ungkapan di atas, dapat dipahami bahwa
salah satu peran dan fungsi FKUB dalam menjaga toleransi umat beragama di Manado terkait fenomena isu sara rencana pembongkaran
masjid Al-Khairiya yang berada di lokasi Kawasan Texas Manado adalah
dengan cara menyampaikan kepada seluruh kalangan masyarakat bahwa
rencana pembongkaran tersebut adalah merupakan isu yang ditunggangi
oleh para politisi untuk mencari dukungan kepada masyarakat serta
menggejolaknya berbagai isu konlik keagamaan diberbagai daerah yang
dimuat pada berita-berita nasional dan media sosial lainnya.

4. PENUTUP
4. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka yang menjadi kesimpulan
pada penelitian ini adalah eksistensi dan peran FKUB dalam menjaga
toleransi umat beragama terkait isu sara rencana pembongkaran Masjid
Al-Khairiyah Kawasan Texas Manado adalah berusaha meminimalisir
dengan memberikan himbauan dan pemahaman secara mendalam kepada
masyarakat bahwa isu pembongkaran Masjid Al-Khairiyah Kawasan
Texas Manado itu tidak benar, isu yang beredar di masyarakat hanyalah
isu yang ingin memecahbelah persatuan dan kesatuan masyarakat Kota
Manado. Adapun kasus tersebut telah ditangani oleh Polda Sulawesi
Utara dan telah diklariikasi oleh pemerintah setempat tentang isu sara
tersebut bahwa tidak ada pembongkaran pada Masjid Al-Khairiyah
Kawasan Texas Manado.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, maka yang menjadi saran pada
peneltian ini adalah sebagai berikut:
a. Diharapkan kepada pengurus FKUB Provinsi Sulawesi Utara
dan pengurus FKUB Kota Manado agar tetap waspada dalam
5

Hasil wawancara dengan Law pengurus FKUB Kota Manado pada tanggal 18 Januari 2017

4 42 4

Eksistensi dan Peran FKUB dalam Menjaga Toleransi Umat Beragama ... | Ahmad Rajafi, Syaifullah

menjaga toleransi kerukunan umat beragama agar tetap terjalin
damai dan saling menghormati antar pemeluk agama. Selain
itu, pengurus FKUB diharapkan mempertahankan kerjasama
dengan pemerintah setempat.
b. Diharapkan kepada pemerintah setempat agar memberikan
sanksi kepada masyarakat yang ingin mencoba memprovokasi
sesame masyarakat terkait berbagai isu sara yang akan merusak
toleransi umat beragama di Provinsi Sulawesi Utara khususnya
di Kota Manado.
c. Diharapkan kepada masyarakat agar tidak mudah terprovokator
oleh berbagai isu sara yang akan menimbulkan konlik dalam
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Wa’iy, Tauiq Yusuf. Al-Fikr As-Siyasiy Al- Mu’ashir ‘ Inda AlIkhwan Al-Muslimin; Dirasat Tahliliyat Maidaniyat muwatsaqat. Di
Terjemahkan Oleh; Wahid Ahmadi Dan Arwani Amin, Pemikiran
Politik Kontemporer Al-Ikhwan Al-Muslimun; Studi Analitis,
Observatif, Dan Dokumentatif Cet., I, Solo: 2003
An-Na’im, Abdullahi Ahmed. Dekonstruksi Syari’ah: Wacana Kebebasan
Sipil, Hak Asasi Manusia, dan Hubungan Internasional Dalam Islam
Cet., IV, Yogyakarta: LKIS, 2004
-----------. Islam dan Negara Sekuler: Menegoisasikan Masa Depan
Syari’ah Cet., I, Bandung: Mizan, 2007
Arsyad, Azhar. Islam dan Perdamaian Global Cet., I, Yogyakarta: Madyan
Press, 2002
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996
Departemen Agama RI., Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah Cet. X;
Bandung: CV Penerbit di Ponegoro, 2010
Fachruddin, Fuad. Agama dan Pendidikan Demokrasi, Pengalaman
Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama Cet., I, Jakarta: Pustaka AlVabet, 2006

4 43 4

PROCEEDING | The International Postgraduate Research Conference In Islamic Studies and Social Science IAIN MANADO

Hanai, Hassan. Ensiklopedi Islam Jakarta: Ichtiar baru Van Houve, 2005
Nasr, Seyyed Hossein. he Heart of Islam: Pesan-pesan Islam untuk
Kemanusian Cet., I, Bandung: Mizan, 2003
Natta, Abuddin. Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Indonesia Cet., II,
Jakarta: Raja Graindo Persada, 2001
Purwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka,
2009
Rosyidi, Imron. Pendidikan Berparadigma Inklusif Malang: UIN Press,
2009
Sirri, Mun’im A. Fiqih Lintas Agama Jakarta: Paramadina, 2004
Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran
Cet., V, Jakarta: UI-Press, 1993
http://e-dokumen.kemenag.go.id/iles/CcVwz5Tx1336828890.pdf
(diakses pada tanggal 18 Januari 2017)

4 44 4