TEKNIK BUDIDAYA CABAI Capsicum annum L.

LAPORAN

“TEKNIK BUDIDAYA CABAI (Capsicum annum L.)
VARIETAS TARUNA DI LAHAN KAMPUS II”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Praktikum Dasar-Dasar Agronomi dengan
dosen pengampu Dr. H. Cecep Hidayat, Ir, MP. dan Frieska Mega Wahyuni, SP

Oleh :
Kelompok 1
Depi Ipadoh

1157060015

Dewi Winianingsih

1157060016

Fedora Gusti D.

1157060023


Fhandan Bhagaskara

1157060025

Hana Fitriani

1157060032

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) adalah tumbuh-tumbuhan perdu
yang berkayu, dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan

kapsaisin. Saat ini cabai menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak di
butuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun internasional. Setiap harinya
permintaan akan cabai, semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk di berbagai negara.
Budidaya ini menjadi peluang usaha yang masih sangat menjanjikan,
bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar
ekspor (Santika, 2008). Jenis cabai juga cukup bervariasi, beberapa jenis di
bedakan berdasarkan ukuran, bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di
Indonesia jenis cabai yang banyak dibudidayakan antara lain cabai keriting, cabai
besar, cabai rawit, dan cabai paprika.
Dalam budidaya cabai salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk
meningkatkan produksi adalah pemilihan jenis cabai. Cabai mempunyai kelebihan
tahan terhadap kelembapan udara. Cabai memiliki beberapa manfaat selain
dijadikan sebagai bahan penyedap makanan, cabai juga bisa dimanfaatkan
menjadi berbagai macam produk olahan seperti saos cabai, sambel cabai, pasta
cabai, bubuk cabai, cabai kering, dan bumbu instan. Bahkan produk-produk
tersebut sudah berhasil diekspor ke Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Brunei
Darussalam dan India.
Budidaya Cabai memberikan keuntungan yang menarik, tetapi budidaya
cabai juga sering menemui kegagalan dan kerugian besar. Untuk menghindari

kegagalan tersebut, dilakukan aplikasi teknologi yang tepat guna, yaitu Teknologi
Enzymatis. Namun, budidaya yang dipakai praktikum teknik budidaya ini sangat
sederhana tidak memakai teknologi hanya menggunakan alat pertanian biasa
seperti cangkul, parang dan sebagainya. Maka didalam laporan ini akan dibahas
bagaimana awal budidaya dari persemaian sampai pindah tanam ke lahan kampus

II, keadaan umum tempat budidaya, teknik budidaya dan kendala apa saja yang
terjadi disana saat budidaya tanaman cabai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan umum tempat budidaya ?
2. Bagaimana teknik pembudidayaan tanaman cabai ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana keadaan umum tempat budidaya.
2. Untuk mengetahui bagaimana teknik pembudidayaan pada tanaman cabai.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Cabai merupakan tanaman semusim (annual) yang tumbuhnya tegak

dengan

batang

berkayu

dan

bercabang

serta

tergolong

tumbuhan

yang menghasilkan biji (spermatophyta) dalam dunia tumbuhan Plantanum.
Menurut (Rahman, 2010), tanaman cabai dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom


: Plantae

Sub Kingdom

: Tracheobionta

Sub Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas


: Asteridae

Ordo

: Solanales

Famili

: Solanaceae

Genus

: Capsicum

Spesies

: Capsicum annuum L.

1. Akar
Menurut (Harpenas, 2010), cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk

perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak
menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap
air dan zat makanan dari dalam tanah, serta memperkuat berdirinya batang
tanaman. Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) akar tanaman cabai tumbuh tegak
lurus ke dalam tanah, bekerja sebagai penegak pohon yang memiliki kedalaman ±
200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tunggang tumbuh akar-akar cabang, akar
cabang tumbuh horisontal didalam tanah, dari akar cabang tumbuh akar serabut
yang berbentuk kecil-kecil dan membentuk masa yang rapat.

2. Batang
Batang utama cabai menurut (Hewindati, 2006) tegak dan pangkalnya
kayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan
berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang percabangan
mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya
cabang beraturan secara berkesinambungan. Sedangkan menurut (Anonim, 2009),
batang cabai memiliki batang berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar,
penampang bersegi, batang muda berambut halus berwarna hijau. Menurut
(Tjahjadi, 1991) tanaman cabai berbatang tegak yang bentuknya bulat. Tanaman
cabai dapat tumbuh setinggi 50-150 cm, merupakan tanaman perdu yang warna
batangnya hijau dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-buku yang panjang

tiap ruas 5-10 cm dengan diameter data 5-2 cm.
3. Daun
Daun cabai menurut (Dermawan, 2010) berbentuk hati, oval, matau agak
bulat telur dengan posisi berselang-seling. Sedangkan menurut (Hewindati, 2006),
daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing atau diistilahkan
dengan oblongus acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun.
Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian
permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar
9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan daun tunggal,
bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat
telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulangan
menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.
4. Bunga
Menurut (Hendiwati, 2006), bunga tanaman cabai berbentuk terompet
kecil, umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu.
Cabai berbunga sempurna dengan benang sari yang lalu tidak berlekatan. Disebut
berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak
bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai
disebut juga berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat kelamin jantan dan
betina dalam satu bunga. Sedangkan menurut (Hewindati, 2006) bunga cabai

merupakan bunga tunggal, berbentuk bintang, berwarna putih, keluar dari ketiak

daun. Tjahjadi (2010) menyebutkan bahwa posisi bunga cabai menggantung.
Warna mahkota putih, memiliki kuping 5-6 helai, panjang 1 - 1,5 cm, lebar 0,5
cm, warna kepala putik kuning.

5. Buah dan Biji
Buah cabai menurut (Anonim, 2010), buahnya buah buni berbentuk
kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya,
menggantung, permukaan licin mengkilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm,
bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak
menjadi merah cerah. Sedangkan untuk bijinya biji yang masih muda berwarna
kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm.
Rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang menciumnya,
tetapi orang tetap membutuhkannya untuk menambah nafsu makan.
Tanaman cabai sangat cocok ditanam pada ketinggian 0-500 m dpl dengan
suhu antara 190-300 C dan curah hujan 1.000-3.000 mm/tahun. Tanaman cabai
membutuhkan tanah yang gembur dan banyak mengandung unsur hara serta dapat
tumbuh optimal pada tanah regosol dan andosol dengan pH tanah antara 6 - 7.
Untuk menghindari genangan air pada lahan, Untuk penanaman cabai keriting

lebih baik pada lahan yang agak miring dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari
250. Lahan yang terlalu miring dapat menyebabkan erosi dan hilangnya pupuk,
karena tercuci oleh air hujan (Rahman, 2010).

BAB III
METODE PELAKSANAAN

2.1 Tempat dan Waktu
Pembudidayaan tanaman cabai ini dilakukan di Kampus II UIN Sunan
Gunung Djati Bandung tepatnya di jalan Cimencrang, Cimenerang, Bandung,
Jawa Barat. Dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2017.

2.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu benih cabai varietas
taruna, pupuk kandang, kompos, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCL, dan Air.
Adapun alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah lahan,
meteran untuk membuat bedengan, ember, tray semai, sekop, cerulit, garpu tanah,
tali rafia dan ajir.

2.3 Metode

Praktikum teknik budidaya ini menggunakan metode sederhana. Pertama,
survei tempat selanjutnya pembersihan dari gulma dan dibuat bedengan. Setelah
itu pindah tanam pada sore hari.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Keadaan Umum Tempat Budidaya
Budidaya Tanaman Cabai yang kami lakukan di Kampus II UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, lahan yang terletak di Jl. Soekarno-Hatta, Cimencrang,
Bandung. Disana terdapat lahan seluas 29 hektar terhampar sawah, ladang
pertanian, dan sebagian telah dibangun gedung-gedung perkuliahan dan baru
memiliki 3 gedung kuliah yang berada di Utara dan Timur. Tempatnya terletak
pada ketinggian 775 MDPL dan iklim disana rata-rata diatas 20oC. Tidak jauh di
depan kampus ada kantor Polisi Daerah (Polda) yang berdampingan dengan salah
satu gedung. Sama halnya seperti disekitar kampus terdapat lahan-lahan budidaya
dan jalur rel kereta api di sebelah Selatan serta adanya sungai yang mengalir di
arah Barat.
Sebelumnya lahan ini masih di dominasi oleh ladang pertanian yang
dikelola oleh warga sekitar kampus. Tanah yang ada terlihat berwarna hitam yang
menandakan bahwa tanah mengandung bahan organik yang tinggi dan memiliki
sifat-sifat tanah yang sesuai. Petani disini memanfaatkan sungai dari Daerah
Aliran Sungai (DAS) Cinambo, sistem irigisai dan drainase dibuat dengan sangat
baik guna memanfaatkan air yang ada untuk keperluan pertanian. Namun, kami
memanfaatkan sebagian lahan yang tidak digunakan, yang dipenuhi oleh gulma
dan tumbuhan liar.

3.2 Teknik Budidaya
3.2.1 Pembibitan
Tanaman cabai yang sudah disemai selama 2 minggu selanjutnya dipindah
tanam ke lahan kampus II dengan cara ditanam satu persatu pada bedengan yang
telah dibuat. Lalu persemaian yang disimpan dalam traysemai tersebut dilepas
secara hati-hati dengan cara dicongkel menggunakan alat yang pipih/tipis, disini
kita menggunakan sapulidi agar akarnya tidak mudah patah. Jika bibit susah
dilepaskan dari lubang tray, dibantu dengan menekan bagian luar lubang dengan

pelan. Karena bibit yang baik biasanya ditandai dengan pertumbuhan akar yang
sehat dan penuh (Tjahjadi, 1991).
Bibit cabai yang telah dilepas selanjutnya dilakukan penanaman dengan
perlahan dimasukan dalam lubang tanam karena, bibit itu seperti bayi yang harus
diperlakukan dengan sangat hati-hati. Tujuannya agar tidak merusak bagian
tanaman terutama akar. Setelah semua bibit ditanam lalu turun hujan, maka
kemungkinan bibit tersebut ada yang mati karena pemilihan waktu penanaman
yang kurang tepat. Sebelumnya dua hari akan pindah tanam, bedengan
ditambahkan sedikit pupuk kandang dan ditutup dengan tanah.
3.2.2 Penyiapan Lahan
Pada proses penyiapan lahan perlu dilakukakannya pengolahan lahan yang
bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan
tanaman. Pengolahan tanah ditujukan untuk memperbaiki daerah perakaran
tanaman, sifat-sifat tanah, serta mengendalikan tumbuhan pengganggu. Pada
lahan yang kami olah, sebelumnya terdapat banyak gulma atau tumbuhan yang
tumbuh, semua permukaan tanah hampir tertutupi oleh tanaman liar itu. Maka
dilakukan pembersihan terlebih dahulu lahan tersebut sebelum dilakukkannya
pembuatan bedengan. Luas Lahan yang kami olah 4x4 m dengan membuat 4
bedengan yang panjang 4 m dan lebarnya masing-masing 1 m. Pengolahan tanah
dilakukan dengan alat konvensioal yakni cangkul, arit, dan sekop. Seiring dengan
berjalannya waktu, dalam menunggu proses penanaman atau pindah tanam, lahan
yang telah siap ditanami sudah dipenuhi tumbuhan liar yang mengganggu di lahan
kami, sehingga pembersihan lahan kami lakukan guna menjaga keadaan tanah
hingga pindah tanam.
3.2.3 Penanaman
Dilakukaan pada sore hari di pekan kedua bulan Maret bisa dilihat pada
tabel di lampiran. Kami menggunakan benih cabai yang sudah disemai selama 2
minggu atau bibit memiliki 3-4 helai daun permanen lalu dipindah tanam ke lahan
kampus II dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti cangkul, sekop kecil
dan garpu kecil. Penanaman tersebut dilakukan di 3 bedengan yang telah dibuat.
Jarak tanam kita pakai sesuai dengan SOP yang telah dibuat yaitu 50 x 50 cm dan
jumlah tanaman setiap bedeng sebanyak 14 tanaman.

3.2.4 Pengairan dan penyiraman
Tidak pernah dilakukan penyiraman dikarenakan susahnya fasilitas yang
ada sehingga kita harus membawa air sendiri untuk menyiram. Kami
menggunakan pengairan alami yaitu dengan air hujan dan oleh sebab itu tanamn
yang tumbuh hanya beberapa pohon dari 56 yang telah ditanam. Jumlah benih
yang tahan sampai panen yaitu hanya 23, setiap bedeng hanya ada 4-5 tanaman
cabai yang tumbuh, lihat dokumentasi tiap tanaman di lampiran.
Karena pada penanaman dilakukan adalah bulan Maret dan pada saat itu
adalah bulan hujan terakhir menuju kemarau. Maka, dalam satu minggu masih ada
hujan yang mengguyur daerah Cimencrang dan sekitarnya. Sehingga kami tidak
begitu sering kesana untuk menyiram. Iklim yang terdapat di Kota Bandung ratarata setiap bulan yaitu 22,5-23,7oC dan bulan terkering adalah Agustus dengan 68
mm sedangkan untuk bulan basah mencapai 291 mm pada bulan Desember. Oleh
sebab itu, pada bulan Maret saat pindah tanam ke kampus II tersebut memiliki
suhu dan presipitasi sedang (lembab) yaitu 23,5oC dan curah hujan sebesar 257
mm (Merkel, A. 2017)
3.2.5 Pemupukan
Untuk pemupukan kami menggunakan pupuk awal dan pupuk susulan.
Jenis pupuk tersebut seperti Urea, KCL, TSP dan ZA. Pemupukan awal dilakukan
sebelum 2 hari pindah tanam yaitu untuk menggeburkan tanah saat akan ditanami
benih cabai tersebut. Selain itu saat memberikan pupuk kandang pada awal
penanaman bermanfaat untuk menjaga kesuburan tanah agar mampu menopang
kebutuhan hara tanaman, memperbaiki struktur tanah dan mencegah terserang
hama dan penyakit. Selanjutnya awal bulan April diberikan pupuk I dengan
kebutuhan untuk 4 bedeng adalah sebanyak Urea 0,28 Kg, TSP 0,56 Kg dan KCL
0,28 Kg. Serta alat yang digunakan yaitu sekop kecil dan ember.
Pupuk Urea (N) tersebut berfungsi untuk pembentukan daun cabai,
mempercepat pertumbuhan tanaman dan menambah ukuran daun lebih besar
untuk fotosintesa. Selain itu, pupuk TSP banyak mengandung unsur (P) sehingga
cocok untuk tanaman cabai seperti merangsang pertumbuhan akar, mempercepat
pemasakan dan memperbesar pembentukan biji dan bunga pada tanaman cabai.
Dan pupuk ketiga ada KCL yang mengandung unsur (K) berfungsi untuk

membuat batang cabai kokoh sehingga tidak roboh, buah tidak mudah rontok dan
hama penyakit tidak mudah rontok (Tjahjadi, 1991).
Pemupukan ke II diberikan pada awal bulan Mei yaitu sebulan setelah
pemupukan I, lihat pada tabel di lampiran. Untuk pemupukan II ini kami
membutuhkan pupuk Urea sebanyak 0,28 Kg dan ZA sebanyak 0,64 Kg untuk 4
bedeng. Pada saat dilakukan pemupukan I kendala yang terjadi adalah banyaknya
gulma-gulma yang belum dibersihkan sehingga pupuk yang diberikan kandungan
haranya akan bersaing dengan gulma tersebut dan tanaman cabai akan mengalami
penurunan kualitas lalu pohon terlihat kecil-kecil (kerdil).
Kendala pemupukan II, pada saat proses pemupukan di setiap bedengnya
tumbuh gulma yang mendominasi. Sehingga pada saat pemupukan perlu di
bersihkan terlebih dahulu guna mengurangi kompetisi antar tumbuhan yang dapat
membuat tanaman cabai sulit untuk memenuhi kebutuhan unsur hara. Selain itu
setelah dipupuk terjadinya hujan yang menyebabkan pupuk mengalami pencucian,
sehingga dosis yang telah diberikan menjadi berkurang. Oleh karena itu, kualitas
cabai sendiri akan berkurang dan pertumbuhnnya pun akan lambat.
3.2.6 Teknik Pemangkasan
Berdasarkan hasil pengamatan satu minggu yang lalu terdapat hasil di
lampiran bahwa tanaman cabai tersebut berukuran kerdil sehingga tidak ada yang
harus di pangkas. Kendala yang terjadi yaitu sulit membedakan tanaman cabai
yang masih tumbuh karena, bersaing dengan gulma yang sudah tumbuh lagi
dengan cepat. Sehingga kita harus hati-hati melihat mana tanaman cabai yang
masih tumbuh karena dikeliling oleh banyak gulma.
3.2.7 Pengendalian OPT
Teknik pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT) sebelumnya
dilakukan secara manual dengan mencabut habis gulma yang tumbuh disekitar
lahan. Karena sebelum pengolahan lahan ini dilakukan gulma dan tumbuhan liar
yang mendominasi sehingga ketika tahap pemupukan tumbuhan ini ikut tumbuh
dan bersaing dalam perebutan unsur hara sehingga hingga proses budidaya
dilakukan tumbuhan liar ini tumbuh terus menerus. Selain itu dalam upaya lainnya
Pemberian Antharacol 0,2% dilakukan untuk terhindar dari penyakit. Pemberian
dilakukan untuk mengindari penyakit bercak daun yang dapat menyebabkan daun

robek dan berubah warnanya menjadi kekuningan lalu akan gugur, hal ini guna
mempertahankan proses pertumbuhan yang terus berlangsung.
3.2.8 Panen dan Pascapanen
Untuk tahap pemanenan kami belum sempat melaukan karena, tanaman
yang masih kecil dan juga belum muncul bunga. Hanya ada satu tanaman yang
mempunyai bunga itupun belum mekar. Kendala tersebut dikarenakan kurangya
pemeliharaan dan pengontrolan setiap seminggu sekali pada tanaman. Selain itu
tanaman yang hilang dna tidak tumbuh tidak segera diganti atau dilakukan
penyulaman. Hal itu karena persediaan bibit untuk disemaikan tidak ada dan tidak
ada cadangan pada saat persemaian.

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tempat
penanaman yaitu di Kampus II UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang berada di
Jl. Soekarno-Hatta, Cimencrang, Bandung. Letak ketinggian tempatnya 500 m
diatas permukaan laut dan iklim disana rata-rata diatas 20oC. Tidak jauh di depan
kampus ada kantor Polisi Daerah (Polda).
Teknik budidaya pada tanaman cabai kami belum maksimal dan belum
bisa menyamakan dengan sop yang telah dibuat. Maka hasil tanaman yang
tumbuh hanya 32 dari 56 bibit yang ditanam. Hal tersebut dikarenakan kurang
pemeliharaan dan tidak dilakukan penyulaman pada bibit yang hilang dan mati.
4.2 Saran
Dengan adanya laporan ini, kiranya dapat menambah pengetahuan kita
dalam pembudidayaan cabai, bukan hanya asal tanam, akan tetapi bagaimana agar
kita bisa memperoleh hasil panen yang lebih maksimal. Selanjutnya dengan
pengetahuan yang kita miliki, hendaknya kita bisa berbagi pengetahuan kepada
masyarakat kita terutama mereka yang membudidayakan cabai, dengan harapan
mereka bisa memperoleh hasil yang maksimal. Seharusnya persediaan bahanbahan yang dibutuhkan harus dipersiapkan terlebih dahulu dan telah tersedia agar
tidak membuang waktu yang lama.

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan. 2010. Budidaya Cabai. Gramedia : Jakarta.
Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar
Swadaya : Jakarta
Hewindati, Yuni Tri dkk. 2006. Hortikultura. UT Press : Jakarta
Merkel, A. 2017. Climate Data Asia Indonesia West Java Bandung. Dikases
melalui https://id.climate-data.org pada 10 Juni 2107
Rahman, S. 2010. Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit dengan Polybag. Lily
Publisher : Yogyakarta.
Rukmana, R, 2002. Usaha Tani Cabai Keriting. Kanisius : Yogyakarta: Jakarta.
Tim Redaksi. 2015. Cara Menanam Cabai yang Baik dan Benar. Dikases melalui
http://bibitbunga.com pada 10 Juni 2017
Tim Redaksi. 2016. UIN SGD Mulai Bangun Gedung Perkuliahan Kampus II.
Dikases melalui http.uinsgd.ac.id pada 10 Juni 2017
Tjahjadi, N. 1991. Bertanam Cabai. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.

Lampiran
SOP BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
Kelompok 1 : Depi, Dewi, Fedora, Fhanadan, Hana
Februari
Maret
April
Mei
Juni
No
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Olah Lahan
2 Penyemaian
3 Penanaman
4 Pemeliharaan
5 Pemupukan I
6 Pengajiran
7 Pemupuka II
8 Pemeliharaan
9 Pemanenen
Keterangan :
1. Olah Lahan
 Alat
 Bahan
2. Penyemaian
 Alat
 Bahan
3. Penanaman
 Alat
4. Perawatan
 Alat
 Bahan
5. Pemupukan I
 Alat
 Bahan
6. Pengajiaran
 Alat
7. Pemupukan II
 Alat
 Bahan

: Cangkul, arit, meteran, tali rafa, patok, garpu tanah
: Pupuk Kandang 24 Kg dan dolomit
: Tray semai, ember, skop kecil
: Tanah, pupuk kompos, benih cabai rawit 250g
Tanah : kompos = 2 : 1
: Keranjang, skop kecil
: Kored, arit, sprayer
: Insektisida, Fungisida
: Ember, skop kecil
: Urea 0,28 Kg, TSP 0,56 Kg, KCL 0,28 Kg
: Bambu, golok/pisau, tali rafia
: Ember, skop kecil
: Urea 0,28 Kg
ZA 0,64 Kg

8. Pemeliharaan
 Alat
: Kored, arit, sprayer
 Bahan
: Antharacol 0,2%
9. Pemanenan
 Alat
: Karung, tali rafia

Gambar 1. Tanaman yang sehat

Gambar 2. Tanaman yang terkena penyakit

Gambar 3. Satu bedengan

Gambar 4. Total 4 bedengan

Gambar 5. Bunga cabai
yang baru tumbuh