Arti dan ruang lingkup hukum pidana

Hukum Pidana I
Kuliah Ke-2

Arti, Pengertian dan
Ruang Lingkup Hukum
Pidana

Istilah, Pengertian
Hukum Pidana
• Pidana berasal kata straf (Belanda), yang adakalanya
disebut dengan istilah hukuman. Istilah pidana lebih
tepat dari istilah hukuman karena hukum sudah lazim
merupakan terjemahan dari recht. Dapat dikatakan
istilah pidana dalam arti sempit adalah berkaitan
dengan hukum pidana
• Pidana lebih tepat didefinisikan sebagai suatu
penderitaan yang sengaja dijatuhkan/diberikan oleh
negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai
akibat hukum (sanksi) baginya atas perbuatannya yang
telah melanggar larangan hukum pidana. Secara khusus
larangan dalam hukum pidana ini disebut sebagai tindak

pidana (strafbaar feit).

Arti Hukum Pidana
Menurut Ahli
• Selanjutnya istilah hukum pidana dalam bahasa Belanda
adalah Strafrecht sedangkan dalam bahasa Inggris adalah
Criminal Law.
• SIMONS, hukum pidana adalah keseluruhan laranganlarangan dan keharusan yang pelanggaran terhadapnya
dikaitkan dengan suatu nestapa (pidana/hukuman) oleh
negara,
keseluruhan
aturan
tentang
syarat,
cara
menjatuhkan dan menjalankan pidana tersebut.
• MOELJATNO,
hukum
pidana
adalah

aturan
yang
menentukan : a) Perbuatan yang tidak boleh dilakukan,
dilarang, serta ancaman sanksi bagi yang melanggarnya, b)
Kapan dan dalam hal apa kepada pelanggar dapat dijatuhi
pidana, c) Cara pengenaan pidana kepada pelanggar
tesebut dilaksanakan

• Wirjono Prodjodikoro, hukum pidana adalah peraturan
hukum mengenai pidana. Kata  “pidana” berarti hal yang
“dipidanakan” yaitu oleh instansi yang berkuasa dilimpahkan
kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak enak
dirasakannya dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan.
• WLG. LEMAIRE, hukum pidana itu terdiri dari norma-norma
yang berisi keharusan-keharusan dan larangan-larangan yang
(oleh pembentuk UU) telah dikaitkan dengan suatu sanksi
berupa hukuman yakni suatu penderitaan yang bersifat
khusus. merupakan suatu sistem norma yang menentukan
terhadap tindakan-tindakan yang mana dan dalam keadaankeadaan bagaimana hukuman itu dapat dijatuhkan serta
hukuman yang bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi

tindakan-tindakan tersebut.

•WFC. HATTUM, hukum pidana (positif) adalah suatu
keseluruhan dari asas-asas dan peraturan-peraturan yang
diikuti oleh negara atau suatu masyarakat hukum umum
lainnya, dimana mereka itu sebagai pemelihara dari ketertiban
hukum umum telah melarang dilakukannya tindakan-tindakan
yang bersifat melanggar hukum dan telah mengaitkan
pelanggaran terhadap peaturan-peraturannya denagan suatu
penderitaan yang bersifat khusus berupa hukuman.
•WPJ. POMPE, hukum pidana adalah hukum pidana itu sama
halnya dengan hukum tata negara, hukum perdata dan lainlain bagian dari hukum, biasanya diartikan sebagai suatu
keseluruhan dari peraturan-peraturan yang sedikit banyak
bersifat umum yang abstrahir dari keadaan-keadaan yang
bersifat konkret.

• KANSIL, hukum pidana adalah hukum yang
mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran
dan
kejahatan-kejahatan

terhadap
kepentingan umum, perbuatan mana diancam
dengan hukuman yang merupakan suatu
penderitaan atau siksaan.
• ADAMI CHAZAWI, dilihat dari garis besarnya,
dengan berpijak pada kodifikasi sebagai
sumber utama atau sumber pokok hukum
pidana, hukum pidana merupakan bagian dari
hukum publik

Definisi Hukum Pidana
• Hukum Pidana sebagai Hukum yang mengatur perbuatanperbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang dan
berakibat diterapkannya hukuman bagi siapa yang
melakukannya dan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang
disebutkan
dalam
Undang-Undang
Pidana. Seperti
perbuatan yang dilarang dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Undang-Undang Korupsi, Undang-Undang

HAM dan lain sebagainya. Hukum pidana adalah hukum
yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang dilarang
dan memberikan hukuman bagi yang melanggarnya.
Perbuatan yang dilarang dalam hukum pidana adalah:
pembunuhan,
pencurian,
penipuan,
perampokan,
penganiayaan,
pemerkosaan
dan
korupsi.

• Dr. Abdullah Mabruk an-Najar dalam diktat
“Pengantar
Ilmu
Hukum”-nya
mengetengahkan defenisi Hukum Pidana
sebagai “Kumpulan kaidah-kaidah Hukum
yang menentukan perbuatan-perbuatan

pidana yang dilarang oleh UndangUndang, hukuman-hukuman bagi yang
melakukannya, prosedur yang harus dilalui
oleh terdakwa dan pengadilannya, serta
hukuman yang ditetapkan atas terdakwa.”

Hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan
hukum yang berlaku di suatu Negara, yang
mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :

• Menetukan perbuatan perbuatan mana yang tidak
boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai
ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu
bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.
• Menentukan kapan dan dalam hal hal apa kepada
mereka yang telah melanggar larangan larangan itu
dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana
yang telah diancamkan.
• Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan
pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang
yang disangka telah melanggar larangan tersebut


Tujuan Hukum Pidana
• Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan
sampai melakukan perbuatan yang tidak baik.
(general preventie)
• Untuk mendidik orang yang telah pernah
melakukan perbuatan tidak baik menjadi baik
dan dapat diterima kembali dalam kehidupan
lingkunganya (special preventie)
• tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi
masyarakat.

Tujuan Hukum Pidana Menurut
Para Ahli
• Memenuhi rasa keadilan (WIRJONO
PRODJODIKORO)
• Menyelesaikan konflik (BARDA .N)
• Melindungi kepentingan individu
(HAM) dan kepentingan masyarakat
dengan negara ( (KANTER DAN

SIANTURI)
• Melindungi masyarakat (social
defence) (TIRTA AMIDJAJA)

Tujuan Hukum Pidana Menurut literatur Inggris R3D

• Reformation, yaitu memperbaiki atau merehabilitasi
penjahat menjadi orang baik dan berguna bagi
masyarakat. Namun ini tidak menjamin karena masih
banyak juga residivis.
• Restraint, yaitu mengasingkan pelanggar dari
masyarakat sehingga timbul rasa aman masyarakat
• Retribution, yaitu pembalasan terhadap pelanggar
karena telah melakukan kejahatan
• Deterrence, yaitu menjera atau mencegah sehingga
baik terdakwa sebagai individual maupun orang lain
yang potensi menjadi penjahat akan jera atau takut
untuk melakukankejahatan, melihat pidana yang
dijatuhkan kepada terdakwa.


Ruang Lingkup Hukum
Pidana
• Hukum Pidana mempunyai ruang
lingkup yaitu apa yang disebut
dengan peristiwa pidana atau delik
ataupun tindak pidana. Menurut
Simons peristiwa pidana ialah
perbuatan salah dan melawan
hukum yang diancam pidana dan
dilakukan seseorang yang mampu
bertanggung jawab

1. Peristiwa Pidana (sikap tindak
atau perilaku manusia)
Melanggar hukum, kecuali bila ada dasar
pembenaran; Didasarkan pada kesalahan,
kecuali bila ada dasar penghapusan kesalahan.
Sikap tindak yang dapat dihukum/dikenai sanksi
adalah :
• Perilaku manusia ; Bila seekor singa membunuh

seorang anak maka singa tidak dapat dihukum
• Terjadi dalam suatu keadaan, dimana sikap tindak
tersebut melanggar hukum,
misalnya anak yang bermain bola menyebabkan
pecahnya kaca rumah orang.

Sikap/perilaku tindak
manusia:
• Pelaku harus mengetahui atau sepantasnya
mengetahui tindakan tersebut merupakan
pelanggaran hukum; Dengan pecahnya kaca
jendela rumah orang tersebut tentu diketahui
oleh yang melakukannya bahwa akan
menimbulkan kerugian orang lain.
• Tidak ada penyimpangan kejiwaan yang
mempengaruhi sikap tindak tersebut.Orang
yang memecahkan kaca tersebut adalah orang
yang sehat dan bukan orang yang cacat
mental.


peristiwa pidana/delik dapat dibedakan dalam :

• Delik formil, tekanan perumusan delik ini ialah sikap
tindak atau perikelakuan yang dilarang tanpa
merumuskan akibatnya.
• Delik materiil, tekanan perumusan delik ini adalah
akibat dari suatu sikap tindak atau perikelakuan.
Misalnya pasal 359 KUHP :
Dalam Hukum Pidana ada suatu adagium yang
berbunyi : “Nullum delictum nulla poena sine praevia
lege poenali”, artinya tidak ada suatu perbuatan
dapat dihukum tanpa ada peraturan yang mengatur
perbuatan tersebut sebelumnya. Ketentuan inilah
yang disebut sebagai asas legalitas .

Ruang lingkup berlakunya hukum
pidana berdasarkan tempat
• Aturan hukum pidana berlaku bagi setiap orang
yang melakukan tindak pidana sesuai asas ruang
lingkup berlakunya kitab undang-undang hukum
pidana. Asas ruang lingkup berlakunya aturan
hukum pidana, ialah :
1. Asas Teritorialitas (wilayah perbuatan pidana
pasal 3 KUHP)
2. Asas nasionalitas pasif (perlindungan
nasional Pasal 4 KUHP)
3. Asas Personalitas pasal 5 KUHP; WNI
melakukan kejahatan di negeri asing. (pasief
nationaliteitsbeginsel)

Ruang lingkup berlakunya hukum
pidana berdasarkan Waktu
• Pasal 1 KUHP;”tiada suatu perbuatan
yang dapat dipidana kecuali atas
kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah
ada, sebelum perbuatan dilakukan”.
• Perbuatan pidana adalah yang
dicantumkan dalam per-UU-an
• Ketentuan pidana harus lebih dulu
ada daripada perbuatan itu.

Sejarah Hukum Pidana
• De Nederlander, die over zeen en oceanen baan koos naar
de koloniale gebieden, nam zijn eigenrecht mee (orangorang Belanda yang berada diseberang lautan dan
samudera luas memiliki jalan untuk menetap di tanahtanah jajahannya membawa hukumannya sendiri untuk
berlaku baginya).
• Zaman penjajahan Belanda di Indonesia terdapat dualisme
dalam perundang-undangan. Ada peraturan-peraturan
hukum tersendiri untuk orang-orang Belanda dan orangorang Eropa lainnya yang merupakan jiplakan dari hukum
yang berlaku di Belanda dan ada peraturan-peraturan
hukum tersendiri untuk orang-orang Indonesia dan orangorang Timur Asing (Cina, Arab, dan India/Pakistan).

• Untuk orang-orang Eropa, berlaku suatu kitab undangundang hukum pidana tersendiri, termuat dalam Firman raja
Belanda tanggal 10 Februari 1866 No. 54 (staatblad 1866
No. 55) yang mulai berlaku pada tanggal 1 januari 1867.
Sedangkan untuk orang-orang Indonesia dan orang-orang
Timur Asing berlaku suatu kitab undang-undang hukum
pidana tersendiri termuat dalam Ordonantie tanggal 6 Mei
1872 (staatblad 1872 No. 85 yang mulai berlaku tanggal 1
Januari 1873.
• Seperti pada waktu itu di Belanda, kedua kitab undnagundang hukum pidana di Indonesia ini adalah jiplakan dari
Code Penal dari Prancis yang oleh Kaisar Napoleon
dinyatakan berlaku di Belanda ketika negara itu ditaklukan
oleh napoleon pada permulaan abad 19.

• Pada tahun 1881 di Belanda dibentuk dan mulai
berlaku pada tahun 1886 suatu kitab undangundang hukum pidana baru yang bersifat nasional
• Sikap semacam ini bagi Indonesia baru diturut
dengan dibentuknya kitab undang-undang hukum
pidana baru (Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsch-Indie) dengan Firman raja Belanda
tanggal 15 Oktober 1915, mulai berlaku 1 Januari
1918, yang sekaligus menggantikan kedua kitab
undang-undang hukum pidana tersebut yang
diberlakukan bagi semua penduduk di Indonesia.

• KUHP ini ketika mulai berlakunya disertai oleh
“invoeringsverordening” berupa Firman raja
Belanda tanggal 4 Mei 1917 (Staatblad 1917 No.
497) yang mengatur secara terinci peralihan dari
hukum pidana lama kepada hukum pidana baru.
• Tidak kurang dari 277 undang-undang yang
memuat peraturan hukum pidana di laur kedua
kitab undnag-undang hukum pidana, ditetapkan
satu peratu, sampai dimana peraturan-peraturan
itu dipertahankan, dihapuskan atau diubah.

• Keadaan hukum pidana ini dilanjutkan pada
zaman pendudukan Jepang dan pada permulaan
kemerdekaan Indonesia, berdasar dari aturanaturan peralihan, baik dari pemerintah Jepang
maupun dari Undang-undang Dasar RI 1945
pasal II dari aturan peralihan yang berbunyi :
• Dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 1946
tanggal 26 Februari 1946, termuat dalam Berita
Republik Indonesia II Nomor 9 diadakan
penegasan tentang hukum pidana yang berlaku
di Republik Indonesia.

Pembagian Hukum
Pidana
Hukum pidana dalam arti objektif dan dalam arti
subjektif
• Hukum pidana objektif (ius poenale) adalah hukum
pidana yang dilihat dari aspek larangan-larangan berbuat,
yaitu larangan yang disertai dengan ancaman pidana bagi
siapa yang melanggar larangan tersebut. Jadi hukum pidana
objektif memiliki arti yang sama dengan hukum pidana
materiil. Hazewinkel Suringa,(ius poenali adalah sejumlah
peraturan hukum yang mengandung larangan dan perintah
dan keharusan yang terhadap pelanggarannya diancam
dengan pidana bagi si pelanggarnya).
• Sementara hukum pidana subjektif (ius poeniendi)
sebagai aspek subjektifnya hukum pidana, merupakan aturan
yang berisi atau mengenai hak atau kewenangan negara :

Hukum Pidana dalam Arti
Subjektif memuat Tentang:
Jadi dari segi subjektif negara memiliki dan memegang
tiga kekuasaan/hak fundamental yakni :
• Hak untuk menentukan perbuatan-perbuatan mana
yang dilarang dan menentukan bentuk serta berat
ringannya ancaman pidana (sanksi pidana) bagi
pelanggarnya.
• Hak untuk menjalankan hukum pidana dengan
menuntut dan menjatuhkan pidana pada si pelanggar
aturan hukum pidana yang telah dibentuk tadi, dan
• Hak untuk menjalankan sanksi pidana yang telah
dijatuhkan pada pembuatnya/petindaknya.

Hukum Pidana Materil dan Hukum Pidana Formil

• van HAMEL: memberikan perbedaan
antara hukum pidana materil dengan
hukum pidana formil. Hukum pidana
materil itu menunjukkan asas-asas dan
peraturan-peraturan yang mengaitkan
pelanggaran hukum itu dengan hukuman.
Sedangkan
hukum
pidana
formil
menunjukkan bentuk-bentuk dan jangkajangka
waktu
yang
mengikat
pemberlakuan hukum pidana materil.

• Van HATTUM: hukum pidana materil adalah semua
ketentuan dan peraturan yang menujukkan tentang
tindakan-tindakan yang mana adalah merupakan
tindakan-tindakan yang dapat dihukum, siapakah
orangnya yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap
tindakan-tindakan tersebut dan hukuman yang
bagaimana yang dapat dijatuhkan terhadap orang
tersebut. Sedangkan hukum pidana formil memuat
peraturan-peraturan
yang
mengatur
tentang
bagaimana caranya hukum pidana yang bersifat
materiil itu harus diberlakukan secara nyata. Biasanya
orang menyebut hukum pidana formil adalah hukum
acara pidana.

• SIMONS, hukum pidana materil itu memuat
ketentuan-ketentuan dan rumusan-rumusan
dari
tindak
pidana,
peraturan-peraturan
mengenai syarat tentang bilamana seseorang
itu menjadi dapat dihukum, penunjukkan dari
orang-orang
yang
dapat
dihukum
dan
ketentuan-ketentuan
mengenai
hukumanhukumannya sendiri; jadi ia menentukan
tentang bilamana seseorang itu dapat
dihukum, siapa yang dapat dihukum dan
bilamana hukuman tersebut dapat dijatuhkan.

Hukum Pidana Umum dan
Hukum Pidana Khusus
• Hukum pidana umum adalah hukum pidana yang ditujukan
dan berlaku untuk semua warga negara (subjek hukum) dan
tidak membeda-bedakan kualitas pribadi subjek hukum
tertentu. Setiap warga negara harus tunduk dan patuh
terhadap hukum pidana umum.
• Hukum pidana khusus adalah hukum pidana yang
dibentuk oleh negara yang hanya dikhususkan berlaku bagi
subjek hukum tertentu saja. Misalnya hukum pidana yang
dimuat dalam BAB XXVIII buku II KUHP tentang kejahatan
jabatan yang hanya diperuntukkan dan berlaku bagi orangorang warga. penduduk negara yang berkualitas sebagai
pegawai negeri saja atau hukum pidana yang termuat dalam
Kitab UU Hukum Pidana Tentara (KUHPT) yang hanya berlaku
bagi subjek hukum anggota TNI saja.

Hukum Pidana Tertulis dan
Tidak Tertulis
• Hukum pidana tertulis adalah hukum pidana undangundang, yang bersumber dari hukum yang terkodifikasi
yaitu Kitab Undang-udang Hukum Pidana (KUHP) dan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan
bersumber dari hukum yang diluar kodifikasi yang
tersebar dipelbagai peraturan perundang-undangan.
• Hukum pidana yang berlaku dan dijalankan oleh negara
adalah hukum tertulis saja, karena dalam hal berlakunya
hukum pidana tunduk pada asas legalitas sebagaimana
tertuang dalam Pasal 1 (1) KUHP berbunyi “tiada suatu
perbuatan yang dapat dipidana kecuali berdasarkan
kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang
telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan”.

Hukum Pidana yang Dikodifikasikan
dan Tidak Dikodifikasikan
• Hukum
pidana
yang
dikodifikasikan
(codificatie, Belanda) adalah hukum pidana
tersebut telah disusun secara sistematis dan
lengkap dalam kitab undang-undang, misalnya
Kitab undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP dan
Kitab Undang-undang Hukum Pidana Militer
(KUHPM). Sedangkan yang termasuk dalam
hukum
pidana
tidak
terkodifikasi
adalah
peraturan-peraturan pidana yang terdapat di
dalam undang-undang atau peraturan-peraturan
yang bersifat khusus (van HATTUM)