Manajemen Kantor Delegasi dan Rentang Ke
JURNAL MANAJEMEN PERKANTORAN
Judul : Delegasi dan Rentang Kendali Flight Department Leaders
Dibuat oleh : Ghany Razaq Hergantara
Jurusan : Administrasi Niaga
Program Studi D3 Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Bandung
ABSTRAK
Di zaman globalisasi sekarang ini tentunya tidak aneh akan istilah pesawat terbang, hal
ini merupakan perwujudan dari perkembangan teknologi globalisasi di bidang transportasi.
Akan tetapi pada kenyataannya, proses dari pelayanan transportasi pesawat terbang tidak
semuanya berjalan secara lancar. Banyak terjadi inisiden yang mengakibatkan timbulnya
kekecewaan penumpang pesawat terhadap maskapai pesawat terbang atau perusahaan
penerbangan, insiden yang sering terjadi adalah delay keberangkatan pesawat terbang yang
efeknya membuat penumpang harus menunggu dalam kurun waktu yang cukup lama bahkan
ada yang sampai berhari-hari. Dan tentunya karena ada kejadian seperti maka resiko
terakhirnya adalah kerugian yang dialami oleh pihak perusahaan penerbangan yang disebabkan
oleh turunnya minat kepada perusahaan penerbangan dan juga tuntutan dari penumpang yang
diajukan kepada perusahaan penerbangan. Semua masalah tersebut tentunya tidak terlepas dari
kurang cakapnya dan juga cepatnya proses operasional yang dijalankan oleh pihak-pihak yang
terdapat dalam perusahaan penerbangan atau sistem manajemen dari perusahaan penerbangan,
seperti kurangnya sumber daya manusia yang bekerja dalam perusahaan yang bersangkutan
ataupun tidak sebandingya jumlah manajemen dengan jumlah staff atau bawahan. Oleh karena
itu pembahasan jurnal ini akan membahas tentang delegasi dan juga rentang kendali yang
terdapat dalam departemen penerbangan yang merupakan inti dari perusahaan penerbangan.
Metode penelitian yang saya gunakan untuk menghimpun materi adalah metode studi pustaka,
dengan cara mencari literatur dari sumber-sumber yang terkini. Dan hasil dari pembahasan
dalam jurnal ini diantaranya adalah bentuk pendelegasian wewenang dari aviation manager
kepada maintenance manager dan chief pilot, lalu dari chief pilot kepada pilot dan pramugari,
dan yang terakhir adalah delegasi wewenang dari maintenance manager kepada ketua teknisi.
Dan juga didapati bahwa rentang kendali dari sebuah departemen penerbangan PT Garuda
Indonesia dengan perbandingan 28 : 851 ( 28 orang chief pilots dan 851 orang pilot ).
ABSTRACT
In globalization era is certainly not feeling awkward to hear about airplanes, this is a
manifestation of the development of globalization technology in the field of transportation.
However, in reality, the process of aircraft transportation services does not all run smoothly.
There are many incidents that cause disillusionment of airplane passengers on aircraft or airline
companies, a frequent incident is the departure delay of an airplane whose effect makes
passengers have to wait in a long period of time even there for days. And of course because
there is such an event, the last risk is the losses experienced by the airlines due to the decrease
of interest to the airlines as well as the demands of passengers submitted to the airlines. All
these problems are of course not independent of the lack of skills and also the speed of
operational processes run by the parties contained in the airline or management system of the
airlines, such as the lack of human resources working in the company concerned or not the
equivalent amount of management by the amount staff or subordinates. Therefore the
discussion of this journal will discuss the delegation as well as the range of control contained
in the aviation department which is the core of the airline. The research method I use to collect
the material is the literature study method, by searching the literature from the current sources.
And the results of the discussion in this journal include the delegation of authority from aviation
manager to maintenance manager and chief pilot, then from chief pilot to pilot and flight
attendant, and the last is the delegation of authority from maintenance manager to chief
engineer. It also found that the control span of a flight department of PT Garuda Indonesia with
a ratio of 28: 851 (28 chief pilots and 851 pilots).
PENDAHULUAN
Perusahaan penerbangan, seperti PT.
Garuda Indonesia, ataupun perusahaan
penerbangan yang lain, tentunya diperlukan
peran pihak-pihak yang bertugas sebagai
pemimpin, koordinator, pengendali, dan
lain sebagainya, yang mana semua aktivitas
tesebut
tercakup
dalam
kegiatan
manajemen. Secara umum banyak dari
CEO perusahaan penerbangan melakukan
delegasi wewenang kepada departemendepartemen yang terdapat di suatu
perusahaan penerbangan, dan salah satunya
yang paling berpengaruh dalam kemajuan
perusahaan
penerbangan
adalah
departemen penerbangan, yang mana
departemen tersebut merupakan jantung
perusahaan penerbangan.
Mengetahui
bahwa,
perusahaan
penerbangan
merupakan
perusahaan
dengan
komplektisitas dan proporsi
spesialisasi dengan tingkatan yang tinggi,
maka memperkerjakan individu yang cocok
dalam melakukan aktivitas manajemen
merupakan langkah awal dari pembentukan
departemen penerbangan yang baik. Untuk
membentuk kelancaran dalam memulai
kinerja sebuah departemen penerbangan
diperlukan seorang pemimpin yang
memiliki pengetahuan tinggi dan juga
berpengalaman di dunia penerbangan.
Akan tetapi sebaliknya, apabila sebuah
departemen penerbangan dipimpin oleh
seseorang yang minim pengalaman akan
hal penerbangan dan dia diberikan tugas
membentuk system operasi, memiliki
tanggung jawab untuk membeli pesawat
terbang, dan memperkerjakan karyawan,
maka dia akan mudah melewatkan
beberapa aspek-aspek penting yang wajib
disertakan dalam operasi departemen
penerbangan.
Di samping memperkerjakan orang yang
tepat, untuk bisa mencapai kesuksesan
dalam bisnis penerbangan yaitu diperlukan
pembagian tugas ( job description ) yang
jelas serta sistematis. Pada umumnya
pembagian tugas ini diwujudkan sebagai
struktur organisasi dan konsep dari struktur
organisasi itu sendiri memiliki suatu istilah
yang disebut “rentang kendali”.
Dalam penerapannya struktur organisasi
departemen penerbangan dalam perusahaan
penerbangan, dibagi menjadi dua bagian,
yaitu : Tipe departemen penerbangan kecil
dan tipe departemen penerbangan besar.
Pada setiap tipe mempunyai lebih dari satu
pemimpin yang bertugas mengorganisir
bawahannya dengan banyak pekerja yang
berbeda sesuai dengan tipe departemen
yang
dibentuk
oleh
perusahaan
bersangkutan.
Jumlah bawahan yang
dikendalikan oleh pemimpin tentunya
berpengaruh
pada
kinerja
serta
profesionalitas seorang pemimpin. Hal ini
disebabkan, jika jumlah bawahan tidak
sebanding dengan jumlah pimpinan yang
menjadi atasannya maka kinerja pemimpin
yang bersangkutan akan tidak efektif dan
juga tidak efisien, maksudnya adalah jika
satu orang pemimpin membawahi terlalu
banyak staff maka pemimpin tersebut akan
keberatan untuk melakukan tugasnya dan
tentunya pada akhirnya perkembangan
perusahaan juga akan terhambat dan
terlebih lagi akan beresiko terhadap
menurunnya minat konsumen kepada
pelayanan perusahaan dan bisa beresiko
terhadap kemunduran perusahaan.
Metode Penelitian
Metode penelitian studi pustaka ini saya
gunakan dalam rangka mencari bahan
pembahasan untuk jurnal ini guna
memberikan hasil penelitian dengan focus
rentang kendali departemen penerbangan,
yaitu dengan cara mencari literatur atau
sumber materi dari buku-buku yang up to
date.
PENGERTIAN
DELEGASI
RENTANG KENDALI
DAN
Delegasi adalah tindakan yang berupa
pelimpahan hak untuk bekerja atau
melakukan aktivitas yang ditujukan bagi
orang lain sesuai dengan keinginan pihak
pemberi wewenang.
Selain itu juga
terdapat
beberapa
ahli
yang
mengungkapkan
tentang
pengertian
delegasi wewenang, diantaranya : Menurut
James, A.F. Stoner Pendelegasian
wewenang adalah kepercayaan ataupun
tugas yang diberikan dari atasan kepada
organisasi atau perusahaan sebagai bentuk
tanggung jawab atasan yang bersangkutan.
(1996) ; Ralph C. Davis berpendapat bahwa
Delegasi adalah proses penyerahan
wewenang atau tugas sebagai bentuk
pelepasan kedudukan demi melaksanakan
tanggung jawab.
Sedangkan rentang kendali memiliki
pengertian yakni, kemampuan pemimpin
untuk melakukan kinerjanya secara efektif
dan efisien dengan mengendalikan
sejumlah bawahan atau dalam arti kata lain
“ideal”.
KONSEPSI DELEGASI WEWENANG
Meskipun konsep dari pendelegasian
wewenang
merupakan
penyerahan
tanggung jawab yang diperoleh bawahan
dari atasan, akan tetapi tanggung jawab
tertinggi tetap dipegang oleh pimpinan
yang memberikan wewenangnya kepada
bawahan. Maka agar pelaksanaan tugas
dapat berlangsung sesuai dengan keinginan
yang dikehendaki oleh pimpinan, seorang
pimpinan haruslah memastikan bahwa
wewenang pelaksanaan tugas yang
dimandatkan kepada bawahan untuk
melaksanakan pekerjaan itu cukup dan
pimpinan tersebut juga perlu memberi
arahan
pada
bawahannya
tentang
bagaimana
dirinya
menggunakan
wewenang
tersebut
untuk
diimplementasikan
dalam
pekerjaan.
Berikut konsepsi delegasi wewenang secara
umum :
1. Pemberian tugas dari pimpinan
kepada bawahan atau staff.
2. Menstimulasi
seorang
atau
sekelompok
bawahan
agar
bertindak sesuai dengan batas yang
dikehendaki pemimpin.
3. Memaksimalkan pekerjaan dari
bawahan.
4. Mengawasi
pekerjaan
yang
dilakukan oleh bawahan.
Akan
tetapi
dalam
melakukan
pendelegasian
wewenang,
seorang
pimpinan perlu mengetahui kemampuan
dan juga faktor kesiapan dari bawahan atau
staff yang akan diserahi wewenang, karena
hal ini dapat menyangkut resiko akhir dari
pekerjaan yang telah dilakukan oleh
bawahan. Berikut adalah hal-hal yang
harus dipertimbangkan pimpinan dalam
memberikan wewenangnya pada bawahan :
1. Kecakapan
bawahan
dalam
melaksanakan pekerjaan.
2. Kepercayaan pimpinan terhadap
bawahan.
3. Tingkat ego pimpinan terhadap
bawahan.
4. Kesiapan bawahan dalam menerima
wewenang dari pimpinan dan
melaksanakannya.
Dalam pelaksanaannya, pendelegasian
wewenang
yang
baik
haruslah
memerhatikan beberapa hal yang dinilai
dapat melancarkan jalannya pekerjaan dan
juga tercapainya tujuan, beberapa hal
tersebut diantaranya adalah :
1. Kepastian bahwa bawahan sanggup
menerima wewenang dan paham
atau tidaknya bawahan terhadap
2.
3.
4.
5.
6.
7.
wewenang yang diberikan oleh
pimpinan.
Penggunaan standar, batasa, dan
juga pekerjaan harus diuraikan
secara garis besar.
Tidak menekan atau mengikat
bawahan dalam mengembangkan
inisiatif dan juga melaksanakan
pekerjaaanya.
Pengawasan yang dilakukan secara
berkala.
Melakukan rapat kecil terkait
dengan gagasan yang diajukan oleh
bawahan.
Memberikan kepercayaan pada
bawahan tanpa mengurangi tingkat
pengawasan.
Ajukan saran-saran yang bersigat
membangun
apabila
terdapat
kesalahan terhadap apa yang
dilakukan oleh bawahan.
Pendelegasian wewenang tidak hanya
terdapat pada manajemen level bawah saja,
akan tetapi pendelegasian wewenang juga
terdapat pada manajemen level tinggi dari
sebuah perusahaan. Dan faktor-faktor yang
dapat
mempengaruhi
derajat
dari
pendelegasian wewenang adalah sebagai
berikut :
1. Semakin tinggi keputusan yang
dibuat terhadap suatu tindakan,
maka semakin besar pula bahwa
keputusan tersebut ditangani oleh
manajemen level tinggi ( BIAYA
KEPUTUSAN ).
2. Tingkatan
akan
kebutuhan
desentralisasi ditentukan oleh
besarnya kebutuhan akan kebijakan
standar
(
STANDARISASI
KEBIJAKAN ).
3. Adanya diskusi-diskusi atau dialog
ilmiah dan juga terbuka sebagai
tindakan
pemecahan
atas
kecenderungan budaya perusahaan
yang telah lama dipertahankan
meskipun budaya atau kebiasaan
tersebut
disadari
merupakan
kebiasanaa yang kurang tepat untuk
dilaksanakan.
(
HISTORIS
ORGANISASI ).
4. Pengembangan
sumber
daya
manusia pada level pimpinan
sebagai upaya pemecahan dari
sedikitnya
jumlah
pimpinan
operatif ( level menegah dan bawah
) yang akan berdampak pada
sedikitnya jumlah desentralisasi
wewenang
dalam
sebuah
perusahaan ( KETERSEDIAAN
PIMPINAN
YANG
BERKUALITAS ).
5. Pembagian pusat kekuasaan dan
juga desentralisasi wewenang pada
level manajemen sebagai upaya
untuk
memecahkan
masalah
keterlambatan
pengambilan
keputusan yang disebabkan ooleh
besarnya organisasi dan tingginya
komplektisitas
aktivitas
yang
terdapat dalam organisasi tersebut. (
UKURAN ORGANISASI ).
6. Seorang pimpinan akan lebih
mudah melakukan pendelegasian
wewenang
pada
bawahannya
apabila tingkat pengendalian dan
pengawasan
yang
dilakukan
terhadap bawahan tidak terlalu
tinggi atau dalam arti kata lain
terbilang mudah ( SISTEM
PENGAWASAN ).
KONSEPSI RENTANG KENDALI
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa rentang kendali adalah kemampuan
seorang pemimpin dalam mengendalikan
bawahannya dengan jumlah bawahan yang
ideal. Karena dalam hal ini jumlah sangat
tergantung dengan kinerja yang dilakukan
oleh seorang pemimpin dalam memimpin
bawahannya. Standar yang diberlakukan
dalam menentukan jumlah ideal bawahan
yang dikendalikan oleh seorang pemimpin
di bagi menjadi dua, yakni : pekerjaan yang
bersifat pemikiran dan pekerjaan yang
bersifat mekanis ( membutuhkan tenaga
atau otot ). Dalam memimpin bawahan
dalam pekerjaan yang bersifat pemikiran,
seorang pemimpin idealnya memimpin 3-4
bawahan sedangkah untuk pekerjaan yang
bersifat mekanis , seorang pemimpin
idealnya memimpin 12-30 orang bawahan.
Akan tetapi pada dasarnya baik atau
tidaknya pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan tergantung pada motivasi dan
kemampuan yang dimiliki oleh seorang
pimpinan. Perlu diketahui bahwa rentang
kendali dibutuhkan oleh sebuah perusahaan
karena terdapat keterbatasan atau “limit
factors”.
Keterbatasan-keterbatasan
tersebut diantaranya adalah :
1. Seorang pemimpin memiliki waktu
yang terbatas artinya dalam satu
waktu pemimpin memiliki tugas
yang beraneka ragam sehingga
pemimpin membutuhkan bawahan
untuk melakukan apa yang
diinstruksikan oleh pemimpin (
KETERBATASAN WAKTU ).
2. Seorang pemimpin tidak semuanya
memiliki
kemampuan
atau
pengetahuan secara menyeluruh
tentang perusahaannya dan untuk
itu pemimpin perlu mendelegasikan
pekerjaannya kepada bawahan (
KETERBATASAN
PENGETAHUAN ).
3. Seorang pemimpin juga memiliki
Batasan terhadap kemampuan yang
dia miliki dalam mengendalikan
bawahannya, oleh karena itu perlu
adanya standar jumlah bawahan
yang dapat dikendalikan oleh
seorang
pemimpin.
(
KETERBATASAN
KEMAMPUAN ).
4. Seorang
pemimpin
perlu
melakukan
pengawasan
dan
perhatian terhadap bawahannya
secara efektif dan efisien akan tetapi
apabila jumalh bawahan yang
diawasi pemimpin terlalu banyak
maka pemimpin tersebut tidak akan
bisa mengawasi dan memberikan
perhatian kepada bawahannya
secara efektif, oleh karena itu perlu
adanya
pembatasan
jumlah
karyawan yang di bawahi oleh
seorang
pemimpin.
(KETERBATAS PERHATIAN ).
Dalam perkembangan sebuah perusahaan,
maka akan terdapat peningkatan jumlah
karyawan pula, oleh karena itu sebuah
perusahaan harus menentukan jenis rentang
kendali yang cocok dengan jumlah
karyawan dan juga kemampuan manajemen
perusahaan tersebut. Berikut adalah jenisjenis dari rentang kendali :
1. Rentang Kendali Sempit
Alasan digunakannya rentang
kendali menyempit adalah karena
hierarki dari struktur perusahaan
yang masih sederhana dan tidak
terlalu rumit sehingga penyebaran
arus informasi dan juga komando
dari atasan kepada bawahan masih
terbilang mudah dan sederhana,
sehingga jenis rentang kendali ini
lebih cocok digunakan pada
perusahaan yang berskala kecil
yang memiliki kondisi manajemen
yang masih sederhana. Dan hal ini
juga bisa meningkatkan moral dan
produktivitas karyawan.
2. Rentang Kendali Lebar
Alasan digunakannya rentang
kendali melebar adalah karena
tingkat hierarki yang dimiliki oleh
perusahaan cenderung tinggi dan
hal
ini
tentunya
akan
memperlambat arus informasi dan
juga komando dari atasan kepada
bawahan
sehingga
semakin
kompleks
arus
penyebaran
informasi maka akan semakin besar
pula
resiko
terjadinya
penyimpangan atau distortion, oleh
karena itu perusahaan perlu
mengatur rentang kendalinya secara
melebar agar perputaran arus
informasi dapat terkendalikan.
3. Rentang Kendali Campuran
Rentang kendali ini merupakan
perpaduan dari kedua jenis rentang
kendali sebelumnya, yang mana
rentang kendali campuran dapat
menekan
terjadinya
ketidakefektifan
kinerja
dari
pimpinan yang disebabkan karena
terlalu lebarnya rentang kendali
yang dimiliki.
Dalam menentukan ukuran rentan kendali
yang tepat bagi seorang pemimpin, terdapat
beberapa
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
dikelompokkan menjadi faktor umum dan
faktor spesifik.
1. Faktor Umum
• Rentang
kendali
akan
semakin melebar apabila
fungsi-fungsi kerja yang
dilaksanakan
oleh
sekelompok
pekerja
merupakan
sejenis.
(Kesamaan Fungsi).
• Rentang
kendali
akan
melebar jika kelompok kerja
yang
dibentuk
oleh
pemimpin
ditempatkan
secara dekat dalam konteks
fisik
(Kedekatan
Geografis).
• Jika pengawasan langsung
yang
dibutuhkan
oleh
pemimpin semakin sedikit
maka rentang kendali akan
melebar
(
Tingkat
Pengawasan
yang
Dibutuhkan).
• Apabila koordinasi yang
diperlukan semakin sedikit
maka rentang kendali yang
dibutuhkan
semakin
melebar
(Tingkat
Koordinasi
yang
Dibutuhkan).
• Apabila
bantuan
organisasional
yang
dibutuhkan
pengawas
semakin besar maka rentang
kendali
akan
melebar
(Kebutuhan
Bantuan
Organisasional).
2. Faktor Spesifik
Faktor spesifik terbagi menjadi tiga
bagian, diantaranya adalah :
•
•
•
Faktor Situasi
✓ Tugas rutin
✓ Tugas sejenis
✓ Kegiatan
operasional stabil
✓ Tingkat
ketergantungan
✓ Prosedur kerja
✓ Tingkat pengawasan
Faktor Bawahan
✓ Kemampuan
bawahan
dalam
melakukan
suatu
pekerjaan tertentu.
✓ Tingkat pengawasan
rendah yang sesuai
dengan
kondisi
pekerja
untuk
mengembangkan
inisiatif.
Faktor Atasan
✓ Kemampuan
kepemimpinan yang
dimiliki
oleh
manajer.
✓ Bantuan
yang
diterima
oleh
manajer
dalam
pelaksanaan
kegiatan.
✓ Kegiatan tambahan
yang dimiliki oleh
seorang
manajer
dalam
pengawasannya.
✓ Karakteristik
pengawasan
manajer, yang mana
pada
umumnya
manajer
lebih
menyukai
pengawasan secara
lepas.
PENGERTIAN
DAN
KONSEPSI
DEPARTEMEN PENERBANGAN
Departemen penerbangan adalah salah satu
dari departemen perusahaan pesawat
terbang, yang mana basis kegiatan dari
departemen ini adalah kegiatan yang
bersifat teknis dan juga pelayanan kepada
konsumen, dalam arti kata lain, departemen
penerbangan adalah departemen yang
menjalankan fungsi utama dari sebuah
perusahaan pesawat terbang.
Berikut
adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh
departemen penerbangan :
1. Membuat produk dan menjualnya.
2. Memasarkan produk yang telah
diproduksi.
3. Mencari konsumen yang hendak
menggunakan produk.
4. Memiliki kompensasi untuk setiap
produk yang dijual.
5. Mengontrol
segala
aspek
perusahaan
6. Merespon dan mengantisipasi
permintaan dan tren pasar.
Departemen penerbangan dapat dikatakan
sukses apabila, manajer dari departemen
penerbangan
bertingkah
selayaknya
seorang pebisnis yang menjalankan
bisnisnya sendiri dengan mengutamakan
pelayanan dan juga tenaga kerja yang
terdapat di dalam departemen penerbangan.
Selain hal tersebut, untuk menggapai tujuan
dari perusahaan, maka sumber daya
manusia yang terdapat di dalam
departemen
penerbangan
haruslah
memiliki visi yang sama sehingga dalam
pelaksanaan kerjanya dapat berjalan secara
selaras antara bawahan dan juga atasan.
Dalam hal ini haruslah terdapat visi yang
terbentuk dalam departemen penerbangan
ini, yang mana visi tersebut harus simple,
focus, dan realistik. Dan visi ini juga harus
bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang
menyangkut
departemen
penerbangan, seperti :
1. Bagaimana departemen ini ingin
dilihat oleh departemen lain dan
juga oleh perusahaan secara umum?
2. Dimanakah
departemen
ini
ditempatkan di dalam perusahaan ?
3. Apakah cita-cita atau mimpi yang
diidamkan
oleh
departemen
penerbangan ini?
4. Kemanakah arah tujuan departemen
dibentuk ?
5. Apakah tujuan utama dibentuknya
departemen ?
6. Reputasi apakah yang akan
dikembangkan oleh departemen?
7. Posisi apakah yang diinginkan
departemen untuk berada di dalam
perusahaan penerbangannya ?
8. Apa
sajakah
standar
yang
diinginkan
oleh
departemen
penerbangan untuk digunakan
dalam pelaksanaan kegiatan teknis
dan juga operasionalnya ?
Dalam realita kehidupan organisasi tidak
ada departemen yang terlalu kecil untuk
memiliki sebuah visi demi kelancaran
tujuannya. Tanpa adanya sebuah visi maka
para bawahan akan menggunakan standard
an juga nilai pekerjaan masing-masing dan
mereka tidak akan pernah bisa bekerja sama
dan juga tidak memiliki tujuan yang sama.
Dan hal ini juga mempengaruhi hubungan
antara atasan dan juga bawahan karena jika
visi yan telah ditetapkan oleh atasan sesuai
dengan apa yang dikehendaki bawahan
maka hubungan harmonis antara atasan dan
juga bawahan akan terjalin dengan sangat
baik sehingga pelimpahan tugas dari atasan
kepada bawahan juga terlaksana secara
baik dan sesuai dengan prosedur yang
berlaku di perusahaan. Oleh karena itu isi
sebagai sebuah gambaran dari takdir
departemen sangatlah diperlukan sebelum
perencanaan tugas dibuat.
ORGANISASIONAL DEPARTEMEN
PENERBANGAN
Mengacu
pada
lokasi
dan
juga
komplektisitas teknis yang dimiliki oleh
departemen penerbangan, pada umumnya
departemen penerbangan adalah organisasi
semi otonom. Bagaimanapun, hubungan
yang kuat antara departemen penerbangan
dengan perusahaan induk haruslah terjalin
kuat, hal ini ditujukan agar tujuan dari
departemen penerbangan dapat terpenuhi.
Organisasi dari departemen penerbangan
haruslah bersifat datar dan juga fungsional.
Maksudnya adalah bidang administrasi,
maintenance, dan operasional yang
merupakan tiga fungsi dasar ini harus
dipersembahkan oleh pihak-pihak inti.dan
hubungan dari ketiga fungsi dasar tersebut
diharuskan terjalin secara dekat.
Dalam konteks organisasional departemen
penerbangan ini pada umumnya terbagi
menjadi dua bentuk, yakni :
1. Departemen Penerbangan Kecil
Di dalam departemen penerbangan
tipe ini, tidak diperlukan seorang
manajer penerbangan, melainkan
yang berperan sebagai pihak yang
mengatur jalannya keseluruhan
kegiatan
operasional
dari
departemen penerbangan ini adalah
seorang ketua pilot.
Tipe
departemen penerbangan seperti ini
biasa terdapat pada perusahaan
penerbangan tunggal. Dan untuk
selanjutnya peran ketua pilot adalah
sebagai pemberi laporan kepada
chief executive officer (CEO) akan
hasil dari keseluruhan kegiatan
operasional yang terjadi di
departemen penerbangan. Di dalam
departemen tipe ini juga tidak
didapati
adanya
teknisi
maintenance
penerbangan.
Melainkan hanya terdapat teknisi
umum dan juga jajaran pilot sebagai
bawahan dari ketua pilot dan dalam
melaksanakan kinerjanya, ketua
pilot
dibantu
oleh
bagian
administrasi.
2. Departemen Penerbangan Besar
Dalam
konteks
departemen
penerbangan yang lebih besar,
terdapat
jabatan
manajer
penerbangan yang ditunjuk untuk
menjalankan poin utama dari
kegiatan operasional penerbangan
dan juga memasok sebagian besar
ahli administrasi dan keuangan
untuk departemen.
Sedangkan
peran dari ketua pilot berbeda
dengan apa yang ada pada
departemen penerbangan dengan
tipe kecil. Di dalam departemen
penerbangan tipe besar ini, ketua
pilot berperan sebagai penyedia ahli
operasional dan juga mewakili
kepentingan dari jajaran pilot serta
pramugari. Secara khas, ketua pilot
juga berperan sebagai komando
pusat dari para pilot yang
ditugaskan pada satu atau lebih
pesawat terbang. Berbeda dengan
departemen penerbangan kecil,
departemen penerbangan tipe besar
memiliki manajer maintenance
yang
memiliki
peran
mendemonstrasikan
keahlian
kepemimpinan, administrasi, dan
manajerial agar setiap segmen dari
organisasional
departemen
penerbangan tipe ini dapat
beroperasi secara efektif dan
efisien.
Meskipun manajer
maintenance ini tetap dikategorikan
sebagai teknis yang handal, akan
tetapi mereka tidak selalu terlibat
secara langsung dalam kegiatan
maintenance dan tugas inspeksi
yang
sebenernya
di
dalam
departemen penerbangan tipe besar.
Selain itu juga terdapat safety
manager dalam departemen tipe ini
yang bertugas untuk memberikan
segala bentuk laporan kepada
kepala departemen.
STRUKTUR
ORGANISASIONAL
DEPARTEMEN PENERBANGAN
1. Departemen tipe kecil
MANAJER
KEAMANAN
KETUA
PILOT
ADMINISTRASI
TEKNISI
PILOT
2. Departemen tipe besar
REPORTING SENIOR
MANAJER
KEAMANAN
MANAJER
PENERBANGAN
SCHEDULER
ADMINISTRASI
MAINTENANCE MANAGER
MANAJER
KEAMANAN
KETUA PILOT
MAINTENANCE ADMIN
KETUA INSPEKSI
PILOT
KETUA TEKNISI
TEKNISI
PRAMUGARI
RUANG
LINGKUP
KEGIATAN
DEPARTEMEN PENERBANGAN
1. MAINTENANCE
Di dalam perusahaan penerbangan
tunggal, tanggung jawab akan
maintenance
dan
inspeksi
dilakukan oleh pemilik perusahaan
atau chief pilot dari departemen
penerbangan.
Chief pilot atau
pemilik dari perusahaan pada
umumnya dijalankan oleh satu
orang,
dan
orang
tersebut
bertanggung jawab penuh untuk
menguji kelayakan penerbangan
dari perusahaan pesawat terbang.
Banyak pilot dari perusahaan
pesawat terbang berupaya untuk
memindahkan tanggung jawab
dengan tujuan memastikan bahwa
pesawat terbang telah teruji
kelayakannya
kepada
vendor
pesawat. Bagaimanapun hal ini
bukanlah tugas dari vendor untuk
menguji kelayakan terbang pesawat
terbang, melainkan hal ini adalah
tugas dari pemilik perusahaan yang
harus memastikan bahwa pekerjaan
bagian maintenance dan inspeksi
dapat berjalan secara lancar.
2. ADMINISTRASI
Kegiatan administrasi di dalam
departemen penerbangan sangat
tergantung
pada
penciptaan
prosedur administrasi oleh kepala
departemen atau kepala perusahaan.
Jika sebuah prosedur relevan ada di
dalam perusahaan induk, maka hal
ini haruslah diprioritaskan terlebih
dahulu daripada membentuk jajaran
ad hoc.
Bagaimanapun, jika
prosedur yang dibuat tidak pantas
untuk diterapkan dalam departemen
penerbangan, maka harus ada
langkah cepat untuk mengubah
prosedur
yang
bermasalah.
Caranya adalah dengan bertanya
dan juga melakukan pendekatan
terhadap orang atau pihak yang
bertanggung
jawab
terhadap
prosedur operasional.
Untuk
mencapai tujuan tersebut juga bisa
dengan mengadakan consensus,
yaitu manajer meminta argument
kepada para bawahan ataupun pihak
penting lain dalam departemen
terkait dengan prosedur yang akan
diterapkan di dalam departemen.
3. MANAJEMEN
Dalam konteks kepemimpinan,
sebuah manajemen perusahaan
penerbangan
menyediakan
keseluruhan personil atau tenaga
kerja serta pelayanan yang
diperlukan, dalam arti kata lain
system manajemen membawahi
langsung para personil dari sebuah
perusahaan
atau
departemen.
Sistem manajemen dari perusahaan
penerbangan membiayai biaya
bulanan dan juga
personil,
pelatihan,
operasi
dasar,
penjadwalan penumpang, operasi
perawatan.
Manajemen dari
departemen penerbangan juga
berfungsi
untuk
mengontrol
kebijakan, prosedur kerja, biaya
keluar, kualitas kerja
yang
dilakukan oleh staff atau bawahan
secara desentralisasi tugas.
4. SAFETY PROGRAMS
Menjalankan sebuah perusahaan
penerbangan berarti juga harus
mengutamakan keamanan pekerja
dan juga penumpang, dalam
prosesnya biasanya diwujudkan
dalam bentuk tabel laporan tingkat
kecelekaan atau kesalahan yang
terjadi selama satu periode.
Komponen
yang
menentukan
tingkat keamanan perusahaan
ataupun departemen penerbangan
diantaranya adalah profesionalitas
pilot dan juga mekanik, manajemen
yang baik, peralatan yang bagus,
standar keselamatan yang dibuat,
dan yang paling penting adalah
kebiasaan
aman
dalam
melaksanakan kinerja oleh pegawai
dari departemen penerbangan.
Dalam konteks penentuan standar
keamanan terbang yang berfokus
pada penumpang pesawat terbang
adalah dengan cara menerima
laporan dari pilot senior serta
mekanik terkait ketidakamanan
operasi penerbangan. Dan tentunya
hal ini juga harus didukung oleh
keseluruhan staff yang pada
prakteknya diwujudkan dalam
bentuk pendelegasian dari seorang
safety manager kepada bawahan
seperti teknisi dan juga pilot.
PERWUJUDAN
PENDELEGASIAN
WEWENANG
DALAM
DEPARTEMEN PENERBANGAN
1. Departemen Penerbangan Kecil
Seperti yang sudah tertera dalam
struktur organisasi dari departemen
penerbangan kecil, dapat diambil
pengertian bahwa di dalam struktur
tersebut
terdapat
bentuk
pendelegasian wewenang dari
atasan kepada bawahan, contohnya
adalah : pendelegasian wewenang
dari chief executive officer (CEO)
kepada ketua pilot dalam bentuk
pemberian akses langsung dari CEO
kepada
ketua
pilot
akan
pengawasan terhadap teknisi dan
juga jajaran pilot dalam hal kinerja,
kontrak tenaga kerja, pengangkatan
tenaga kerja, serta pelayanan
terhadap
pelanggan
atau
penumpang.
2. Departemen Penerbangan Besar
Selayaknya
departemen
penerbangan kecil, departemen
penerbangan tipe besar juga
tentunya
memiliki
sistem
pendelegasian wewenang juga,
akan tetapi sistem pendelegasian
wewenang dalam deparetemen
penerbangan tipe besar lebih
kompleks dibandingkan dengan
departemen penerbangan tipe kecil.
Di dalam departemen penerbangan
tipe besar yang mengacu kepada
struktur organisasinya, terdapat tiga
sistem pendelegasian wewenang
diantaranya adalah :
• Reporting Senior kepada
Aviation Manager
Bentuk pendelegasian ini
diwujudkan
dalam
penugasan dari reporting
senior kepada aviation
manager
untuk
menjalankan poin vital dari
operasi penerbangan serta
mensupply sumber daya
manusia
dalam
hal
administrasi
dan
juga
keuangan.
• Ketua Pilot kepada Pilot
dan Pramugari
Bentuk pendelegasian dari
ketua
pilot
kepada
pramugari adalah dengan
cara menugaskan pilot dan
juga
pramugari
untuk
melakukan
penerbangan
dan juga pelayanan terhadap
penumpang, selain itu pilot
juga
diminta
untuk
memberikan laporan terkait
keamanan
penerbangan
sebagai bahan bagi ketua
pilot untuk memberikan
laporan
keamanan
penerbangan kepada safety
manager.
• Maintenance
Manager
kepada Lead Technicians
Pendelegasian wewenang
dari maintenance manager
kepada lead technicians
adalah
dalam
wujud
penyerahan tugas teknisi,
kepemimpinan
yang
sebelumnya
didemonstrasikan
oleh
maintenance
manager
kepada lead technicians
agar
dia
mampu
menerapkan
tugasnya
secara efektif dan efisien
dengan dibantu oleh para
technicians yang
merupakan bawahan dari
lead technicians.
PERWUJUDAN RENTANG KENDALI
DALAM
DEPARTEMEN
PENERBANGAN
Pada pembahasan topik ini akan terfokus
pada satu sampel rentang kendali, yaitu
rentang kendali chief pilot terhadap pilot
dan pramugari.
Pada umumnya bisnis penerbangan
membtuhkan lebih dari dua pilot untuk
skala penerbangan domestik perharinya,
hal ini dimaksudkan agar penerbangan
yang berjalan akan terlaksana secara aman
dan juga kegiatan operasional berjalan
lancar. Biasanya perusahaan penerbangan
menggunakan tiga pilot untuk ditugaskan
terbang perharinya. Karena jika suatu
waktu pilot yang bersangkutan tengah
mengalami kejadian yang tak terduga dia
bisa digantikan oleh dua rekan yang lain.
Seseorang
yang
sangat
penting
menjalankan
tugasnya
untuk
mengkoordinir dan juga mengatur sirkulasi
jumlah pilot perharinya adalah seorang
chief pilot, dan jumlah dari chief pilot ini
sendiri haruslah sesuai dengan teori rentang
kendali yang sebelumnya telah dijelaskan
yaitu untuk pekerjaan yang menyangkut
fisik, wajarnya seorang pimpinan atau
ketua membawahi 12-30 orang bawahan.
Jadi, pada intinya perbandigan antara chief
pilot dengan pilot haruslah 1:30. Karena
jika jumlah chief pilot tidak sebanding
dengan jumlah pilot, maka kinerja chief
pilot pun tidak akan terlaksana secara
efektif dan efisien, sehingga dapat
mengganggu kelancaran kegiatan operasi
penerbangan, dan biasanya hal inilah salah
satu penyebab insiden delay atau
keterlambatan keberangkatan pesawat
terbang. Dan resiko terakhir dari kejadian
ini adalah kecewanya penumpang maskapai
dan akan menyebabkan degradasi jumlah
penumpang pesawat terbang per tahunnya.
Berikut adalah contoh tabel perhitungan
jumlah pilot yang dibutuhkan pertahunnya
dalam hitungan hari :
Jadi, dapat diambil kesimpulan dari
perhitungan
diatas
bahwa
jumlah
pramugari yang dibutuhkan dalam setiap
Deskripsi
Perhitungan Total
Jumlah pilot yang dibutuhkan
perhari
Hari kerja
52 minggu x 5 260
hari
Hari
absen Wisata : 15
pilot
hari
Liburan : 11
hari
Absen sakit : 5
hari
Pelatihan : 10 -41
hari
Total
hari
260 - 41
219
penugasan
Jumlah seat 2 pesawat x 2
4
pilot
pilot
Jumlah hari 7 hari/minggu
365
operasi
Jumlah pilot 4 pilot x 365 1460
pertahun
hari
Jumlah pilot 1460 : 219
7
yang
dibutuhkan
Jadi untuk setiap harinya perusahaan
membutuhkan tujuh orang pilot untuk
ditugaskan dalam setiap penerbangan.
hari nya adalah 1:4 dari setiap pilot = 28
orang pramugari setiap harinya, jadi total
pilot dan juga pramugari yang dibawahi
oleh seorang chief pilot adalah 35 orang.
Dan jumlah tersebut masih tergolong dalam
jumlah wajar rentang kendali dengan
kategori pekerjaan fisik. Berikut adalah
contoh kasus rentang kendali yang ada pada
PT Garuda Indonesia :
Seperti yang dilansir pada berita harian
(Kompas.com , 24/8/2010) bahwa jumlah
pilot dari PT Garuda Indonesia termasuk
dalam jumlah yang terbilang massive yaitu
851 pilot, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa chief pilot yang dibutuhkan PT
Garuda Indonesia adalah 1:30 dari 851 pilot
yaitu sekitar 28 orang chief pilot.
KESIMPULAN
Jadi untuk memnentukan keberhasilan dan
juga kelancaran perusahaan penerbangan
dalam mencapai tujuan diperlukan peran
dari departemen penerbangan yang
merupakan
departemen
inti
yang
bertanggung jawaba
atas
kegiatan
operasional utama yang terdapat di dalam
perusahaan penerbangan. Oleh karena itu
juga diperlukan sumber daya manusia yang
cakap dan juga cukup untuk menjalankan
kegiatan operasional dalam departemen
tersebut.
Seperti pembagian delegasi
wewenang yang sistematis dan juga
desentralisasi rentang kendali yang
sebanding, yaitu 1:30 orang atau 1 orang
pimpinan wajarnya memimpin 30 orang
bawahan ( pekerjaan fisik ) dan 1-12 orang
(untuk pekerjaan yang bersifat pemikiran )
Di dalam departemen penerbangan ini
sendiri dapat diambil sampel bahwa
seorang chief pilot wajarnya memimpin 35
orang pilot.
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Asmana, A. (2016, Mei). Rentang Manajemen.
Retrieved from Legal and General
Knowledge: ABI ASMANA LEGAL AND
GENERAL KNOWLEDGE (
legalstudies71.blogspot.co.id/2016/0
5/rentang-manajemen-rentangkendali.html
Chaniago, H. (2013). Manajemen Kantor
Kontemporer. Bandung, Jawa Barat,
Indonesia: CV Akbar Limas Perkasa.
Dewanty, E. D. (2017, Mei 5). Pengertian
Rentang Kendali. Retrieved from
https://erizkadd.wordpress.com/2017
/05/05/pengertian-rentang-kendali/
Sheehan, J. J. (2013). Business and Corporate
Aviation Management. United States
of America: Mc Graw Hill Education.
tulisanterkini. (n.d.). Pengertian
Pendelegasian Wewenang dan
Tanggung Jawab. Retrieved from
tulisanterkini.com:
http://tulisanterkini.com/artikel/artik
el-ilmiah/8216-pengertianpendelegasian-wewenang-dantanggung-jawab.html
Judul : Delegasi dan Rentang Kendali Flight Department Leaders
Dibuat oleh : Ghany Razaq Hergantara
Jurusan : Administrasi Niaga
Program Studi D3 Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Bandung
ABSTRAK
Di zaman globalisasi sekarang ini tentunya tidak aneh akan istilah pesawat terbang, hal
ini merupakan perwujudan dari perkembangan teknologi globalisasi di bidang transportasi.
Akan tetapi pada kenyataannya, proses dari pelayanan transportasi pesawat terbang tidak
semuanya berjalan secara lancar. Banyak terjadi inisiden yang mengakibatkan timbulnya
kekecewaan penumpang pesawat terhadap maskapai pesawat terbang atau perusahaan
penerbangan, insiden yang sering terjadi adalah delay keberangkatan pesawat terbang yang
efeknya membuat penumpang harus menunggu dalam kurun waktu yang cukup lama bahkan
ada yang sampai berhari-hari. Dan tentunya karena ada kejadian seperti maka resiko
terakhirnya adalah kerugian yang dialami oleh pihak perusahaan penerbangan yang disebabkan
oleh turunnya minat kepada perusahaan penerbangan dan juga tuntutan dari penumpang yang
diajukan kepada perusahaan penerbangan. Semua masalah tersebut tentunya tidak terlepas dari
kurang cakapnya dan juga cepatnya proses operasional yang dijalankan oleh pihak-pihak yang
terdapat dalam perusahaan penerbangan atau sistem manajemen dari perusahaan penerbangan,
seperti kurangnya sumber daya manusia yang bekerja dalam perusahaan yang bersangkutan
ataupun tidak sebandingya jumlah manajemen dengan jumlah staff atau bawahan. Oleh karena
itu pembahasan jurnal ini akan membahas tentang delegasi dan juga rentang kendali yang
terdapat dalam departemen penerbangan yang merupakan inti dari perusahaan penerbangan.
Metode penelitian yang saya gunakan untuk menghimpun materi adalah metode studi pustaka,
dengan cara mencari literatur dari sumber-sumber yang terkini. Dan hasil dari pembahasan
dalam jurnal ini diantaranya adalah bentuk pendelegasian wewenang dari aviation manager
kepada maintenance manager dan chief pilot, lalu dari chief pilot kepada pilot dan pramugari,
dan yang terakhir adalah delegasi wewenang dari maintenance manager kepada ketua teknisi.
Dan juga didapati bahwa rentang kendali dari sebuah departemen penerbangan PT Garuda
Indonesia dengan perbandingan 28 : 851 ( 28 orang chief pilots dan 851 orang pilot ).
ABSTRACT
In globalization era is certainly not feeling awkward to hear about airplanes, this is a
manifestation of the development of globalization technology in the field of transportation.
However, in reality, the process of aircraft transportation services does not all run smoothly.
There are many incidents that cause disillusionment of airplane passengers on aircraft or airline
companies, a frequent incident is the departure delay of an airplane whose effect makes
passengers have to wait in a long period of time even there for days. And of course because
there is such an event, the last risk is the losses experienced by the airlines due to the decrease
of interest to the airlines as well as the demands of passengers submitted to the airlines. All
these problems are of course not independent of the lack of skills and also the speed of
operational processes run by the parties contained in the airline or management system of the
airlines, such as the lack of human resources working in the company concerned or not the
equivalent amount of management by the amount staff or subordinates. Therefore the
discussion of this journal will discuss the delegation as well as the range of control contained
in the aviation department which is the core of the airline. The research method I use to collect
the material is the literature study method, by searching the literature from the current sources.
And the results of the discussion in this journal include the delegation of authority from aviation
manager to maintenance manager and chief pilot, then from chief pilot to pilot and flight
attendant, and the last is the delegation of authority from maintenance manager to chief
engineer. It also found that the control span of a flight department of PT Garuda Indonesia with
a ratio of 28: 851 (28 chief pilots and 851 pilots).
PENDAHULUAN
Perusahaan penerbangan, seperti PT.
Garuda Indonesia, ataupun perusahaan
penerbangan yang lain, tentunya diperlukan
peran pihak-pihak yang bertugas sebagai
pemimpin, koordinator, pengendali, dan
lain sebagainya, yang mana semua aktivitas
tesebut
tercakup
dalam
kegiatan
manajemen. Secara umum banyak dari
CEO perusahaan penerbangan melakukan
delegasi wewenang kepada departemendepartemen yang terdapat di suatu
perusahaan penerbangan, dan salah satunya
yang paling berpengaruh dalam kemajuan
perusahaan
penerbangan
adalah
departemen penerbangan, yang mana
departemen tersebut merupakan jantung
perusahaan penerbangan.
Mengetahui
bahwa,
perusahaan
penerbangan
merupakan
perusahaan
dengan
komplektisitas dan proporsi
spesialisasi dengan tingkatan yang tinggi,
maka memperkerjakan individu yang cocok
dalam melakukan aktivitas manajemen
merupakan langkah awal dari pembentukan
departemen penerbangan yang baik. Untuk
membentuk kelancaran dalam memulai
kinerja sebuah departemen penerbangan
diperlukan seorang pemimpin yang
memiliki pengetahuan tinggi dan juga
berpengalaman di dunia penerbangan.
Akan tetapi sebaliknya, apabila sebuah
departemen penerbangan dipimpin oleh
seseorang yang minim pengalaman akan
hal penerbangan dan dia diberikan tugas
membentuk system operasi, memiliki
tanggung jawab untuk membeli pesawat
terbang, dan memperkerjakan karyawan,
maka dia akan mudah melewatkan
beberapa aspek-aspek penting yang wajib
disertakan dalam operasi departemen
penerbangan.
Di samping memperkerjakan orang yang
tepat, untuk bisa mencapai kesuksesan
dalam bisnis penerbangan yaitu diperlukan
pembagian tugas ( job description ) yang
jelas serta sistematis. Pada umumnya
pembagian tugas ini diwujudkan sebagai
struktur organisasi dan konsep dari struktur
organisasi itu sendiri memiliki suatu istilah
yang disebut “rentang kendali”.
Dalam penerapannya struktur organisasi
departemen penerbangan dalam perusahaan
penerbangan, dibagi menjadi dua bagian,
yaitu : Tipe departemen penerbangan kecil
dan tipe departemen penerbangan besar.
Pada setiap tipe mempunyai lebih dari satu
pemimpin yang bertugas mengorganisir
bawahannya dengan banyak pekerja yang
berbeda sesuai dengan tipe departemen
yang
dibentuk
oleh
perusahaan
bersangkutan.
Jumlah bawahan yang
dikendalikan oleh pemimpin tentunya
berpengaruh
pada
kinerja
serta
profesionalitas seorang pemimpin. Hal ini
disebabkan, jika jumlah bawahan tidak
sebanding dengan jumlah pimpinan yang
menjadi atasannya maka kinerja pemimpin
yang bersangkutan akan tidak efektif dan
juga tidak efisien, maksudnya adalah jika
satu orang pemimpin membawahi terlalu
banyak staff maka pemimpin tersebut akan
keberatan untuk melakukan tugasnya dan
tentunya pada akhirnya perkembangan
perusahaan juga akan terhambat dan
terlebih lagi akan beresiko terhadap
menurunnya minat konsumen kepada
pelayanan perusahaan dan bisa beresiko
terhadap kemunduran perusahaan.
Metode Penelitian
Metode penelitian studi pustaka ini saya
gunakan dalam rangka mencari bahan
pembahasan untuk jurnal ini guna
memberikan hasil penelitian dengan focus
rentang kendali departemen penerbangan,
yaitu dengan cara mencari literatur atau
sumber materi dari buku-buku yang up to
date.
PENGERTIAN
DELEGASI
RENTANG KENDALI
DAN
Delegasi adalah tindakan yang berupa
pelimpahan hak untuk bekerja atau
melakukan aktivitas yang ditujukan bagi
orang lain sesuai dengan keinginan pihak
pemberi wewenang.
Selain itu juga
terdapat
beberapa
ahli
yang
mengungkapkan
tentang
pengertian
delegasi wewenang, diantaranya : Menurut
James, A.F. Stoner Pendelegasian
wewenang adalah kepercayaan ataupun
tugas yang diberikan dari atasan kepada
organisasi atau perusahaan sebagai bentuk
tanggung jawab atasan yang bersangkutan.
(1996) ; Ralph C. Davis berpendapat bahwa
Delegasi adalah proses penyerahan
wewenang atau tugas sebagai bentuk
pelepasan kedudukan demi melaksanakan
tanggung jawab.
Sedangkan rentang kendali memiliki
pengertian yakni, kemampuan pemimpin
untuk melakukan kinerjanya secara efektif
dan efisien dengan mengendalikan
sejumlah bawahan atau dalam arti kata lain
“ideal”.
KONSEPSI DELEGASI WEWENANG
Meskipun konsep dari pendelegasian
wewenang
merupakan
penyerahan
tanggung jawab yang diperoleh bawahan
dari atasan, akan tetapi tanggung jawab
tertinggi tetap dipegang oleh pimpinan
yang memberikan wewenangnya kepada
bawahan. Maka agar pelaksanaan tugas
dapat berlangsung sesuai dengan keinginan
yang dikehendaki oleh pimpinan, seorang
pimpinan haruslah memastikan bahwa
wewenang pelaksanaan tugas yang
dimandatkan kepada bawahan untuk
melaksanakan pekerjaan itu cukup dan
pimpinan tersebut juga perlu memberi
arahan
pada
bawahannya
tentang
bagaimana
dirinya
menggunakan
wewenang
tersebut
untuk
diimplementasikan
dalam
pekerjaan.
Berikut konsepsi delegasi wewenang secara
umum :
1. Pemberian tugas dari pimpinan
kepada bawahan atau staff.
2. Menstimulasi
seorang
atau
sekelompok
bawahan
agar
bertindak sesuai dengan batas yang
dikehendaki pemimpin.
3. Memaksimalkan pekerjaan dari
bawahan.
4. Mengawasi
pekerjaan
yang
dilakukan oleh bawahan.
Akan
tetapi
dalam
melakukan
pendelegasian
wewenang,
seorang
pimpinan perlu mengetahui kemampuan
dan juga faktor kesiapan dari bawahan atau
staff yang akan diserahi wewenang, karena
hal ini dapat menyangkut resiko akhir dari
pekerjaan yang telah dilakukan oleh
bawahan. Berikut adalah hal-hal yang
harus dipertimbangkan pimpinan dalam
memberikan wewenangnya pada bawahan :
1. Kecakapan
bawahan
dalam
melaksanakan pekerjaan.
2. Kepercayaan pimpinan terhadap
bawahan.
3. Tingkat ego pimpinan terhadap
bawahan.
4. Kesiapan bawahan dalam menerima
wewenang dari pimpinan dan
melaksanakannya.
Dalam pelaksanaannya, pendelegasian
wewenang
yang
baik
haruslah
memerhatikan beberapa hal yang dinilai
dapat melancarkan jalannya pekerjaan dan
juga tercapainya tujuan, beberapa hal
tersebut diantaranya adalah :
1. Kepastian bahwa bawahan sanggup
menerima wewenang dan paham
atau tidaknya bawahan terhadap
2.
3.
4.
5.
6.
7.
wewenang yang diberikan oleh
pimpinan.
Penggunaan standar, batasa, dan
juga pekerjaan harus diuraikan
secara garis besar.
Tidak menekan atau mengikat
bawahan dalam mengembangkan
inisiatif dan juga melaksanakan
pekerjaaanya.
Pengawasan yang dilakukan secara
berkala.
Melakukan rapat kecil terkait
dengan gagasan yang diajukan oleh
bawahan.
Memberikan kepercayaan pada
bawahan tanpa mengurangi tingkat
pengawasan.
Ajukan saran-saran yang bersigat
membangun
apabila
terdapat
kesalahan terhadap apa yang
dilakukan oleh bawahan.
Pendelegasian wewenang tidak hanya
terdapat pada manajemen level bawah saja,
akan tetapi pendelegasian wewenang juga
terdapat pada manajemen level tinggi dari
sebuah perusahaan. Dan faktor-faktor yang
dapat
mempengaruhi
derajat
dari
pendelegasian wewenang adalah sebagai
berikut :
1. Semakin tinggi keputusan yang
dibuat terhadap suatu tindakan,
maka semakin besar pula bahwa
keputusan tersebut ditangani oleh
manajemen level tinggi ( BIAYA
KEPUTUSAN ).
2. Tingkatan
akan
kebutuhan
desentralisasi ditentukan oleh
besarnya kebutuhan akan kebijakan
standar
(
STANDARISASI
KEBIJAKAN ).
3. Adanya diskusi-diskusi atau dialog
ilmiah dan juga terbuka sebagai
tindakan
pemecahan
atas
kecenderungan budaya perusahaan
yang telah lama dipertahankan
meskipun budaya atau kebiasaan
tersebut
disadari
merupakan
kebiasanaa yang kurang tepat untuk
dilaksanakan.
(
HISTORIS
ORGANISASI ).
4. Pengembangan
sumber
daya
manusia pada level pimpinan
sebagai upaya pemecahan dari
sedikitnya
jumlah
pimpinan
operatif ( level menegah dan bawah
) yang akan berdampak pada
sedikitnya jumlah desentralisasi
wewenang
dalam
sebuah
perusahaan ( KETERSEDIAAN
PIMPINAN
YANG
BERKUALITAS ).
5. Pembagian pusat kekuasaan dan
juga desentralisasi wewenang pada
level manajemen sebagai upaya
untuk
memecahkan
masalah
keterlambatan
pengambilan
keputusan yang disebabkan ooleh
besarnya organisasi dan tingginya
komplektisitas
aktivitas
yang
terdapat dalam organisasi tersebut. (
UKURAN ORGANISASI ).
6. Seorang pimpinan akan lebih
mudah melakukan pendelegasian
wewenang
pada
bawahannya
apabila tingkat pengendalian dan
pengawasan
yang
dilakukan
terhadap bawahan tidak terlalu
tinggi atau dalam arti kata lain
terbilang mudah ( SISTEM
PENGAWASAN ).
KONSEPSI RENTANG KENDALI
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa rentang kendali adalah kemampuan
seorang pemimpin dalam mengendalikan
bawahannya dengan jumlah bawahan yang
ideal. Karena dalam hal ini jumlah sangat
tergantung dengan kinerja yang dilakukan
oleh seorang pemimpin dalam memimpin
bawahannya. Standar yang diberlakukan
dalam menentukan jumlah ideal bawahan
yang dikendalikan oleh seorang pemimpin
di bagi menjadi dua, yakni : pekerjaan yang
bersifat pemikiran dan pekerjaan yang
bersifat mekanis ( membutuhkan tenaga
atau otot ). Dalam memimpin bawahan
dalam pekerjaan yang bersifat pemikiran,
seorang pemimpin idealnya memimpin 3-4
bawahan sedangkah untuk pekerjaan yang
bersifat mekanis , seorang pemimpin
idealnya memimpin 12-30 orang bawahan.
Akan tetapi pada dasarnya baik atau
tidaknya pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan tergantung pada motivasi dan
kemampuan yang dimiliki oleh seorang
pimpinan. Perlu diketahui bahwa rentang
kendali dibutuhkan oleh sebuah perusahaan
karena terdapat keterbatasan atau “limit
factors”.
Keterbatasan-keterbatasan
tersebut diantaranya adalah :
1. Seorang pemimpin memiliki waktu
yang terbatas artinya dalam satu
waktu pemimpin memiliki tugas
yang beraneka ragam sehingga
pemimpin membutuhkan bawahan
untuk melakukan apa yang
diinstruksikan oleh pemimpin (
KETERBATASAN WAKTU ).
2. Seorang pemimpin tidak semuanya
memiliki
kemampuan
atau
pengetahuan secara menyeluruh
tentang perusahaannya dan untuk
itu pemimpin perlu mendelegasikan
pekerjaannya kepada bawahan (
KETERBATASAN
PENGETAHUAN ).
3. Seorang pemimpin juga memiliki
Batasan terhadap kemampuan yang
dia miliki dalam mengendalikan
bawahannya, oleh karena itu perlu
adanya standar jumlah bawahan
yang dapat dikendalikan oleh
seorang
pemimpin.
(
KETERBATASAN
KEMAMPUAN ).
4. Seorang
pemimpin
perlu
melakukan
pengawasan
dan
perhatian terhadap bawahannya
secara efektif dan efisien akan tetapi
apabila jumalh bawahan yang
diawasi pemimpin terlalu banyak
maka pemimpin tersebut tidak akan
bisa mengawasi dan memberikan
perhatian kepada bawahannya
secara efektif, oleh karena itu perlu
adanya
pembatasan
jumlah
karyawan yang di bawahi oleh
seorang
pemimpin.
(KETERBATAS PERHATIAN ).
Dalam perkembangan sebuah perusahaan,
maka akan terdapat peningkatan jumlah
karyawan pula, oleh karena itu sebuah
perusahaan harus menentukan jenis rentang
kendali yang cocok dengan jumlah
karyawan dan juga kemampuan manajemen
perusahaan tersebut. Berikut adalah jenisjenis dari rentang kendali :
1. Rentang Kendali Sempit
Alasan digunakannya rentang
kendali menyempit adalah karena
hierarki dari struktur perusahaan
yang masih sederhana dan tidak
terlalu rumit sehingga penyebaran
arus informasi dan juga komando
dari atasan kepada bawahan masih
terbilang mudah dan sederhana,
sehingga jenis rentang kendali ini
lebih cocok digunakan pada
perusahaan yang berskala kecil
yang memiliki kondisi manajemen
yang masih sederhana. Dan hal ini
juga bisa meningkatkan moral dan
produktivitas karyawan.
2. Rentang Kendali Lebar
Alasan digunakannya rentang
kendali melebar adalah karena
tingkat hierarki yang dimiliki oleh
perusahaan cenderung tinggi dan
hal
ini
tentunya
akan
memperlambat arus informasi dan
juga komando dari atasan kepada
bawahan
sehingga
semakin
kompleks
arus
penyebaran
informasi maka akan semakin besar
pula
resiko
terjadinya
penyimpangan atau distortion, oleh
karena itu perusahaan perlu
mengatur rentang kendalinya secara
melebar agar perputaran arus
informasi dapat terkendalikan.
3. Rentang Kendali Campuran
Rentang kendali ini merupakan
perpaduan dari kedua jenis rentang
kendali sebelumnya, yang mana
rentang kendali campuran dapat
menekan
terjadinya
ketidakefektifan
kinerja
dari
pimpinan yang disebabkan karena
terlalu lebarnya rentang kendali
yang dimiliki.
Dalam menentukan ukuran rentan kendali
yang tepat bagi seorang pemimpin, terdapat
beberapa
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
dikelompokkan menjadi faktor umum dan
faktor spesifik.
1. Faktor Umum
• Rentang
kendali
akan
semakin melebar apabila
fungsi-fungsi kerja yang
dilaksanakan
oleh
sekelompok
pekerja
merupakan
sejenis.
(Kesamaan Fungsi).
• Rentang
kendali
akan
melebar jika kelompok kerja
yang
dibentuk
oleh
pemimpin
ditempatkan
secara dekat dalam konteks
fisik
(Kedekatan
Geografis).
• Jika pengawasan langsung
yang
dibutuhkan
oleh
pemimpin semakin sedikit
maka rentang kendali akan
melebar
(
Tingkat
Pengawasan
yang
Dibutuhkan).
• Apabila koordinasi yang
diperlukan semakin sedikit
maka rentang kendali yang
dibutuhkan
semakin
melebar
(Tingkat
Koordinasi
yang
Dibutuhkan).
• Apabila
bantuan
organisasional
yang
dibutuhkan
pengawas
semakin besar maka rentang
kendali
akan
melebar
(Kebutuhan
Bantuan
Organisasional).
2. Faktor Spesifik
Faktor spesifik terbagi menjadi tiga
bagian, diantaranya adalah :
•
•
•
Faktor Situasi
✓ Tugas rutin
✓ Tugas sejenis
✓ Kegiatan
operasional stabil
✓ Tingkat
ketergantungan
✓ Prosedur kerja
✓ Tingkat pengawasan
Faktor Bawahan
✓ Kemampuan
bawahan
dalam
melakukan
suatu
pekerjaan tertentu.
✓ Tingkat pengawasan
rendah yang sesuai
dengan
kondisi
pekerja
untuk
mengembangkan
inisiatif.
Faktor Atasan
✓ Kemampuan
kepemimpinan yang
dimiliki
oleh
manajer.
✓ Bantuan
yang
diterima
oleh
manajer
dalam
pelaksanaan
kegiatan.
✓ Kegiatan tambahan
yang dimiliki oleh
seorang
manajer
dalam
pengawasannya.
✓ Karakteristik
pengawasan
manajer, yang mana
pada
umumnya
manajer
lebih
menyukai
pengawasan secara
lepas.
PENGERTIAN
DAN
KONSEPSI
DEPARTEMEN PENERBANGAN
Departemen penerbangan adalah salah satu
dari departemen perusahaan pesawat
terbang, yang mana basis kegiatan dari
departemen ini adalah kegiatan yang
bersifat teknis dan juga pelayanan kepada
konsumen, dalam arti kata lain, departemen
penerbangan adalah departemen yang
menjalankan fungsi utama dari sebuah
perusahaan pesawat terbang.
Berikut
adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh
departemen penerbangan :
1. Membuat produk dan menjualnya.
2. Memasarkan produk yang telah
diproduksi.
3. Mencari konsumen yang hendak
menggunakan produk.
4. Memiliki kompensasi untuk setiap
produk yang dijual.
5. Mengontrol
segala
aspek
perusahaan
6. Merespon dan mengantisipasi
permintaan dan tren pasar.
Departemen penerbangan dapat dikatakan
sukses apabila, manajer dari departemen
penerbangan
bertingkah
selayaknya
seorang pebisnis yang menjalankan
bisnisnya sendiri dengan mengutamakan
pelayanan dan juga tenaga kerja yang
terdapat di dalam departemen penerbangan.
Selain hal tersebut, untuk menggapai tujuan
dari perusahaan, maka sumber daya
manusia yang terdapat di dalam
departemen
penerbangan
haruslah
memiliki visi yang sama sehingga dalam
pelaksanaan kerjanya dapat berjalan secara
selaras antara bawahan dan juga atasan.
Dalam hal ini haruslah terdapat visi yang
terbentuk dalam departemen penerbangan
ini, yang mana visi tersebut harus simple,
focus, dan realistik. Dan visi ini juga harus
bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang
menyangkut
departemen
penerbangan, seperti :
1. Bagaimana departemen ini ingin
dilihat oleh departemen lain dan
juga oleh perusahaan secara umum?
2. Dimanakah
departemen
ini
ditempatkan di dalam perusahaan ?
3. Apakah cita-cita atau mimpi yang
diidamkan
oleh
departemen
penerbangan ini?
4. Kemanakah arah tujuan departemen
dibentuk ?
5. Apakah tujuan utama dibentuknya
departemen ?
6. Reputasi apakah yang akan
dikembangkan oleh departemen?
7. Posisi apakah yang diinginkan
departemen untuk berada di dalam
perusahaan penerbangannya ?
8. Apa
sajakah
standar
yang
diinginkan
oleh
departemen
penerbangan untuk digunakan
dalam pelaksanaan kegiatan teknis
dan juga operasionalnya ?
Dalam realita kehidupan organisasi tidak
ada departemen yang terlalu kecil untuk
memiliki sebuah visi demi kelancaran
tujuannya. Tanpa adanya sebuah visi maka
para bawahan akan menggunakan standard
an juga nilai pekerjaan masing-masing dan
mereka tidak akan pernah bisa bekerja sama
dan juga tidak memiliki tujuan yang sama.
Dan hal ini juga mempengaruhi hubungan
antara atasan dan juga bawahan karena jika
visi yan telah ditetapkan oleh atasan sesuai
dengan apa yang dikehendaki bawahan
maka hubungan harmonis antara atasan dan
juga bawahan akan terjalin dengan sangat
baik sehingga pelimpahan tugas dari atasan
kepada bawahan juga terlaksana secara
baik dan sesuai dengan prosedur yang
berlaku di perusahaan. Oleh karena itu isi
sebagai sebuah gambaran dari takdir
departemen sangatlah diperlukan sebelum
perencanaan tugas dibuat.
ORGANISASIONAL DEPARTEMEN
PENERBANGAN
Mengacu
pada
lokasi
dan
juga
komplektisitas teknis yang dimiliki oleh
departemen penerbangan, pada umumnya
departemen penerbangan adalah organisasi
semi otonom. Bagaimanapun, hubungan
yang kuat antara departemen penerbangan
dengan perusahaan induk haruslah terjalin
kuat, hal ini ditujukan agar tujuan dari
departemen penerbangan dapat terpenuhi.
Organisasi dari departemen penerbangan
haruslah bersifat datar dan juga fungsional.
Maksudnya adalah bidang administrasi,
maintenance, dan operasional yang
merupakan tiga fungsi dasar ini harus
dipersembahkan oleh pihak-pihak inti.dan
hubungan dari ketiga fungsi dasar tersebut
diharuskan terjalin secara dekat.
Dalam konteks organisasional departemen
penerbangan ini pada umumnya terbagi
menjadi dua bentuk, yakni :
1. Departemen Penerbangan Kecil
Di dalam departemen penerbangan
tipe ini, tidak diperlukan seorang
manajer penerbangan, melainkan
yang berperan sebagai pihak yang
mengatur jalannya keseluruhan
kegiatan
operasional
dari
departemen penerbangan ini adalah
seorang ketua pilot.
Tipe
departemen penerbangan seperti ini
biasa terdapat pada perusahaan
penerbangan tunggal. Dan untuk
selanjutnya peran ketua pilot adalah
sebagai pemberi laporan kepada
chief executive officer (CEO) akan
hasil dari keseluruhan kegiatan
operasional yang terjadi di
departemen penerbangan. Di dalam
departemen tipe ini juga tidak
didapati
adanya
teknisi
maintenance
penerbangan.
Melainkan hanya terdapat teknisi
umum dan juga jajaran pilot sebagai
bawahan dari ketua pilot dan dalam
melaksanakan kinerjanya, ketua
pilot
dibantu
oleh
bagian
administrasi.
2. Departemen Penerbangan Besar
Dalam
konteks
departemen
penerbangan yang lebih besar,
terdapat
jabatan
manajer
penerbangan yang ditunjuk untuk
menjalankan poin utama dari
kegiatan operasional penerbangan
dan juga memasok sebagian besar
ahli administrasi dan keuangan
untuk departemen.
Sedangkan
peran dari ketua pilot berbeda
dengan apa yang ada pada
departemen penerbangan dengan
tipe kecil. Di dalam departemen
penerbangan tipe besar ini, ketua
pilot berperan sebagai penyedia ahli
operasional dan juga mewakili
kepentingan dari jajaran pilot serta
pramugari. Secara khas, ketua pilot
juga berperan sebagai komando
pusat dari para pilot yang
ditugaskan pada satu atau lebih
pesawat terbang. Berbeda dengan
departemen penerbangan kecil,
departemen penerbangan tipe besar
memiliki manajer maintenance
yang
memiliki
peran
mendemonstrasikan
keahlian
kepemimpinan, administrasi, dan
manajerial agar setiap segmen dari
organisasional
departemen
penerbangan tipe ini dapat
beroperasi secara efektif dan
efisien.
Meskipun manajer
maintenance ini tetap dikategorikan
sebagai teknis yang handal, akan
tetapi mereka tidak selalu terlibat
secara langsung dalam kegiatan
maintenance dan tugas inspeksi
yang
sebenernya
di
dalam
departemen penerbangan tipe besar.
Selain itu juga terdapat safety
manager dalam departemen tipe ini
yang bertugas untuk memberikan
segala bentuk laporan kepada
kepala departemen.
STRUKTUR
ORGANISASIONAL
DEPARTEMEN PENERBANGAN
1. Departemen tipe kecil
MANAJER
KEAMANAN
KETUA
PILOT
ADMINISTRASI
TEKNISI
PILOT
2. Departemen tipe besar
REPORTING SENIOR
MANAJER
KEAMANAN
MANAJER
PENERBANGAN
SCHEDULER
ADMINISTRASI
MAINTENANCE MANAGER
MANAJER
KEAMANAN
KETUA PILOT
MAINTENANCE ADMIN
KETUA INSPEKSI
PILOT
KETUA TEKNISI
TEKNISI
PRAMUGARI
RUANG
LINGKUP
KEGIATAN
DEPARTEMEN PENERBANGAN
1. MAINTENANCE
Di dalam perusahaan penerbangan
tunggal, tanggung jawab akan
maintenance
dan
inspeksi
dilakukan oleh pemilik perusahaan
atau chief pilot dari departemen
penerbangan.
Chief pilot atau
pemilik dari perusahaan pada
umumnya dijalankan oleh satu
orang,
dan
orang
tersebut
bertanggung jawab penuh untuk
menguji kelayakan penerbangan
dari perusahaan pesawat terbang.
Banyak pilot dari perusahaan
pesawat terbang berupaya untuk
memindahkan tanggung jawab
dengan tujuan memastikan bahwa
pesawat terbang telah teruji
kelayakannya
kepada
vendor
pesawat. Bagaimanapun hal ini
bukanlah tugas dari vendor untuk
menguji kelayakan terbang pesawat
terbang, melainkan hal ini adalah
tugas dari pemilik perusahaan yang
harus memastikan bahwa pekerjaan
bagian maintenance dan inspeksi
dapat berjalan secara lancar.
2. ADMINISTRASI
Kegiatan administrasi di dalam
departemen penerbangan sangat
tergantung
pada
penciptaan
prosedur administrasi oleh kepala
departemen atau kepala perusahaan.
Jika sebuah prosedur relevan ada di
dalam perusahaan induk, maka hal
ini haruslah diprioritaskan terlebih
dahulu daripada membentuk jajaran
ad hoc.
Bagaimanapun, jika
prosedur yang dibuat tidak pantas
untuk diterapkan dalam departemen
penerbangan, maka harus ada
langkah cepat untuk mengubah
prosedur
yang
bermasalah.
Caranya adalah dengan bertanya
dan juga melakukan pendekatan
terhadap orang atau pihak yang
bertanggung
jawab
terhadap
prosedur operasional.
Untuk
mencapai tujuan tersebut juga bisa
dengan mengadakan consensus,
yaitu manajer meminta argument
kepada para bawahan ataupun pihak
penting lain dalam departemen
terkait dengan prosedur yang akan
diterapkan di dalam departemen.
3. MANAJEMEN
Dalam konteks kepemimpinan,
sebuah manajemen perusahaan
penerbangan
menyediakan
keseluruhan personil atau tenaga
kerja serta pelayanan yang
diperlukan, dalam arti kata lain
system manajemen membawahi
langsung para personil dari sebuah
perusahaan
atau
departemen.
Sistem manajemen dari perusahaan
penerbangan membiayai biaya
bulanan dan juga
personil,
pelatihan,
operasi
dasar,
penjadwalan penumpang, operasi
perawatan.
Manajemen dari
departemen penerbangan juga
berfungsi
untuk
mengontrol
kebijakan, prosedur kerja, biaya
keluar, kualitas kerja
yang
dilakukan oleh staff atau bawahan
secara desentralisasi tugas.
4. SAFETY PROGRAMS
Menjalankan sebuah perusahaan
penerbangan berarti juga harus
mengutamakan keamanan pekerja
dan juga penumpang, dalam
prosesnya biasanya diwujudkan
dalam bentuk tabel laporan tingkat
kecelekaan atau kesalahan yang
terjadi selama satu periode.
Komponen
yang
menentukan
tingkat keamanan perusahaan
ataupun departemen penerbangan
diantaranya adalah profesionalitas
pilot dan juga mekanik, manajemen
yang baik, peralatan yang bagus,
standar keselamatan yang dibuat,
dan yang paling penting adalah
kebiasaan
aman
dalam
melaksanakan kinerja oleh pegawai
dari departemen penerbangan.
Dalam konteks penentuan standar
keamanan terbang yang berfokus
pada penumpang pesawat terbang
adalah dengan cara menerima
laporan dari pilot senior serta
mekanik terkait ketidakamanan
operasi penerbangan. Dan tentunya
hal ini juga harus didukung oleh
keseluruhan staff yang pada
prakteknya diwujudkan dalam
bentuk pendelegasian dari seorang
safety manager kepada bawahan
seperti teknisi dan juga pilot.
PERWUJUDAN
PENDELEGASIAN
WEWENANG
DALAM
DEPARTEMEN PENERBANGAN
1. Departemen Penerbangan Kecil
Seperti yang sudah tertera dalam
struktur organisasi dari departemen
penerbangan kecil, dapat diambil
pengertian bahwa di dalam struktur
tersebut
terdapat
bentuk
pendelegasian wewenang dari
atasan kepada bawahan, contohnya
adalah : pendelegasian wewenang
dari chief executive officer (CEO)
kepada ketua pilot dalam bentuk
pemberian akses langsung dari CEO
kepada
ketua
pilot
akan
pengawasan terhadap teknisi dan
juga jajaran pilot dalam hal kinerja,
kontrak tenaga kerja, pengangkatan
tenaga kerja, serta pelayanan
terhadap
pelanggan
atau
penumpang.
2. Departemen Penerbangan Besar
Selayaknya
departemen
penerbangan kecil, departemen
penerbangan tipe besar juga
tentunya
memiliki
sistem
pendelegasian wewenang juga,
akan tetapi sistem pendelegasian
wewenang dalam deparetemen
penerbangan tipe besar lebih
kompleks dibandingkan dengan
departemen penerbangan tipe kecil.
Di dalam departemen penerbangan
tipe besar yang mengacu kepada
struktur organisasinya, terdapat tiga
sistem pendelegasian wewenang
diantaranya adalah :
• Reporting Senior kepada
Aviation Manager
Bentuk pendelegasian ini
diwujudkan
dalam
penugasan dari reporting
senior kepada aviation
manager
untuk
menjalankan poin vital dari
operasi penerbangan serta
mensupply sumber daya
manusia
dalam
hal
administrasi
dan
juga
keuangan.
• Ketua Pilot kepada Pilot
dan Pramugari
Bentuk pendelegasian dari
ketua
pilot
kepada
pramugari adalah dengan
cara menugaskan pilot dan
juga
pramugari
untuk
melakukan
penerbangan
dan juga pelayanan terhadap
penumpang, selain itu pilot
juga
diminta
untuk
memberikan laporan terkait
keamanan
penerbangan
sebagai bahan bagi ketua
pilot untuk memberikan
laporan
keamanan
penerbangan kepada safety
manager.
• Maintenance
Manager
kepada Lead Technicians
Pendelegasian wewenang
dari maintenance manager
kepada lead technicians
adalah
dalam
wujud
penyerahan tugas teknisi,
kepemimpinan
yang
sebelumnya
didemonstrasikan
oleh
maintenance
manager
kepada lead technicians
agar
dia
mampu
menerapkan
tugasnya
secara efektif dan efisien
dengan dibantu oleh para
technicians yang
merupakan bawahan dari
lead technicians.
PERWUJUDAN RENTANG KENDALI
DALAM
DEPARTEMEN
PENERBANGAN
Pada pembahasan topik ini akan terfokus
pada satu sampel rentang kendali, yaitu
rentang kendali chief pilot terhadap pilot
dan pramugari.
Pada umumnya bisnis penerbangan
membtuhkan lebih dari dua pilot untuk
skala penerbangan domestik perharinya,
hal ini dimaksudkan agar penerbangan
yang berjalan akan terlaksana secara aman
dan juga kegiatan operasional berjalan
lancar. Biasanya perusahaan penerbangan
menggunakan tiga pilot untuk ditugaskan
terbang perharinya. Karena jika suatu
waktu pilot yang bersangkutan tengah
mengalami kejadian yang tak terduga dia
bisa digantikan oleh dua rekan yang lain.
Seseorang
yang
sangat
penting
menjalankan
tugasnya
untuk
mengkoordinir dan juga mengatur sirkulasi
jumlah pilot perharinya adalah seorang
chief pilot, dan jumlah dari chief pilot ini
sendiri haruslah sesuai dengan teori rentang
kendali yang sebelumnya telah dijelaskan
yaitu untuk pekerjaan yang menyangkut
fisik, wajarnya seorang pimpinan atau
ketua membawahi 12-30 orang bawahan.
Jadi, pada intinya perbandigan antara chief
pilot dengan pilot haruslah 1:30. Karena
jika jumlah chief pilot tidak sebanding
dengan jumlah pilot, maka kinerja chief
pilot pun tidak akan terlaksana secara
efektif dan efisien, sehingga dapat
mengganggu kelancaran kegiatan operasi
penerbangan, dan biasanya hal inilah salah
satu penyebab insiden delay atau
keterlambatan keberangkatan pesawat
terbang. Dan resiko terakhir dari kejadian
ini adalah kecewanya penumpang maskapai
dan akan menyebabkan degradasi jumlah
penumpang pesawat terbang per tahunnya.
Berikut adalah contoh tabel perhitungan
jumlah pilot yang dibutuhkan pertahunnya
dalam hitungan hari :
Jadi, dapat diambil kesimpulan dari
perhitungan
diatas
bahwa
jumlah
pramugari yang dibutuhkan dalam setiap
Deskripsi
Perhitungan Total
Jumlah pilot yang dibutuhkan
perhari
Hari kerja
52 minggu x 5 260
hari
Hari
absen Wisata : 15
pilot
hari
Liburan : 11
hari
Absen sakit : 5
hari
Pelatihan : 10 -41
hari
Total
hari
260 - 41
219
penugasan
Jumlah seat 2 pesawat x 2
4
pilot
pilot
Jumlah hari 7 hari/minggu
365
operasi
Jumlah pilot 4 pilot x 365 1460
pertahun
hari
Jumlah pilot 1460 : 219
7
yang
dibutuhkan
Jadi untuk setiap harinya perusahaan
membutuhkan tujuh orang pilot untuk
ditugaskan dalam setiap penerbangan.
hari nya adalah 1:4 dari setiap pilot = 28
orang pramugari setiap harinya, jadi total
pilot dan juga pramugari yang dibawahi
oleh seorang chief pilot adalah 35 orang.
Dan jumlah tersebut masih tergolong dalam
jumlah wajar rentang kendali dengan
kategori pekerjaan fisik. Berikut adalah
contoh kasus rentang kendali yang ada pada
PT Garuda Indonesia :
Seperti yang dilansir pada berita harian
(Kompas.com , 24/8/2010) bahwa jumlah
pilot dari PT Garuda Indonesia termasuk
dalam jumlah yang terbilang massive yaitu
851 pilot, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa chief pilot yang dibutuhkan PT
Garuda Indonesia adalah 1:30 dari 851 pilot
yaitu sekitar 28 orang chief pilot.
KESIMPULAN
Jadi untuk memnentukan keberhasilan dan
juga kelancaran perusahaan penerbangan
dalam mencapai tujuan diperlukan peran
dari departemen penerbangan yang
merupakan
departemen
inti
yang
bertanggung jawaba
atas
kegiatan
operasional utama yang terdapat di dalam
perusahaan penerbangan. Oleh karena itu
juga diperlukan sumber daya manusia yang
cakap dan juga cukup untuk menjalankan
kegiatan operasional dalam departemen
tersebut.
Seperti pembagian delegasi
wewenang yang sistematis dan juga
desentralisasi rentang kendali yang
sebanding, yaitu 1:30 orang atau 1 orang
pimpinan wajarnya memimpin 30 orang
bawahan ( pekerjaan fisik ) dan 1-12 orang
(untuk pekerjaan yang bersifat pemikiran )
Di dalam departemen penerbangan ini
sendiri dapat diambil sampel bahwa
seorang chief pilot wajarnya memimpin 35
orang pilot.
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Asmana, A. (2016, Mei). Rentang Manajemen.
Retrieved from Legal and General
Knowledge: ABI ASMANA LEGAL AND
GENERAL KNOWLEDGE (
legalstudies71.blogspot.co.id/2016/0
5/rentang-manajemen-rentangkendali.html
Chaniago, H. (2013). Manajemen Kantor
Kontemporer. Bandung, Jawa Barat,
Indonesia: CV Akbar Limas Perkasa.
Dewanty, E. D. (2017, Mei 5). Pengertian
Rentang Kendali. Retrieved from
https://erizkadd.wordpress.com/2017
/05/05/pengertian-rentang-kendali/
Sheehan, J. J. (2013). Business and Corporate
Aviation Management. United States
of America: Mc Graw Hill Education.
tulisanterkini. (n.d.). Pengertian
Pendelegasian Wewenang dan
Tanggung Jawab. Retrieved from
tulisanterkini.com:
http://tulisanterkini.com/artikel/artik
el-ilmiah/8216-pengertianpendelegasian-wewenang-dantanggung-jawab.html