Globalisasi dan Dampaknya The New Ruler

Abstrak
Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah masyarakat terbesar di
dunia, dan sebagian diantaranya merupakan buruh maupun masyarakat dengan
tingkat pendidikan yang rendah. Indonesia dilihat sebagai lahan potensial oleh
korporasi dunia untuk dijadikan sebagai sentral industri. Untuk memuluskan
langkah-langkah maupun kegiatan produksi korporasi dunia di Indonesia, maka
globalisasi dijadikan instrumen terpenting sebagai pelicin. Globaliasi bagi
pengikutnya adalah sebuah stimulus terhadap perekonomian suatu negara yang
sedang berkembang. Tapi yang terjadi adalah kebalikannya, globalisasi justru
menciptakan dan memperbesar jurang antara si kaya dan si miskin. Dengan kata
lain, globalisasi menciptakan kesenjangan sosial yang signifikan di antara
masyarakat Indonesia. Para masyarakat yang sebagian besar buruh di Indonesia
maupun negara dunia ketiga lainnya cenderung dieksploitasi, hak-haknya
direnggut tanpa ampun dengan praktik-praktik yang tidak manusiawi seperti jam
kerja yang tidak wajar, tidak adanya publikasi akan kode etik pekerja, mapun upah
yang tidak cukup untuk dapat hidup layak. Faktanya kebijakan pemerintah seperti
penetapan upah mininum dianggap sebagai salah satu bentuk intervensi asing
terhadap pembuat kebijakan maupun kebijakan, dengan kata lain korporasi dunia
berusaha menciptakan keadaan sempurna yakni dengan memperkecil biaya
produksi untuk kemudian mendapatkan hasil yang lebih besar. Hal tersebut masih
salah satu diantara beberapa manuver pihak asing di Indonesia, masih banyak hal

lain yang lebih memilukan. Indonesia yang seharusnya bisa berkembang dengan
pesat, justru dihisap dan dibuat oleh pihak luar atau asing menjadi lemah dan tidak
berdaya. Rakasaa industri dunia tersebut masuk dengan wajah tersenyum seolah
ingin menolong, tapi justru malah kebalikannya. Seolah menentang bentuk
diktator dan mengelukan demokrasi, justru menciptakan turbulensi demi
kepentingannya.

Kata Kunci: Globalisasi, Indonesia, ekonomi, korporasi, asing

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Globalisasi merupakan kecenderungan hilangnya sekat antar bangsabangsa. Hal ini merupakan salah satu bentuk nyata dari dinamisnya dunia,
termasuk di dalamnya unsur sosial, ekonomi, budaya, politik, dan dan lain-lain.
Globalisasi sebagai instrumen perdagangan maupun perekonomian dunia,
dianggap mampu membangun sebuah negara yang tergolong miskin atau negara
dunia ketiga untuk dapat hidup layak dan lebih maju. [ CITATION Joh00 \l 1057 ]
Jika ditinjau dari perspektif lain, globalisasi merupakan produk
perkembangan ilmu pengetahuan, daya inovasi, dan teknologi yang semakin
mengecilkan arti tapal batas politik dan geografi. Ia juga adalah hasil dari

perubahan-perubahan besar di dunia finansial, manajemen perusahaan, dan tata
pemerintahan modern yang semakin terbuka dan demokratis. Namun pada tingkat
yang fundamental, globalisasi di dorong oleh sifat yang inheren pada diri manusia
untuk ingin selalu lebih tahu, lebih bebas, lebih maju serta lebih mampu
berhubungan dengan manusia-manusia lainnya di tempat-tempat yang berbeda.
[ CITATION Mar04 \l 1057 ]
Karena dampaknya yang besar itulah maka globalisasi menjadi sebuah
topik yang penting, menarik, dan menjadi salah satu bahan perbincangan serta
perdebatan yang dominan di kalangan intelektual, kaum aktivis, politisi maupun
kaum usahawan di berbagai belahan dunia. Sebagian menolak, dan sebagian lagi
mendukung. Sebagian menafsirkan globalisasi sebagai malaikat, sebagian lagi
justru menafsirkan sebagai iblis yang kejam.

Kegiatan-kegiatan raksasa industri dunia mengambil titik perindustriannya
kebanyakan di negara-negara yang tergolong di dunia ketiga, dalam hal ini
termasuk indonesia. Yang sering kali luput dari perhatian kita, beberapa produk
kelas dunia bahkan hampir seluruhnya dibuat di negara dunia ketiga yang
tergolong belum maju seperti Indonesia, dengan upah yang menyengsarakan
buruh. Kondisi masyarakat yang masih dibawah rata-rata tentunya semakin
diperparah dengan hal ini.

Kemudian daripada itu beberapa pegiat ekonomi melihat intervensi pihak
luar sudah sangat besar. Intervensi radikal tersebut tersebar dalam beberapa
bentuk yang tujuannya tetap saja kepada pemulusan jalan pihak asing tersebut
untuk beraktivitas di Indonesia.
Secara perlahan namun pasti, jurang antara si kaya dan si miskin semakin
lebar, kesenjangan sosial jadi pembicaraan hangat. Bahkan ketika perbandingan
dilakukan, pendapatan General Motors lebih besar daripada Denmark sebagai
sebuah negara berdaulat, Ford lebih besar dari Afrika Selatan. [ CITATION
Joh02 \l 1057 ]
1.2 RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana kaitan penguasa bisnis dunia dan Indonesia
B. Bagaimana pengaruh Globalisasi terhadap Indonesia
1.3 ISI PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.

Awal kedatangan bangsa luar
IMF, World Bank, dan Indonesia

Penguasa Bisnis Dunia dan Indonesia
Pengaruh globalisasi terhadap Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 AWAL KEDATANGAN BANGSA LUAR
Keinginan untuk menguasai daerah perdagangan dan pusat pembelanjaan
yang bebas dan suatu wilayah yang penuh dengan monopoli dan cukai istimewa
telah menjadi prinsip perdagangan bangsa Eropa. Niat itu akhirnya telah
mendorong beberapa imperium Eropa untuk mengembangkan strategi politik
penjajahan di atas belahan-belahan dunia yang lain diluar Eropa. Sumber daya
yang melimpah yang telah menggiurkan harapan kemakmuran dan kenikmatan
yang banyak serta menjadi bayangan impian orang orang Eropa sejak abad ke-15
untuk menguasai daerah-daerah di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.1 Di sisi
lain, bila melihat daerah di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia secara
umum adalah tempat berkumpulnya orang-orang asing dalam melakukan
transaksi. Paduan kedua hal tersebut adalah kesempurnaan dunia perdagangan
maupun ekonomi.[ CITATION AlC001 \l 1057 ]
Ratusan tahun lamanya, Indonesia dijajah oleh Belanda, dan Korporasi

negara eropa lainnya. Secara bersama-sama mereka merampas kekayaan alam
tanah pertiwi yang kaya raya. Hingga sampai saat ini bangsa eropa semakin kuat
dan mendominasi segala sektor, termasuk di dalamnya ekonomi dan perdagangan
internasional. [ CITATION Joh02 \l 1057 ]
Indonesi memliki banyak potensi alam termasuk di dalamnya cengkeh,
tembaga, emas, minyak, kayu dan jumlah sumber daya manusia (SDM) nya yang
tinggi. Namun, sejak dulu indonesia selalu dihadapkan dengan imperialisme yang

1 Gambaran keindahan kehidupan timur ini yang mendorong, anak-anak tani yang berasal dari
lembah-lemebah gunung di Swiss yang miskin mendafar mejadi anggota legiun asing tentatara
hindia belanjanda di harderwiij bersama dengan orang jerman, waalm dan vlaam. Mereka dibyar
sejumlah dua ratus gulden pada orang asing dan tiga ratus gulden pada orang belanda dengan
ikatan masa kontrak enam tahun

kejam, hingga sekarang oleh Multinational Coorporation (MNC) yang terlihat
seperti malaikat, tapi sesungguhnya hanya membawa kesengsaraan.

2.2 IMF, WORLD BANK, INDONESIA
Ketika awal merintis kemerdekaan, founding father Ir. Soekarno ingin
hidup mandiri secara perekonomian tanpa embel-embel asing, terbukti oleh

perkataannya yang sampai saat ini terngiang di telinga kita “Go To Hell With Your
Aid !!”2. tentunya penolakan terhadap kerjasama berlebih dengan bangsa luar
disadari oleh Soekarno sebagai awal dari penjajahan modern dengan dalih
perkembangan perekonomian.
Namun, seiring perjalanan dan dinamika politik sang putra matahari
Soekarno dipaksa jatuh dari tampuk kekuasaan, dan digantikan oleh Soeharto.
Soeharto yang saat itu sebagai perwira tinggi angkatan darat di sebut beberapa
pakar dan peneliti sangat pro terhadap asing, khususnya Amerika Serikat dan
Inggris. Segala macam bantuan dan yang segala macam yang dianggap sebagai
stimulus di ambil oleh Soeharto.
Keran investasi dibuka selebar-lebarnya oleh Soeharto, dan parlemen saat
itu sangat mudah di kontrol sehingga banyak dari kebijakannya sangat pro
investasi asing. Dengan demikian, terciptalah iklim investasi yang benar-benar
menguntungkan asing, dan Indonesia seakan dihisap.
2.3 PENGUASA BISNIS DUNIA DAN INDONESIA
GAP, Reebok, Nike, dan Adidas adalah beberapa merk kelas dunia yang
memanjakan konsumen mereka di seluruh dunia dengan kualitas, maupun
2 "Go To Hell With Your Aid," teriak Soekarno kepada Duta Besar AS, yang menghadiri rapat
umum pada 25 Maret 1964, Jakarta.


teknologi masing-masing produk. Banyak dari produk-produk tersebut dijual,
dipakai, bahkan dipromosikan oleh artis maupun selebriti kelas dunia dengan
kontrak selangit.
Raksasa-raksasa industri tersebut menancapkan kaki-kakinya di belahan
dunia ketiga dengan berbagai program ekonomi yang ditengarai sebagai stimulus
pertumbuhan ekonomi, namun yang terjadi malah kebalikannya. Negara-negara
seperti Indonesia terkesan dieksploitasi dan diperah secara tidak langsung.
Korporasi dunia cenderung melakukan intervensi terhadap pembuat
kebijakan untuk menghasilkan kebijakan yang memudahkan kegiatan-kegiatan
mereka, seperti pengontrolan terhadap upah minimum para buruh. Hal tersebut
dilakukan dengan tujuan menghemat biaya produksi, untuk kemudian
memaksimalkan pendapatan korporasi tersebut.
Buruh-buruh Indonesia dipaksa berkerja tanpa Code Of Conduct atau yang
biasa disebut dengan kode etik. Sebagian besar hak dari buruh dirampas tanpa
ampun, jam kerja yang sangat tidak manusiawi nyatanya dilakukan dan ada.
Tentunya hal ini dilakukan oleh korporasi-korporasi dunia tersebut untuk
mengefektifkan proses pembuatan dan menghasilkan barang bagus dengan waktu
yang cepat. [ CITATION Yus96 \l 1057 ]
Situasi ini semakin diperparah oleh ketidakpahaman maupun tingkat
pendidikan buruh-buruh tersebut akan hak-nya sebagai buruh, maupun pekerja

industri. Dapat penulis simpulkan bahwa, buruh-buruh Indonesia diperlakukan
tidak manusiawi dan dieksploitasi hak-haknya tanpa ampun dan tanpa teguran
apapun dari badan-badan buruh dunia terkait.
2.4 PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP INDONESIA

Indonesia maupun negara-negara dunia ketiga lainnya yang dijadikan basis
industri korporasi dunia, dapat dengan jelas terlihat diperlakukan tidak adil.
Korporasi dunia tersebut mengeksploitasi sumber daya manusia, maupun sumber
daya alam yang ada di Indonesia secara membabi-buta tanpa rintangan maupun
teguran.
Hal tersebut dipermudah akibat oleh intervensi korporasi tersebut terhadap
pembuat, maupun pelaksana kebijakan agar pro asing dan tidak jujur serta tidak
amanah terhadap aspirasi rakyat. Hal tersebut tentu sangat menyengsarakan buruh
dan tidak secara signifikan membantu perekonomian negara secara keseluruhan.
Pihak-pihak yang diuntungkan hanya segelintir saja, bukannya masyarakat secara
menyuluruh sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar maupun
Pancasila.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Globaliasi dipandang oleh pengikutnya sebagai sebuah stimulus terhadap
perkembangan ekonomi sebuah negara. Tanpa faktanya, yang terjadi adalah
kebalikannya yakni menciptakan dan memperlebar jurang antara si kaya dan si
miskin atau dengan bahasa lain menciptakan kesenjangan sosial yang signifikan.
Negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia terus menurus hingga
sekarang dieksploitasi baik dari sumber daya manusia maupun alamnya. Tentunya
hal tersebut dapat terjadi akibat intervensi pihak asing terhadap regulator dan
disebabkan juga secara tidak langsung oleh tidak adanya kejujurang, konsistensi,
maupun karakter dari para pemimpin.

3.2 REKOMENDASI
Pemerintah secara keseluruhan maupun terkait permasalah ini diharapkan
untuk kemudian melakukan pembenahan dengan tujuan mensejahterakan buruhburuh sebagai masyarakat Indonesia, bukannya malah mensejahterakan orang lain
atau pihak asing. Jurang antara si miskin dan si kaya yang semakin lebar
seharunsya tidak terjadi, sesuai yang tercermin dalam cita-cita Pancasila yakni
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Daftar Pustaka
Al-Chaidar. (2000). Gerakan Aceh Merdeka: Jihad Rakyat Aceh Mewujudkan

Negara Islam. Jakarta: Madani Press.
John Pilger, P. A. (Director). (2002). The New Rulers Of The World [Motion
Picture].
Mahendra, Y. I. (1996). Dinamika Tatanegara Indonesia: Kompilasi Aktual
Masalah Konstitusi, Dewan Perwakilan, dan Sistem Kepartaian. Jakarta:
Gema Insani Press.
Pilger, J. (Director). (2002). The New Rulers Of The World [Motion Picture].
Wolf, M. (2004). Why Globalization Works. United Kingdom: Tuttle-Mori
Agency.
Wooldridge, J. M. (2000). Masa Depan Sempurna: Tantangan dan Janji
Globalisasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.