Spiritualitas Penyembuhan Spiritualitas Penyembuhan Spiritualitas Penyembuhan

Dismas Valens Salettia, Jurusan Pastoral, Tingkat Mayor I,
Management Kepemimpinan dalam Gereja by Dr Albertus Sujoko, SS

A Spirituality of Healing

1. The Inspiration from Jesus A Great Healer
A Spirituality of Healing merupakan salah satu bagian dari buku yang ditulis oleh
Albert Nolan, OP yang berjudul Jesus Today: A Spirituality of Radical Freedom. Buku
tersebut merupakan lanjutan dari sebuah buku yang berjudul, “Jesus Before Christianity”.
Menurut Nolan buku tersebut merupakan refleksinya akan apa yang mungkin menjadi
„harapan‟ dari Yesus sendiri untuk manusia di abad 21. Sebuah buku yang merupakan kritik
atas dunia masa kini yang mulai melupakan atau bahkan mengabaikan dimensi spiritualitas
kehidupan dan terjebak dalam gaya berpikir mekanistik ilmiah gaya Newton. Akibatnya
dunia mengalami banyak masalah karena kehilangan arah dan jiwa dari kehidupan itu sendiri.
Gaya mekanistik Newton cukup melahirkan banyak individualisme dalam diri manusia.
Oleh karena itu dalam bukunya itu Nolan hendak menegaskan kita untuk kembali pada
Yesus sebagai sentral dari kehidupan manusia. Dalam diri Yesus manusia boleh belajar
banyak hal dalam kehidupan ini, dalam diri Yesus terciptalah sutau peritiwa bahwa Anak
Allah menjadi Anak manusia supaya anak manusia boleh belajar menjadi Anak Allah. Dalam
diri Yesus kita dapat belajar bagaimana ketaatan kepada Bapa menjadi sumber kekuatan yang
membawa Yesus sendiri pada pemuliaan tertinggi. Dalam pada itu Komunikasi dengan Bapa

dalam Doa senantiasa menjadi aktivitas utama Yesus sehingga segala pekerjaanNya benarbenar adalah kehendak Bapa.
Spiritualitas Penyembuhan dalam konteks buku Jesus Today ada pada bagian kedua
dimana spiritualitas yang berpusat pada Yesus menjadi spiritualitas hidup manusia agar dapat
memperoleh kembali kebebasanNya sebagai anak-anak Allah. Adapun ada beberapa hal yang
menjadi pokok dalam spiritualitas penyembuhan yang dibawa oleh Yesus sendiri dan itu
dibagi dalam pokok-pokok bahasan

1.1.Pengalaman akan Allah sebagai Abba: Starting Point Penyembuhan Yesus
Starting point dari penyembuhan Yesus adalah pengalamannya tentang Allah sebagai
Abba ya Bapa, termasuk di dalamnya, kesadaran akan Allah Bapa yang mngasihi semua
orang tanpa kecuali. Allah mengasihi dan mengampuni semua orang tanpa syarat baik pria,
wanita maupun anak-anak. Inilah cara dan pewartaan Yesus, Ia mendekati semua orang tanpa

1

pilih kasih. Pengalaman akan Allah sebagai Abba dan Bapa benar-benar menjadi sumber
kebijaksanaan Yesus sehingga Yesus memiliki kemerdekaan yang radikal kendati berhadapan
dengan berbagai macam permasalahan dan tantangan dari struktur masyarakat zaman itu.
Dalam pengalaman itu seluruh dimensi keberadaan manusia disentuh dan dimaknai.
Cinta Bapa kepada Yesus yang diringi oleh suatu tugas perutusan itu menembus batas-batas

manusiawi. Cinta yang kadang terhalangi oleh berbagai macam hal-hal manusiawi kini tidak
ada lagi. Hal itu juga berlaku untuk para para penguasa agama dan bangsa zaman itu yang
juga hendak menghalang-halangi misi Yesus sendiri.
Dalam pada itu kehadiran Yesus benar-benar menjawab kebutuhan orang Israel zaman
itu. Orang Israel yang sudah putus asa karena penjajahan Bangsa Romawi yang terus menerus
membuat mereka sungguh mengharapkan adanaya suatu perubahan yang akan dilaksanakan
oleh Sang Mesias, yaitu Yesus Kristus sendiri. Belum lagi para pimpinan agama zaman itu
yang sudah tidak punya dedikasi yang utuh demi kepentingan bangsa zaman itu membuat
rakyat makin menderita. Rakyat Bangsa Israel yang termarginalkan oleh situasi zaman itu
kini bisa memiliki harapan untuk dapat memulai lagi kehidupan yang baru karena Yesus mau
hadir dan membuka cakrawala baru bagi kehidupan mereka.

1.2.Yesus adalah Penyembuh yang Utama.
Yesus adalah penyembuh yang utama karena penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus
berbasis spiritual. Mandat, tugas atau lebih tepatnya kekuasaan ini didapatkan pertama-tama
dalam pembaptisan Yesus. Sebuah karya pembaptisan dari Roh Kudus dan Allah sendiri yang
terlaksana secara manusiawi dalam pembaptisan oleh Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan.
Oleh karena itu pembaptisan Yesus oleh Yohanes pembaptis pertama-tama merupakan
pemberian kuasa, sedangkan dalam konteks Bangsa Yahudi lebih merupakan jalan pertobatan
menuju sebuah transformasi iman dalam diri.

Dalam pada itu pembaptisan Kristen menemukan maknanya yang makin mendalam.
Pembaptisan Kristiani merupakan juga sebuah proses penyembuhan. Proses penyembuhan
dalam iman diawali melalui pertobatan yang terus menerus dilakukan oleh seorang beriman
dalam proses menjadi orang beriman yang lebih matang dan sempurna seperti yang
ditegaskan oleh Yesus sendiri bahwa, “Hendaklah kamu semua menjadi sempurna seperti
Bapamu sendiri adalah sempurna”

Alasan utama Yesus dikatakan sebagai penyembuh yang utama karena penyembuhan
yang dilakukan oleh Yesus bersifat holistik dalam arti menyentuh keseluruhan sifat
keAllahan dan kemanusiannya. Pernyataan ini pertama-tama terlihat dalam berbagai macam
mukjizat yang dilakukan oleh Yesus sendiri dalam berbagai macam karya penyelamatanNya
untuk umat manusia. Mukjizat yang dilakukan oleh Yesus melalui sabda-sabdaNya dan juga
perbuatan-perbuatanNya.
Kehadiran dalam sabda dan perbuatan Yesus ini memberikan powerful efffect yang
dapat menyembuhkan semua umat manusia. Mukjijat penyembuhan dipahami oleh Yesus
sebagai hasil dari daya kekuatan iman. Yesus tidak pernah mengatakan, “Aku
menyembuhkan kamu”, tetapi, “Imanmu telah menyelamatkan kamu” atau bahkan “Allah
telah menyembuhkan kamu” (Mk 5:34; 10:52; Lk 17:19; Mt 9:28-29). Dengan kata lain,
dalam proses menyembuhan tak ada mantra magis atau benda-benda jimat. Kekuatan
penyembuhan bersumber pada kekuatan iman. Jadi Yesus menjadi tabib yang utama karena

memberikan penyembuhan untuk seluruh dimensi manusia. Ia tidak hanya memberikan
penyembuhan fisik dalam tubuh, tetapi juga Yesus memberikan penyembuhan mental
spiritual dan yang terutama ia memberikan pengampunan atas dosa-dosa.
Dalam konteks Yahudi sendiri ada hubungan yang erat antara dosa dan sakit penyakit,
mereka percaya bahwa adanya sakit penyakit karena ada dosa dari orang tersebut atau dosa
dari orang tuanya. Oleh karena gebrakan Yesus ini memberikan suatu situasi baru dalam
kehidupan mereka pada zaman itu. Yesus membuat mereka bisa melihat dan mendengar,
tetapi terutama kehadiranNya membuat orang bisa bangkit dan berjalan lagi. Sentuhan
kebapaanNya sungguh membuat orang yang kehilangan harapan bisa memiliki harapan untuk
menjalani hidup ini dengan visi sebagai manusia baru yang transformatif.

1.3.Penyembuhan Yesus menyentuh Personalitas Manusia: Relasi yang Akrab Antara
Yesus dan Manusia
Yesus menyembuhkan manusia pertama-tama bersifat personal. Perumpamaan tentang
seorang gembala yang meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor domba demi mencari
seekor domba yang hilang (bdk. Luk. 15:3-6) dapat menggambarkan betapa Yesus mencintai
dan mengenal personalitas dan keunikan manusia. Dalam pada itu kita dapat melihat
bagaimana penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus juga menynetuh personalitas bahkan
ruang privacy manusia. Percakapan dengan seorang janda di Sumur Yakub dapat


memberikan gambaran yang singkat, padat dan jelas tentang pengenalan Yesus dan akan
penyembuhan yang hendak dilakukannya tersebut.
Selain itu penghargan atas personalitas dan keunikan pribadi manusia sungguh-sungguh
menjadi motivasi Yesus sendiri. Kesempatan untuk bertobat dan mengubah diri yang
diberikan olehNya sungguh-sungguh menyembuhkan dan memberikan suatu proses
transformasi dalam diri setiap pribadi manusia. Proses transformasi yang datang karena
merasa diterima dan dihargai. Kebahagiaan itu kita dapat lihat dan rasakan dalam diri Maria
Magdalena dan Zakheus. Pengampunan yang diberikan oleh Yesus melahirkan iman yang
personal.
Penyembuhan terjadi karena Yesus mengungkapkan kasihNya kepada mereka. Yesus
mencintai setiap orang, Yesus juga mengidentifikasi diriNya dengan setiap orang. Inilah
alasan menapa Yesus mengatakan, “Apa saja yang kamu lakukan terhadap mereka yang
paling kecil dari saudara-saudariKu, kamu lakukan untuk Aku” (Mat. 25:40, 45). Yesus
punya banyak teman dekat. Kedekatan Yesus dengan teman dekat tidaklah menghalangi
diriNya untuk mencintai semua manusia, bila tidak demikian cintanya menjadi terbatas.
Kasih Yesus tak pernah eksklusif. Hubungan dekat dengan orang-orang tertentu, lebih dari
pada yang lain merupakan keterbatasan manusia dalam ruang dan wakatu. Persahabatan
dengan Yesus merupakan sumber kekuatan penyembuhan bagi mereka yang menjalin
hubungan erat denan Dia. Kasih terhadap Yesus amat mempengaruhi hidup mereka.
Kasih Yesus yang amat berpengaruh terhadap hidup seseorang. Kasih terhadap Yesus

merupakan sumber penyembuhan batin seseorang. Kasih Yesus terhadap sesama merupakan
penjelmaan kasih Bapa yang tiada taranya terhadap kita manusia. Yesus sendiri merasakan
kasih Allah melalui persahabatan dengan semua orang dan melalui alam semesta. Selain itu
Yesus juga mengalami kasih dari Maria, ibuNya. Kasih ibu bukan hanya khusus, tetapi juga
tak tergantikan. Hidup Yesus bebas dari luka-luka batin, kerapuhan, dan egoisme.
KesatuanNya dengan Bapa begitu luar biasa. Kita bisa simpulkan bahwa Yesus telah
mendapat kasih tanpa syarat dari Maria dan Yosef. Pengalaman dikasihi macam ini menjadi
dasar kuat memahami kasih Allah, Abba, Bapa sebagai orang tua yang mengasihiNya tanpa
syarat.

1.4.Yesus adalah Penyembuh bukan Hakim atas Dosa-dosa
Yesus memang kritis terhadap masyarakat, tetapi Ia tidak pernah menghakimi siapa
pun. Ia tidak pernah mempersalahkan, menuduh dan menghakimi siapa pun. Memang Yesus
tahu dan sadar bahwa Dia adalah Putera Allah namun demikian hal itu tidak menjadi alasan
bagi Dia untuk menyombongkan diri dan merasa diri lebih dari yang lain. Malahan Ia
menunjukkan sebuah pengosongan diri (curiosity) supaya Dia bisa menjadi setara dengan
manusia.
Yesus juga menolak semangat legalistis dan bentuk-bentuk keagaam lahiriah.
Paradigma populer yang mengatakan bahwa institusi agama adalah pembenaran tindakan dan
bentuk-bentuk hukuman dengan memakai nama Allah. Allah dipandang sebagai pembuat

hukum, mengadili dan memberikan ganjaran pada masa depan dan memmberikan hukuman
yang setimpal dengan perbuatan. Sebenarnya mentalitas membersalahkan orang lain terdapat
juga di kalangan orang yang tidak memeluk agama. Bila terjadi masalah orang kebanyakan
segera mencari dan mempersalah orang-orang tertentu. Mereka dijadikan kambing hitam.
Sikap Yesus terhadap orang “berdosa” amat berbeda dengan para pemimpin agama
yang lain. Para pemimpin agama menuduh, mengadili dan menghukum para pelacur,
pemungut pajak, mereka yang tidak mengikuti aturan puasa atau hukum tentang tatacara
makan dan mencuci tangan, dan mereka yang melanggar hukum Sabath dan hukum lain. Ia
tidak pernah bersikap menghakimi mereka. Ia bahkan mendekati dan bergaul dengan mereka
yang menjadi sampah masyarakat zaman itu, yaitu para pemungut cukai, pengemis dan para
pelacur. Ia bahkan menunjukkan cinta dan kepedulian yang sungguh-sungguh kepada
mereka.

1.5. Daya Kekuatan Iman sebagai Obat yang Manjur
Yesus sendiri percaya bahwa sumber penyembuhan adalah iman akan Allah, bukan
hanya kepercayaan akan kehadiran Allah, atau pun kuasa Allah, tetapi terutama iman akan
Allah yang mengasihi dan mengampuni tanpa syarat. Iman adalah semacam kesadaran diri,
kesadaran akan Allah, atau kesadaran akan yang ilahi, yang mengasihi dan memelihara kita
manusia tanpa batas. Iman kepercyaan yang Yesus pahami termasuk juga penyerahan total
kepada Allah. Yesus sanggup melakukan karya mukjijat karena kepasrahan total kepada

Allah Bapa. Hidup kita akan diubah bila kita sanggup belajar untuk memasrahkan diri secara
total kepada Allah Bapa. Iman akan Allah yang dimaksud Yesus adalah Allah akan

melakukan yang terbaik bagi seseorang, tetapi barangkali tak terjadi sesuai dengan yang kita
harapkan. Iman yang benar terungkap dalam doa bahwa “Terjadilah kehendak-Mu”.
Dalam pada itu Yesus pun menantang para muridNya untuk percaya kepada Allah dan
penuh kepasrahan kepadaNya. Yesus meneguhkan, menguatkan dan membebaskan sesama
untuk menaruh kepercayaan dan kepasrahan kepada Allah. Dengan sikap iman dan
kepasrahan kita yakin bahwa tak ada sesuatu pun tidak mungkin terjadi. Yesus menantang
orang timpang dan orang lumpuh dengan mengatakan, “Berdiri dan berjalanlah”. Karena
dikuatkan oleh iman kepercayaan mereka dapat berdiri dan berjalan. Melalui iman
kepercayaan hidup mereka diubah, ditransformasi sehingga penyembuhan terjadi.
Penyembuhan menjadi kenyataan

2. Strategi to be A Good Healer
Kehadiran Yesus membawa suatu inspirasi baru bagi orang-orang zaman itu. Yesus
membawa pencerahan dan jawaban bagi orang-orang Israel yang menantikan Mesias sebagai
penyelamat mereka. Tanpa berbicara dan melakukan mukjizat pun, kehadiran Yesus sudah
membawa suatu situasi baru dalam kehidupan manusia.
Masalah-masalah dunia zaman ini tidak jauh berbeda dengan masalah orang Israel

zaman itu, walaupun dengan motif yang berbeda-beda. Masalah dunia zaman ini terutama
diakibatkan oleh egoisme dan individualisme dari orang-orang yang memiliki kuasa dan
kepentingan. Dunia zaman ini diwarnai oleh korupsi dan kolusi perang (kerusuhan di Mesir
tetapi juga begitu banyak kerusuhan di mana-mana karena PILKADA dan lain sebagainya),
pembunuhan, pencurioan, terorisme, fundamentalisme agama, kerusakan lingkungan hidup,
rekayasa genetika, efek rumah kaca dan pemanasan global.
Egoisme dan individualisme tidak hanya menyangkut masalah-masalah global seperti
yang dipaparkan tadi. Egoisme dan individualisme juga makin menjamur dalam organisasiorganisasi, termasuk di dalam organisasi Gereja sendiri. Ada begitu banyak petugas dan
pejabat Gereja yang hidup dalam kepentingannya sendiri. Masalah-masalah dalam hidup
selibat seperti paedofilia di beberapa negara dan jumlah imam yang keluar karena alasan
selibat yang makin bertambah dari tahun ke tahun menunjukkan betapa menurunnya
semangat berkorban demi Tuhan di Gereja di zaman ini. Tidak hanya dalam persoalan
selibat, masalah egoisme dan individualisme juga nampak dalam masalah korupsi besarbesaran dari beberapa pejabat Gereja

Egoisme dan individualisme juga sesungguhnya makin kuat dan berpengaruh di
komunitas-komunitas pembinaan dan dalam organisasi-organisasi teritorial maupun
kategorial di dalam Gereja sendiri. Begitu sering terjadi konflik dan perdebatan antar anggota
komunitas dan anggota Gereja sendiri yang ternyata dilandasi atau dimotivasi oleh keinginan
dan kesenangan pribadi semata. Yang lebih parah dan mengkahawatirkan lagi ketika
keinginan dan motivasi itu tidak terkabulkan maka terjadilah „perang dingin‟ antar anggota

komunitas dan antar anggota organisasi.
Pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi orang lain dan mengarahkan orangorang yang dipimpinnya mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu ada beberapa hal
yang kiranya dapat menjadi strategi yang dibangun dalam spiritualitas penyembuhan ini,
yaitu
1) Hidup Doa sebagai Aktivitas Utama Pemimpin Kristiani
Seorang pemimpin kristiani adalah seorang yang hidup dalam roh. Seorang yang
mendasarkan seluruh aktivitas dan karya pelayanannya di dalam bimbingan Roh kudus.
Hidup doa merupakan nilai utama dan mendasar dalam Kekristenan yang nampak dalam
karya penyelamatan Yesus, baik itu ajaran maupun keteladanan Yesus Kristus. Dalam donay
Yesus tidak hanya berkomunikasi dengan BapaNya tetapi juga menyerahkan seluruh
kehidupannya pada kehendak Bapa. Dengan demikian doa merupakan suatu sikap iman yang
amat essensial. Iman yang merupakan sikap dasar dalam spiritualitas penyembuhan pertamatama dibangun dalam hidup doa yang intens.
Dalam pada itu doa menyembuhkan dimensi kemanusiawian kita. Saat ini marak di
berbagai macam tempat tentang doa penyembuhan. Dari berbagai macam kesaksian doa
penyembuhan ini juga tidak hanya menyentuh dimensi fisik manusia, tetapi juga dimensi
batiniah dan spiritual dari manusia itu sendiri. Doa membuat seorang pimpinan Kristiani
makin hidup dalam semangat dan spiritualitas Yesus sendiri.

2) Pribadi yang Relasional
Spiritualitas penyembuhan yang dibawa oleh Yesus mengkritis strukutr masyarakat

zaman itu yang amat dipengaruhi dan diwarnai oleh egoisme dan kepentingan para penguasa
bangsa dan agama zaman itu. Kritik itu ditujukannya dalam kepribadian Yesus yang
sungguh-sungguh melayani. Ia menjadi pribadi yang sungguh-sungguh relasional. Ia dekat

dengan setiap orang tanpa pilih kasih. Ia bahkan mau mendekati orang-orang yang
terpinggirkan dalam struktur masyarakat zaman itu.
Strategi berikut yang dibawa dalam kepemimpinan Kristiani adalah kepemimpinan
relasional yang dijiwai dan didasari oleh semangat cinta kasih dan kerendahan hati. Dua sikap
ini adalah sikap kepemimpinan Yesus Kristus yang “walau setara dengan Allah, tetapi telah
mengosongkan diriNya menjadi manusia, mengambil rupa seorang hamba” (Fil. 2:6-8).
Dalam

pada

itu

kepemimpinan

kristiani

sangat

bertolak-belakang

dengan

kepemimpinan duniawi. Hal itu dinyatakan oleh Firman Yesus Kristus di dalam Mat. 20:2528, “Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintahpemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesarpembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara
kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Kepempinan duniawi untuk kepentingan diri sendiri, dan dengan menghalalkan segala
cara, baik itu: kekerasan, kemunafikan, memberangus kebenaran dan keadilan, membunuh
integritas, moralitas, hati nurani dan rasa malu. Kepemimpinan duniawi acapkali
diimplementasikan dengan sikap sombong/arogan, kasar, tidak berperi-keadilan, serta
meniadakan kebenaran dan kasih.
Oleh karena itu seorang pemimpin kristiani harus dekat dengan umatNya. Seorang yang
mampu dengan rendah hati untuk melayani umatNya dalam kerendahan hati. Seorang yang
mengenal karakter dan kerpiabadian dari orang-orang yang dipimpinNya. Kerendahan hati
membantu seorang pemimpin agar tetap mampu tampil apa adanya tapi sekaligus juga penuh
kewibawaan dan kebijaksanaan.

3) Pribadi yang Transformatif
Seorang pemimpin Kristiani adalah seorang yang transformatif dalam misinya. Ia
menjadi seorang pemimpin gereja yang mewarnai dunia dengan hal-hal yang positif:
kesembuhan, kebangkitan moral, kekuatan karakter, kesejahteraan masyarakat, keadilan
sosial, rekonsiliasi dan perdamaian, serta banyak hal yang lainnya. Ia membuat Gereja

menjadi bertumbuh dan mampu mewartakan kabar baik Injil Kerajaan dengan penuh kuasa,
seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus.
Sebagai contoh strategi ke depan sebagai seorang pimpinan ia mampu membuat teguran
dan terobosan yang menyentuh hati setiap anggota atau umat yang dipimpin untuk dapat
mentransformasi diri juga. Dalam pada itu transformasi yang dilakukan oleh pimpinan
Kristiani bersifat holistik dan memberikan kesaksian untuk orang lain Sebagimana pepatah
tua mengatakan bahwa jika guru kencing berdiri maka murid akan kencing berlalu.
Pribadi yang transformatif juga memiliki kompetensi-kompetensi, yaitu:
 Seorang yang bisa diandalkan dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat
 Seorang yang dapat mencairkan suasana, ketika ada suasana yang tegang dalam
sebuah organisasi atau komunitas
 Seorang yang dapat mengatasi krisis.

3. Action to be A Good Healer; Contoh-contoh dalam Praksis Pastoral
Dunia praksis pastoral zaman ini adalah dunia pastoral yang memiliki begitu banyak
masalah dan tantangan. Kesadaran akan hal ini membuat kompetensi pastoral seperti yang
dimiliki oleh Yesus sebagai Si Penyembuh Utama menjadi sangat dibutuhkan. Seorang
pemimpin Kristiani hendaknya memiliki kemampuan menyembuhkan yang lebih daripada
yang lain untuk dapat mengatasi dan membuat solusi atas permasalahan-permasalahan
tersebut.
Permasalahan paling mendasar dari dunia zaman ini terutama bersumber pada
kekosongan dimensi spiritualitas manusiawi. Saat ini banyak orang jatuh dalam kekosongan
spiritualitas sehingga mengalami apa yang disebut kekhawatiran hidup. Kekhawatiran hidup
yang membuat manusia kehilangan rasa syukur dalam hidupNya. Kehilangan rasa syukur itu
yang membuat manusia menjadi egois dan individualis. Kedua sifat ini merupakan akar dari
berbagai macam permasalahan dunia zaman ini.
Manusia zaman ini kurang sadar akan substansialisme dari agama dan dimensi
spiritualitas manusia untuk kehidupan manusia. Agama dan Spiritualitas memberikan
jawaban atas kebingungan zaman ini. Agama dan spiritualitas membuat manusia makin sadar
akan siapa dirinya dan tujuan hidupnya. Dalam pengalaman personal saya sendiri saya
sungguh menemukan itu dalam diri Yesus Kristus dalam kekristenan yang saya imani dan
hidupi.

Kekristenan pertama-tama membantu saya untuk sadar akan siapa saya ini sebenarnya.
Saya hanyalah makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan olehNya untuk suatu tujuan yang
sungguh-sungguh mulia dan agung. Tujuan itu dirancang oleh Tuhan untuk diri saya sendiri
secara pribadi dalam segala kekuatan dan kelemahan saya sebagai pribadi yang unik. Dan
teristimewa saya makin sadar bahwa sesudah peziarahan kehidupan saya di dunia ini berakhir
saya akan menemukan suatu kehidupan baru, dimana segala amal baik saya di dunia ini akan
diperhitungkan.
Dalam pada itu seorang pemimpin Kristiani harus mampu membawa situasi itu dan
dapat mengajak umat beriman untuk dapat kembali ke sumber dan menemukan hidup baru
dalam inspirasi atau tuntunan Allah sendiri. Oleh karena itu seorang pemimpin kristen adalah
seorang yang hangat dan ramah dan memiliki kharisma sehingga umat dapat dengan mudah
mencari pemimpinnya. Ketika seorang bertemu dengan pemimpinnya dapat juga menemukan
sosok kebapaan yang membuat umat memiliki kebahagiaan tersendiri dengan Gembalanya.
Selan itu dalam refleksi dan pengalaman saya di medan pastoral ada beberapa hal yang
dapat dilaksanakan sebagai bentuk pendekatan pastoral untuk penyembuhan, yaitu
1) Perayaan Ekaristi
Seorang pimpinan kristiani hendaknya rajin merayakan dan mengikuti perayaan Ekaristi.
Dengan begiru semangat ekaristi makin bertumbuh dan ia mendasarkan hidupnya pada
semangat ekaristis. Ekaristi membuat manusia makin sadar akan dimensi terdalam
kehidupannya.
2) Adorasi dan Kehidupan Devosional
3) Pengakuan Dosa
Seorang pimpinan Kristiani hendaknya rajin mengikuti pengakuan dosa. Pengakuan dosa
menjadi sarana penyembuhan yang holistik bagi orang kristen. Pengakuan dosa menjadia
tanda dan sarana keselamatan dari Allah sendiri.
4) Rekoleksi atau ret-ret;
Seorang pemimpin kristiani hendaknya juga rajin membuat dan mengikuti rekoleksi dan
ret-ret. Dalam aktivitas itu pengalaman manusia yang baik ataupun buruk dimaknai dalam
terang ajaran Iman Kristiani.
5) Kunjungan Umat
Salah satu ciri khas Yesus sebagai tabib yang menyembuhkan adalah ia mampu menjalin
relasi dengan setiap pribadi dalam segala keunikannya. Kunjungan umat merupakan salah
satu sarana supaya pendekatan dan pengenalan personal umat dapat terjaga. Dengan

kunjungan umat pula maka pengetahuan dan pemahaman pimpinan terhadap umatnya juga
dapat bertumbuh.
6) Konseling Pastoral
Konseling pastoral juga merupakan salah satu cara penyembuhan dari seorang pimpinan
kristiani. Dalam konseling seorang yang penuh beban dan masalah bisa dengan bebas
mengutarakan pengalamannya. Seorang pimpinan yang mampu mendengarkan mereka
seperti ini akan memabntu mereka untuk dapat keluar dari pengalaman mereka tersebut.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Spiritualitas Pada Kepuasan Hidup Pensiunan

3 97 109

Pengaruh Madu Randu (Ceiba pentandra) Terhadap Peningkatan Kecepatan Penyembuhan Acute Erosive Gastritis Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus Strain Wistar) Yang Diinduksi Oleh Aspirin

0 15 7

Efek Pemberian Ekstrak Daun Singkong (Manihot esculenta) Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gingiva Tikus (Rattus norvegicus)

1 26 7

Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol Umbi Talas Jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var. antiquorum) Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

4 21 107

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Umbi Talas Jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var. antiquorum) terhadap Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

0 35 120

Tahapan Komunikasi Terapeutik Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jabar (Suatu Studi Deskriptif tentang Penyembuhan Jiwa Pasien Melalui Tahapan Komunikasi Terapeutik oleh Perawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat)

5 107 139

Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Memotivasi Penyembuhan Pecandu Narkotika dan Zat Adiktif (Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Memotivasi Penyembuhan Pecandu Narkotika dan Zat Adiktif di Panti Sosial Permadi Putra Binangkit, Lembang Ka

0 2 1

Tahapan Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Waham Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (Studi Deksriptif Mengenai Tahapan Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Waham Dalam Proses Penyembuhan Di Rumah Sakit Jiwa provinsi Jawa Barat )

0 2 1

Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Pasien Di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Dalam Proses Penyembuhan Mental pasien

0 3 1

Pengaruh Cairan Cultur Filtrate Fibroblast (CFF) Terhadap Penyembuhan Luka; Penelitian eksperimental pada Rattus Norvegicus Galur Wistar

0 0 6