ESSAY KIMIA FARMASI II analisis kimia ob

ESSAY KIMIA FARMASI II
“analisis kimia obat amoxicilin”

Oleh :
Kelompok 3 (IV C)
Gusti Ayu Putu Yosinta Sasmita

(161112)

Luh Putu Mahatrianti Eningsari

(161113)

I Ketut Sukma Adi Suryana

(161114)

Ida Ayu Pradnya Dewi

(161115)


Ni Made Ayu Dian Pratiwi

(161116)

Kadek Laksita Ganamukti

Ni Luh Gede Nita Yanti

(161118)

Putu Agus Dipa Setiawan

(161119)

Ida Ayu Putu Diah Krisna Dewi

(161120)

Dara Vega Devi Kameswari


(161121)

I Made Yogi Candra Kusuma (161122)

(161117)

Ni Wayan Diah Paramitha

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR
2018

(161123)

Amoksilin adalah salah satu obat antibiotik. Berdasarkan jurnal “Analisis
Amoxicillin dengan Metode Spektrofotometri Ultra – Violet (UV)”, amoxicilin akan diuji
dengan metodee spektrometri UV. Pada jurnal “Validasi metode Analisis Kromatorgafi
Cair Kinerja Tinggi Untuk Penetapan Kadar amoxicilin dalam plasma secara invitro”,
amoxicilin akan dianalisis dengann metode KCKT. Dan pada jurnal “Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif Bahan Baku Amoxicillin”, amoxicilin akan diuji dengan metode analisis
kualitatif dan kuantitatif.

Untuk pengujian amoxicilin dengan metode spektrofotometri UV memiliki prosedur
kerja sebagai berikut. Tempatkan larutan pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama
sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok
200 nm-650 nm (650 nm-1100 nm) agar daerah λ yang diperlukan dapat terliputi. Dengan
ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer dengan menggunakan tombol darkcurrent. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blangko dan
“nol” galvanometer didapat dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan
tombol transmitansi, kemudian atur besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada
larutan sampel yang akan dianalisis. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan
sampel (Khopkar, 2003) Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengukur kadar tablet
amoxicillin, yaitu: Penetapan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan cara
melarutkan serbuk amoxicillin standar sebanyak 500 mg dalam 250 ml larutan NaOH 0,1 N.
Setelah itu, diencerkan 50 kali dengan cara mengambil 1ml larutan amoxicillin+NaOH 0,1 N
kemudian di add dengan 50 ml larutan NaOH 0,1 N.Selanjutnya, dibaca absorbansinya pada
panjang gelombang 200-380 nm. Panjang gelombang maksimal yang diperoleh adalah 211
nm. Panjang gelombang maksimal amoxicillin yang didapat dari literature adalah 245 nm
(Khopkar, 2003).Perbedaan hasil kadar dari percobaan yang dilakukan dengan literatur
disebabkan olehbeberapa faktor, antara lain:Adanya zat pengganggu dalam larutan baku
sehingga panjang gelombang yang diperoleh kurang maksimal.Adanya kesalahan - kesalahan
teknis dalam pembuatan larutan baku amoxicillin dan kekurang telitian dalam pembacaan
panjang gelombang. Pembuatan kurva baku dilakukan dengan cara menimbang berat

amoxiciliin standar sebanyak 500 mg dengan menggunakan timbangan digital. Kemudian
diencerkan dengan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 250 ml. Konsentrasi yang didapat setelah
pengenceran tersebut yaitu 2 mg/mL. Larutan tersebut kemudian diambil sebanyak 1 ml lalu
diencerkan dengan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 50 ml. Konsentrasi larutan stock yang
didapat adalah 0,04 mg/ml. Kemudian larutan tersebut dibuat menjadi 3 konsentrasi yaitu 10
ppm, 15 ppm, dan 20 ppm dengan pengenceran seperti yang telah disebutkan dalam bab

perhitungan di atas. Masing-masing larutan dibaca absorbansinya pada gelombang
maksimum yang sesuai dengan literatur yaitu 245 nm.Pengukuran kadar dilakukan dengan
cara menyiapkan 5 tablet Amoxicillin. Kemudian masing-masing tablet ditimbang, dan
diperoleh hasil penimbangan 10 tablet secara berturut-turut sebagai berikut : 0,707 g; 0,704 g;
0,701 g; 0,704 g; 0.692 g. Dari hasil tersebut diperoleh rata-rata tablet sebesar 0,7016 g atau
701,6 mg. Tablet Amoxicilin digerus dalam mortir hingga halus. Tablet amoxicillin yang
telah menjadi serbuk ditimbang 50 mg sebanyak tiga kali, karena dalam pengukuan ini
dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Masing-masing serbuk tersebut di add dengan 100 ml
NaOH 0,1 N menggunakan labu pengencer. Dilakukan penggojokan selama 10 menit untuk
memastikan amoxicillin tersebut larut sempurna dengan NaOH, kemudian didiamkan selama
15 menit dalam wadah tertutup agar larutan homogen. Larutan kemudian disentrifugasi untuk
memisahkan solut dan solven lalu diambil supernatannya. Sebanyak 5 ml larutan filtrat
pertama dibuang karena diasumsikan masih bersih dari solut dan 5 ml selanjutnya diencerkan

dengan NaOH untuk diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal yaitu 245 nm
yang nantinya akan mempresentasikan kadar sampel. Absorbansi yang didapat berada >0,8,
maka perlu dilakukan pengenceran agar absorbansi yang didapat berada pada rentang 0,2 –
0,8 atau 15 % sampai 70 % jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini berdasarkan
anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5 % (kesalahan
fotometrik) (Gandjar, 2007). Kemudian larutan tersebut masing-masing diambil 1 ml dan di
add 50 ml NaOH 0,1 N (50 x pengenceran). Didapatkan hasil absorbansi berturut-turut adalah
0,383 A; 0,375 A; 0,344 A. Berdasarkan perhitungan menggunakan regresi yang telah didapat
y= a+bx y = 0,067 + 0,032x, akan didapatkan kadar berturut-turut yaitu 692,8 mg; 675,3
mg; 607,3 mg. Rata-rata kadarnya adalah 658,467mg dan SD nya adalah 45,167. Sehingga
didapatkan kadar amoxicillin, yaitu 658,467 ± 45,167 mg/ml. Hasil kadar Amoxicillin yang
diperoleh berbeda dengan kadar Amoxicillin yang tertera pada kemasan strip yaitu 500 mg.
Hal ini disebabkan karena adanya kesalahan teknis yang dilakukan oleh praktikan dan
kekurang telitian dalam melakukan percobaan.
Untuk pengujian dengan metode KCKT memiliki prosedur kerja sebagai berikut
yaitu Pembuatan Larutan Induk Amoxicilin Ditimbang sebanyak 25 mg zat aktif amoxicilin.
Dilarutkan ke dalam metanol hingga volume akhir 100 mL. Konsentrasi 250 μg/mL
digunakan sebagai larutan induk. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum untuk Analisis
Dibuat spektrum serapan ultraviolet larutan amoxicilin dengan konsentrasi 250, 100, 50,10, 3,
dan 1 μg/mL dalam metanol pada panjang gelombang 200-400 nm menggunakan


spektrofotometer Ultraviolet-Visibel, ditentukan panjang gelombang maksimumnya yang
sesuai. Optimasi waktu (Operaiting time) untuk Analisis Dilihat waktu kestabilan (Operaiting
time) Amoxicilin selama 0 – 10 menit dengan menggunakan spektrofotometri Ultravioletvisibel pada panjang gelombang maksimum dan konsentasi terpilih. Kestabilannya dilihat
dari perubahan absorbansi. Pembuatan Dapar Fosfat pH 5 Dilarutkan KH2PO4 sebanyak 7,8
gram dalam 900 mL air, disesuaikan pH 5 dengan penambahan NaOH. Diencerkan dengan air
hingga 1000 mL. Penetapan Fase Gerak Larutan standar amoxicilin pada konsentrasi 20
μg/mL diinjeksikan sebanyak 20 μL pada komposisi fase gerak metanol : buffer kalium
dihidrogen fosfat pada perbandingan 10:90 dan 40:60 (v/v) (pH 5) dengan perbandingan fase
gerak terpilih ditentukan laju alir 1,2 – 2,0 mL/menit dan deteksi pada panjang gelombang
terpilih. Catat waktu retensi, luas puncak, dihitung jumlah plat teoritis, faktor kapasitas dan
asimetris. Validasi Metode Analisis Amoxicilin Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Uji
Linearitas Larutan Sampel dengan konsentrasi 3, 6, 9, 12 dan 15 μg/mL Sebanyak 20 μL
larutan tersebut disuntikkan ke alat KCKT pada kondisi terpilih. Setelah itu dibuat kurva
kalibrasi dengan persamaan garis linear (y=a+bx). Dihitung koefisien korelasi (r) dari kurva
tersebut. Uji Akurasi Larutan amoxicilin dengan konsentrasi (3, 6 dan 9 μg/mL). Analisis
dengan prosedur yang sama seperti pada sampel yaitu disuntikkan sebanyak 20 μL ke alat
KCKT dengan kondisi fase gerak dan kecepatan alir terpilih. Diulangi sebanyak tiga kali
untuk setiap konsentrasi kemudian hitung persentase akurasi (% diff) dan perolehan kembali
(% recovery). Nilai rata-rata % diff disyaratkan ± 15% . Uji Presisi Dari hasil akurasi tersebut

dilakukan pengukuran intraday dan interday (selama 2 hari berturut-turut, kemudian hitung
persentase simpangan baku relatif % RSD dari masing-masing konsentrasi dengan nilai lebih
kecil sama dengan 15%. Batas Deteksi dan Batas Kuantitas Batas deteksi (Limit of
Detection/LOD) dan batas kuantitas (Limit Of Quantitation/LOQ) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus : SY = LOD = LOQ = Uji Kesesuaian Sistem Larutan amoxicilin pada
konsentrasi 3 μL/ml diinjeksikan sebanyak 20 μL ke alat KCKT dengan fase gerak terpilih,
diulangi sebanyak enam kali. Kemudian dihitung jumlah plat teoritis, faktor kapasitas,
asimetris. Penetapan Kadar Amoxicilin dalam plasma Darah Pengambilan sampel darah
Darah diperoleh dari pengambilan darah peneliti sebanyak 12 mL. Darah tersebut diambil
menggunakan dispo 12 mL. Darah kemudian dimasukkan de dalam tabung yang sudah berisi
larutan EDTA. Ekstraksi dan Penetapan Kadar Amoxicilin Dalam Plasma Sebelum penetapan
kadar amoxicilin dalam plasma, dilakukan spaiking sampel yaitu dengan cara pengukur
larutan induk amoxicilin 500 µg/mL ke dalam sistem KCKT. Sebanyak 0,5 mL darah yang
diambil dari sampel pada tabung EDTA di masukkan ke dalam tabung sentrifuge + Pelarut

Organik ( Metanol) sebanyak 0,7 mL divorteks 30 detik, kemudian disentrifugasi selama 10
menit pada 3000 rpm. Kemudian Alikuot disaring , diambil supernatan (plasma) lalu
supernatan diinjeksi sebanyak 20 μL ke alat KCKT. Dianalisis kromatogram untuk
mengetahui kondisi kromatogram blanko darah. Dilakukan hal yang sama terhadap darah
yang sudah mengandung larutan amoxicilin masing-masing dengan konsentrasi 250 dan 500

μg/mL. Diekstraksi dan diinjeksi sebanyak 20 μL ke alat KCKT dengan kondisi KCKT yang
telah ditentukan sebelumnya, kemudian dicatat waktu retensi dan luas puncaknya. Hitung
kadar Amoxicilin dalam darah dengan cara mensubtitusikan luas puncak yang telah terpilih
ke dalam persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Hasil dengan menggunakan
spektrofotometri ultraviolet-visibel didapatkan panjang gelombang maksimum 230 nm dan
konsentrasi paling optimum yaitu pada konsentrasi 3 µg/mL. Kondisi optimasi untuk
penetapan kadar amoxicilin secara KCKT dengan menggunakan kolom C18, kolom (250 X
4,6 mm, 5 μm) dengan fase gerak Metanol : Buffer kalium dihidrogen fosfat ( 10 : 90), PH 5
dan laju alir 2,0 mL/menit.Sedangkan hasil Validasi menunjukkan bahwa metode bioanalisis
yang dilakukan sudah cukup memenuhi persyaratan untuk uji kesesuaian sistem, linearitas
(r=9,409), akurasi (%diff ≤ 15 kecuali pada konsentrasi 3 μg/mL) , presisi (% RSD ≤ 15),
batas deteksi (2,5 μg/mL) dan batas kuantitas (8,36). Hanya saja ada beberapa konsentrasi
yang belum sesuai yaitu pada uji akurasi. Namun secara keseluruhan metode yang telah
divalidasi bisa digunakan untuk penetapan kadar amoxicilin.
Untuk pengujian dengan metode analisa kualitatif dan kuantitatif memiliki prosedur
yaitu dimulai dari analisa secara kualitatif, ada empat metode dalam pengujian ini antara lain
Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk, bau warna, dan rasa dari Amoxicillin.
Uji warna yang dilakukan meliputi uji warna dengan FeCl3 3% dan dengan H2SO4 yang
difluoresensi, pengujian yang pertama sedikit amoxicillin diletakkan di atas plat tetes,
kemudian diteteskan larutan FeCl3 3% dan diamati perubahan warna yang terjadi. Pengujian

kedua, sedikit amoxicillin diletakkan di atas plat tetes kemudian ditetesi larutan H2SO4
kemudian difluoresensi dengan sinar ultraviolet. Reaksi pembakaran Amoxicillin dilakukan
dengan memasukkan sedikit sampel Amoxicillin ke dalam tabung reaksi, kemudian
dipanaskan/dibakar dengan spirtus, Diamati perubahan bau yang terjadi. Uji kelarutan
Amoxicillin dilakukan dengan melarutkan 100mg sampel dengan 10mL aquades dalam
beaker glass yang dimana akan ditambahkan sedikit demi sedikit hingga sampel larut
sepenuhnya. Kemudian volume aquades yang digunakan untuk melarutkan sampel
Amoxicillin dijumlahkan, (prosedur yang sama juga dilakukan untuk pengujian

menggunakan metanol). Dan pengujian secara kuantitatif dilakukan dengan cara pertama
Pembakuan Natrium Tiosulfat, Dipipet 5 ml kalium dikromat 0,1 N, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer, Ditambahkan 2,5 ml HCl 1 N, Ditambahkan 2,5 ml KI 10%, didiamkan dan
ditutup, Dititrasi secara duplo dengan natrium tiosulfat hingga menjadi kuning, Ditambahkan
indikator amilum, Dititrasi lanjut hingga berwarna biru. Larutan kalium dikromat dalam
erlenmeyer menjadi asam. Yang kedua menentukan kadar amoxicillin dengan menggunakan
titrasi iodometri, Ditimbang 50 mg amoksisilin dan dilarutkan dalam 100 ml aquades. Dipipet
3x5 ml larutan amoksisilin dan ditambahkan 3x1 ml NaOH, lalu didiamkan selama 20 menit,
Ditambahkan 3x1 ml HCl 1 N dan 3x1 ml iodin 0,1 N, lalu didiamkan selama 20 menit dalam
keadaan terlindung dari cahaya, Dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N, kemudian Analit
ditotolkan pada amilum yang sudah berada di plat tetes, Titrasi dilanjutkan hingga analit

bening, Dihitung kadar amoksisilin.
Hasil dari pengujian dengan metode analisa kualitatif dan kuantitatif yaitu dari
kedua analisa tersebut pengujian amoxicillin dapat dilakukan, dapat dikatakan bahwa uji
analisa kuantitatif lebih efektif dilakukan. Hal ini dikarenakan uji kuantitatif dapat langsung
menentukan kadar persen dari analit yang terdapat dari sampel sehingga hasil yang diperoleh
lebih akurat. Pada uji kualitatif, bisa saja terjadi kesalahan dikarenakan hanya mengamati
sampel yang diuji kemudian disesuaikan dengan literatur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Sari, puspita, dkk. 2015. Validasi metode Analisis Kromatorgafi Cair Kinerja Tinggi Untuk
Penetapan Kadar amoxicilin dalam plasma secara invitro, Manado : PHARMACON
jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT
Syafa Islami, Maura. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Bahan Baku Amoxicillin,
Sumedang : Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran.
Maliana, Dina, dkk. 2013. Analisis Amoxicillin dengan Metode Spektrofotometri Ultra –
Violet (UV). Purwokerto : KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMUILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI