Edited tugas uts Filsafat dan Metodologi

Filsafat dan Metodologi Hubungan Internasional

Usulan Tugas Ujian Tengah Semester (UTS)
semester ganjil 2012/2013
Tema: Dialog dan Debat dalam Hubungan
Internasional

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

1

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2012
Disusun oleh :

Kelompok I
Satria Rangga Hanastyo

170210090004


Mutiara Ikhsani Putri

170210090006

Sherry Lastiany

170210090030

Baiq Nuke Rahmasari

170210090032

Reisa Yosefine

170210090034

Alieqa Mentari Putri

170210090042


Amanda Destiani

170210090052

Fadel Muhammad Iqbal

170210090064

Agustinus Rediman

170210090076

2

Vito Satria Wicaksono

170210090082

Muhamad Fadzrul


170210090084

Hidayat

170210090086

Syafa Aulia

170210090092

Raden Prayudi Setia Affandie

170210090098

Yoga Lukiswara

170210090116

Aldi Diaz Dwianto


170210090123

Ahmad Romi Ferdi

170210090126

Adhietya Risanoto

170210060064

Kelompok 2

3

DAFTAR ISI

BAB I : Deskripsi Historis Critical Theory..............................................................1

4


1.1
1.2
1.3

Awal mula Critical Theory dan Frankfurt School...........................
Fase Perkembangan Frankfurt School ............................................5
Kebangkitan Critical Theory pada masa Max Horkheimer dan

1.4

Wiesengrund Adorno………………….………..............................6
Critical Theory pada masa fase terakhir........................................11

BAB II : Asumsi Epistemologi dan Ontologi Critical Theory...............................14
2.1. Asumsi Epistemologi Critical Theory………............................................14
2.1.1 Critical Theory dan Kritikannya terhadap Teori lain………………14
2.1.2 Munculnya Critical Theory ke dalam Hubungan Internasional……17
2.2. Asumsi Ontologi Critical Theory……………………………………...…20
2.2.1 Konsep Dalam Critical Theory...................................................... 30

2.2.2 Para Pemikir Utama Dalam Critical Theory...................................32

BAB III : Metodologis Pendekatan Critical Theory.............................................35
BAB IV : Kesimpulan dan Relevansi Terkait dengan Isu-isu...............................49
4.1 Millenium Development Goals dan Kapitalisme, analisis dengan
Critical Theory dan Level of Analysis Individu ……………………51
4.2 Level of Analysis: Negara- Relevansi Critical Theory dalam level
Negara……………………………………………………………….57
4.3 Level of Analysis : Sub-sistem………………………………………..59
4. 4 Level of Analysis: Sistem ……………………………………...……62

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... .65

5

BAB I
Deskripsi Historis Critical Theory

1.1 Awal mula Critical Theory dan Frankfurt School
Asal mula dari Critical Theory berakar pada pemikiran yang sering

mengarahkan kembali pada Pencerahaan dan berkaitan dengan tulisan Kant,
Hegel dan Marx. Meski pemikiran ini memiliki garis kaitan yang penting dengan

6

kelahiran Critical Theory, namun hal ini bukanlah satu-satunya jejak yang
mempengaruhi terbentuknya Critical Theory, karena ada juga jejak pemikiran dari
Yunani Kuno, seperti Nietzche dan Webber. Selain itu, para penganut critical
theory mengikuti jejak dari Antonio Gramsci, yang melihat sebuah hegemoni
sebagai sebuah proses dari terjadinya dominasi, menurut critical theory klasik,
yang pada awalnya melihat masyarakat menjadi sebuah wadah dalam
memperjuangkan ideologi saat itu, dengan adanya hegemoni, masyarakat akan
bersatu dalam mengkounternya, hal inipun menjadi salah satu acuan dasar
munculnya critical theory. Meski demikian, pada abad ke-20 Critical Theory
menjadi lebih berkaitan dengan sebuah kelompok pemikiran asal Jerman yang
dikenal dengan sebutan Frankfurt School.
Adapun tokoh-tokoh yang terkenal dan melahirkan pemikiran ala Frankfut
School ini seperti Max Horkheimer, Theodore Adorno, Walter Benjamin, Herbenrt
Marcuse, Erich Fromm, Leo Lowenthal dan yang paling modern adalah Juergen
Habermas. Berkat pemikir dari Frankfurt School ini, Critical Theory mulai

memperoleh kekuatan yang terus diperbaharui oleh tiap-tiap tokohnya, sehingga
istilah Critical Theory mulai digunakan sebagai lambang filsafat yang
mempertanyakan tatanan modernitas sosial dan politik yang berlaku melalui
sebuah metode kritik. Hal ini merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk
memperbaiki kekuatan kritis yang mulai tertutupi oleh pemikiran-pemikiran
intelektual, sosial, kultural, ekonomi dan politik dari pemikiran-pemikiran yang
dihasilkan dari pandangan kontemporer. (Scot Burchill dan Andrew Linklater,
1996)

7

Frankfurt School sendiri bermula dari sebuah institut di Jerman yang
bernama Institut fur Sozialforschung. Institut ini didirikan pada tahun 1923 oleh
Felix Weil, seorang pedagang grosir gandum, yang pada akhir hayat “mencoba
untuk cuci dosa” mau melakukan sesuatu untuk mengurangi penderitaan di dunia
(termasuk dalam skala mikro: penderitaan sosial dari kerakusan kapitalisme).
Institut ini merupakan awal mula tokoh-tokoh Critical Theory memulai
pemikiran-pemikirannya. Ajaran Karl Marx menjadi ilham dari pemikiran
Frankfurt School dan membuat pemikiran Marx yang baru. “ Critical Society
Theory” adalah sebutan bagi cara pemikiran Frankfurt School ini, dimana mereka

menyatakan diri mereka sebagai pewaris cita-cita emansipatoris Karl Marx . Lebih
lanjut, pembebasan manusia dari belenggu manipulassi teknokrat modern menjadi
maksud dari teori ini. Juga mereka menyebut teori ini dengan sebutan
‘Aufklarung’ yang berarti pencerahan, pembuka tabir yang menutup fakta fakta
yang tidak manusiawi dan tertutup dari kesadaran kita. Apa yang dirasakan oleh
kelas kelas tertindas diungkap oleh teori ini yang bertujuan kepada penyadaran
dan pemberontakan.
Namun, institut tersebut hanya bisa bertahan sampai tahun 1933 di
Frankfurt. Hal ini dikarenakan pada rezim kepemimpinan Hitler dibawah partai
Nasional Nazi, yang bersikap sangat keras dalam mempromosikan antisemitisme
dan secara terang-terangan memusuhi sosialisme dan komunisme yang kemudian
membuat institut tersebut berakhir. Alasan lainpun karena Institut fur
Sozialforschung cenderung sosialis dan hampir semua tokoh lembaga tersebut
adalah keturunan Yahudi. Di samping itu Hitler menggunakan kekuasaanya untuk
melakukan banyak tindakan-tindakan keras antara lain; menangkap orang-orang

8

komunis dan anggota Partai Sosial Demokrat dan terjadi tindakan pembunuhan
dan kekerasan terhadap orang-orang Yahudi.

Keadaan yang kacau di Jerman tersebut akhirnya membuat tokoh-tokoh
dari institut tersebut, yaitu Max Horkheimer dan Theodor Wiesengrund Adorno
satu demi satu mulai meninggalkan Jerman dan membuka cabang Institut fur
Sozialforschung di New York, dan bernaung pada Columbia University. Institut
ini berkembang juga di Los Angeles, California. Seiring dengan perkembangan
waktu akhirnya tepat sesudah Perang Dunia II Institut fur Sozialforschung
kembali dibuka di Frankfurt, Jerman dengan Max Horkheimer sebagai
pemimpinnya.
Pada saat itulah Critical Theory atau mazhab dari Frankfurt School ini
mulai disebarluaskan. Namun pemikiran ini baru terkenal di Jerman pada tahun
1960-an. Kemudian, mazhab ini menjadi bahan perbincangan dan diskusi yang
menarik oleh mahasiswa sayap kiri yang menyukai pandangan pandangan sosialis
pada tahun 1960 an serta kemudian menghubungkannya dengan perselisihan
positiime dalam sosiologi Jerman. Mazhab tersebut kemudian diteruskan oleh
para pelajar dan asisten di Institut fur Sozialforschung – insitut yang isinya
banyak tokoh tokoh setelah PD II- oleh karena mazhab tersebut populer dan
berkembang. Inspirasi gerakan sosial kemasyarakatan kemudian diambil dari
Critical Theory. Kaum muda yang tidak ingat lagi pada penderitaan Pasca PD II
menjadi pelopor dari gerakan sosial ini. Faktor kesejahteraan Kapitalisme yang
saat itu menjadi budaya pembangunan fisik rupanya telah menjadi hal yang sangat

memuakkan bagi generasi muda pada jaman itu. Kemudian keraguan yang

9

mendalam dan penyangsian terhadap kapitalisme serta disorientasi nilai modern
muncul dalam generasi tersebut. Generasi penerus ini bukanlah berisi orang-orang
Yahudi, seperti ada generasi sebelumnya, dan istilah mazhab sudah tidak
dipergunakan seperti generasi pertama yang menggunakan istilah “ Frankfurt
School”. Walaupun begitu, kedua generasi ini menghasilkan tulisan dan karyakarya yang sama sama banyak diakui di seluruh dunia. Jadi, kedua generasi
tersebut merupakan sejarah dimana Critical Theory akhirnya terbentuk.
Afirmasi (pemuasan oleh karena kenyataan sehingga dipersepsikan
menjadi kebenaran sebuah kebenaran) dari teori teori yang tradisional merupakan
alasan kenapa critical theory harus muncul untuk melawan hal tersebut. Sebuah
pencerahan dan kebebasan pengetahuan sehingga dekat dengan realitas atau
kebenaran merupakan tujuan dari teori teori tradisional. Dari situ, tokoh tokoh
Critical Theory kemudian melakukan penyangkalan terhadap teori tradisional
yang menurut mereka gagal untuk melakukan pembebasan dan pencerahan
manusia. Anggapan bahwa ketidakmampuan teori tradisional tidak mampu untuk
mengubah realitas, namun hanya mampu untuk mengubah pengertian realitas,
menjadi kritik dari tokoh tokoh Critical Theory. Juga, tokoh Critical Theory
mengkritik kalau teori tradisional hanya bersifat pandangan tanpa bisa untuk
menjadi praktik yang akhirnya dipakai untuk mengubah realita.

Pandangan filsuf yang berpendapat kalau tugas mereka adalah
memberikan penjelasan teoritis dengan tidak mengubah realita, dan oleh keadaan
teori tradisional yang tidak mengubah kenyataan tersebut, para tokoh critical

10

theory melawan hal tersebut dan kemudian memberikan anggapan bahwa setiap
teori hakikatnya memilki segi praktisnya.
1.2 Fase Perkembangan Frankfurt School

Secara kesejarahan, gagasan dari Critical Theory aliran Frankfurt ini
berkembang dalam beberapa tiga fase perkembangan, yaitu (Chabib Mustafa,
2008: 2):

1.

Fase Pertama: Fase pertama ini adalah fase dimana aliran ini mulai
terbentuk, yaitu sekitar tahun 1923-1933, ketika penelitian-penelitian pertama
dilakukan di lembaga penelitian Frankfurt, Jerman. Carl Grunberg menjadi
direktur pertama dari lembaga tersebut, yang juga dia merupakan seorang ahli
ekonomi, sejarawan sosial. Keberhasilannya adalah arahannya kepada kahian
kajian teoritis Franfurt yang berorientasi pada empirisitas dan penekanan
pendekatan ekonomi dalam kajian fenomena sosial. Hal ini mengindikasikan
kekentalan Marxisme dalam pembentukan Critical Theory.

2.

Fase kedua: Fase dimana terjadinya pengungsian anggota Aliran Frankfurt
ke Amerika Utara pada tahun 1933-1950. Gagasan pemikiran Critical
Theory berpijak pada neo Hegelian pada jaman pengungsian. Direktur pada fase
ini adalah Horksheimer yang melakukan pendekatan serta orientasi ulang secara

11

teoritis sehingga dijadikan kajian teoritis para pendahulunya. Perubahan orientasi
aliran dari awalnya yang bersifat ekonomis historis Grunberd menjadi orientasi
filosofis dilakukan pada fase ini. Gagasan ini kemudian menjadi dasar Critical
Theory aliran Frankfurt setelah pada tahun 1950 mereka kembali ke Jerman.
3.

Fase ketiga: Fase perkembangan aliran Frankfurt ketiga terjadi pada awal
1950 sampai 1973. Pada tahun 1969, Adorno meninggal dan menyusul
Horkheimer pada tahun 1973, sehingga pengaruh aliran ini mulai mengalai
kepudaran. Kematian mereka yang merupakan tokoh-tokoh terkemuka tersebut,
namun tidak membuat aliran Frankfurt yang praktis tidak berhenti. Dunia
pemikiran sosial tidak lagi menjadi bidang dimana aliran ini berperan. Avant
garde intelektual yang dulunya menjadi pamor aliran ini nyaris berakhir dan
untungnya dengan munculnya tokoh baru yakni Jurgen Habermas, aliran ini
kemudian menjajaki kembali masa masa jayanya dengan melestarikan metodologi
serta teori teori yang telah ada dari para pendahulunya yang kemudian diteruskan
kembali.
Jika kita menelusuri tentang perjalanan historis Critical Theory, maka
akan muncul setidaknya 3 nama besar yang sangat berpengaruh dalam
perkembangan teori ini, yaitu Max Horkheimer, Theodor Wiesengrund Adorno,
dan Jurgen Habermas.

1.3 Kebangkitan Critical Theory pada masa Max Horkheimer dan
Wiesengrund Adorno

12

Pada pasca Perang Dunia I, banyak para penteori dari Jerman bergabung
ke Frankfurt School yang menganut aliran Marxisme. Dengan mendalami filsafat
dari Kant dan Hegel, Horkheimer mulai berupaya untuk melakukan kritik
terhadap rakyat yang terkekang akan kemajuan dalam kebebasan individunya
terutama pada paska Perang Dunia I.
Pada Januari 1931, Frankfurt School mengangkat Horkheimer sebagai
direktur baru, dan pada masa inilah Frankfurt School mengalami masa
keemasannya. Horkheimer kerap berpidato mengenai filsafat sosial sebagai suatu
interpretasi filosofis tentang nasib manusia sejauh manusia bukan dipandang
sebagai individu, tetapi sebagai anggota (masyarakat). Menurutnya, objek dari
filsafat sosial pada masanya (sekitar tahun 1932) bukan filsafat yang memaksa
nilai filosofis manusia dalam sebuah keterasingan dan penindasan yang dilakukan
oleh kelas penguasa, melainkan terdiri dari semua kelembagaan yang bersifat
material dan spiritual dari kemanusiaan yang bersifat menyeluruh.
Dalam pemikiran Horkheimer tentang critical theory nya, digunakan
pandangan Karl Marx dengan anggapan bahwa kejiwaan dari manusia,
kepribadian, hukum, kesenian, dan filsafat hanya semata-mata merupakan cermin
dari bidang ekonomi yang ada. Disini juga ia memakai pandangan dari Hegel
mengenai kendali roh pada bidang dialetika, antara realitas material dan mental.
Ideologi disini dipandang memiliki andil yang besar dalam kacaunya suatu realita
sosial yang ada. Dua hal utama yang paling disorot oleh teori kemasyarakatan
Horkheimer adalah bidang sosiologi politik dan kebudayaan yang sangat
berpengaruh pada pemerintahan di masa itu.

13

Pada tahun 1933, Frankfurt School dibawah pimpinan Horkheimer pun
berpindah tempat ke Amerika dan kemudian berafiliasi dengan Colombia
University. Hal ini terjadi setelah Jerman pada rezim kepemimpinan Hitler
dibawah partai Nasional Nazi, bersikap tegas dalam menjunjung antisemitisme
dan secara terang-terangan memusuhi sosialisme dan komunisme yang kemudian
membuat institut tersebut berakhir. Keprihatinan Horkheimer mengenai
masyarakat kapitalisme pun semakin besar setelah merasakan hidup di Amerika.
Para individu dari masyarakat modern dianggap sangat terbelenggu oleh system,
oleh karena itu Horkheimer dan para pemikir dari Frankfurt School menjadi
sangat pesimis mengenai kemampuan filsafat untuk membawa perubahan kepada
masyarakat modern.
Pada masa itu, banyak sekali terjadi kapitalisme monopolis, yang
merupakan suatu tahap kapitalisme, dimana usaha-usaha raksasa sedang dalam
proses menguasai pasar, dan mengatur serta menentukan harga pasar. Sementara
perusahaan-perusahaan kecil yang tidak dapat mengikuti laju perkembangan mau
tidak mau akan tergulung. Kapitalisme monopolis yang terjadi di Eropa pada saat
itu secara tidak langsung telah menghapuskan peranan pasar dan dinamika dari
suatu persaingan bebas.
Pada dasarnya, pemikiran Horkhemer ini dilandasi oleh keprihtinannya
mengenai hubungan antara individu dan masyarakat (terutama yang mengalami
penderitaan) dengan konsep sebagai suatu dasar. Hotkhrimrt bersikeras bahwa
wawasan pemikiran masing-masing sekolah sendiri tidak memadai untuk dapat
berkontribusi secara utuh terhadap perbaikan permasalahan sosial yang ada.

14

Horkheimer berfokus kepada hubungan antar struktur sosial, jaringan atau
subkultur dan juga realitas dari suatu individu. Ia menyimpulkan bahwa pada
dasarnya, mansia dipengaruhi dan dibentuk oleh proliferas produk yang ada di
pasar. Dan selain dengan Adorno, Horkheimer juga melakukan berbagai
kolaborasi dengan Herbert Marcuse, Erich Fromm, dan Walter Benjamin. Dengan
menggunakan critical theory, Horkheimer berusaha untuk merevitalisasi kritik
sosial, budaya-budaya radikal, otoritarianisme, militarime, gangguan ekonomi,
dan krisis lingkungan. Horkheimer berusaha untuk menciptakan suatu Critical
Theory melalui gabungan dari pandangan radikal dan konservatif. Ia
mengembangkan Critical Theory dengan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu
dengan menyaksikan secara langsung kehidupan dan perbedaan dari kaum borjuis
atau penguasa dengan kaum miskin. Horkheimer berusaha untuk mengusahakan
agar para kelas pekerja atau kelas bawah dapat merebut kembali kekuasaan atas
diri mereka yang bertujuan untuk menolak suatu tindak fasisme.
Theodor Wiesengrund Adorno bergabung dengan Horkheimer di Institut
Penelitian Sosial yang selanjutnya dirujuk menjadi Mazhab Frakfurt. Di lembaga
inilah, mereka mengembangkan critical theory sebagai hasil penggabungan
filsafat dan ilmu sosial menjadi critical theory.
Pada tahun 1944, Horkheimer berkerjasama dengan Adorno, membuat
suatu karya buku yang berjudul Dialectics of Enlightenment. Buku tersebut
menceritakan mengenai kritik keduanya terhadap modernitas yang mereka
pandang sebagai suatu sejarah dominasi atas suatu tindak penguasaan. Pemikiran
didalam buku ini mirip dengan apa yang dituliskan oleh Karl Marx, perbedaannya

15

adalah Horkhemier dan Adorno tidak menjelaskan sejarah penguasaan dari
hubungan produksi, melainkan menjelaskan sejarah penguasaan dari dorongan
psikologis manusia, yaitu sifat dasar dan kehendak manusia untuk berkuasa.
Paham mengenai kehendak manusia dalam berkuasa ini mereka ambil dari
Nietzche. Horkheimer dan Adorno mengkiritik mengenai kesadaran masyarakat
itu sendiri, yaitu mengenai kesadaran modern dengan rasio sebagai suatu alat
utama dalam melakukan dominasi. Mereka menarik kesimpulan bahwa
Enlightenment yang merupakan suatu kemajuan dari cara pandang mitologis,
sebenarnya secara perlahan telah berubah menjadi mitos itu sendiri. Mitos ini
menjadi pemicu dari penindasan dan penguasaan yang dilakukan oleh suatu
kelompok manusia kepada pihak lainnya. Contoh nyata yang mereka paparkan
adalah munculnya ideologi fasisme Jerman dan juga kemajuan-kemajuan
teknologi yang sangat pesat yang berhasil memanipulasi manusia.
Akan tetapi, selain menggunakan teori dari Marx, Nietzche, dan pemikirpemikir lainnya, Horkheimer dan Adorno juga mengkritik teori-teori tersebut.
Apabila didalam pandangannya, Marx hanya berpusat pada kapitalisme, maka
Horkheimer dan Adorno memiliki lebih banyak aspek utama yang dpikirkan,
seperti politik, alam, kemanusiaan, dan aspek-aspek lainnya.
Mereka juga mengkritik mengenai suatu dominasi yang biasa dilakukan
oleh para filsuf barat. Para filsuf barat yang terlalu mementingkan suatu kemajuan
dan aspek rasionalisasi, telah memandang alam hanya sebagai suatu objek untuk
dikuasai. Hasil dari alam yang menunjang perkembangan teknologi memanglah
dibutuhkan untuk perkembangan umat manusia, akan tetapi semua itu haruslah

16

bisa dikendalikan agar tidak membuat martabat manusia mengalami suatu
kemunduran.
Objek sentral dalam critical theory Adorno adalah hubungan saling
keterpengaruhan antara pertentangan-pertentangan dalam masyarakat sebagai
sebuah totalitas dan bentuk konkrit kehidupan subjek-subjek dalam masyarakat.
Critical theory diorientasikan pada ide tentang masyarakat sebagai subjek, dengan
individu sebagai pusat. Sebuah teori menjadi ”kritis” dengan menegasikan
ketidakadilan, egoisme, dan alienasi yang dihasilkan oleh kondisi sosial dibawah
ekonomi kapitalis.

1.4 Critical Theory pada masa fase terakhir
Jurgen Habermas merupakan seorang filsuf Jerman yang cara berpikirnya
banyak dipengaruhi oleh Max Horkheimer dan Theodore Adorno sebagai tokoh
critical theory sebelum Habermas. Dalam critical theory yang dikemukakannya,
Habermas berhasil mengembangkan kembali pemikiran kritis dari para
pendahulunya

yang

telah

berakhir

dengan

pesimisme

yang

kemudian

dibangkitkan kembali oleh Habermas menjadi sebuah cara pandang baru dalam
merespon kondisi dunia pada saat itu.
Filsafat kritis yang dikembangkan Habermas terinspirasi oleh pemikiran
Marxisme. Secara garis besar Habermas menarik pemikiran Marxisme mengenai
struktur kelas yang membentuk relasi sosial masyarakat akibat kapitalisme.
Dominasi kapitalisme telah menciptakan tatanan sosial yang berimplikasi

17

kekuasaan dan penindasan Kemajuan industri, pengetahuan ilmiah, dan
lingkungan sosial yang semakin kapitalis telah menggiring manusia ke dalam pola
pikir yang irasional yang berada dalam kotak ideologi kapitalis. Inilah yang coba
dikritisi Habermas dalam hal pola pikir manusia terlalu meninggikan pada
kebenaran/pengetahuan yang berasal dari struktur politik dan ekonomi yang
dikendalikan

oleh

kekuatan

hegemon

sedangkan

melunturkan

kejernihan/kebebasan berpikir manusia.
Melihat kebuntuan terhadap critical theory dari para pendahulunya,
Habermas melihat adanya kekurangan dari para pendahulunya untuk kemudian
disempurnakan menjadi critical theory yang lebih dapat diterima. Pada intinya,
Habermas menambahkan konsep komunikasi. Habermas melihat cara penyampain
critical theory yang dilakukan oleh pendahulunya lebih mengedepankan aspek
praktis melalui cara-cara fisik yang cenderung keras seperti revolusi sebagaimana
terpengaruhi oleh pemikiran Marxisme. Padahal dia menekankan pentingnya
komunikasi dalam menyampaikan kritik karena melalui argumentasi dan
diskursus wacana, pemahaman terhadap kritik tersebut dapat lebih mudah
dipahami dan diterima oleh objek. Hasilnya, seperti critical theory yang kita kenal
saat ini bagaimana kritisasi dilakukan melalui argumen atau analisa bukan melalui
tindakan fisik.
Dasar pemikiran critical theory Habermas juga berasal dari adanya
pemerintahan otoriter dari Hitler pada saat itu. Berawal dari tindak kejahatan yang
dilakukan oleh Nazi, Habermas kemudian menggagas konsep demokrasi. Dalam
suatu rezim keotoriteran tentu ada kekuasaan yang mengatur relasi sosial antara

18

manusia. Habermas melihat konsep demokrasi yang coba diangkatnya memiliki
nilai-nilai kebebasan. Dalam artian secara umum, manusia dapat berpikir secara
bebas tanpa ada kekuasaan atau dominasi sistem yang mampu mempengaruhi
pemikirannya. Dalam hal ini, demokrasi dan critical theory yang dimunculkan
Habermas memiliki suatu benang merah yaitu berusaha membebaskan pemikiran
manusia dari dogma-dogma, rasionalisasi, atau ideologi yang dimiliki oleh
penguasa/hegemon.
Jadi kesimpulannya, critical theory yang dikemukakan oleh Habermas
tidak lepas dari realitas sejarah yang terjadi secara nyata berdasarkan pengalaman
yang dimiliki. Pemikiran kritisnya banyak dipengaruhi oleh pandangan Marxisme
dalam melihat adanya faktor kekuasaan dalam suatu hubungan relasional antar
subjek. Kekuasaan tersebut telah menciptakan pemikiran, dogma, maupun
ideologi yang membatasi tingkat kejernihan berpikir manusia. Dalam artian
manusia terpaku pada pemikiran yang telah digariskan oleh penguasa/hegemon.
Berdasarkan hal itu, muncullah ide-ide penentangan terhadap dominasi
pengetahuan dari penguasa yang dalam Marxisme dilakukan dengan revolusi
proletarian, sedangkan dalam pandangan Habermas bentuk penentangan itu
dikejawantahkan ke dalam pemikiran critical theory yang bersifat “kritik
ideologi”.
Selain Marxisme, dasar pemikiran kritis Habermas juga berangkat dari
nilai-nilai demokrasi yang jika ditarik suatu benang merah akan memiliki nilainilai yang sama dengan critical theory dimana terdapat aspek pembebasan

19

pemikiran manusia dari dogma-dogma, rasionalisasi, atau ideologi yang dimiliki
oleh penguasa/hegemon.

Bab II
Epistemologi & Ontologi dari Critical Theory

2.1.

Epistemologi dan Ontologi Critical Theory
Munculnya pemikiran ini berawal dari lahirnya Frankkurt School di

Frankrut Jerman pada tahun 1923. Dimana pemikiran ini melihat hubungan antara
fasisme dan personalitas authoritarian, dan akibat ilmu dan teknologi dengan
alasan kritis. Namun, munculnya Critical Theory sendiri pada Frangkurt School
adalah pada tahun 1937 (Griffits, 2008). Pada awal berdirinya Frankurt School,
tokohnya adalah Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse. Dari awal
20

pemikiran tokoh generasi pertama ini mempengaruhi pemikiran Jurgen Habermas.
Habermans mengemukakan adanya hubungan intersubjektivitas antara rasionalitas
dan demokrasi, serta peran komunikasi dalam membuat konsensus di masyrakat.
Frankrut School berdiri pada awalnya untuk membangun Marxisme di
Jerman, namun dalam perjalanannya dikembangkan pemikiran khusus setelah di
tutup oleh NAZI pada tahun 1933, dan pindah ke Amerika Serikat. Sewaktu
dipimpin oleh Horkheimer perkembangan penelitian ini juga merambah ke ilmu –
ilmu lain. Adorno juga kembali menginterpretasi ulang terhadap Marx.
Habermas juga mengemukakan 3 perbedaan pokok kepentingan, yaitu
kepentingan koginitf teknis, praktis, dan emansipasi. Emansipasi merupakan
Critical Theory itu sendiri, bahwa masyarakat memiliki power untuk berjuang
dengan potensi yang dimilikinya, namun menurut Habermas, bukan berarti setiap
teori yang mengemukakan emansipasi itu benar, karena kebenaran harusnya
dibentuk dengan konsensus rasional.
Teori ini disebut sebagai critical theory karena menggunakan kapasitas
manusia dalam hal mengkritik melalui pandangan individu itu terhadap dunia
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki individu tersebut. Critical theory
menempatkan masyarakat sebagai objek analisanya dengan fokusnya pada
emansipasi dalam hubungan sosial. Tujuannya adalah untuk memahami lebih
jauh self-understanding sebuah kelompok yang membentuk masyarakat. Karena
itu, teori ini cenderung fokus pada masyarakat secara individual dan mengabaikan
dimensi hubungan antara masyarakat itu sendiri.

21

Critical theory bertujuan untuk menjelaskan dan mentransformasi keadaan
manusia

dari

keterbudakannya,

maka

secara

lebih

luas critical

theory dimaksudkan dengan segala pergerakan atau pemikiran yang bertujuan
untuk pembebasan manusia di segala dimensi dari segala bentuk pengekangan.
Saat ini critical theory menjadi salah satu alat epistemologis yang dibutuhkan
dalam studi humaniora. Hal ini didorong oleh kesadaran bahwa makna bukanlah
sesuatu yang alamiah dan langsung. Bahasa bukanlah media transparan yang
dapat menyampaikan ide-ide tanpa distorsi, sebaliknya ia adalah seperangkat
kesepakatan yang berpengaruh dan menentukan jenis-jenis ide dan pengalaman
manusia. Dengan berusaha memahami proses dimana teks, objek, dan manusia
diasosiasikan dengan makna-makna tertentu, critical theory memertanyakan
legitimasi anggapan umum tentang pengalaman, pengetahuan, dan kebenaran.
Pengaruh marxisme, Marx memandang bahwa teori kritik Hegel masih
kabur dan membingungkan karena Hegel memahami sejarah secara abstrak. Marx
menegaskan bahwa yang dimaksud sejarah adalah sejarah perkembangan alat-alat
produksi dan sejarah hubungan-hubungan produksi. Hubungan produksi diartikan
Marx sebagai hubungan kekuasaan antara pemilik modal dan kaum buruh. Kritik
dalam pemikiran Marx berarti usaha mengemansipasi diri dari penindasan dan
alienasi yang dihasilkan oleh hubungan-hubungan kekuasaan di dalam
masyarakat. Kritik dalam pengertian Marx berarti teori dengan tujuan
emansipatoris, teori yang tidak hanya menggambarkan situasi masyarakat namun
juga membebaskannya. Marx berpendapat bahwa sifat dasar manusia tidak dapat
diubah (Steans 2005 pp. 109)

22

Menurut perspektif realisme, negara adalah aktor utama dalam hubungan
internasional. Namun dalam critical theory, ia menekankan pada emansipasi
manusia sebagai subjek dalam hubungan internasional. Mengkritisi tentang ide
yang menyatakan pentingnya meraih power dan kepentingan strategis oleh negara.
Menilik pada masa dimana sistem konstitusi negara (nation society) terdapat
berbagai macam organisasi politik yang menurut kritikal teori tidak dapat
dipisahkan dari sistem kapitalisme (sistem ekonomi).

Negara menjadi aktor yang berperan penting dalam sistem ekonomi
kapitalis dalam menentukan sistem hukum untuk meregulasi hubungan
perdagangan dan menentukan kebijakan untuk menentukan ketertiban suatu
masyarakat. Critical theory mempertahankan pemikirannya dalam pencerahan dan
mempertahankan universalisme dalam dialog terbuka tidak hanya antar sesama
negara tapi lebih radikal yaitu antara seluruh manusia di dunia. (Linklater 1996)
Critical theory melihat ketimpangan yang diakibatkan oleh pemikiran
liberal antara lain: liberalisme tidak menjelaskan kebenaran tentang sifat dasar
manusia dan masyarakat. Selain itu, liberalisme sudah menjadikannya sebagai
pemahaman dan penjelasan yang paling dominan mengenai dunia ini, sebagai
sebuah common sense yang menjadikannya sebagai pendukung dari sistem
kapitalis.
Kemunculan teori kritis adalah reaksi dan kritik terhadap positivisme ilmu
pengetahuan yang sangat dijunjung oleh kaum behavioralisme. Kehadiran teori

23

kritis muncul dari hasil dialektika dari banyak pemikiran tradisi kritis sebelumnya.
Sebuah perpaduan dari pemikiran Kant, Hegel, Marx dab Freud. Kant memahami
kritik sebagai upaya untuk mengenal keterbatasan rasio dalam setiap klaim
pengetahuan; Hegel memahami kritik sebagai refleksi diri atas berbagai rintangan,
tekanan dan kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri dari rasio
dalam sejarah. Marx memahami kritik sebagai usaha emansipatoris dari
penindasan dan usaha alienasi yang dihasilkan oleh hubungan kekuasaan dalam
masyarakat, sementara Freud memahami kritik sebagai pembebasan individu dan
irrasionalitas dari ketidaksadaran menjadi sadar.

2.2. Munculnya Critical Theory ke dalam Hubungan Internasional
Critical Theory sudah muncul sebelum teori tersebut berpengaruh dalam
ilmu Hubungan Internasional. Critical Theory ini lahir bukan dari ilmu Hubungan
Internasional tetapi lahir dari ilmu Sosiologi dan dikembangkan oleh ilmuwan
Jerman yang disebut Frankfrut School dan juga critical theory ini merupakan
perkembangan dari Marxisme. Pada tahun 1980 Critical theory ini sudah
mempengaruhi ilmu Hubungan Internasional, ketika terjadinya suatu perdebatan
antara sifat ilmu yang bebas nilai dan pengakuan adanya komunitas politik untuk
melakukan pembebasan. Critical Theory ini merupakan ilmu sosiologi karena
lahir yang mengkritik teori – teori tradisional yang mencerminkan adanya
ketidakadilan dalam suatu struktur masyarakat. Menurut Critical Theory, tidak
ada ekonomi global dan politik dunia yang berjalan sesuai dengan hukum sosial
yang kekal karena dunia sosial termasuk Hubungan Internasional adalah historis.

24

Critical Theory ini diakui sebagai teori alternative bagi disiplin ilmu
Hubungan Internasional. Para pemikir seperti Andrew Linklater, Robert W.Cox
dan Richard Ashley mencoba untuk mengaplikasikan teori dan gagasan dari
pemikiran Frankfurt School terhadap teori Hubungan Internasional. Dalam HI
sendiri, teori ini masuk ke HI sendiri dari pemikiran Robert Cox, yang
mengemukakan konsep knowledge dan interest, serta adanya problem solving
theory dan Critical Theory. Problem solving theory untuk menemukan jawaban
atas permasalahan, sedangkan Critical Theory adalah presumsi teori dan proses
teoritisasi, kebebasan untuk menentukan teori. Selain itu, Andrew Linklater juga
merupakan tokohnya, yang mengungkapkan adany komunitas manusia dan
mengkonstruksi kembali hubungan politik, bahwa semua orang memiliki
kedudukan yang sama.
Dalam Critical Theory, Hubungan Internasional harus memfokuskan diri
pada emansipasi politik jadi tidak adanya ketergantungan antara Negara dengan
individu, karena dalam Critical Theory ini meyakini adanya self determining yaitu
individu – individu tidak harus dihalangi oleh Negara untuk memutuskan masa
depannya. Dalam Critical Theory ini Negara bukan aktor utama karena Negara
lebih berfokus pada power. (Griffiths, 1999)
Negara disini mendukung kapitalisme global dan tidak mewakili
kepentingan rakyatanya. Critical Theory yang dipengaruhi oleh metedologi ilmu
sains ini berusaha menyaingi teori – teori dalam hubungan internasional dan
muncul sebagai teori kontemporer. Dalam ilmu hubungan internasional, Critical
theory ini tidak berkontribusi dalam pembuatan kebijakan – kebijakan. Walaupun

25

critical theory ini lebih melihat kedalam sektor domestik tetapi seiring
perkembangan critical theory ini dapat menjawab isu – isu internasional.
Dalam Hubungan Internasional, teori kritis tidak terbatas pada suatu
pengujian negara dan sistem negara tetapi memfokuskan lebih luas pada kekuatan
dan dominasi di dunia secara umum. Teori kritis mencari pengetahuan bagi tujuan
politis: untuk membebaskan kemanusiaan dari struktur politik dan ekonomi dunia
yang “menekan” yang dikendalikan oleh kekuatan hegemon, khususnya negara
kapitalis Amerika Serikat. Mereka berupaya untuk mendobrak dominasi global
negara – negara kaya di belahan bumi Utara atas negara – negara miskin di
belahan bumi Selatan. Teori Kritis dalam hal ini hampir tidak dapat dibedakan
dari ilmuwan EPI Marxis. Orientasi mereka menuju perubahan progresif dan
keinginan mereka menggunakan teori untuk menolong membawa perubahan
tersebut juga merupakan pengenalan idealisme. (Robert Jackson and Georg
Sorensen, 2009)
Munculnya Critical Theory dalam ilmu Hubungan internasional ini
mengkritik teori – teori mainstream yang berkembang seperti realisme dan
liberalisme. Dalam ilmu Hubungan Internasional, pandangan Critical Theory ini
melihat konsep negara. Negara disini merupakan kekuatan sosial yang akan
berbeda dengan perkembangan. Keteraturan sosial dan politik yang ada
merupakan produk dari sejarah yang dijelaskan. Maksudnya, dalam critical theory
ini suatu keteraturan sosial dan politik ini muncul pasti ada sejarahnya.
Teoretisi kritis berupaya untuk mengetahui kepentingan politis yang
dijalankan teoritis dan teori – teori HI yang berbeda. Tetapi bahkan lebih dari itu :

26

mereka berupaya menggunakan pengetahuannya untuk meningkatkan apa yang
mereka yakin yaitu tujuan akhir dari semua pengetahuan : tujuan terbesar
emansipasi manusia dari struktur sosial global yang hingga sekarang telah
mengitismewakan minoritas penduduk dunia. Teori Kritis HI dengan demikian
dapat dipahami secara eksplisit dan diakui revolusioner : teori kritis berupaya
merobohkan sistem ekonomi dan politik dunia yang ada. (Robert Jackson and
Georg Sorensen, 2009)
Ontologi
Critical Theroy tidak mengacu pada penelitian mengenai negara-negara
dan sistem negara-negara tapi menfokuskan secara lebih luas pada power dan
dominasi dalam dunia secara umum. Critical Theroy mencari pengetahuan bagi
suatu keperluan politik : untuk memerdekakan kemanusiaan (humanity) dan
struktur yang oppressive (penuh tekanan) dan world politics dan world economics
yang dikendalikan oleh para hegemonic powers terutama oleh kapitalis AS.
Mereka mencoba membongkar dorninasi global dan Utara yang kaya atas Selatan
yang miskin. Critical Theroy dalam hal ini tidak terpisahkan dan IPE. Orientasi
mereka atas perubahan yang progresif dan keinginan mereka untuk menggunakan
teori dalam membantu mendorong terjadinya perubahan tadi adalah juga nilainilai dan idealisme. Critical Theory adalah terbuka secara politik; mereka
menyokong dan mendorong ideologi progresif Ikemajuan (umumnya sosialis)
akan emansipasi dan percaya bahwa para sanjana konservatif dan liberal adalah
juga mempertahankan dan menyebarkan nilai-nilai politik mereka. Crtical Theroy
karenanya percaya bahwa debat-debat teoritikal pada dasarnya adalah debat

27

politik. Seperti halnya idealis, penteori Critical Theory mencoba untuk membawa
revolusi

sosial

dan

politik

sebagaimana

dinyatakan

oleh

ideologinya.

Perbedaannya adalah Critical Theory menolak kemungkinan adanya kelepasan
(detachment) dan objektivitas, dimana idealis seakan tidak menyadarinya.
Pandangan mengenai pengetahuan yang dinyatakan inheren dengan politik
memisahkan Critical Theory dengan behavioralis, dan positivis yang menghina
digunakannya scientific knowledge bagi keperluan politik, dan dan penteori
klasik. Menurut Critical Theory, sarjana Hubunngan Internasional tidak bisa lepas
dan subjek matter yang dipelajarinya karena mereka berhubungan dengannya
dibanyak jalan yang kentara maupun tidak. Mereka adalah bagian dan dunia
manusia yang mereka pelajari. Mereka terlibat di dunia itu.
Apakah mereka menyadarinya atau tidak, ilmuwan sosial dan ilmu sosial
adalah instrumen dan power. Critical Theory mencoba untuk mengidentifikasi
kepentingan politik yang disajikan berbeda oleh teori dan penteori Hubungan
Internasional. Mereka mencoba untuk menggunakan penngetahuan mereka untuk
mengembangkan apa yang mereka percayai sebagai tujuan utama dan
pengetahuan yaitu: tujuan besar emansipasi manusia dan struktur sosial global
yang lebih memberikan hak-hak istimewa pada golongan kaya yang minoritas.
Teori kritik HI bisa dipahami sebagai hal yang secara eksplisit dan revolusioner
mereka mencoba untuk merobohkan world politics dan economic system yang ada
sekarang.
Masalah utama dan pandangan ini adalah masalah yang dimiliki bagi
kepentingan independensi akademik dan integritas dan para sarjana serta

28

penelitian ilmiah. Jika teori itu selalu untuk seseorang dan untuk suatu keperluan
(purpose), bagaimana orang bisa memutuskan apakah Ia suatu teori yang baik
dalam term akademik yang murni ? setiap values dan teori berdasar pada nilai
politik, tapi apakah ia mewakili kepercayaan politik dan ideology saya? Jika teori
Hubungan Internasional itu lebih kearah politis daripada scientific atau
kesarjanaan, tidak ada cara yang netral untuk menentukan apakah teori itu terbaik
secara akademik. Jika demikian, tidak akan ada suatu ketidasepakatan dan
controversial yang murni secara akademik.
Debat akademis adalah debat politik. Jika semua teori Hubungan
Internasional dan seluruh teori ilmu social adalah politik, bagaimana kita
menjustifikasi mereka sebagal subjek akademik? Mengapa Critical Theory harus
atapun teori Hubungan Internasional lainnya diterima sebagai pernyataan akadmik
bila ia sebenarnya adalah pernyataan poiitik? Jika teori lebih menggambarkan
kepentingan politik daripada keingintahuan akademis, maka apapaun itu adalah
politik. Hal ini memang mungkin terjadi tapi bisa membawa ke kaburan.
Kesimpulannya, ini adalah pandangan yang ekstrim dan penteori kritik
yang menyatakan bahwa semua pengetahuan adalah politik. Versi yang lebih
moderat dan pandangan ini menyatakan bahwa pengetahuan itu adalah bebas nilai
sepenuhnya, namun demikian ada suatu perbedaan antara yang murni politik dan
dalam memahami dan inenjelaskan dan sisi akademis Hubungan Internasional.
Critical Theory pada umumnya mengacu pada suatu analisis mendasar dari
marxisme mengenai teori dan praktis hubungan internasional. Didalam pemikiranpemikiran teori kritis Hubungan Internasional terinspirasi mengenai penekanan

29

sebuah kebutuhan masyarakat mengenai “teori kebenaran” yang didalam dunia
bersifat emansipasi (bebas) disegala kepentingan manusia. Terdapat asumsi bahwa
apa yang “benar” adalah apa yang dianggap dan disepakati benar oleh masyarakat.
Akan tetapi konsep tersebut akan menghilangkan esensi dari “kebenaran” itu
sendiri.
Critical Theory merupakan sebuah teori yang menuntut seseorang agar
dapat berpikir mendalam tentang segala sesuatu yang dilakukan manusia serta
hubungan antara teori dengan cara bertindak. Critical Theory didalam hubungan
internasional berperan menganalisis hubungan social terhadap kaitannya dengan
system ekonomi kapitalis, mulai dari perusahaan besar dan monopolinya,
teknologi, kebudayaan serta menolak individualism dalam masyarakat kapitalis.
Teori kritis mengacu pada berbagai untaian pemikiran sosial, politik dan filosofis
Barat untuk mendirikan sebuah kerangka teoritis mampu mencerminkan pada sifat
dan tujuan teori dan mengungkapkan bentuk jelas dan halus atas ketidakadilan dan
dominasi dalam masyarakat. Teori Kritis tidak hanya tantangan dan membongkar
bentuk-bentuk teori tradisional, namun juga berusaha untuk membongkar bentukbentuk tetap dari kehidupan sosial yang membatasi kebebasan manusia. Teori
kritis internasional adalah perluasan dari kritik ini ke domain internasional.
Critical Theory merupakan suatu Ide Hubungan internasional harus
berorientasi oleh politik emansipatoris. Critical Theory menolak dasar positivism
antara lain realism nilai eksternal, perbedaan subjek atau objek. Critical Theory
menganggap social modern dan political life itu perlu dipertanyakan. Modern
menurut Critical Theory adalah setelah revolusi industry dan dekolonisasi.

30

Melalui modernisasi, Critical Theory melihat adanya ketidaadilan yang terjadi
seperti apa yang telah dikatakan oleh Marxism. Dalam hal ini, Critical Theory
tidak lagi melihat hubungan internasional berdasarkan suatu Negara saja,
melainkan lebih jauh lagi didalam cara berpikirnya. Teori ini memfokuskan diri
pada siapa yang ada dalam negara dan berusaha membebaskan diri dari
keterkungkungan yang kerap ditimbulkan oleh negara. Selain itu, Critical Theory
juga berasumsi bahwa sesuatu itu tidak given. Pada saat itu, terdapat mindset yang
berkembang dalam intelektual bahwa yang terjadi di lingkungan sekitar adalah hal
yang given. Mindset yang berkembang menyebabkan kaum borjuis berhak
menindas kaum proletar, karena struktur dalam masyarakat (borjuis dan
proletarian) dianggap sebagai sesuatu yang given.
Teori kritis dibutuhkan masyarakat itu sendiri sebagai objek analisis, dan
karena teori dan tindakan berteori tidak pernah independen dari masyarakat, ruang
lingkup teori kritis dari analisis tentu harus mencakup refleksi pada teori. Critical
Theory berpendapat bahwa hubungan internasional harusnya diorientasikan
dengan emansipasi politik yang mana tidak ada ketergantungan, ketidakadilan,
ketidaktahuan, yang biasanya dilakukan oleh Negara. Pada intinya, Critical
Theory bersifat ingin menyadarkan masyarakat dan membebaskan dari adanya
ketergantungan, ketidakadilan, ketidaktahuan. Critical Theory menganggap semua
itu bukan ada tanpa sebab. Tapi sebenarnya itu hanyalah mindset dari para
pemimpin ataupun penguasa.
Menurut Robert Cox Critical Theory mempertanyakan peraturan dunia
yang dominan dengan menggunakan reflektifitas aturan tersebut. Kemudia juga

31

Critical Theory mempertannyakan sumber dan legitimasi dari suatu institusi
politik dan sosial dan juga termasuk perubahan-perubahan mereka. Sejarah adalah
sebuah perubahan yang berlanjut atau secara terus menerus. Dan teori kritis
mencoba untuk menentukan elemen mana yang universal untuk digunakan dalam
aturan dunia dan mana yang tentunya menyatukan sejarah.
Critical theory adalah sebuah teori yang mencoba mencari jalan lain dalam
menggambarkaan dan menganalisis fenomena-fenomena dalam hubungan
internasional. Tidak seperti teori-teori lainnya, critical teori tumbuh dengan
asumsi-asumsi kritikan tajam terhadap pandangan-pandangan sebelumnya yang
gagal mencari pemecahan solusi atau masalah dalam hubungan internasional.
Critical theory memandangan peristiwa dan fenomena dalam hubungan
internasional tidak terbentuk karena adanya hukum sosial yang kekal dalam
masyarakat, melainkan adanya dinamika perubahan sesuai dengan perkembangan
zaman.
Critical theory adalah sebuah pengetahuan yang mencoba mengkritik
terhadap apa yang telah dikonstruksikan dalam masyarakat, sehingga merangsang
untuk membentuk suatu temuan baru yang tidak hanya terbatas pada teori-teori
yang telah ada. Bagi para penganut critical theory, sebuah pengetahuna tersebut
tidak bisa dianggap netral dan murni apa adanya sesuai dengan keadaan lapangan.
Tidak ada pengetahuan yang netral baik secara moral, politik, ataupun idelogi
yang berkembang. Semuanya dapat dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkuasa
dan berkepentingan dalam mengkonstruksikan pengetahuan sebelum akhirnya
pengetahun tersebut sampai ketangan masyarakat. Sehingga sebenarnya para

32

critical

theory

meyakini

bahwa

pengetahun

tersebut

membuka

suatu

kecenderungan menuju kepentingan, nilai, kelompok, golongan, kelas, dan bangsa
tertentu. Seperti yang telah dikatakan oleh Robert Cox bahwa teori selalu bagi
seseorang dan untuk tujuan tertentu.
Pada hakikatnya critical theory tersebut ada untuk membebaskan manusia
dari struktur politik dan ekonomi dunia yang dikendalikan oleh great power.
Banyak aspek-aspek yang telah dibelengu oleh para negara adi kuasa, sehingga
masyarakat tidak bisa bergerak dengan bebas dan tidak bisa mengekspresikan apa
yang ada dalam pikirannya. Semuanya bisa dengan mudah dikekang dan diatur
oleh negara-negara yang memiliki power yang kuat. Untuk itulah critical theory
menemukan hakikatnya sebagai teori yang mencoba untuk melepaskan belenggu
dari pemikiran-pemikiran mainstream.
Berbeda, itulah yang membuat critical theory tetap menjadi dirinya dan
eksis sebagai teori yang senantiasa mengkritik kegagalan-kegagalan yang terjadi.
Critical theory adalah teori yang mendukung tatanan sosial politik yang berbeda
dari tatanan yang sedang berlaku, sehingga tidak ada kekekalan dalam tatanan
internasional. Critical theory menolak alternative yang tidak meyakinkan seperti
ia menolak kekekalan terhadap tatanan yang terjadi.
Komponen dalam critical theory tersebut berakar dari analisis kritis Marxis
terhadap praktik dan teori dalam hubungan internasional dimana kemudian
membawa critical theory menjadi salah satu pondasi alternative untuk pandangan
positivisme. Robert Cox juga menggambarkan critical theory adalah sebuah studi
yang membahas mengenai keterkaitan antara pengetahuan dan kepentingan dan

33

bisa memeriksa dengan teliti dirinya sendiri. Kemudian Cox membedakan dua
pandangan teori yang bergantung kepada maksudnya. Pertama, adalah teori yang
mencoba untuk menyelesaikan masalah, yaitu teori yang menyediakan sebuah
panduan untuk menemukan solusi terhadap masalah. Kedua, critical theory itu
sendiri yang mana terdapat anggapan-anggapan terhadap teori dan proses teorisi
yang dicerminkan diatasnya.
Critical theory adalah teori yang mempertanyakan dominasi dari tatanan
dunia dan legitiasi politik sosial. Pandangannya percaya bahwa sejarah yang telah
dialami tidak selalu sama namun terus berlanjut dengan proses yang bertukartukar.
Horkheimer (1937) mengatakan Critical Theory merupakan teori sosial yang
digunakan untuk mengkritik dan mengubah masyarakat secara keseluruhan, tidak
sekedar memahami dan menjelaskannya. Pada dasarnya apa yang ingin di lakukan
teori adalah untuk mencapai kebebasan dalam berpikir dari dominasi pemikiran
yang telah ada. Dengan membuat realita virtual dalam beberapa aspek dalam
kehidupan seperi sosial, politik, budaya, ekonomi, ethnic, dan gender. Teori yang
berasal dari seuntai pemikiran yang sering di telusuri kembali pada zaman
pencerahan dimana tulisan tulisan immanuel kant dan marx masih memberikan
kontribusi akan akar dari pemikiran tersebut.
Dalam karya Max Horkheimer, Theodor Adorno, Walter Benjamin,
Herbert Marcuse, Erich Fromm, Leo Lowenthal dan, baru-baru ini, Jürgen
Habermas bahwa teori kritis memperoleh potensi diperbaharui dan di mana teori
kritis istilah datang untuk digunakan sebagai lambang dari filsafat yang

34

mempertanyakan sosial modern dan kehidupan politik melalui metode kritik
imanen. Itu sebagian besar upaya untuk memulihkan potensi kritis dan
emansipatoris yang memiliki telah dikuasai oleh intelektual baru-baru ini, sosial,
budaya, politik, ekonomi tren teknologi dan.
Penting untuk teori kritis Sekolah Frankfurt adalah perhatian memahami
fitur utama masyarakat kontemporer dengan memahami sejarah dan pembangunan
sosial, dan kontradiksi dalam menelusuri hadir yang mungkin membuka
kemungkinan melampaui kontemporer masyarakat dan built-in patologi dan
bentuk dominasi.
Teori kritis dimaksudkan 'tidak hanya untuk menghilangkan satu atau
pelecehan lain, tetapi untuk menganalisis struktur sosial yang mendasari yang
menyebabkan pelanggaran ini dengan maksud mengatasi mereka (Horkheimer
1972: 206).
Hal ini tidak sulit untuk melihat keberadaan di sini dari tema diajukan oleh
Marx dalam tesis kesebelas tentang Feuerbach: 'filsuf hanya menafsirkan dunia
dalam berbagai cara, intinya adalah untuk mengubahnya '(Marx 1977a: 158). Ini
bunga normatif dalam mengidentifikasi kemungkinan imanen untuk sosial
transformasi merupakan ciri khas dari garis pemikiran yang meluas, setidaknya,
dari Kant, melalui Marx, untuk kritis kontemporer teoretisi seperti Habermas.
Ini niat untuk menganalisis kemungkinan emansipasi menyadari dalam
dunia modern mensyaratkan analisis kritis baik hambatan untuk, dan

35

kecenderungan imanen terhadap, 'yang rasional organisasi aktivitas manusia’
(Horkheimer 1972: 223).
Memang, hal ini keprihatinan meluas garis pemikiran kembali melampaui
Kant ke klasik Yunani keyakinan bahwa konstitusi rasional polis menemukan
ekspresi dalam otonomi individu dan pembentukan keadilan dan demokrasi.
Politik, pemahaman ini, adalah wilayah yang bersangkutan dengan mewujudkan
kehidupan adil.
Walaupun ini merupakan keturunan penting dalam kelahiran teori kritis itu
bukan satu-satunya kemungkinan yang bisa ditelusuri, karena ada juga Jejak
pemikiran Yunani klasik tentang otonomi dan demokrasi dipertimbangkan, serta
pemikiran Nietzsche dan Weber. Namun, pada abad kedua puluh teori kritis
menjadi paling erat terkait dengan tubuh yang berbeda pemikiran yang dikenal
sebagai Sekolah Frankfurt.
Teori kritis Menggunakan “Language, Symbolism dan Communication”



Melibatkan “Construction” : proses sintesis dan produksi dimana
fenomena dan obyek komunikasi, budaya dll datang bersamaan melalui:



Transformation yang mengubah “deep structure of language” menjadi
“surface language” (Chomsky)



Universal

Pragmatic

principles

yang

menghasilkan

“mutual

understanding” (Habermas)

36



Semiotics Rules

dimana obyek kehidupan sehari hari menentukan

maknanya sendiri (Barthes)



Cognitive formation (Focault)



Psychoanalitic melalui kesadaran individu

Untuk meringkas, teori kritis mengacu pada berbagai untaian Barat sosial
pemikiran, politik dan filosofis dalam rangka untuk mendirikan sebuah teoritis
mampu merefleksikan alam kerangka dan tujuan teori dan mengun