T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kontrol Diri Peserta Didik Kelas XI IIS Di SMA Negeri 3 Demak T2 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses pembudayaan
dan
pemberdayaan
manusia
menuju
kepribadian
mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan
masyarakat
sekitarnya.
mengungkapkan,”
Musaheri
pendidikan
(2007
dalam
:
48)
arti
luas
merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang
kepada
orang
lain
untuk
mengembangkan
dan
memfungsionalkan jasmani dan rohani manusia agar
meningkat wawasan pengetahuannya”. Jadi pendidikan
tidak
cukup
terfokus
mendapatkan
perhatian
memberi
pengaruh
pada
aspek
karena
yang
juga
kedua
cukup
perlu
aspek
besar
ini
terhadap
perkembangan peserta didik termasuk Pengendalian
Diri. Manajemen Pendidikan adalah kegiatan yang
memimpin, mengambil kebijakan atau keputusan serta
komunikasi yang dilakukan untuk organisasi sekolah.
Adapun
manajemen
yang
menjadi
pendidikan
ruang
adalah
lingkup
meliputi:
dari
(1)
Manajemen kesiswaan, (2) Manajemen Personalia, (3)
Manajemen kurikulum, (4) Manajemen keuangan, (5)
Manajemen perawatan sarana dan prasarana, (Buku
panduan
Manajemen
Sekolah,
1999).
Manajemen
peserta didik keberadaanya sangat dibutuhkan di
lembaga pendidikan karena siswa merupakan subjek
1
sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu dan
ketrampilan.
Manajemen
peserta
didik
merupakan
proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan
peserta didik, pembinaan selama peserta didik berada
disekolah, sampai dengan peserta didik menamatkan
pendidikannya
kondusif
melalui
terhadap
penciptaan
berlangsungnya
suasana
proses
yang
belajar
mengajar yang efektif (Mantja,2007: 35 ). Tujuan umum
manajemen peserta didik adalah untuk mengatur
berbagai
kegiatan
dalam
kegiatan
pembelajaran
bidang
di
sekolah
kesiswaan
dapat
agar
berjalan
dengan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai
tujuan pendidikan sekolah, (Mulyasa, 2007 : 46).
Dalam pelayanan terhadap siswa terdapat hal-hal
yang berhubungan langsung dengan kehidupan siswa
di sekolah, maupun terdapat juga aspek-aspek yang
tidak
langsung,
yang
kesemuanya
memerlukan
penanganan yang seefektif dan seefisien mungkin.
Dengan demikian manajemen kesiswaan merupakan
keseluruhan proses penyelenggaraan kerjasama dalam
bidang kesiswaan dalam rangka mencapai tujuantujuan
pendidikan
di
sekolah
(Mantja,2008:36).
Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah
satu layanan khusus yang menunjang manajemen
peserta didik agar dapat mencapai tujuan pendidikan
sekolah.
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional RI No: 20
/ 2003 Bab I Ketentuan Umum ayat 2 tentang sistem
Pendidikan tertera bahwa, ”semua proses pendidikan
itu bertujuan untuk mewujudkan suasana belajar dan
2
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan
kekuatan
potensi
spiritual
kepribadian,
dirinya
keagamaan,
kecerdasan,
untuk
memiliki
pengendalian
akhlak
mulia,
diri,
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
Bangsa dan Negara. Kenyataan di lapangan dalam
proses belajar sering timbul berbagai permasalahan,
seperti
prestasi
siswa
yang
kurang
memuaskan,
kurangnya keaktifan dan rendahnya minat siswa dalam
pelajaran, cenderung tergantung pada orang lain,
misalnya saat mengerjakan tes selalu meminta bantuan
orang lain, kebiasaan siswa mencontek, kurangnya
mengendalikan sikap marah.
Dalam pandangan Darajat (1995), bahwa orang
yang sehat mentalnya akan dapat menunda buat
sementara pemuasan kebutuhannya itu atau ia dapat
mengendalikan diri dari keinginan-keinginan yang bisa
menyebabkan
pengertian
hal-hal
yang
menekankan
yang
umum
pada
merugikan.
pengendalian
pilihan
tindakan
Dalam
diri
lebih
yang
akan
memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas,
tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan
dirinya di masa kini maupun masa yang akan datang
dengan cara menunda kepuasan sesaat.
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 1997 : 316),
definisi
kontrol
diri
atau
self
control
adalah
kemampuan individu untuk mengarahkan perilakunya
sendiri
dan
menghambat
kemampuan
dorongan
untuk
yang
ada.
menekan
Goldfried
atau
dan
Merbaum (Muharsih, 2008 : 16) mendefinisikan kontrol
3
diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun,
membimbing,
perilaku
mengatur
yang
konsekuensi
dapat
positif.
dan
mengarahkan
membawa
Kontrol
individu
diri
bentuk
kearah
merupakan
satu
potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan
individu
selama
proses-proses
dalam
kehidupan,
termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat
dilingkungan
yang
berpendapat
bahwa
berada
disekitarnya,
kontrol
diri
dapat
para
ahli
digunakan
sebagai suatu intervensi yang bersifat preventif selain
dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negatife dari
stressor
lingkungan.
Di
samping
itu
kontrol
diri
memiliki makna sebagai suatu kecakapan individu
dalam
kepekaan
membaca
situasi
diri
dan
lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol
dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan
situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam
melakukan sosialisasi, Calhoun dan Acocela (dalam
Ghufron, 2010:21).
Studi pendahuluan penelitian di SMA N 3
Demak, diperoleh informasi bahwa masih ada peserta
didik kelas XI IIS SMA N 3 Demak yang menunjukkan
kontrol dirinya rendah. Gejala tersebut nampak pada
perilaku seperti emosi yang tidak terkontrol, berkelahi
dengan teman, melanggar aturan sekolah, membantah
guru, bahkan ada kasus mencuri helm temannya.
Kurang kontrol diri merupakan gejala yang masih
dirasakan sebagai masalah serius di SMA N 3 Demak,
terutama
bagi
menunjukkan
peserta
masih
didik
kelas
adanya
XI
IIS,
perilaku
yang
yang
4
menyimpang dan tidak terkendali, dan pada kelas XI
merupakan tahap perkembangan dan fase yang sangat
rawan serta perlu banyak bimbingan dari orang tua
dan guru.
Tabel 1.1 Peserta didik kelas XI IIS yang
mempunyai kontrol diri rendah.
No
Kategori
f
%
1
Sangat rendah
2
1,1
2
Rendah
6
3,3
3
Sedang
28
15,6
4
Tinggi
136
75,6
5
Sangat tinggi
Jumlah
8
180
4,4
100
Dari tabel 1.1 dapat dilihat kontrol diri peserta
didik kelas XI IIS termasuk kategori tinggi yaitu 75,6%,
dengan jumlah peserta didik 136, dari data tersebut
diartikan sebenarmya kontrol diri peserta didik kelas XI
IIS tidak ada masalah, tetapi terdapat 8 Peserta didik
dari XI IIS yang memiliki pengendalian diri sangat
rendah dan rendah, bila dibandingkan dengan peserta
didik kelas XI IIS yang berjumlah 180, dan yang
memiliki pengendalian diri sangat rendah 4,4% dari
jumlah peserta didik memang sedikit tetapi apabila
kondisi ini tidak mendapatkan perhatian secara khusus
dan
mendapatkan
penanganan
segera
dari
guru,
terutama guru Bimbingan dan Konseling, maka akan
5
menghambat perkembangan mereka dan dikhawatirkan
akan mengganggu mereka dalam meraih prestasi yang
optimal. Serta cara pandang Bimbingan dan Konseling
terutama
dalam
prinsip-prinsip
bimbingan
dan
konseling salah satunya bahwa bimbingan konseling
melayani semua individu tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, agama dan status sosial serta
untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu
membimbing diri sendiri dalam menghadapi masalah
(Mugiarso : 40).
Layanan bimbingan kelompok dipandang tepat
dalam membantu siswa meningkatkan pengendalian
dirinya. Dengan layanan bimbingan kelompok siswa
dapat saling berinteraksi antar anggota kelompok
dengan berbagai pengalaman, pengetahuan, gagasan
atau
ide-ide,
dan
diharapkan
dapat
memberikan
pemahaman dan kesadaran kepada siswa mengenai
pentingnya
dan
pengendalian
upaya
diri.
-
Layanan
upaya
meningkatkan
bimbingan
kelompok
merupakan media pengembangan diri untuk dapat
berlatih, menanggapi, menerima pendapat orang lain,
menerima sikap dan perilaku yang normatif serta
aspek-aspek
positif
lainnya
yang
pada
gilirannya
individu dapat mengembangkan potensi diri dan dapat
meningkatkan
perilaku
pribadi
yang
dimiliki
(Hartinah, 2009:8).
Selain
permasalahan
untuk
secara
membantu
bersama,
memecahkan
dalam
kegiatan
bimbingan kelompok anak dapat berlatih bagaimana
cara menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara
6
mengungkapkan
masalah,
bagaimana
cara
mengendalikan diri baik dalam menanggapi masalah
sesama anggota maupun mengungkapkan masalahnya
sendiri. Melalui wahana kelompok, siswa dapat berlatih
mengendalikan diri (Mugiarso : 95)
Menurut
Romlah
(2006
:
03)
bimbingan
kelompok adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan pada individu dalam situasi kelompok yang
ditujukan untuk membantu timbulnya suatu masalah
pada
peserta
didik
dan
mengembangkan
potensi
peserta didik serta pengelolaannya dilakukan dalam
situasi
kelompok.
Layanan
bimbingan
kelompok
merupakan media dalam membimbing individu dengan
memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Jadi bimbingan kelompok merupakan
layanan yang tepat untuk memberikan kontribusi pada
peserta
didik
bantuan
dalam
yang
pengendalian
memberikan
berkaitan
informasi
dengan
dan
rendahnya
diri karena masalah tersebut harus
secepatnya ditangani agar tidak menghambat peserta
didik dalam proses sosial di sekolah. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajar Galih
(2013),
tentang
penerima
meningkatkan
manfaat
melalui
pengendalian
bimbingan
diri
kelompok,
merupakan penelitian eksperimen desain pre test dan
post test dengan menggunakan skala pengendalian diri.
Hasil pre test tingkat pengendalian diri 50% kategori
rendah
dan
setelah
diberikan
layanan
bimbingan
kelompok sebanyak 8 kali kemudian diberi post test
7
dengan hasil tingkat pengendalian diri 73% kategori
tinggi, jadi ada peningkatan yang signifikan.
Berkaitan dengan masalah tersebut peneliti
tertarik untuk meneliti “ Bimbingan Kelompok untuk
meningkatkan Kontrol Diri peserta didik kelas XI IIS di
SMA Negeri 3 Demak”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan
secara signifikan kontrol diri peserta didik kelas XI IIS
di SMA N 3 Demak?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
Untuk mengetahui signifikansi Bimbingan kelompok
dapat meningkatkan kontrol diri peserta didik kelas XI
IIS di SMA Negeri 3 Demak.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1.
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan kajian dalam penelitian yang berkaitan dengan
bimbingan kelompok untuk meningkatkan kontrol diri.
Bila penelitian ini terbukti melalui bimbingan
kelompok
dapat
meningkatkan
secara
signifikan
kontrol diri peserta didik, maka penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Galih (2013), yang mana
8
subyek penelitian adalah usia remaja dan penelitian
menggunakan skala pengendalian diri dengan hasil
menunjukkan
bahwa
bimbingan
kelompok
dapat
meningkatkan kontrol diri.
1.4.2.
Manfaat Praktis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan masukan bagi sekolah, Dinas Pendidikan
dan peneliti selanjutnya dalam membuat kebijakan dan
merencanakan peningkatan kontrol diri peserta didik .
1.5. Sistematika Penulisan
Tesis ini terdiri dari lima bab, bab 1 adalah
pendahuluan yang berisi paparan latar belakang,
perumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II berisi paparan landasan teori dari kontrol
diri , faktor yang mempengaruhi kontrol diri, aspek
kontrol diri, bimbingan kelompok, keunggulan dan
tujuan bimbingan kelompok, kerangka berpikir, kajian
yang relevan dan rumusan hipotesis.
Bab III menjelaskan metode penelitian berisi
tentang
subyek
pendekatan
penelitian,
penelitian,
prosedur
waktu
penelitian,
penelitian,
instrumen
penelitian, dan analisis data.
Bab
IV
menjelaskan
tentang
hasil
dan
pembahasan, berisi tentang deskripsi subyek, analisis
deskriptif variable penelitian, analisis uji beda, dan
pembahasan.
9
Bab V dalam bab ini berisi tentang kesimpulan
dan saran dari penelitian.
10
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses pembudayaan
dan
pemberdayaan
manusia
menuju
kepribadian
mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan
masyarakat
sekitarnya.
mengungkapkan,”
Musaheri
pendidikan
(2007
dalam
:
48)
arti
luas
merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang
kepada
orang
lain
untuk
mengembangkan
dan
memfungsionalkan jasmani dan rohani manusia agar
meningkat wawasan pengetahuannya”. Jadi pendidikan
tidak
cukup
terfokus
mendapatkan
perhatian
memberi
pengaruh
pada
aspek
karena
yang
juga
kedua
cukup
perlu
aspek
besar
ini
terhadap
perkembangan peserta didik termasuk Pengendalian
Diri. Manajemen Pendidikan adalah kegiatan yang
memimpin, mengambil kebijakan atau keputusan serta
komunikasi yang dilakukan untuk organisasi sekolah.
Adapun
manajemen
yang
menjadi
pendidikan
ruang
adalah
lingkup
meliputi:
dari
(1)
Manajemen kesiswaan, (2) Manajemen Personalia, (3)
Manajemen kurikulum, (4) Manajemen keuangan, (5)
Manajemen perawatan sarana dan prasarana, (Buku
panduan
Manajemen
Sekolah,
1999).
Manajemen
peserta didik keberadaanya sangat dibutuhkan di
lembaga pendidikan karena siswa merupakan subjek
1
sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu dan
ketrampilan.
Manajemen
peserta
didik
merupakan
proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan
peserta didik, pembinaan selama peserta didik berada
disekolah, sampai dengan peserta didik menamatkan
pendidikannya
kondusif
melalui
terhadap
penciptaan
berlangsungnya
suasana
proses
yang
belajar
mengajar yang efektif (Mantja,2007: 35 ). Tujuan umum
manajemen peserta didik adalah untuk mengatur
berbagai
kegiatan
dalam
kegiatan
pembelajaran
bidang
di
sekolah
kesiswaan
dapat
agar
berjalan
dengan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai
tujuan pendidikan sekolah, (Mulyasa, 2007 : 46).
Dalam pelayanan terhadap siswa terdapat hal-hal
yang berhubungan langsung dengan kehidupan siswa
di sekolah, maupun terdapat juga aspek-aspek yang
tidak
langsung,
yang
kesemuanya
memerlukan
penanganan yang seefektif dan seefisien mungkin.
Dengan demikian manajemen kesiswaan merupakan
keseluruhan proses penyelenggaraan kerjasama dalam
bidang kesiswaan dalam rangka mencapai tujuantujuan
pendidikan
di
sekolah
(Mantja,2008:36).
Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah
satu layanan khusus yang menunjang manajemen
peserta didik agar dapat mencapai tujuan pendidikan
sekolah.
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional RI No: 20
/ 2003 Bab I Ketentuan Umum ayat 2 tentang sistem
Pendidikan tertera bahwa, ”semua proses pendidikan
itu bertujuan untuk mewujudkan suasana belajar dan
2
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan
kekuatan
potensi
spiritual
kepribadian,
dirinya
keagamaan,
kecerdasan,
untuk
memiliki
pengendalian
akhlak
mulia,
diri,
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
Bangsa dan Negara. Kenyataan di lapangan dalam
proses belajar sering timbul berbagai permasalahan,
seperti
prestasi
siswa
yang
kurang
memuaskan,
kurangnya keaktifan dan rendahnya minat siswa dalam
pelajaran, cenderung tergantung pada orang lain,
misalnya saat mengerjakan tes selalu meminta bantuan
orang lain, kebiasaan siswa mencontek, kurangnya
mengendalikan sikap marah.
Dalam pandangan Darajat (1995), bahwa orang
yang sehat mentalnya akan dapat menunda buat
sementara pemuasan kebutuhannya itu atau ia dapat
mengendalikan diri dari keinginan-keinginan yang bisa
menyebabkan
pengertian
hal-hal
yang
menekankan
yang
umum
pada
merugikan.
pengendalian
pilihan
tindakan
Dalam
diri
lebih
yang
akan
memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas,
tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan
dirinya di masa kini maupun masa yang akan datang
dengan cara menunda kepuasan sesaat.
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 1997 : 316),
definisi
kontrol
diri
atau
self
control
adalah
kemampuan individu untuk mengarahkan perilakunya
sendiri
dan
menghambat
kemampuan
dorongan
untuk
yang
ada.
menekan
Goldfried
atau
dan
Merbaum (Muharsih, 2008 : 16) mendefinisikan kontrol
3
diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun,
membimbing,
perilaku
mengatur
yang
konsekuensi
dapat
positif.
dan
mengarahkan
membawa
Kontrol
individu
diri
bentuk
kearah
merupakan
satu
potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan
individu
selama
proses-proses
dalam
kehidupan,
termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat
dilingkungan
yang
berpendapat
bahwa
berada
disekitarnya,
kontrol
diri
dapat
para
ahli
digunakan
sebagai suatu intervensi yang bersifat preventif selain
dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negatife dari
stressor
lingkungan.
Di
samping
itu
kontrol
diri
memiliki makna sebagai suatu kecakapan individu
dalam
kepekaan
membaca
situasi
diri
dan
lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol
dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan
situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam
melakukan sosialisasi, Calhoun dan Acocela (dalam
Ghufron, 2010:21).
Studi pendahuluan penelitian di SMA N 3
Demak, diperoleh informasi bahwa masih ada peserta
didik kelas XI IIS SMA N 3 Demak yang menunjukkan
kontrol dirinya rendah. Gejala tersebut nampak pada
perilaku seperti emosi yang tidak terkontrol, berkelahi
dengan teman, melanggar aturan sekolah, membantah
guru, bahkan ada kasus mencuri helm temannya.
Kurang kontrol diri merupakan gejala yang masih
dirasakan sebagai masalah serius di SMA N 3 Demak,
terutama
bagi
menunjukkan
peserta
masih
didik
kelas
adanya
XI
IIS,
perilaku
yang
yang
4
menyimpang dan tidak terkendali, dan pada kelas XI
merupakan tahap perkembangan dan fase yang sangat
rawan serta perlu banyak bimbingan dari orang tua
dan guru.
Tabel 1.1 Peserta didik kelas XI IIS yang
mempunyai kontrol diri rendah.
No
Kategori
f
%
1
Sangat rendah
2
1,1
2
Rendah
6
3,3
3
Sedang
28
15,6
4
Tinggi
136
75,6
5
Sangat tinggi
Jumlah
8
180
4,4
100
Dari tabel 1.1 dapat dilihat kontrol diri peserta
didik kelas XI IIS termasuk kategori tinggi yaitu 75,6%,
dengan jumlah peserta didik 136, dari data tersebut
diartikan sebenarmya kontrol diri peserta didik kelas XI
IIS tidak ada masalah, tetapi terdapat 8 Peserta didik
dari XI IIS yang memiliki pengendalian diri sangat
rendah dan rendah, bila dibandingkan dengan peserta
didik kelas XI IIS yang berjumlah 180, dan yang
memiliki pengendalian diri sangat rendah 4,4% dari
jumlah peserta didik memang sedikit tetapi apabila
kondisi ini tidak mendapatkan perhatian secara khusus
dan
mendapatkan
penanganan
segera
dari
guru,
terutama guru Bimbingan dan Konseling, maka akan
5
menghambat perkembangan mereka dan dikhawatirkan
akan mengganggu mereka dalam meraih prestasi yang
optimal. Serta cara pandang Bimbingan dan Konseling
terutama
dalam
prinsip-prinsip
bimbingan
dan
konseling salah satunya bahwa bimbingan konseling
melayani semua individu tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, agama dan status sosial serta
untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu
membimbing diri sendiri dalam menghadapi masalah
(Mugiarso : 40).
Layanan bimbingan kelompok dipandang tepat
dalam membantu siswa meningkatkan pengendalian
dirinya. Dengan layanan bimbingan kelompok siswa
dapat saling berinteraksi antar anggota kelompok
dengan berbagai pengalaman, pengetahuan, gagasan
atau
ide-ide,
dan
diharapkan
dapat
memberikan
pemahaman dan kesadaran kepada siswa mengenai
pentingnya
dan
pengendalian
upaya
diri.
-
Layanan
upaya
meningkatkan
bimbingan
kelompok
merupakan media pengembangan diri untuk dapat
berlatih, menanggapi, menerima pendapat orang lain,
menerima sikap dan perilaku yang normatif serta
aspek-aspek
positif
lainnya
yang
pada
gilirannya
individu dapat mengembangkan potensi diri dan dapat
meningkatkan
perilaku
pribadi
yang
dimiliki
(Hartinah, 2009:8).
Selain
permasalahan
untuk
secara
membantu
bersama,
memecahkan
dalam
kegiatan
bimbingan kelompok anak dapat berlatih bagaimana
cara menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara
6
mengungkapkan
masalah,
bagaimana
cara
mengendalikan diri baik dalam menanggapi masalah
sesama anggota maupun mengungkapkan masalahnya
sendiri. Melalui wahana kelompok, siswa dapat berlatih
mengendalikan diri (Mugiarso : 95)
Menurut
Romlah
(2006
:
03)
bimbingan
kelompok adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan pada individu dalam situasi kelompok yang
ditujukan untuk membantu timbulnya suatu masalah
pada
peserta
didik
dan
mengembangkan
potensi
peserta didik serta pengelolaannya dilakukan dalam
situasi
kelompok.
Layanan
bimbingan
kelompok
merupakan media dalam membimbing individu dengan
memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Jadi bimbingan kelompok merupakan
layanan yang tepat untuk memberikan kontribusi pada
peserta
didik
bantuan
dalam
yang
pengendalian
memberikan
berkaitan
informasi
dengan
dan
rendahnya
diri karena masalah tersebut harus
secepatnya ditangani agar tidak menghambat peserta
didik dalam proses sosial di sekolah. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajar Galih
(2013),
tentang
penerima
meningkatkan
manfaat
melalui
pengendalian
bimbingan
diri
kelompok,
merupakan penelitian eksperimen desain pre test dan
post test dengan menggunakan skala pengendalian diri.
Hasil pre test tingkat pengendalian diri 50% kategori
rendah
dan
setelah
diberikan
layanan
bimbingan
kelompok sebanyak 8 kali kemudian diberi post test
7
dengan hasil tingkat pengendalian diri 73% kategori
tinggi, jadi ada peningkatan yang signifikan.
Berkaitan dengan masalah tersebut peneliti
tertarik untuk meneliti “ Bimbingan Kelompok untuk
meningkatkan Kontrol Diri peserta didik kelas XI IIS di
SMA Negeri 3 Demak”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan
secara signifikan kontrol diri peserta didik kelas XI IIS
di SMA N 3 Demak?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
Untuk mengetahui signifikansi Bimbingan kelompok
dapat meningkatkan kontrol diri peserta didik kelas XI
IIS di SMA Negeri 3 Demak.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1.
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan kajian dalam penelitian yang berkaitan dengan
bimbingan kelompok untuk meningkatkan kontrol diri.
Bila penelitian ini terbukti melalui bimbingan
kelompok
dapat
meningkatkan
secara
signifikan
kontrol diri peserta didik, maka penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Galih (2013), yang mana
8
subyek penelitian adalah usia remaja dan penelitian
menggunakan skala pengendalian diri dengan hasil
menunjukkan
bahwa
bimbingan
kelompok
dapat
meningkatkan kontrol diri.
1.4.2.
Manfaat Praktis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan masukan bagi sekolah, Dinas Pendidikan
dan peneliti selanjutnya dalam membuat kebijakan dan
merencanakan peningkatan kontrol diri peserta didik .
1.5. Sistematika Penulisan
Tesis ini terdiri dari lima bab, bab 1 adalah
pendahuluan yang berisi paparan latar belakang,
perumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II berisi paparan landasan teori dari kontrol
diri , faktor yang mempengaruhi kontrol diri, aspek
kontrol diri, bimbingan kelompok, keunggulan dan
tujuan bimbingan kelompok, kerangka berpikir, kajian
yang relevan dan rumusan hipotesis.
Bab III menjelaskan metode penelitian berisi
tentang
subyek
pendekatan
penelitian,
penelitian,
prosedur
waktu
penelitian,
penelitian,
instrumen
penelitian, dan analisis data.
Bab
IV
menjelaskan
tentang
hasil
dan
pembahasan, berisi tentang deskripsi subyek, analisis
deskriptif variable penelitian, analisis uji beda, dan
pembahasan.
9
Bab V dalam bab ini berisi tentang kesimpulan
dan saran dari penelitian.
10