S FIS 0800145 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai
proses. “Sains sebagai produk berarti dalam sains terdapat fakta-fakta, hukumhukum, teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sedangkan sains sebagai
proses berati seluruh kegiatan dan sikap untuk mendapatkan dan mengembangkan
pengetahuan” Carin dan Evans (dalam Asih 2010 : 1). Untuk memenuhi kedua
pendangan tersebut, maka guru dalam pembelajaran sains diharapkan dapat
mengajarkan sains baik sebagai produk maupun sebagai proses. Berdasarkan pada
pandangan sains sebagai produk maupun sebagai proses, maka fisika sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari sains juga memiliki karakteristik yang sama
dengan sains, yaitu dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses.
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu alam secara sistematis, sehingga
Sains bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan dan pemahaman akan konsep-konsep yang akan ditemukan. Sebagai
salah satu bidang Sains, mata pelajaran fisika diadakan dalam rangka
mengembangkan kemampuan memahami konsep-konsep dalam menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peristiwa sekitar, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.

Secara rinci, fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika ditingkat SMA adalah
sebagai sarana :1) membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari
keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan YME; 2)
Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif terhadap data, terbuka dalam
menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu, kritis terhadap pernyataan
ilmiah dan dapat bekerja sama dengan orang lain; 3) Memberi pengalaman untuk
dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan
merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data,
1
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

menyusun laporan serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara tertulis dan
lisan; 4) Mengembangkan kemampuan berfikir analisis induktif dan deduktif
dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai
peristiwa alam dan menyelesaikan masalah secara kualitatif maupun kunatitatif; 5)

Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta memiliki pengetahuan,
ketererampilan ilmiah (Depdiknas 2003 : 443).
Disisi lain, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan telah menetapkan
kompetensi dasar sebagai kemampuan siswa yang harus dicapai setelah kegiatan
pembelajaran. Kompetensi dasar tersebut merupakan kemampuan kognitif yang
disesuaikan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari siswa. Artinya
kemampuan kognitif ini merupakan aspek yang juga perlu dipertimbangkan dalam
kegiatan pembelajaran fisika.
Dari uraian diatas tampak bahwa penyelenggaraan mata pelajaran fisika di
SMA dimaksudkan sebagai wahana atau sarana melatih para siswa agar dapat
menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah.
Agar mata pelajaran fisika dapat benar-benar berperan seperti yang diharapkan,
maka tidak dapat ditawar lagi bahwa pembelajaran fisika harus dikonstruksi
sedemikian rupa sehingga proses pendidikan dan pembekalan berbagai
kompetensi tersebut dapat benar-benar terjadi dalam prosesnya.
Tapi pada kenyataanya proses pembelajaran fisika yang terjadi di sekolahsekolah tingkat SMA belum sesuai dengan fungsi dan tujuan mata pelajaran
fisika. Hal ini terbukti dari hasil observasi lapangan yang dilakukan dan diperoleh
kesimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dikelas lebih banyak dilakukan
dengan metode ceramah dalam penyampaian materi pelajaran, guru masih
mendominasi kelas, siswa kurang dilibatkan secara aktif dan kebebasan untuk

mengembangkan kemampuan sainsnya,sehingga siswa kurang memahami konsepkonsep yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sanjaya (2013 :
1) menyatakan bahwa :
“Salah satu yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran. dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran dikelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk mengingat, menghafal informasi; otak anak
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk
memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari”.
Hal inilah yang sampai saat ini menjadi persoalan dalam proses
pembelajaran Fisika di satuan pendidikan. Kebanyakan pembelajaran Fisika
sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan dimana siswa berada.Hal ini
diduga menyebabkan penguasan kognitif konsep fisika yang diharapkan tidak

tercapai secara maksimal. Mundilarto (2005) (dalam Huda 2013 : 3) menyatakan
bahwa:
“Secara umum, rendahnya rata-rata perolehan nilai pada mata pelajaran
fisika mengindikasikan proses pembelajarannya belum dapat berlangsung sebagai
mana mestinya. Kondisi itu antara lain disebabkan konsep fisika selama ini lebih
sering disampaikan guru kepada siswa sebagai fakta, bukan sebagai peristiwa atau
gejala alam yang harus diamati, diukur, dan didiskusikan”.
Kondisi rendahnya kemampuan kognitif siswa untuk mata pelajaran fisika
juga terjadi di salah satu sekolah yang ada di Kabupaten Garut.Tehnik
pengumpulan data yang digunakan untuk studi lapangan adalah observasi,
wawancara, dan tes kemampuan kognitif.Dalam hal ini observasi dilakukan untuk
mengetahui kegiatan pembelajaran fisika yang terjadi di kelas. Wawancara
dilakukan untuk mengetahuiapa yang dirasakan guru selama pemebalajaran.
Adapun tes kemampuan kognitif dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan
kognitif fisika siswa dengan cara memberikan soal tes kemampuan kognitif.
Setelah dilakukan analisis terhadap data-data hasil studi lapangan tersebut
diperoleh informasi bahwa berdasarkan hasil observasi kelas diperoleh bahwa
proses pembelajaran yang dilakukan dikelas lebih banyak dilakukan dengan
metode ceramah dalam penyampaian materi pelajaran, guru masih mendominasi
kelas, siswa kurang dilibatkan secara aktif dan kebebasan untuk mengembangkan

kemampuan sainsnya. Berdasarkan hasil wawancaratidak terstruktur dengan guru
fisika di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian menunjukan bahwa
diperoleh kendala guru untuk melakukan eksperimen atau demonstrasi adalah
karena keterbatasan alat, waktu, biaya serta belum memiliki laboratorium sendiri.

Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

Guru lebih nyaman menggunakan metode tradisional sehingga kurangnya
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, proses belajar
mengajar terpusat pada guru. Dan berdasarkan hasil tes kemampuan kognitif
sebagaidata hasil uji coba instrumen tes kemampuan kognitif dengan materi fluida
statis yang dilakukan di salah satu kelas XII yang dijadikan tempat penelitian.
Rata-rata skor tes kemampuan kognitif siswa adalah 16,05 dari 40 soal tes
kemampuan kognitif yang diberikan.
Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa kemampuan kognitif fisika siswa pada mata pelajaran Fisika
di sekolah tersebut juga masih dalam kategori rendah.Rendahnya kemampuan
kognitif fisika tersebut karena proses pembelajaran yang dilaksanakan belum
tepat. Kebanyakan metode belajar yang digunakan guru adalah ceramah.Proses
pembelajaran seperti itu belum sesuai dengan proses pembelajaran yang
disarankan pada kurikulum KTSP yaitu pembelajaran yang mengembangkan
kompetensi yang dimiliki oleh siswa atau berpusat pada siswa (student centred),
yaitu pembelajaran yang menekankan pada siswa bahwa dirinya sendiri yang akan
membangun pengetahuan.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa ternyata ada kaitan antara
rendahnya kemampuan kognitif fisika siswa dengan proses pembelajaran yang
diterapkan. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu
proses belajar siswa sesuai harapan KTSP sehingga kemampuan kognitif fisika
siswa dapat meningkat.Untuk meningkatkan kemampuan kognitif, kegiatan
pembelajaran IPA(fisika) harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
(Permendiknas No.41 2007 : 4).
Untukmeningkatkan minat dan motivasi belajar fisika serta memfokuskan


siswa dalam belajar, maka dalam prosesnya pembelajaran fisika sebaiknya diawali
dengan suatu tantangan atau motivasi berupa tantangan untuk menjelaskan
fenomena yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Dimyati
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

dan Mudjiono (2006 : 42) motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Dari kajian teori belajar bahwa :
“tanpa adanya motivasi tidak mungkin terjadi belajar”.
Salah satu model pembelajaran yang menyajikan motivasi di awal
pembelajaran adalah Pembelajaran Berbasis Fenomena (PBF).Fenomena yang
disajikan adalah fenomenayang sangat erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari,
hal ini ditunjukan agar siswa lebih sadar dan peka bahwa fisika dekat dengan
kehidupannya sendiri, sehingga fenomena yang disajikan ini dapat dimanfaatkan
oleh guru untuk kegiatan proses belajar mengajar. Misalnya fenomena gelembung
udara yang semakin ke atas semakin membesar, desain atau struktur bendungan

dengan bentuk yang khas, fenomena saat mengangkat air dari dalm sumur, dan
lain-lain.Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa selama ini siswa sering
mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep dikarenakan siswa tidak
menyadari terhadap fenomena yang terjadi dan terkait dengan konsep-konsep
fisika tertentu.
Salah satu model pembelajaran yang dipandang dapat membantu proses
pembelajaran sesuai harapan KTSP dan memfasilitasi untuk memudahkan siswa
dalam menguasi konsep fisika dan berlatih mengembangkan berbagai kecakapan
dan keterampilan berfikir adalah Pembelajaran Berbasis Fenomena (PBF). Model
PBF

tergolong

pembelajaran

yang

menggunakan

pendekatan


kontekstual(contextual teaching and learning/CTL).Pendekatan CTL sebagai
suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan pembelajaran
bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang
bersifat lebih konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan
aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan
demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang
terpenting adalah proses. Siswa diberikan kesempatan untuk langsung terlibat
dalam aktivitas dan pengalaman ilmiah seperti apa yang dilakukan/dialami oleh
ilmuwan. Siswa dididik dan dilatih untuk terampil dalam memperoleh dan
mengolah informasi melalui aktivitas berpikir dengan mengikuti prosedur
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

(metode)


ilmiah,

seperti

terampil

melakukan

pengamatan,

pengukuran,

pengklasifikasian, penarikan kesimpulan, dan pengkomunikasian hasil temuan.
Menurut Sanjaya (2013 : 263)ada 7 asas/pilar yang dikembangkan dalam
CTL

yaitu

konstruktivisme (contruktivisme),


inkuiri (inquiry),

bertanya

(questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
reflksi (reflection), penilaian autentik (authentic assessment).Dari 7 asas ini
dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
Apabila dikaji kembali kurikulum 1994, sebenarnya sudah tersirat makna
kontekstual dalam pembelajaran, karena tertulis dalam kurikulum
“ … dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari … .dst”, namun dalam
pelaksanaanya masih jauhdari harapan.
Karena CTL merupakan suatu proses pembelajaran yang holistik dan
bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa disajikan
fenomena fisika yang dijadikan dasar pengematan berupa fenomena-fenomena
fisis yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, atau fenomena-fenomena yang
muncul pada suatu demonstrasi sederhana dengan menggunakan media
demonstrasi berupa alat-alat sederhana yang mudah ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Jhonson (2011 : 37) CTL memiliki potensi untuk membuat
para siswa berminat belajar, dan seperti yang dikatakan Whitehead sebagai berikut
“tidak aka nada perkembangan mental tanpa adanya minat. Minat adalah
dasar dari perhatian dan pemahaman (Whitehead, 1929b/1967 : 31 dalam Jhonson
: 37)”.
Dalam PBF, siswa dihadapkan pada suatu fenomena sehingga diharapkan
mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan
kepercayaan dirinya. Dengan demikian saat mempelajari Fisika diharapkan dapat
sesuai dengan fungsi dan tujuan mata pelajaran Fisika di SMA.Berikut sintak
model PBF yang digunakan, 1).Orientasi siswa pada fenomena alam yang
disajikan, 2).Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

kelompok, 4).Menyajikan hasil penyelidikan, dan 5). Menganilisis dan
mengevaluasi penjelasan fenomena yang disajikan di fase I (Yudiana, 2009 : 24).
Penelitian tentang model PBF inidilakukanoleh Bojovic (2003 : 1) dalam
jurnalnya yang berjudul “physical phenomena in preschool and elementary
education teaching and learning”menyatakan bahwa :
“Physics as an exact science requires at times a high degree of abstract
thinking, but also provides very clear and pure premises as the basis for
deductions.Its logically and well organized contents and precepts when adapted
to school-age level are source of great intellectual stimulation and contribute to
cognitive development in a broad sense. This should be kept in mind when
teaching about physical phenomena to very young children,… .”
Fisika sebagai ilmu pasti membutuhkan waktu yang cukup lamauntuk
berpikir abstrak, tetapi juga menyediakan tempat yang sangat jelas dan murni
sebagai dasar untuk pengambilan kesimpulan. Isinya logis dan terorganisasi
dengan baik dan dapatpembelajrannya disesuaikan dengan tingkat usia sekolah
sebagai sumber stimulasi intelektual yang besar dan berkontribusi terhadap
perkembangan kognitif dalam arti luas. Hal ini harus diingat ketika mengajarkan
tentang fenomena fisika kepada anak-anak yang sangat muda, .... ".
Penampilan fenomena yang menarik dapat menambah minat belajar siswa
sehingga meningkatkan kemampuan kognitifnya. Penelitian lainya dilakukan oleh
Yudiana (2009) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis
Fenomena Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Materi Fluida
Statik,Asih (2010) dengan

judul Model Pembelajaran Berbasis Fenomena

Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Pembiasan Cahaya SiswaSMP, serta Kaniawati (2010) dalam jurnal yang
berjudul Model Pembelajaran Fisika Berbasis Fenomena untuk Mengembangkan
Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Pebelajar, menunjukan hasil
yang positif dalam menerapkan model PBF terutama jika dibandingkan dengan
hasil dari pembelajaran tradisional.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis
melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh model Pembelajaran Berbasis

Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

Fenomena terhadap kemampuan kognitif siswa. Penelitian ini diberi judul
“Penerapan

Model

Pembelajaran

Fisika

Berbasis

Fenomena

Untuk

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA” .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah
tersebut dapat diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana

peningkatan

kemampuan kognitif

siswa

sebagai

impak

penerapanmodel PBFpada materi fluida statis?
2. Bagaimana profil peningkatan setiap aspek kemampuan kognitif siswa
sebagai impak penerapan model pembelajaran fisika berbasis fenomena pada
materi fluida statis?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan kognitif siswa
sebagai impak penerapanmodel PBF pada materi fluida statis.
2. Mendapatkan gambaran tentang profil peningkatan setiap aspek kemampuan
kognitif siswa sebagai impak penerapanmodel PBF pada materi fluida statis.

D. Manfaat Penelitian
Data hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti tentang potensi
model pembelajaran fisika berbasis fenomena dalam meningkatkan kemampuan
kognitif siswa yang nantinya dapat memperkaya hasil penelitian dalam kajian
sejenis dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti
peneliti, guru, mahasiswaLPTK, peneliti bidang pendidikan dan lain-lain.

Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu