T B.IND 1402342 Chapter1

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Karya sastra merupakan hasil kreatif yang diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra tidak hanya berisi hiburan, melainkan berisi pendidikan yang bermanfaat bagi pembaca. Seiring berjalannya waktu, perkembangan khazanah kesusasteraan Indonesia menunjukkan peningkatan yang berarti. Hal ini ditandai dengan lahirnya berbagai ragam karya sastra. Ragam karya sastra ditandai dari beberapa karya yang bersifat imajinatif dan nonimajinatif. Karya sastra imajinatif seperti novel dan cerpen sudah sangat dikenal oleh penikmat sastra. Sedangkan karya sastra yang bersifat nonimajinatif seperti biografi dan memoar masih sulit untuk dibedakan.

Keragaman karya sastra tentunya tidak terlepas dari peran seorang pembaca di dalam kegiatan apresiasi sastra melalui berbagai penafsiran. Dengan banyaknya penafsiran, memungkinkan lahirnya sebuah karya sastra hasil transformasi. Perkembangan teknologi modern memengaruhi kreativitas seseorang untuk mengapresiasi sebuah karya sastra, seperti mentransformasikan sebuah karya sastra ke dalam karya sastra lainnnya. Istilah transformasi disebut juga dengan alih wahana, istilah ini dipopulerkan oleh Sapardi Djoko Damono (2005, hlm. 96). Di Indonesia, fenomena alih wahana dari karya sastra ke dalam media lain sangat populer di kalangan masyarakat khususnya pada media film.

Sejumlah besar film yang sukses, khususnya dari segi apresiasi masyarakat merupakan film yang diangkat dari karya sastra. Namun, alih wahana karya sastra hingga kini sering menyisakan persoalan, utamanya adalah persoalan originalitas. Ketika film ditayangkan, para pembaca yang sudah terlebih dulu membaca karya sastra tulis tersebut biasanya merasa kecewa terhadap hasil film transformasinya. Munculnya berbagai penilaian terhadap hasil alih wahana karya sastra tulis ke dalam film biasa ditemukan ketika film tersebut menarik perhatian masyarakat. Faktor film yang terikat dengan durasi juga menyebabkan pengalaman-pengalaman berkesan bagi pembaca pada saat membaca karya sastra tidak selalu


(2)

Bermacam-macam alasan mendasari proses alih wahana dari sebuah karya sastra ke dalam bentuk film. Alasan-alasan tersebut antara lain karena sebuah karya sudah terkenal, sehingga masyarakat pada umumnya sudah tak asing lagi dengan cerita dalam karya tersebut. Pada akhirnya, ketidakasingan tersebut mendukung aspek komersil. Alasan terakhir adalah karena ide cerita dianggap bagus oleh masyarakat dan penulis skenario film. Fenomena alih wahana ini merupakan perubahan substansi dari wacana ke dalam bentuk gambar. Pengalihan sebuah karya sastra ke dalam film tersebut telah lama dilakukan di Indonesia. Salah satu contoh proses alih wahana dari memoar ke dalam film adalah memoar berjudul Buku Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie pada tahun 2005, yang dialihwahanakan ke dalam film dengan judul Gie oleh Riri Riza.

Perbedaan yang terjadi antara film dan novel yang diadaptasinya, menurut Eneste (1991, hlm. 61-65) merupakan proses kreatif yang dapat dilakukan oleh sutradara dengan cara mengadakan penambahan, pengurangan, dan pemunculan variasi alur cerita. Bermacam-macam penambahan, pengurangan, dan pemberian variasi-variasi tersebut adalah sebagai akibat medium yang berbeda antara film hasil transformasi dengan novel yang diadaptasi, sehingga mengakibatkan pula terjadinya perubahan fungsi khususnya dalam alur cerita. Perubahan bentuk tersebut tentu tidak dapat menghindari munculnya perbedaan. Hal ini dikarenakan media penyampaian cerita yang digunakan pun berbeda. Asumsi adanya perbedaan tersebut yang menjadi objek formal dalam penelitian ini.

Pada masa sekarang ini, bukan hanya karya sastra yang semakin berkembang. Pertukaran budaya juga semakin berkembang dan memberi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Pengaruh kebudayaan asing ternyata menimbulkan kurangnya kadar kecintaan terhadap budaya bangsa. Para penulis yang mengetahui masalah ini berusaha menemukan cara pemecahan lain, yaitu dengan menampilkan kembali masyarakat tradisional dengan kearifan lokalnya di dalam sebuah karya sastra. Kearifan lokal yang ada dalam adat dan budaya masyarakat Indonesia sangat perlu dilestarikan. Pentingnya kearifan lokal untuk terus digali, namun tetap bisa menikmati kebudayaan modern merupakan hal yang


(3)

harus dilakukan. Dengan tidak melupakan kearifan lokal berarti telah ikut serta berpartisipasi melestarikan eksistensi warisan budaya yang ada di nusantara.

Era perkembangan yang semakin pesat ini harus dapat dilalui oleh siapapun pada masa ini, masa yang di dalamnya sarat dengan kompetisi dan pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bagi bangsa Indonesia siap atau tidak siap harus masuk di dalamnya, karena pada dasarnya persiapan sumber daya manusia merupakan kunci utamanya. Dunia pendidikan di Indonesia sedang mengalami dilema antara pergulatan modernisasi pendidikan dan kearifan lokal di tengah kemajuan zaman yang seringkali melupakan budaya sebagai nilai luhur dalam masyarakat. Upaya peningkatan mutu pendidikan sudah dilakukan pemerintah dalam hal tujuan dan konsep. Namun, persoalan pendidikan yang kurang merata takkan ada habisnya di Indonesia sebagai negara yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan juga adat istiadat yang berbeda.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan khalayak umum untuk mengkritisi pendidikan adalah dengan media, tidak menutup kemungkinan menggunakan media tertulis. Buku yang bagus selalu memuat pesan di dalamnya, pesan-pesan itu dapat berupa kritikan, dapat juga memuat nilai-nilai luhur yang baik untuk diteladani. Catatan yang memberikan pesan positif bagi pembacanya dapat menjadi alternatif bagi siapa saja untuk berapresiasi dalam membangun paradigma masyarakat untuk memperbaiki pendidikan, termasuk dengan mengalihwahanakan catatan tersebut ke dalam media film. Hal inilah yang dilakukan oleh Riri Riza

yang mengalihwahanakan memoar Sokola Rimba ke dalam sebuah film.

Pada tahun 2013 lalu, memoar Sokola Rimba karya Butet Manurung diangkat ke dalam sebuah film dengan judul yang sama dan disutradarai oleh Riri Riza. Baik memoar maupun film Sokola Rimba merupakan hasil pengalaman hidup pengarangnya. Dengan demikian, bertambahlah daftar karya sastra memoar yang dialihwahanakan ke dalam film di Indonesia. Film Sokola Rimba tersebut merupakan debut pertama di Amerika Serikat dalam ajang Environmental Film Festival 2014. Memoar Sokola Rimba juga diterbitkan ke dalam edisi bahasa Inggris berjudul The Jungle of School di tahun 2013. Selain itu, Film ini sudah


(4)

Asia-Fukuoka International Film Festival kategori Audience Award. Terbukti bahwa memoar yang dialihwahanakan ke dalam film juga mampu menarik perhatian dari para penikmat film di kalangan internasional.

Memoar Sokola Rimba ini merupakan salah satu hasil karya yang

mengangkat potret nyata kehidupan sosial di dalam masyarakat rimba. Memoar ini menceritakan tujuan utama Butet Manurung untuk mengenalkan pendidikan di Suku Anak Dalam dan terhalang oleh kearifan lokal setempat. Pendekatan terhadap masyarakat rimba secara intens dan terus menerus dilakukan. Pendidikan yang berorientasi kepada modernitas selalu berbenturan dengan kearifan lokal masyarakat adat tersebut. Hal ini menjadi kendala bagi niat baik Butet Manurung untuk mengajarkan pendidikan yang diartikan lain oleh masyarakat tersebut. Namun Butet tidak pantang menyerah dalam mewujudkan cita-citanya. Selain itu memoar ini juga lebih menitikberatkan pada kritik terhadap potret pendidikan Indonesia yang tidak merata antara di kota dan di pedalaman.

Film Sokola Rimba ini menceritakan kisah nyata dan perjuangan seorang guru, Butet Manurung yang mendedikasikan dirinya pada pendidikan. Saat itu, Indonesia pascareformasi, ia tergabung dalam sebuah lembaga konservasi hutan di wilayah Jambi selama hampir tiga tahun. Di sini, ia mendapat kesempatan untuk mengajarkan baca, tulis, serta menghitung kepada anak-anak masyarakat Suku Anak Dalam, yang dikenal sebagai Orang Rimba. Secara garis besar, film ini mengisahkan kehidupan Butet selama mengajar di rimba dengan segala macam cobaan pengusiran dan ancaman yang dilaluinya bersama murid-muridnya. Sokola Rimba memang bukan film yang dibuat untuk tujuan komersil melainkan demi membuka mata hati tentang Anak-anak Rimba yang tertinggal kira-kira beberapa abad dibandingkan anak-anak kota, padahal mereka memiliki kecerdasan setara serta ketekunan yang luar biasa dibandingkan dengan anak kota.

Baik di dalam buku maupun di dalam film, sama-sama menceritakan mengenai kearifan lokal yang terdapat di dalam Suku Anak Dalam tersebut. Mengenai pergeseran kearifan lokal dari memoar ke dalam film akan dikaji dalam penelitian ini. Setiap kearifan lokal pada hakekatnya bertujuan baik dan disepakati sebagai nilai-nilai yang luhur dan untuk dijadikan aturan serta tatanan norma


(5)

dalam masyarakat tersebut. Namun setiap kearifan lokal juga memiliki caranya masing-masing ketika memaknai nilai-nilai atau norma yang mereka anut. Kearifan lokal merupakan hasil dari budaya yang terwujud pada aktivitas-aktivitas keseharian masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam dunia pendidikan Indonesia, setiap mengalami pergantian kurikulum, sastra tetap memiliki tempat tersendiri. Untuk kurikulum yang sekarang diterapkan, yakni Kurikulum 2013 (kurtilas) materi sastra tetap diajarkan dengan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, baik dalam posisinya sebagai mata pelajaran wajib maupun peminatan. Pada Kurtilas, mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas XII Semester 2 untuk Peminatan, terdapat kompetensi dasar (KD) menganalisis hasil alih wahana (konversi) dalam karya sastra. Dalam kompetensi dasar itu siswa belajar untuk memahami apa itu alih wahana dan memahami hasil alih wahana tersebut. Pembelajaran alih wahana merupakan hal yang baru untuk dipelajari siswa di sekolah.

Beranjak dari kenyataan tersebut, bahwa bahan ajar untuk materi itu belum cukup memadai. Dengan kata lain, masih kurangnya bahan ajar sastra, khususnya pada kajian bandingan teks alih wahana di sekolah-sekolah. Sesuai amanat kurikulum 2013 di mana guru diharuskan menanamkan nilai-nilai karakter dalam setiap pembelajaran di kelas, maka bahan ajar apresiasi karya sastra sangat tepat pada pembentukan karakter peserta didik dalam menghargai dan mencintai budayanya sendiri. Hal itu dikarenakan dalam suatu karya sastra, mengandung nilai kehidupan dan ajaran-ajaran yang seharusnya dipahami oleh peserta didik pada masa sekarang ini. Pembentukan karakter yang menghargai budaya bangsa ini dapat dilakukan dengan mengenalkan bahan ajar alih wahana kepada peserta didik yang berkaitan dnegan pengenalan budaya-budaya lokal Indonesia.

Pemahaman budaya dapat menumbuhkan rasa bangga, rasa percaya diri dan rasa ikut memiliki budaya bangsa. Pengenalan budaya lokal ini dapat dilakukan melalui pembelajaran apresiasi karya sastra hasil alih wahana bermuatan kearifan lokal seperti memoar dan film Sokola Rimba. Dalam hal ini, guru dapat mengenalkan kedua karya tersebut agar peserta didik lebih mengenal karya-karya sastra yang mengandung budaya-budaya Indonesia. Salah satu kelebihan karya


(6)

alih wahana sebagai bahan pembelajaran adalah karena karya-karya tersebut mengandung banyak pengalaman kehidupan yang bernilai pendidikan positif. Dengan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sastra. Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan bahan ajar yang kaya dengan materi sastra.

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain: (1) Amril (2011) “Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sokola Rimba karya Butet Manurung sebagai alternatif motivasi untuk mengajar di daerah terpencil”. Penelitian ini memfokuskan pada analisis konten. Persamaan penelitian Amril dengan peneliti adalah sama-sama mengkaji buku Sokola Rimba. Perbedaannya adalah peneliti tidak hanya mengkaji buku memoarnya, tetapi mengkaji filmnya juga serta gambaran kearifan lokal yang kemudian akan dibandingkan antara memoar dengan filmnya dengan sastra bandingan.

(2) M. Rifai Irfan (2015) “Penggambaran realitas guru dalam film Sokola Rimba (Analisa Semiotika Charles Sander Peirce)”. Penelitian ini memfokuskan pada analisa semiotika. Persamaan penelitian M. Rifai Irfan dengan peneliti adalah sama-sama mengkaji film Sokola Rimba. Perbedaannya adalah peneliti tidak hanya mengkaji filmnya melalui semiotik, tetapi mengkaji struktur film dan buku memoarnya juga, serta gambaran kearifan lokal yang kemudian akan dibandingkan dan dihubungkan dengan kearifan lokal.

(3) Mutaqin (2011)Pembelajaran Apresiasi Sastra Melalui Pendekatan Struktural dan Respon Pembaca Terhadap Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Adaptasinya Ke Dalam Bentuk Film di SMP Al Azhar Syifa Budi Parahyangan”. Penelitian ini berfokus pada kajian bandingan anatarunsur dalam novel dan film serta model pembelajaran apresiasi sastra. Hubungan antara alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya yang begitu padu memudahkan dalam penyimpulan tema dan amanat. Persamaan dengan peneliti adalah mengkaji unsur pembentuk karya, perbedaannya adalah sumber datanya.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan kajian bandingan terhadap memoar yang sudah difilmkan serta mengkaji gambaran kearifan lokal yang terkandung di dalam memoar dan di dalam film Sokola Rimba


(7)

tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk penyediaan bahan ajar sastra, khususnya bahan ajar dengan jenis buku pengayaan pengetahuan alih wahana yang bermuatan kearifan lokal. Sebab, bahan ajar seperti itu sangat dibutuhkan siswa guna meningkatkan pengetahuan budaya lokal dan meningkatkan keterampilan untuk bertahan hidup. Memoar yang akan dikaji adalah Sokola Rimba karya Butet Manurung dan film yang akan dikaji adalah film Sokola Rimba karya Riri Riza. B.Rumusan Masalah

Penulis perlu merumuskan masalah penelitiannya guna mengetahui hal-hal yang hendak diteliti dari objek penelitian, yaitu dua karya cerita berjudul Sokola Rimba dalam subgenre memoar dan film. Melalui perumusan masalah penelitian diharapkan terindikasikan, bahwa perlu adanya pengkajian lebih dalam mengenai perbandingan memoar Sokola Rimba dengan film adaptasinya. Berdasarkan latar belakang penelitian dan fokus penelitian di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur memoar Sokola Rimba? 2. Bagaimana strukutr film Sokola Rimba?

3. Adakah persamaan dan perbedaan kearifan lokal antara memoar dengan film Sokola Rimba?

4. Bagaimana pemanfaatan hasil penelitian sebagai bahan ajar alih wahana?

C.Tujuan Penelitian

Dari empat pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan struktur dari memoar Sokola Rimba.

2. Mendeskripsikan struktur dari film Sokola Rimba.

3. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan kearifan lokal antara memoar dengan film Sokola Rimba.

4. Mendeskripsikan pemanfaatan hasil penelitian untuk penyusunan bahan ajar alih wahana.


(8)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang mencakup aspek teoretis maupun praktis.

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berbasis praktik kajian kesusastraan khususnya untuk kajian sastra bandingan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam memproduksi atau membuat karya-karya sastra hasil alih wahana lainnya yang didasarkan pada karya sastra tulis, sehingga menambah khazanah kesusastraan Indonesia.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian sastra lain yang telah ada sebelumnya. b. Bagi peserta didik

Hasil penelitian ini dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam mengapresiasi karya sastra, khususnya kajian bandingan terhadap karya hasil alih wahana.

c. Bagi pendidik

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi pendidik tentang kajian sastra bandingan terhadap teks alih wahana untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan bahan ajar sastra.

3. Manfaat Metodologik

Hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan tentang deskriptif analisis komparatif sebagai salah satu metode yang dapat menjembatani keberadaan karya-karya sastra tulis dengan karya-karya sastra berbentuk visual sehingga diharapkan menambah perkembangan strategi baru dalam metode penelitian sastra Indonesia modern.


(9)

Struktur organisasi tesis ini dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Berikut ini susunan yang terdapat pada masing-masing bagian dalam struktur organisasi tesis.

1. Bagian Awal terdiri atas informasi tentang halaman judul, halaman pengesahan, lembar pernyataan tentang keaslian tesis, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar bagan, daftar tabel, dan daftar gambar.

2. Bagian Isi terdiri atas enam bab yang terdiri atas Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Teoretis, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Temuan dan Pembahasan, Bab V Pemanfaatan hasi; penelitian sebagai bahan ajar alih wahana di SMA, dan Bab VI Simpulan dan Saran.

3. Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang

permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

4. Bab kedua menyorot tentang landasan teoretis yang terdiri dari teori mengenai memoar, film, sastra bandingan, alih wahana, semiotik, kearifan lokal, buku pengayaan sebagai bahan ajar, psikologi perkembangan peserta didik, dan penelitian relevan.

5. Bab ketiga membahas mengenai metode penelitian yang terdiri atas pendekatan penelitian, desain penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan instrumen penelitian.

6. Bab keempat kajian data dan pembahasan dipaparkan tentang (1) sinopsis memoar Sokola Rimba, (2) sinopsis Film Sokola Rimba, (3) analisis Struktur memoar Sokola Rimba, (4) analisis struktur film Sokola Rimba (5) analisis kearifan lokal memoar Sokola Rimba, (6) analisis kearifan lokal film Sokola Rimba, (7) analisis perbandingan memoar dan film Sokola Rimba, (8) analisis perbandingan kearifan lokal memoar dan film Sokola Rimba, (9) pembahasan hasil analisis.

7. Pada bab kelima, merupakan tahap penyusunan bahan ajar buku

pengayaan pengetahuan alih wahana bermuatan kearifan lokal dan dipaparkan tentang penyusunan bahan ajar menggunakan teks cerita dari


(10)

memoar Sokola Rimba dan film adaptasinya yang disesuaikan dengan kurikulum, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

8. Pada bagian keenam, dipaparkan tentang (1) simpulan, (2) implikasi, (3) rekomendasi.

9. Pada bagian akhir terdiri atas daftar rujukan, lampiran, dan daftar riwayat hidup.


(1)

dalam masyarakat tersebut. Namun setiap kearifan lokal juga memiliki caranya masing-masing ketika memaknai nilai-nilai atau norma yang mereka anut. Kearifan lokal merupakan hasil dari budaya yang terwujud pada aktivitas-aktivitas keseharian masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam dunia pendidikan Indonesia, setiap mengalami pergantian kurikulum, sastra tetap memiliki tempat tersendiri. Untuk kurikulum yang sekarang diterapkan, yakni Kurikulum 2013 (kurtilas) materi sastra tetap diajarkan dengan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, baik dalam posisinya sebagai mata pelajaran wajib maupun peminatan. Pada Kurtilas, mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas XII Semester 2 untuk Peminatan, terdapat kompetensi dasar (KD) menganalisis hasil alih wahana (konversi) dalam karya sastra. Dalam kompetensi dasar itu siswa belajar untuk memahami apa itu alih wahana dan memahami hasil alih wahana tersebut. Pembelajaran alih wahana merupakan hal yang baru untuk dipelajari siswa di sekolah.

Beranjak dari kenyataan tersebut, bahwa bahan ajar untuk materi itu belum cukup memadai. Dengan kata lain, masih kurangnya bahan ajar sastra, khususnya pada kajian bandingan teks alih wahana di sekolah-sekolah. Sesuai amanat kurikulum 2013 di mana guru diharuskan menanamkan nilai-nilai karakter dalam setiap pembelajaran di kelas, maka bahan ajar apresiasi karya sastra sangat tepat pada pembentukan karakter peserta didik dalam menghargai dan mencintai budayanya sendiri. Hal itu dikarenakan dalam suatu karya sastra, mengandung nilai kehidupan dan ajaran-ajaran yang seharusnya dipahami oleh peserta didik pada masa sekarang ini. Pembentukan karakter yang menghargai budaya bangsa ini dapat dilakukan dengan mengenalkan bahan ajar alih wahana kepada peserta didik yang berkaitan dnegan pengenalan budaya-budaya lokal Indonesia.

Pemahaman budaya dapat menumbuhkan rasa bangga, rasa percaya diri dan rasa ikut memiliki budaya bangsa. Pengenalan budaya lokal ini dapat dilakukan melalui pembelajaran apresiasi karya sastra hasil alih wahana bermuatan kearifan lokal seperti memoar dan film Sokola Rimba. Dalam hal ini, guru dapat mengenalkan kedua karya tersebut agar peserta didik lebih mengenal karya-karya sastra yang mengandung budaya-budaya Indonesia. Salah satu kelebihan karya


(2)

alih wahana sebagai bahan pembelajaran adalah karena karya-karya tersebut mengandung banyak pengalaman kehidupan yang bernilai pendidikan positif. Dengan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sastra. Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan bahan ajar yang kaya dengan materi sastra.

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain: (1) Amril (2011) “Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sokola Rimba karya Butet Manurung sebagai alternatif motivasi untuk mengajar di daerah terpencil”. Penelitian ini memfokuskan pada analisis konten. Persamaan penelitian Amril dengan peneliti adalah sama-sama mengkaji buku Sokola Rimba. Perbedaannya adalah peneliti tidak hanya mengkaji buku memoarnya, tetapi mengkaji filmnya juga serta gambaran kearifan lokal yang kemudian akan dibandingkan antara memoar dengan filmnya dengan sastra bandingan.

(2) M. Rifai Irfan (2015) “Penggambaran realitas guru dalam film Sokola Rimba (Analisa Semiotika Charles Sander Peirce)”. Penelitian ini memfokuskan pada analisa semiotika. Persamaan penelitian M. Rifai Irfan dengan peneliti adalah sama-sama mengkaji film Sokola Rimba. Perbedaannya adalah peneliti tidak hanya mengkaji filmnya melalui semiotik, tetapi mengkaji struktur film dan buku memoarnya juga, serta gambaran kearifan lokal yang kemudian akan dibandingkan dan dihubungkan dengan kearifan lokal.

(3) Mutaqin (2011)Pembelajaran Apresiasi Sastra Melalui Pendekatan Struktural dan Respon Pembaca Terhadap Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Adaptasinya Ke Dalam Bentuk Film di SMP Al Azhar Syifa Budi Parahyangan”. Penelitian ini berfokus pada kajian bandingan anatarunsur dalam novel dan film serta model pembelajaran apresiasi sastra. Hubungan antara alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya yang begitu padu memudahkan dalam penyimpulan tema dan amanat. Persamaan dengan peneliti adalah mengkaji unsur pembentuk karya, perbedaannya adalah sumber datanya.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan kajian bandingan terhadap memoar yang sudah difilmkan serta mengkaji gambaran kearifan lokal yang terkandung di dalam memoar dan di dalam film Sokola Rimba


(3)

tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk penyediaan bahan ajar sastra, khususnya bahan ajar dengan jenis buku pengayaan pengetahuan alih wahana yang bermuatan kearifan lokal. Sebab, bahan ajar seperti itu sangat dibutuhkan siswa guna meningkatkan pengetahuan budaya lokal dan meningkatkan keterampilan untuk bertahan hidup. Memoar yang akan dikaji adalah Sokola Rimba karya Butet Manurung dan film yang akan dikaji adalah film Sokola Rimba karya Riri Riza.

B.Rumusan Masalah

Penulis perlu merumuskan masalah penelitiannya guna mengetahui hal-hal yang hendak diteliti dari objek penelitian, yaitu dua karya cerita berjudul Sokola Rimba dalam subgenre memoar dan film. Melalui perumusan masalah penelitian diharapkan terindikasikan, bahwa perlu adanya pengkajian lebih dalam mengenai perbandingan memoar Sokola Rimba dengan film adaptasinya. Berdasarkan latar belakang penelitian dan fokus penelitian di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur memoar Sokola Rimba? 2. Bagaimana strukutr film Sokola Rimba?

3. Adakah persamaan dan perbedaan kearifan lokal antara memoar dengan film Sokola Rimba?

4. Bagaimana pemanfaatan hasil penelitian sebagai bahan ajar alih wahana?

C.Tujuan Penelitian

Dari empat pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan struktur dari memoar Sokola Rimba. 2. Mendeskripsikan struktur dari film Sokola Rimba.

3. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan kearifan lokal antara memoar dengan film Sokola Rimba.

4. Mendeskripsikan pemanfaatan hasil penelitian untuk penyusunan bahan ajar alih wahana.


(4)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang mencakup aspek teoretis maupun praktis.

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berbasis praktik kajian kesusastraan khususnya untuk kajian sastra bandingan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam memproduksi atau membuat karya-karya sastra hasil alih wahana lainnya yang didasarkan pada karya sastra tulis, sehingga menambah khazanah kesusastraan Indonesia.

2. Manfaat praktis a. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian sastra lain yang telah ada sebelumnya. b. Bagi peserta didik

Hasil penelitian ini dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam mengapresiasi karya sastra, khususnya kajian bandingan terhadap karya hasil alih wahana.

c. Bagi pendidik

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi pendidik tentang kajian sastra bandingan terhadap teks alih wahana untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan bahan ajar sastra.

3. Manfaat Metodologik

Hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan tentang deskriptif analisis komparatif sebagai salah satu metode yang dapat menjembatani keberadaan karya-karya sastra tulis dengan karya-karya sastra berbentuk visual sehingga diharapkan menambah perkembangan strategi baru dalam metode penelitian sastra Indonesia modern.


(5)

Struktur organisasi tesis ini dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Berikut ini susunan yang terdapat pada masing-masing bagian dalam struktur organisasi tesis.

1. Bagian Awal terdiri atas informasi tentang halaman judul, halaman pengesahan, lembar pernyataan tentang keaslian tesis, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar bagan, daftar tabel, dan daftar gambar.

2. Bagian Isi terdiri atas enam bab yang terdiri atas Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Teoretis, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Temuan dan Pembahasan, Bab V Pemanfaatan hasi; penelitian sebagai bahan ajar alih wahana di SMA, dan Bab VI Simpulan dan Saran.

3. Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

4. Bab kedua menyorot tentang landasan teoretis yang terdiri dari teori mengenai memoar, film, sastra bandingan, alih wahana, semiotik, kearifan lokal, buku pengayaan sebagai bahan ajar, psikologi perkembangan peserta didik, dan penelitian relevan.

5. Bab ketiga membahas mengenai metode penelitian yang terdiri atas pendekatan penelitian, desain penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan instrumen penelitian.

6. Bab keempat kajian data dan pembahasan dipaparkan tentang (1) sinopsis memoar Sokola Rimba, (2) sinopsis Film Sokola Rimba, (3) analisis Struktur memoar Sokola Rimba, (4) analisis struktur film Sokola Rimba (5) analisis kearifan lokal memoar Sokola Rimba, (6) analisis kearifan lokal film Sokola Rimba, (7) analisis perbandingan memoar dan film Sokola Rimba, (8) analisis perbandingan kearifan lokal memoar dan film Sokola Rimba, (9) pembahasan hasil analisis.

7. Pada bab kelima, merupakan tahap penyusunan bahan ajar buku pengayaan pengetahuan alih wahana bermuatan kearifan lokal dan dipaparkan tentang penyusunan bahan ajar menggunakan teks cerita dari


(6)

memoar Sokola Rimba dan film adaptasinya yang disesuaikan dengan kurikulum, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

8. Pada bagian keenam, dipaparkan tentang (1) simpulan, (2) implikasi, (3) rekomendasi.

9. Pada bagian akhir terdiri atas daftar rujukan, lampiran, dan daftar riwayat hidup.