Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran dan Intervensinya

&h

b

/t
h,4t\; m,r rr I

-t-/&
RSMH

DEPARTEM EN ILM U KESEHATAN, ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOH. HOESIN PALEMBANG

PENDIDIKAN KEDOKTERAN BERKELANJUTAN VI
ILMU KESEHATAN ANAK

NASKAH LENGKAP

GLINICAL APPROACHES
AND INTERVENTION OF GROWTH

AND DEVELOPMENTAL DISORDERS
INDAILY PRACTICE

Penyunting

:

Aditiawati
Herbert Erwin
Medina Athiah

Palembang, 9-10 Maret 2013

I

I

\
t


I

I
I

:

XASKAH LENGKAP PENDIDIKAN KEDOKTERAN BERKELANJUTAN

i

(PKBIVr

\
\

Clinical Approaches And lntervention Of Growth And Developmental
f,Xsorders ln Daily Practice,
Penyunting,Aditiawati, Herbert Erwin, Medina Athiah
2013


rsBN 978-602-'1 9887-1 -B

Hek Cipta dilindunei Undang-Undang
Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh buku dengan
cara dan dalam bentuk apapunjuga tanpa seizin penulis dan penerbit

Diterbitkan oleh:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK LINSRI-RSMH
Cetakan Pertama 2013
Design grafis sampul muka: Aditiawati

Afriyan Wahyudhi
Iman Hendarman

#
DAFTAR PENULIS

. Abla Ghanie, SPTHT-KL(K)
?:


;-.anen llmu PenYakitTHT-KL

. -\iSRI-RSMH

'

Aditiawati, SPA(K)

e:ai'remen llmu Kesehatan Anak
( - \ISRI-RSMH
a

I

Dr. MsY. Rita Dewi, SPA(K)

t

Deparlemen llmu Kesehatan Anak


ii

FK UNSRI-RSMH

Dr. Ni Luh Karyuni, SPKFR(K)
Departemen Rehabilitasi Medik
FK UI-RSCM

Ahmad Suryawan, SPA(K)
k::':emen llmu Kesehatan Anak

Dr. Rismarini, SPA(K)
Departemen llmu Kesehatan Anak

il

, \,AIR-RSUD Sutomo

FK UNSRI-RSMH


l-

'--ayd

Palembang

I

Dn Darnayanti R. Sjarief, Sp'A(K)' PhD
De:atemen llmu Kesehatan Anak

DR. Dr. Thjin Wiguna, SPKJ(K)
Departemen llmu Kesehatan Jiwa

F* -1 RSCM
laf :r"a

FK UI-RSCM


DR. dr. Eddy Fadlyana, SpA(K)' M'Kes
D::artemen llmu Kesehatan Anak

F,, UNPAD-RSHS

Jakarta
Dr. Yudianita Kesuma, SPA, M'Kes
Departemen llmu Kesehatan Anak
FK UNSRI-RSMH
Palembang

Bandung

DR. dr. Hartono Gunardi, SPA(K)
Departemen llmu Kesehatan Anak
FK UI-RSCM
; akarta
PKB 6 Palembang 2013

I


.$

Jakarta

*-bang

e

E

Palembang

:-,bang

r

ffi
#
#


:i:
t

DAFTAR ISI

rr

i:3 Sambutan Ketua Departemen IKA FK UNSRI-RSMH.....................,.........-..." iii

lr';:a Sambutan Ketua lDAl SUMSEL ......-.........
Xe':a Sambutan Ketua Panitia Pelaksana PKB IKA 6................
S-sunan Panitia

l:-ftar Penulis

l^

ld Development: The Spectrum of


Disorders

...........,.... iv
........- v

vii
......."..... viii
.........

.............

1

E:: ' =adlyana

E;r{y Detection of growth and Developmental Disorders:
$ilty- When and How....

'-t:


........,........ 10

2'.,ta Kesuma

.lcal lntervention Growth and Developmental Disorder:
&' Algorithm for Clinical Practice
:,.:- z';ni
Cir

Lc,rrgterm Developmental Outcome of High-Risk

* at::.a

lnfants

......."......... 23
..................41

Gunardi

C,rrrtcomes of Abnormal General Movements and lts Clinical Significances......51

j - -;l

Suryawan

Praktis Mencegah Wasted dan Stunted diTempat
3,,=- alanti Rusli Sjarif
C.ara

trtiirpotiroid

Praktek

Kongenital

.....75
...................82

J,:',. a,vati

KelainanNeurologiPadaMasaPerkembangan.............
l[il.. Rlfa DewiArifin
Fentingnya Deteksi Dini Pendengaran Dan lntervensinya
J: z Ghanie
llntervensi Psikososial Pada Berbagai Masalah Dan
Gangguan Pendengaran Pada Anak..........
l. n Wiguna
Tatalaksana Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi
Fada Gangguan Bicara Anak..........
-'h Karunia Wahyuni

..................-..108

....

150

................ 157

PKB o Patembang 2073

E

J.cprcaches and lntervention of Growth and Develqpmental Disorders in

Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran Dan lntervensinya

-

3

Abta Ghanie

AESTRAK

=..--'

penting yang sangat erat kaitannya dengan proses berbicara adalah

: - ,:rg?r?11. Diagnosis gangguan pendengaran kongenital sering sekali

-

';-

6 bulan pertama kehidupan
menjamin perkembangan berbicara dan berbahasa.lntervensi dini

=-:at.

Stimulus auditori penting pada masa

ir" :-3ng dapat dilakukan
:

-

;

dengan adanya alat diagnostik yang secara objektif

l:.'.urat menskrining dan memastikan adanya gangguan pendengaran

: : -. r: pada neonatus.Baku emas yang direkomendasikan oleh

Joint

- -- itee on lnfant Hearing (2000) pemeriksaan skrining pendengaran

pada

--

:

.

r,

.:,

.

=:alah pemeriksaan Otoacouslic Emission (OAE) dan automated auditory
-::em responses (AABR). Langkah awal dalam penatalaksanaan gangguan

:* - r:ngaran setelah mengetahui penyebabnya adalah amplifikasi
:':-:engafan.
K-ata

kunci : gangguan pendengaran, skrining, intervensi dini

Ibsfracf

r:

-:rtant factor that closely related

to speech

developemenf

is

hearing.

J =;nosis of congenital hearing impairment often late. Auditory stimulus is
::::ntial in the first sixth years of life to provide speech and language
::"elopement. Early intervention is now possib/e with the advent of diagnostic
?:Jipment capable of objectively and accurately screening and confriming
-:aring /oss eyen in neonates. Go/d standard for hearing screening in infant

.,,'ch recommended by Joint Commitee on lnfang Hearing (2000)

was

3ioacoustic Emission (OAE) and automated auditory brainsfem responses
IABR) The initial step in the management of hearing impairment, after the
,.:derlying etiologyis addressed when possib/e, is hearing amplification.

Keywords : hearing impairment, screening, early intervention

Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran dan tntervensinya

fi

UPf24 jan & sblm keluar RS)

ffir
qilw
n

{

li!i

I

ffi

&@r=
@-ffim'\:::::
-:-/

.l.l

I

Audiologrc assessmenf

ABR click + tonebursf 500 Hz

i

dan atau

ASSR

l
i
l

r

itli

v
Pemantauan speech

tiap 6 bulan selama 3 tahun

Universal newborn hearing screeningtelah diterapkan

Palembang sedangkan Targeted newborn hearing

@

PKB

o

Patembang 2013

Habilitasi
usia

< 6 bulan

di RSIA Hermir
screening teli

Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran dan tntervensinya

1

drkembangkan

;
e
ts

di rumah sakit umum maupun swasta di

Deparlenren llmu Kesehatan THT-KL
melakukan kerlasama dengan

3

ffi I

Palembang.

RS Moh.Hoesin Palembang

telah

Puskesmas binaan (Puskemas Dempo

Puskemas Sekrp dan Puskesmas Merdeka) dalam program skrining, sosialisasi

I

dan penyuluhan pentingnya deteksi drnigangguan pendengaran terhadap
It
; semua bayi dan anak-anak yang berobat di puskesmas tersebut. Program
I I tersebut dilaksanakan setiap minggu pertama dan minggu ketiga setiap

[j

,:-^TALAKSANAAN

H
I
I
f

Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan teknologi edukasi
gangguan pendengaran yang cepat. lntervensi dini sekarang dapat dilakukan
dengan adanya alat diagnostik yang secara objektif dan akurat menskrining dan
memastikan adanya gangguan pendengaran bahkan pada neonatus. Tidak ada

I
I
I
t
I

bayi yang terlalu muda untuk diuji. Penggunaan teknologi pendengaran

I
I
I

bicara melalui pendengaran. Dengan deteksi dan amplifikasi dini serta terapi

moderen seperli alat bantu dengar digital dan implan koklea telah membuat

anak-anak dengan gangguan pendengaran dapat memperoleh keuntungan

akustik neurologi yang maksimal. Sebagai hasilnya, anak-anak dengan
gangguan pendengaran memiliki kesempatan untuk mengembangkan bahasa
bicara dengan partisipasi orang tua yang efektif, diatas 80% anak-anak yang
dilahirkan tuli memiliki potensial untuk berhasil dalam edukasi dan sosial.2a'25

tebuah konsep penting dalam memperoleh bahasa bicara

dan

I
kemampuan membaca adalah umur dari pendengar. Perkembangan
I
mendengar-bicara anak dimulai ketika teknologi amplifikasi pertama digunakan.
]
rannya
I I Jika seorang anak berusia 2 tahun ketika gangguan pendengarannya
rlajaran
I I diidentifikasi, anak tersebut adalah berusia t hari terhadap pembelajaran
I I pendengaran dan berbahasa ketika alat bantu dengarnya dipasangkantn atau
rai usia
Ll implan kokleanya diaktifkan pertama kali. Ketika anak tersebut mencapai
l

I

&
]_I
I

I

i

r

Clinical Approaches and Intervention of Growth and Developmental Disorders in
Daily Practice

kronologis

3

tahun. maka dia berusia

1

tahun terhadap pengalami

mendengarnya sehingga secara linguisiik anak iersebut terdengar lebih sepe

anak berusia 1 tahun daripada

3 tahun. Gap antara usia kronologis

di

pendengaran seorang anak berkurang seiring berkembangnya waktu terutan

bila anak tersebut menggunakan teknologi amplifikasi

yang

sesuai selan

waktu bangun dan intervensi auditori dari pihak keluarga yang aktif.Zs26

Semua anak-anak dengan gangguan pendengaran permanen

dr

keterlambatan bicara sebaiknya ditangani oleh tim multidisiplin yang mencakr

audiologis, ahli THT, ahli bicara, genetis dan pendidikan. Sebagai tambaha

anak-anak

ini

sebaiknya dirujuk

ke dokter mata, karena mereka

sangr

tergantung pada penglihatan untuk komunikasi dan belajar.2T
Langkah awal dalam penatalaksanaan gangguan pendengaran setelr
mengetahui penyebabnya adalah amplifikasi pendengaran. Tahap awal dala
keberhasilan amplifikasi pendengaran adalah meyakinkan orang tua, anak

anggota keluarga lainnya bahwa anak tersebut memiliki

da

ganggua

pendengaran dan akan bermanfaat bila diberikan alat bantu dengar. Pendap

kedua kadang diperlukan bagi orang tua untuk meyakini hal ini. Orang

tu

harus mengetahuui bahwa alat bantu dengar tidak harus mengembalika
pendengaran kembali ke normal, tetapi peningkatan pendengaran yan
diharapkan. Habilitasi sebelum usia

6

bulan meningkatkan

kemampua

berbahasa pada akhirn \1s.2' za

2.7.1. Alat Bantu Dengar

Berbagai variasi model, tipe dan harga alat bantu dengar tersedia. Pemilihd
alat bantu dengar untuk anak-anak tergantung individu. Alat bantu dengar ya(
terbaik untuk anak-anak ditentukan berdasarkan hasil evaluasi audiologi, ud

anak-anak, derajat

dan tipe gangguan

pendengaran,

dan keingina

pasien/keluarga. Model alat bantu dengar yang tersedia termasuk

@

PKB o Patembang 2013

bon

Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran dan tntervensinya

co n d

t)

ct i o

n.

b e h in d

-th e-ea

r,

in

-th

e

-e a r,

dan com

ffi

pl ete I y -i n the-ca n a l.Kebanyaka n

aiat barrtu dengar yang cocok untuk anak-anak adalah behind-the-ear, karena
ear mold yang dipasangkan ke telinga dengan mudah dibuat kembali bila anak

tumbuh. Alal in-the-ear dan in-the-canal secara kosmetik lebih cocok kepada
remaja, alat ini hanya cocok untuk gangguan pendengaran dibawah 60 d8.27
Beberapa pasien yang tidak dapat memperoleh manfaat dari alat bantu
ciengar konduksi udara standard dapat memperoleh keuntungan dari alat yang

mentransmisikan suara langsung ke tulang tengkorak. Alat bantu dengar
konduksi tulang dapat ditempatkan pada tulang tengkorak dengan bantuan
headband akan tetapi ini tidak nyaman, tidak praktis dan tidak dapat diperoleh
kualitas pendengaran yang baik. Alat bantu dengar hantaran tulang digunakan
untuk anak-anak atresia liang telinga atau otorea kronik.27

2.7

.2.lmplan Koklea

lmplan koklea merupakan perangkat yang ditanam secara pembedahan yang
dapat menstimulasi saraf koklea sehingga dapat membantu pendengaran. Alat

ini terdiri dari sebuah prosesor eksternal bertenaga baterai, sebuah receiver
yang ditanam dibawah kulit kepala dan sebuah elektroda yang dimasukan
secara langsung ke dalam koklea melalui pembedahan. lmplan koklea disetujui
oleh Food and Drug Administrafrbn (FDA) Amerika Serikat untuk pemakaian

pada anak-anak paling muda 12 bulan. lndikasi pemasangan implan koklea
termasuk ketulian sensorineural bilateral sangat berat dan sedikit atau tidak
adanya manfaat pemasangan alat bantu dengar setelah enam bulan.27'2e

Clinical Approaches and lntervention of Growth and Developmental Disorders in
Daily Practice

BAB III
KESIMFULAN

Faktor penting yang sangat erat kaitannya dengan proses berbicara adalah
pendengaran.Diagnosis gangguan pendengaran kongenital sering

sekafi

terlambat.Dampak gangguan pendengaran dapat dicegah atau dibatasi

bila

gangguan pendengaran dikenal sejak awal melalui program deteksi dini.
Sistem pendengaran perifer terdiri atas telinga dan N.koklearis. telinga
terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.Sistern
pendengaran sentral adalah struktur saraf pendengaran setelah N.koklearis

yang mencakup kompleks nukleus koklearis, kompleks olivarius superior,
lemniskus lateral, kolikulus inferior, korpus genikulatum medial dan korteks
pendengaran.3'a

Dengan angka kelahiran
tahunnya akan ada 5200 bayi

di

lndonesia sekitar 2,6% maka

setiap

tuli di lndonesia.l3 Diagnosis gangguan

pendengaran pada bayi baru lahir terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Baku emas yang direkomendasikan oleh JCIH (2000I
pemeriksaan skrining pendengaran pada bayi adalah pemeriksaan Otoacoustiq
Emission (OAE)dan automated auditory brainstem responses (AABR).17

lntervensi dini sekarang dapat dilakukan dengan adanya alat diagnosti{

yang secara objektif dan akurat menskrining dan memastikan adanyal
gangguan pendengaran bahkan pada neonatus.Langkah awal dalanr{
penatalaksanaan gangguan pendengaran setelah mengetahui penyebabnyd
adalah amplifikasi pendengaran.Pemilihan alat bantu dengar untuk anak-analt

tergantung individu. Pemasangan implan koklea diindikasikan untuk tufil
sensorineural bilateral sangat berat dan sedikit atau tidak adanya manfad
pemasangan alat bantu dengar setelah enam bulan.2a-2s

PKB 6 Palembang 2013

Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran dan lntervensiny,

@

DAFTAR PUSTAKA

1.

Watkin P, Baldwin M. Confirmation of deafness in infancy. Ark Dis Child
1999, 81:380-9

2.

Carney AE, Moeller MP. Treatment efficacy hearing loss in children.

J

Speech Laryng Hear RES 1998, 41'.561-84

3.

Rappaporl JM, Provencal C. Neuro-otology for Audiologists. Dalam:
Kalz J. Handbook of clinical audiology. Fifth ed. Lippincott Williams &
Wilkins; Philadelphi a, 2A00'.9-32

4.

Miils JH, Weber PC. Anatomy and physiology of hearing. Dalam. Bailey

BJ, Healy GB, Johnson JT, Jackler RK, Calhoun KH, Pillsbury lll HC,

dkk. Head & neck surgery-otolaryngology. 3rd edition. Philaddelphia;
Lippincott Williams & Wilkins 2001.

5. Lee KJ. Anatomy of the Ear. Dalam : Lee KJ editor. Essential
Otolaryngology : Head and Neck Surgery gth. New York : The
McGrawHill, 2008;1

6.

:1

-23

Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. EGC. Jakarta

:

1991 :128-39.

7.

Moller AR. Hearing: Anatomy, Physiology and Disorder of The Auditory
System. 2nd. Texas . Elsevier 2006;1 :3-7

B. Gelfand SA. Hearing: An lntroduction to Psychological and
Physiological. Sth. New York : lnforma Healthcare 2001;2'.20-50

9.

Hearing disability (monograph pada CD-ROM). 207-26

10. Hearing lmpairment Forum. Encyclopedia of children's health : infancy

through adolescence (monograph pada CD-ROM). Thomson Gale; 2006
11. American Speech-Language-Hearing Association. Hearing screening.

Dapat diakses dari : www.asha.orq/public/hearinq/testinq.

PKB o Patembang

H,,,,

2u3

W

Clinical Approaches and lntervention of Growth and Developmental Disorders in
Daily Practice
'12.

Davis A, Bamford J, Wiison l. Ramkalawan T, Forshaw M. Wright

S

critical review of ihe role o{ neonatai hearing screening in the det
of congenital hearing impairment. Health Technol Assess 1997 ,
13.

Soetjipto

1.

D. Selayang Pandang Komnas PGPKT. Diunduh

http://ketulia

n.

dari

com/v1 /web/i ndex. php?to=article&id=3

14. Sumber pustaka dr.Angga
15.

Joint Commitee on lnfant Hearing. Year 2007 Position
Principles and Guidelines for Early Hearing Detection and

S
n1

Programs. Pediatrics, 120(4), pp. 898-921.
16. American Speech-Language Hearing Association. Executive Summary

JCIH Year 2007 Position Statement: Principles and Guidelines for E
Hearing Detection and lntervention Programs. 2007
17,

Joint Comittee on lnfant Hearing. Joint Committee on lnfant He
Year 2000 Position Statement: Principles and guidelines for ea

hearing detection and intervention programs. Pediatrics
106(4):798-817
18.

Berlin Dl, Hood LJ. Current Physiologic Bases

of

Au

lnterpretation and Management. Dalam '. Katz J, Medwedsky L, Bur

R, Hood LJ editor. Handbook of Clinical Audiology. 6th. Philadelphia
Lippincott williams and wilkins, 2009; 22.529-41
19. Rance

G. Trens ln Amplication : Auditory Neuropathy/Dys-sync

and lts Perceptual Consequences. Sage, 2005;9(1):1-41
20. Suwento R, Zizlavsky S, Hendarmin H. Gangguan Pendengaran P

Bayi dan Anak. Dalam

:

Buku Ajar llmu Kesehatan Telinga Hidu

Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. FK Ul,2007 31-42
21. Campbell KCCM, Mullin-Derrick G. Otoacoustic emissions. Didapat
http ://wrvw.

em

ed i ci

n e.

co m. s peci a lti es. htm

22.Hood L.J. Clinical Applications

of

The Auditory

Bra

Response.singular Publishing Group,lnc. San diego, London. 1998.
PKB 6 Palembang 2013

Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran dan lntervensinya

fi

23. Bhattacharyya N. Scott ME. Auditory brainstem response audiometry.
Didapatkan dari: hitp:iiwww. emedici ne. corn. specialties. htn i
24. Smith R, Gooi A, Treatment of hearing impairment in children. Diakses
dari http://www.

u

ptodate. com

25. Lim SYC, Simser J. Auditory-verbal Therapy for Children with Hearing
lmpairment. Ann Acad med Singapore 2005;34.307-12
26. Estabrooks W. Auditory-Verbal Therapy for parents and professionals.

Washington D.C: Alexandra Graham Bell Association for the Deaf and
Hard of Hearing, 1994.
27. Smith R, Gooi A. Treatment of hearing impairment in children. Diakses
dari http://www.

u

ptodate. com

28. Yoshinaga-ltano C, Sedey AL, Coulter DK, Mehl AL. Language of early-

and later-identified children with hearing loss. Pediatrics

1998;

102:1161.
29. Rizer FM, Burkey JM. Cochlear implantation in the very young child.
Otolaryngol Clin North Am 1999; 32:1117.

PKB o Patembang

2u3

@

_"_-rc

'l
,(
,' \!

I

(6Ur

,a

:::

clt

cgc

,:

€H

*,
Cfl:

EI
q-

E
gr

\l$

..d

Ei
=
=

-=

==

===

=i=

€R-

F

gE
=.$

ftq"J

oE
,F*,a

Ea

{Fut"
"',*t

i
&*

F
cl {E€
tu
'(L
-Cl r";
C- \"f3
,&
s

{)

v6

H,X
-A\

il#

rd&

L"3

e)u
r-t
*$

====€E=
===sriE

-

rt

""sr

=

C

F**

l=

Ftu
fR

-r
k#
l-{
#\

a

ct
bO "w''

ct%

*ni
vf,&

a
r-

;.#aF6
Clt fl\

g-w

=--i
d€

:sq

6

dL-

=4