7. Yuli Hendra BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JELAWAT Vol. 21. No. 2 April 2016

Yuli Hendra Saputra, M. Syahrir R. dan Anugrah Aditya B.
BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii, Bleeker 1851)
DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MAHAKAM KECAMATAN MUARAWIS
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
(Reproduction Biology of Mad Barb (Leptobarbus hoevenii, Bleker 1851)
In Floods Plaints Mahakam Rivers Subdistrict Muara Wis
District Kutai Kartanegara Province East Kalimantan)
YULI HENDRA SAPUTRA1), M. SYAHRIR R.2) dan ANUGRAH ADITYA B.2)
1)
Mahasiswa Jurusan MSP-FPIK, Unmul
2)
Staf Pengajar Jurusan MSP-FPIK, Unmul
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda
E-mail: yulihendrasaputra@gmail.com

ABSTRACT
Study of reproduction aspect of mad barb was conducted on March until April 2016 at 11 point
sampling in flood plaints Mahakam Rivers. The result of the study was showed that sex ratio
dominated by male in 5:1 (5 male and 1 female). Based on gonad somatic level (GSL) was

assumed this fish have length maturnity since 26-32 cm. The results of gonad somatic index (GSI)
from all sample aproximately 0,16-2,67 % with GSI male fish 0,16-2,67 % and female fish 0,160,96 %. There only one female fish was captured in this research with gonad somatic level (GSL)
III, the weight of the body is 700 gram with total lenght 37 cm and weight of the gonad is 4 gram
this female produce 3060 eggs.
Keywords: Leptobarbus hoevenii, mad barb, GSI, GSL, flood plaints Mahakam Rivers.

PENDAHULUAN
Rawa Banjiran Sungai Mahakam merupakan salah satu bagian dari perairan umum yang memegang
peranan penting dalam menghasilkan ikan air tawar (Samuel et al., 2002).Ikan jelawat (Leptobarbus
hoevenii)merupakan salah satu ikan asli Indonesia yang terdapat di beberapa sungai di Kalimantan dan
Sumatera (Kottelat et al., 1993).Di Kalimantan Timur yang memiliki luas wilayah daratan 127.267,52
km2 (Bappeda Kaltim, 2014), terdapat habitat dari ikan jelawat yang tersebar di berbagai wilayah perairan
umum, salah satunya berada di rawa banjiran Sungai Mahakam Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Ikan jelawat merupakan salah satu komoditas perikanan tangkap yang penting bagi nelayan di Muara
Wis karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Telah dikembangkan kegiatan budidaya ikan jelawat
menggunakan keramba jaring apung (KJA) namun kebutuhan benihnya masih mengandalkan benih dari
hasil penangkapan. Hasil dari penangkapan selain sebagai benih untuk budidaya KJA oleh nelayan
digunakan sebagai pakan alami untuk ikan-ikan karnivora yang dibudidayakan seperti ikan toman
(Channa micropeltes), termasuk didalamnya ikan jelawat sebagai pakannya.

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 21. No. 2, April 2016: 048–054
Diterima 16 November 2015.
Semua hak pada materi terbitan ini dilindungi. Tanpa izin penerbit dilarang untuk mereproduksi atau memindahkan isi
terbitan ini untuk diterbitkan kembali secara elektronik atau mekanik.

48

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006

Yuli Hendra Saputra, M. Syahrir R. dan Anugrah Aditya B.
Besarnya nilai manfaat dari ikan jelawat dan model eksploitasi pemanfaatannya serta kondisi habitat
yang menurun memungkinkan terjadinya tekanan populasi pada ikan jelawat sehingga di khawatirkan
akan terjadi kepunahan terhadap ikan jelawat. Dibutuhkan data-data yang berkaitan dengan biologi
reproduksi ikan ini sebagai dasar pengelolaannya dan pengembangan ikan jelawat dimasa yang akan
datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa aspek reproduksi ikan jelawat di Rawa Banjiran
Sungai Mahakam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan
Timur.Aspek tersebut meliputi Nisbah Kelamin, Tingkat Kematangan gonad (TKG), Indeks Kematangan
Gonad (IKG), dan Fekunditas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan ± 2 bulan mulai bulan Maret hingga April 2016 di rawa banjiran Sungai

Mahakam Kecamatan Muarawis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Ikan contoh
yang dikumpulkan di dapatkan dari tangkapan nelayan dan diambil seluruh hasil tangkapannya.Alat
tangkap yang digunakan adalah ancau, sawaran dan belat.

Gambar 1. Lokasi penelitian
Ikan contoh kemudian dimasukkan stirifoam yang di isi dengan formalin 10 % dan selanjutnya
dibawah ke Laboratorium Ekobiologi Perairan untuk selanjutnya di analisis.Nisbah kelamin dianalisis
dengan menggunakan perbandingan antara jumlah ikan jantan dan ikan betina yang diperoleh selama
penelitian. Nisbah kelamin yaitu jumlah ikan jantan perjumlah ikan betina atau sebaliknya (Kandel et al.,
2013) atau perbandingan jumlah ikan jantan dan ikan betina dengan rumus:

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006

49

Yuli Hendra Saputra, M. Syahrir R. dan Anugrah Aditya B.
X = J / B atau X = J : B
Keterangan :

X = Nisabah Kelamin

J = Jumlah ikan jantan (ekor)
B = Jumlah ikan betina (ekor)

Penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan jantan dan betina ditentukan secara morfologis
mencakup warna, bentuk, dan ukuran gonad.Perkembangan gonad secara kualitatif ditentukan dengan
mengamati TKG I-V berdasarkan morfologi gonad, mengacu pada diskripsi menurut Effendi (1979).
Indeks kematangan gonad adalah suatu nilai dalam persen yang merupakan perbandingan antara
bobot gonad dan bobot tubuh ikan (termasuk gonad) dikalikan 100%:
IKG = Bg / Bt x 100%
Keterangan :

IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bg= Bobot Gonad (gr)
Bt= Bobot Tubuh (gr)

Fekunditas diasumsikan sebagai jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan yang telah mencapai
TKG IV.Cara mendapatkan telur yaitu dengan mengambil telur dari ikan betina, dengan mengangkat
seluruh gonadnya dari dalam perut ikan yang telah di awetkan. Fekunditas dapat dihitung dengan metode
gravimetrik dengan rumus (Effendi, 1997):
F=

Keterangan :

F
G
Q
N

G xN
Q

= Fekunditas (butir)
= Berat gonad (g)
= Gonad contoh (g)
= Jumlah telur setiap gonad contoh

Sebagai data pendukung diukur berbagai parameter kualitas air yang berperan penting dalam
kehidupan ikan. Alat dan metode pengukuran parameter fisika dan kimia perairan dengan kajian
perbandingan kriteria mutu air kelas 3 (Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 02 Tahun
2011).


HASIL DAN PEMBAHASAN
Nisbah Kelamin
Nisbah kelamin ikan jelawat dari 96 sampel yang diukur, diperoleh perbandingan ikan jantan dan
betina sebesar 5:1.Ikan jantan sebanyak 79 ekor dan ikan betina sebanyak 17 ekor. Dari perbandingan ini
diketahui bahwa untuk proses pemijahan di alam jumlah ikan jantan dan betina tidak seimbang. Menurut
Ball & Rao (1984) untuk mempertahankan kelangsungan hidup dalam suatu populasi, perbandingan
jantan dan betina diharapkan berada dalam kondisi seimbang, setidaknya ikan betina lebih banyak. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa perbandingan jumlah ikan jantan dan betina di alam sangat jauh,
apabila kondisi ini terus berlangsung dikhawatirkan kondisi ikan jelawat di alam akan berkurang dan
dapat terjadi kepunahan.

50

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006

Yuli Hendra Saputra, M. Syahrir R. dan Anugrah Aditya B.
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Dalamproses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme tubuh
ditujukan untuk perkembangan gonad. Perkembangan gonad semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya tingkat kematangan gonad (TKG) (Sjafei et al. 1992).

Tabel 1. Jumlah ikan jelawat ( Leptobarbus hoevenii ) pada tingkat kematangan gonad yang diperoleh
selama penelitian berserta kisaran bobot tubuh dan panjang tubuh.

Jenis Kelamin

TKG

Jantan

I
II
III
IV
V

Jumlah
Betina
Jumlah

I

III

Jumlah
(Indivudu)
34
2
33
8
2
79
16
1
17

Kisaran Bobot Tubuh
(g)
3,2-15,3
219,5-229,5
276-710
419-1266

870-1150

Kisaran Panjang
Tubuh (cm)
2,3-16,3
26,6-27,2
26,7-37,8
32,3-44,7
40,2-43,6

2,9-13.2
700

3,6-17,5
37

Keterangan: TKG = Tingkat Kematangan Gonad

Tingkat kematangan gonad ikan dapat dipergunakan sebagai pendunga status reproduksi ikan, umur,
dan ukuran pertama kali matang gonad (Effendi, 1997).Sebagian besar hasil dari penelitian masuk dalam

kategori TKG I dan masih tergolong juvenil.Komposisi ikan jantan lebih banyak dibandingkan dengan
ikan betina yaitu 79 ekor ikan jantan dan 17 ekor ikan betina.

Gambar 2. Tingkat kematangan gonad ikan jelawat jantan dan betina selama penelitian berlangsung

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006

51

Yuli Hendra Saputra, M. Syahrir R. dan Anugrah Aditya B.
Pada penelitian ini ditemukan ikan jelawat dengan panjang maximum 44,7 cm dan panjang rata-rata
20,83 cm, hal ini berbeda dengan data ikan jelawat yang berada di Sungai Mekong, Kamboja yang
memiliki panjang maximum 100 cm dan panjang rata-rata 50 cm (Fishbase, 2004). Length maturnity
pada penelitian ini kemungkinan dimulai dari ukuran 26 cm pada awal TKG III sampai 32 cm pada awal
TKG IV.
Pola sebaran TKG menunjukkan bahwa musim pemijahan ikan jelawat kemungkinan terjadi pada
saat musim penghujan. Hal ini terlihat dengan ditemukannya ikan jelawat yang telah matang gonad dan
siap memijah (TKG III dan TKG IV) pada saat itu curah hujan tinggi pada pertengahan sampai akhir
bulan april 2016, curah hujan pada saat itu tinggi sehingga terjadi luapan air sungai atau banjir.
Melimpahnya air pada suatu perairan akan mempengaruhi ketinggian permukaan air sehingga terjadi

perubahan suhu yang akan merangsang ikan untuk melakukan pemijahan (Lagler, 1972).
Dari hasil pengamatan secara morfologi ditemukan pada ikan jantan kisaran IKG terkecil pada TKG
I sekitar 0,16-0,59 % dan yang terbesar pada TKG IV sekitar 0,72-2,67 %, sedangkan pada ikan betina
TKG I sekitar 0,16-0,69 % dan pada TKG III sebesar 0,57 %.
Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Tabel 2.Indeks kematangan gonad ikan jelawat selama penelitian.

Jenis Kelamin
Jantan

Betina

TKG
I
II
III
IV
V
I
III

Jumlah Individu
24
2
33
8
2
15
1

Kisaran IKG ( %)
0,16-0,59
0,57-0,82
0,45-1,68
0,72-2,67
0,32-0,54
0,16-0,69
0,57

Keterangan: IKG = Indeks Kematangan Gonad

Pada umumnya kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan IKG ikan betina lebih
besar dibandingkan dengan ikan jantan (Effendi, 1997). Hal ini juga terlihat pada penelitian ini kisaran
IKG ikan betina TKG I lebih besar daripada IKG ikan jantan TKG I. Perbedaan ukuran gonad ikan jantan
dan betina menjadi penyebabnya, biasanya ovarium ikan betina akan lebih berat dibandingkan testis ikan
jantan. Pada umumnya pertambahan berat gonad ikan betina berkisar 10-25 % dari berat tubuhnya,
sedangkan pada ikan jantan berkisar antara 10-15 % (Effendi, 1997) . Indeks kematangan gonad akan
semakin meningkat seiring dengan peningkatan berat gonad berat gonad ikan tersebut (Effendi, 1997).

Fekunditas
Fekunditas pada ovari secara morfologi dapat dideteksi pada telur yang telah mencapai tingkat
kematangan gonad IV, akan tetapi pada penelitian ini tidak ditemukan ikan betina pada TKG IV. Ikan
jelawat betina yang didapat yaitu paling besar pada TKG III sebanyak satu ekor, yang mana bobotnya
gonadnya sebesar 4 g, panjang tubuh 37 cm, dan bobot tubuh sebesar 700 g. Hasil perhitungan fekunditas
dari bobod gonad 4 g adalah 3.360 butir. Nilai tersebut menunjukkan potensi telur yang nanti akan
dihasilkan dalam proses pemijahan.

52

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006

Yuli Hendra Saputra, M. Syahrir R. dan Anugrah Aditya B.
Tabel 3. Perhitungan fekunditas ikan jelawat betina

No.

Berat Gonad (gr)

Berat Gonad
Contoh (gr)

43

4

0,2

Jumlah Telur
Gonad Contoh
(Butir)
153

Fekunditas
(Butir)
3060

Informasi mengenai reproduksi ikan jelawat matang gonad berukuran bobot tubuhnya antara 1,4 –
2,9 kg untuk ikan betina, dan 1 – 2,6 kg untuk ikan jantan, dengan fekunditas rata-ratanya adalah
sebanyak 140.438 butir . Sedangkan pada perairan alami bobot ikan jelawat yang memijah di perairan
Muara Tebo, Jambi berkisar antara 3,7 – 5 kg, dengan ukuran panjang 46 – 58 cm. Di Sungai Tembeling,
Malaysia bobot rata-rata ikan jelawat yang memijah adalah 2,5 kg (Anonim, 2009) . Fekunditas yang
diperoleh selama penelitian sebanyak 3.060 butir berbeda dengan fekunditas ikan jelawat ditempat lain
sebanyak 140.438 butir, selain itu perbedaan berat tubuh ikan jelawat yang telah matang gonad selama
penelitian juga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini mungkin terjadi karena kondisi habitat
ikan jelawat selama penelitian mulai berkurang dan eksploitasi penangkapan yang berlebihan sehingga
reproduksi ikan jelawat mengalami penurunan.
Kondisi kualitas air disekitar danau melintang hampir sama dengan kondisi rawa pada umumnya,
pada saat penelitian terdapat banyak tumbuhan air yang memenuhi danau dan nelayan sekitar memasang
alat tangkap berada disekitar tumbuhan air.
Tabel 4.Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia disekitar lokasi penelitian.

Parameter

Fisika
Suhu
Kedalaman
Kecerahan
Kimia
pH
DO

Satuan

0

C
Cm
Cm

mg/L

Stasiun

Baku mutu
kelas III

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

29
230
30

28
30
30

29
340
45

Deviasi 3

5,51
1,6

5,53
0,85

5,58
1,3

6-9
3

Perairan rawa banjiran sungai Mahakam banyak ditumbuhi oleh tumbuhan air seperti dalam daftar
tabel berikut:
Tabel 5.Jenis tumbuhan yang berada disekitar lokasi penelitian.

No.
1
2
3
4

Jenis Tumbuhan
Enceng gondok (Eichornia
crassippes)
Kumpai minyak (Panicium
stagnium)
Babatungan (Polygonum
barbatum)
Luteng (Hydnocarpus
anthelminticus)

Lokasi
Disekitar alat tangkap
sawaran dan ancau
Disekitar alat tangkap
sawaran dan ancau
Disekitar alat tangkap
sawaran dan ancau
Disekitar alat tangkap bubu

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006

Habitat
Rawa banjiran
Rawa banjiran
Rawa banjiran
Sekitar Sungai

53

Yuli Hendra Saputra, M. Syahrir R. dan Anugrah Aditya B.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Nisbah Kelamin ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii) selama penelitian jumlah yang ditemukan tidak
seimbang antara jumlah ikan jantan dan betina dengan perbandingan 5:1.
2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) pada ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii) jantan yaitu TKG I, II,
III, IV dan V sedangkan pada ikan betina yaitu TKG I dan III. Ikan jelawat betina mempunyai Indeks
Kematangan Gonad (IKG) relatif lebih kecil dibandingkan ikan jantan disetiap tingkat kematangan
gonad (TKG). Ikan jelawat betina dengan TKG IV tidak ditemukan dalam penelitian ini, yang
diperoleh adalah ikan betina dengan TKG III dengan fekunditas sebanyak 3.060 butir.
Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk memperoleh data yang lebih akurat.
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan supaya mendapatkan data tentang tingkat kematangan gonad ikan
jelawat betina mulai dari TKG I-V.
3. Perlu diadakan tindakan pelestarian untuk menjaga keberadaan ikan jelawat yang merupakan ikan asli
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Ikan Jelawat. Online :http://per-ikan-an.blogspot.co.id/2009/08/ikan-jelawat.html.

Diakses pada tanggal 10 Mei 2016.
Bal, D. V. & K. V. Rao. 1984. Marine fisheries . Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi, 5173 pp
BAPPEDA
KALTIM,
2015.
Profil
Daerah
PROV.
KALTIM.
Online:
http://www.bappedakaltim.com/profil/profil-daerah-kaltim.html. Di akses pada tanggal 17
Desember 2015.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara
Effendi,M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 Halaman.
FISHBASE,
2004.Leptobarbus
hoevenii
http://www.fishbase.org/summary/SpeciesSummary

(Blekeer,

1851).

Online:

Kandel, K E, Mohammad, S.2, mostafa A M dan Abd. Alla, MA. 2013. Reproductive biology of the
cockle Cerastoderma glanser (Bivalvia : Cardiidae) from lake Qarun, Egypt. The Egyptian
Journal of Aquatic Research 3(4) : 249-260.
Lagler, K. F. 1972. Freshwater Fishery Biology. W. M. C. Hal. 371- 191. BrownCompany Publisher
Dubuque. Iowa.
Peraturan Daerah Kalimantan Timur. No 02 Tahun 2011. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Samuel, Adjie, S. & Nasution, Z. 2002. Aspek lingkungan dan biologi ikan di Danau Arang-arang,
Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8(1): 1-11.
Sjafei, D.S. 1992. Fisiologi Ikan II. Reproduksi Ikan IPB. Bogor.

54

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006