T1 712012067 Full text

Peran Perempuan Dalam Gerakan Reformasi Gereja Abad ke-16
Oleh:
Elfira Maria Susana Kambali
712012067

TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar sarjana
Sains Teologi
(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

i

ii


iii

iv

v

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas cinta kasih dan penyertaanNya yang selalu melimpah dalam kehidupan
penulis sampai saat. Secara khusus penulis panjatkan karena atas penyertaanNya
yang tak pernah berhenti mulai dari awal penulis menjalani masa pendidikan di
Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) sampai penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Peran Perempuan Dalam
Gerakan Reformasi Gereja Abad ke-16”.
Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol). Penulis menulis Tugas Akhir
ini dengan harapan karya tulis ini dapat diterima dan dapat membantu menambah
wawasan bagi semua orang tentang apa saja peran dari kaum perempuan dalam
gerakan reformasi gereja abad ke-16. Dalam seluruh rangkaian penulisan ini,

penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurnah sehingga diperlukan masukan dan saran agar kedepannya tulisan ini
dapat terus dikembangkan dengan lebih.

Salatiga, 12 Juni 2017
Penulis

Elfira Maria Susana Kambali

vi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ................................................. iv
PERNYATAAN BEBAS ROYALITI DAN PUBLIKASI .......................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... vii
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ix

MOTTO .......................................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.4 Batasan Masalah ...................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 5
1.6 Metode Penelitian ..................................................................... 5
1.7 Sistematika Penulisan .............................................................. 6

2. Menggambarkan Konteks Masyarakat Eropa dan Faktor-faktor Baik
dalam Masyarakat maupun dalam Gereja .................................................. 6
2.1 Konteks Sosial Kehidupan Masyarakat ................................. 6
2.2 Konteks Teologis ...................................................................... 13

vii

3.


Peran dari Katherina Von Bora dan Marguerite OF Navarre dalam

Pergerakan Reformasi Gereja Abad ke-16.................................................. 16
3.1 Latar Belakang Kehidupan Perempua Abad pertengahan .. 16
3.2 Katherina Von Bora (1499-1550)............................................. 20
3.3 Marguerite Of Navarre (1492-1549)........................................ 23
3.4 Analisis ....................................................................................... 25
4. Penutup
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 27
4.2 Saran .......................................................................................... 28
Daftar Pustaka ................................................................................................ 30

viii

UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam proses penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, baik itu dalam bentuk keritik, saran, doa, bimbingan, motivasi, dan
semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus karena atas penyertaannya dalam kehidupan

penulis dari awal penulis menjalani studi di Fakultas Teologi
Universitas Satya Wacana sampai dengan penulis dapat menyelesaikan
studi dengan baik.
2. Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo dan Feriningsih B.P Hagni,M.Th
yang menjadi dosen pembimbing penulis selam masa penulisan tulisan
akhir. Terimakasih atas waktu, ilmu dan motivasi yang selalu
diberikan kepada penulis. Mohon maaf jika selama proses penulisan
ada sikap dan perilaku yang kurang berkenan.
3. Dr. David Samiyono, yang adalah dosen wali penulis. Terima kasih
atas waktu selama ini, terima kasih atas motivasi-motivasi

dan

dukungan yang diberikan selama ini sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan studi di Fakultas Teologi Universitas Satya Wacana.
4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Teologi. Terima kasih sudah
membagi ilmu, pengalaman serta motivasi kepada penulis selama
penulis menjalani proses perkuliahan agar terus maju dan menjadi
berkat bagi orang lain. Terimakasih buat Ibu Budi yang selalu sabar,
dan setia


dalam membantu penulis dan mahasiswa ketika kami

mengalami masalah atau suatu hambatan dalam perkuliahan.
5. Keluarga tercinta. Alexs Kambali (Papa), Norwina Patara (Mama),
Febryanti Pricila Dobetris Kambali dan Juniho Rian Kambali. Terima
kasih banyak karena selalu ada buat saya, selalu mendukung saya di
saat saya jatuh, selalu memberikan semangat, doa dan motivasi untuk
saya agar bisa selesaikan studi dengan baik. Terlebih khusus buat papa
dan mama yang selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan
saya,sehingga saya dapat menyelesaikan studi di Salatiga. Dan mohon

ix

maaf jika selama ini saya selalu membuat papa dan mama kesal
dan marah dengan sikap dan prilaku yang salah. Terima Kasih
banyak papa dan mama. Hasil ini buat kalian.
6. Mama Lenda dan Bapa Johanes Leasa serta adik Elis keluarga di
Jaya Pura. Terimakasih atas waktu, dukungan, doa dan motivasi
serta perhatian kalian yang selama diberikan kepada saya.

Sehingga saya dapat menyelesaikan studi saya dengan baik.
7. Almendy Marchel Leasa yang selalu setia, memberikan semangat
serta selalu memberikan motivasi selama masa studi. Terima kasih
atas waktu dan kebersamaan yang ada selama ini, mohon maaf
apabila selama ini ada hal-hal yang kurang menyenangkan, dan
semangat terus dalam kuliah jangan lupa Tugas Akhir . Tuhan
Yesus Memberkati.
8. Inggrid, Lian, Osi, Eka, Chip, Putra, dan Jo. Terima kasih sudah
menjadi sahabat, saudara, teman selama saya studi di Fakultas
Teologi. Terimakasih atas dukungan, motivasi dan waktu
kebersamaan kita selama ini.
9. Teman-teman angkatan 2012. Terima kasih atas waktu selama ini
karena dengan kalian saya belajar banyak hal, serta saling
mendukung satu dengan yang lain. Tetap semangat dan sukses buat
kita semua.
10. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada saudara, keluarga
serta teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Terima kasih sudah bersama dengan penulis selama ini yang selalu
memberikan arti dan warna dalam kehidupan penulis. Terima kasih
atas waktu serta motivasi dan doa yang selalu diberikan kepada

penulis. sekali lagi Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati kita
semua.

x

MOTTO
Awasilah Dirimu sendiri dan Awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam
semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan
menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkuan.
I Timotius 4:16

xi

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja peran perempuanperempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16, dan mampu
mendeskripsikan apa makna dari peran perempuan dalam gerakan reformasi
gereja abad ke-16 bagi kaum perempuan gereja masa kini. Penelitian ini ingin
menunjukkan apakah perempuan-perempuan dalam gerakan reformasi memiliki
peran dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16, dan peran apa saja yang
dilakukan kaum perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yang bersifat
deskriptif dimana metode ini mampu menceritakan tentang sejarah pergerakan
reformasi, tetapi lebih kepada melihat peran perempuan yang selama ini
terabaikan yaitu bagaimana peran perempuan dalam gerakan reformasi gereja
abad ke-16.
Metode kualitatif ini dimaksudkan untuk mengerti dan memahami secara
mendalam tentang apa saja peran dari kaum perempuan dalam gerakan reformasi
gereja abad ke-16. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan
melakukan studi kepustakaan yaitu dengan mengkaji sumber-sumber yang ada
dari buku ataupun dari bahan bacaan yang terkait dengan topik. Hasil dari
penelitian ini adalah untuk menambah wawasan bagi semua orang tentang
pengetahuan sejarah peran perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke16. Terlebih tulisan ini sangat berguna bagi kaum perempuan masa kini agar dapat
belajar dan termotifasi untuk menjadi perempuan yang mandiri, aktif dan kreatif
seperti yang dapat kita contohi dari perempuan-perempuan dalam gerakan
reformasi gereja abad ke-16.

Kata Kunci: Perempuan, gereja, peran, gerakan reformasi abad ke-16.

xii


I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tahun depan, tepatnya pada tanggal 31 Oktober 2017 gerakan reformasi
yang terjadi di Eropa Barat pada abad ke-16 genap berusia 500 tahun. Peristiwa
besar yang terjadi dalam sejarah gereja yakni munculnya gerakan reformasi dari
Marthin Luther, Johanes Calvin, Ulrich Zwingli dan lain sebagainya. Pada intinya
adalah para reformator ini memprotes teologi dan pratek gereja yang mereka
pandang telah jauh menyimpang dari satu-satunya sumber informasi hidup iman
umat manusia yaitu kitab suci.1
Istilah “Reformasi” secara langsung memberikan kesan bahwa kekristenan
di Eropa Barat sedang diperbaharui. Tetapi istilah “Reformasi” tidak
dipergunakan untuk menjelaskan gerakan itu. Ada beberapa orang beranggapan
bahwa istilah lain lebih cocok untuk dikenakan dalam fenomena yang terjadi pada
abad ke-16. Dan pada awal abad ke-16, tampak jelas bahwa gereja di Eropa Barat
sekali lagi berada dalam keadaan yang sangat memerlukan pembaharuan.2
Tata gereja yang resmi benar-benar membutuhkan pembaharuan yang
menyeluruh karena sistem pemerintahan dalam gereja telah menjadi sangat tidak

efisien dan buruk. Sehingga moral para rohaniawan sering tampak lemah dan
menjadi sumber masalah bagi jemaat mereka.3
Di akhir abad pertengahan gereja telah berkembang begitu pesat sehingga
menjadi gereja yang merasa diri berhak mengendalikan kehidupan di bumi,
misalnya penjualan surat penghapusan dosa itu menunjukkan adanya upaya gereja
untuk mengubah ajaran sentral Alkitab tentang kebenaran. Akibatnya banyak
orang secara diam-diam merindukan pembaharuan gereja dalam kehidupan
masyarakat.4
Kehidupan mereka diwarnai oleh kekerasan, suap, pelanggaran asusila dan
kekuasaan politik yang sangat buruk. Keadaan gereja yang menyedihkan pada

1

E.Martasudjita,Pr,Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis Pastoral (Yogyakarta:
Kanisius,2005),55.
2
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,2013),2.
3
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,3.
4
Ebenhaizer I Nubantimo and Irene Ludji, Mendiami Bumi Bersama Sang Lain (Salatiga:
UKSW,2015),56.

1

awal abad ke-16 hanyalah sebagian kecil dari suatu masalah yang terjadi dalam
kehidupan iman kristen.5
Istilah “Reformasi” dipergunakan dalam banyak arti, karena itu perlu
dilihat perbedaan-perbedaannya. Ada empat unsur yang terdapat dalam definisi
tentang reformasi yaitu: Lutheranisme, Gerja Reformed yang disebut sebagai
“Calvinisme”, Reformasi Radikal yang disebut sebagai “Anababtisme” dan
Kontra-Reformasi atau reformasi katolik.6 Dalam artian yang luas, istilah
“Reformasi” dipergunakan untuk menunjuk pada keempat gerakan itu. Istilah itu
juga dipakai dalam arti terbatas untuk membicarakan “Reformasi Protestan” dan
tidak mencakup “Reformasi Katolik”. Istilah “Reformasi Magisterial” secara
bertahap dipakai untuk merujuk pada dua arti yaitu “Lutheranisme” dan “Gereja
Reformed” sedangkan istilah “Reformasi Radikal” merujuk pada arti yang ketiga
yaitu “ Anababtisme”.7
Timbulnya Reformasi tidak hanya berkaitan dengan krisis kepausan pada
akhir abad pertengahan, tetapi timbulnya reformasi juga berkaitan dengan krisis
rohani yang dialami oleh anggota-anggota gereja. Pada akhir abad pertengahan
sebenarnya kehidupan rohani tidak merosot, karena masih banyak orang yang
rajin dalam melaksanakan ibadah untuk meningkatkan imannya dengan barbagai
cara. Banyak juga yang menyatakan ketaatan mereka dalam bentuk yang lahiriah,
seperti penghormatan kepada orang-orang santo, berziarah, dan mengadakan
misa.8
Teologi gereja terjebak dalam diskusi-diskusi yang rumit, yang kurang
berkaitan dengan iman anggota-anggota gereja. Serta pelayan-pelayan dan
pemimpin-pemimpin gereja terlalu sibuk dengan hal-hal organisasi, dan
pemerintah gereja yang lamban dianggap menjadi halangan untuk pertumbuhan
kehidupan rohani.9

Beberapa pernyataan Luther sendiri tampak melawan pandangan
tradisional gereja. Karena itu upaya mereformasi gereja sebenarnya hendak
5

Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,4.
Alister E..McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,6.
7
Aliste E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,7.
8
Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013),23.
9
Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab,24.
6

2

mengangkat pembaharuan dalam gereja yang tidak saja menyangkut adat,
kebiasaan (luaran), tetapi dalam dogma dan struktur gerejawi.10 Sehingga gereja
merindukan sebuah struktur yang sederhana sama seperti pada zaman para rasul
dengan ajaran yang terpusat pada inti iman kristen seperti terdapat dalam Alkitab
dan tulisan-tulisan Bapa-bapa gereja kuno, seperti Agustinus.11
Dalam penulisan sejarah gerakan reformasi selama 500 tahun ini yang
selalu dilihat adalah peran dari kepeloporan kaum laki-laki yaitu Marthin Luther,
Johanes Calvin dan Ulrich Zwingli yang selalu disebut sebagai seorang pahlawan
yang memiliki jiwa keperkasaan dan jiwa pemberani. Semua tulisan ini
diceritakan secara terbuka dan sangat berkesan seakan-akan gerakan reformasi
gereja itu hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, padahal yang diketahui
bersama bahwa disamping pergerakan reformasi yang dipelopori oleh kaum lakilaki ada banyak nama peran dari kaum perempuan yaitu seperti :
Marguerite Of Navarre (1492-1549), Marie Dentire (1495-1561), Argula
Von Bora (1492-1554) dan Olympia Morata (1526-1555) serta isteri-isteri dari
para tokoh reformator yaitu Katherina Von Bora yang adalah isteri dari Marthin
Luther dan Idelette de Bure yang adalah isteri dari Johanes Calvin.12 Dari keenam
tokoh perempuan ini dapat dilihat bahwa mereka juga mampu untuk melakukan
gerakan reformasi dan upaya-upaya reformasi kecil-kecilan atau sebuah gerakan
yang bisa mereka lakukan. Karena itu melalui penuturan dalam sejarah gereja
reformasi abad ke-16 maka penulis melihat apakah memang perempuan tidak
berperan dalam gerakan reformasi? Karena tidak adil jika sejarah gerakan
reformasi itu hanya mengangkat atau bercerita tentang kaum laki-laki saja,
padahal yang diketahui juga dalam catatan-catatan sejarah reformasi gereja ada
banyak yang menyebutkan peran dari kaum perempuan.
Maka dari istilah penyebutan dan cerita sejarah yang ada, dapat dilihat
bahwa kaum perempuan juga memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah
gerakan reformasi tetapi karena cerita-cerita ini didiamkan selama bertahun-tahun

10

Jan S. Aritonang, Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja Zaman Moderen (Yogyakarta:
Kanisius,2004),46.
11
Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab, 25.
12
Zakaria Ngelow,”Beberapa Perempuan Reformator “(Oaseintim,Lembaga
Pemberdayaan Praksis Pelayanan dan Kajian Teologi Kontekstual Indonesia Timur, Institute for
eastern ministry empowerment and contextual theology studies, Bossey Genewa, 9 Agustus 2016).

3

maka setelah 500 tahun, sekarang sebagai seorang mahasiswa yang juga
mempelajari tentang pergerakan reformasi dan juga yang hidup dalam tradisi
teologi yang memulai menekankan kesetaraan gender maka dalam penulisan ini
penulis melihat apakah perempuan-perempuan tidak memiliki peran dalam
pergerakan reformasi oleh karena itu maka penulis ingin melakukan penelitian
tentang “ Peran Perempuan Dalam Gerakan Reformasi Gereja Abad ke-16”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas maka penulis
merumuskan masalah dalam hal ini Peran Perempuan Dalam Gerakan Reformasi
Gereja abad ke-16 adalah:


Apa saja peran perempuan pada zaman gerakan reformasi abad ke16?



Apa artinya peran perempuan dalam gerakan reformasi abad ke-16
dan makna apa yang akan diperoleh untuk kaum perempuan pada
zaman moderen?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan
penulisan ini adalah:


Mendeskripsikan peran perempuan-perempuan dalam pergerakan
refomasi gereja abad ke-16.



Mendeskripsikan apa makna dari peran perempuan dalam gerakan
reformasi gereja abad ke-16 bagi kaum perempuan gereja masa
kini.

1.4 Batasan Masalah
Untuk membatasi penulisan ini, maka penulis mengambil dua tokoh
perempuan dalam gerakan reformasi abad ke-16 yaitu:


Katherina Von Bora yang adalah isteri dari Marthin Luther yang
juga sering disebut sebagai “ Bintang Pagi dari Witenberg”. Alasan
penulis memilih Katherina Von Bora yaitu, karena dia adalah
seorang isteri dari salah satu tokoh reformator yang terkenal yaitu
Marthin Luther. Katherina Von Bora juga memiliki peran penting

4

dibalik kesuksesan dari Marthin Luther dalam gerakan reformasi
gereja abad ke-16.


Marguerite Of Navarre yang adalah seorang ratu yang memiliki
gelar diplomat. Alasan penulis memilih Marguerite Of Navarre
yaitu, karena dia adalah salah satu tokoh perempuan reformasi
yang melindungi para reformator seperti Johanes Calvin, Gerard
Roussel, Lefevre d’Etaples dan Clement Marot. Sehingga sebagai
ucapan terimakasih Calvin memberikan sebuah buku tentantang
pendidikan agama kristen.

1.5 Manfaat Penulisan
Untuk menambah wawasan bagi penulis dan mahasiswa tentang
pengetahuan sejarah dalam hal ini peran perempuan dalam gerakan reformasi abad
ke-16. Dan Untuk perempuan-perempuan masa kini agar dapat belaja dan dapat
termotifasi dari kedua tokoh perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16
yaitu, Katherina Von Bora dan Marguerite Of Navare.
1.6 Metode Penelitian
Dalam mencapai tujuan penulisan dan penelitian maka penulis
menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian yang bersifat deskriptif yang
menceritakan tentang sejarah pergerakan reformasi dalam hal ini Peran Perempuan
Dalam Gerakan Reformasi Gereja Abad ke-16. Karena dengan metode kualitatif ini
dapat membantu penulis untuk mengerti dan memahami secara mendalam tentang
apa saja yang ada dalam sebuah gerakan reformasi abad ke-16. Permasalahan
mengenai apa saja peran perempuan yang dilakukan pada waktu gerakan reformasi
abad ke-16, yaitu dengan melakukan kajian dari sumber-sumber yang ada agar dapat
menjawab setiap permasalahan, yaitu dengan melakukan kajian-kajian pustaka
sehingga metode kualitatif ini sangat diperlukan dalam sebuah penulisan.

5

1.7 Sistematika Penulisan
Bagian I: Pendahuluan yang didalamnya dijelaskan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
Bagian II: Menggambarkan konteks masyarakat Eropa dan faktor-faktor baik dalam
masyarakat secara politik ataupun dalam gereja.
Bagian III: Peran dari Katherina Von Bora dan Marguerite Of Navarre dalam
gerakan reformasi gereja abad ke-16.
Bagian IV: Kesimpulan tentang makna dari peran perempuan gerakan reformasi
gereja abad ke-16 dan saran bagi semua baik dalam keluarga, gereja dan
masyarakat.
II Menggambarkan Konteks Masyarakat Eropa dan Faktor-faktor Baik dalam
Masyarakat maupun dalam Gereja.
Dalam Gerakan Reformasi abad ke-16 yang terjadi di Eropa, merupakan
suatu peristiwa yang tidak lahir begitu saja. Ada berbagai macam dinamika yang
terjadi seperti dinamika sosial dan dinamika teologis yang sangat mempengaruhi
gerakan reformasi dari Luther, Calvin dan Zwingli. Untuk kebutuhan studi ini
maka penulis membagi menjadi dua pokok yaitu:
 Pertama dari konteks sosial dalam kehidupan masyarakat Eropa
mulai dari faktor politik,ekonomi,ilmu pengetahuan dan kemajuan
teknologi.
 Kedua dari konteks teologi yaitu masalah-masalah teologis atau
religious yang terjadi dalam gereja.
2.1 Konteks Sosial Kehidupan Masyarakat Eropa
Konteks masyarakat Eropa juga sangat mempengaruhi berlangsungnya
gerakan reformasi yang terjadi pada abad ke-16. Karena dapat dilihat bahwa
masyarakat Eropa pada abad pertengahan adalah masyarakat yang feodalisme,
sehingga sangat berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat Eropa.13

13

Zeffry.Alkatiri, Transisi Demokrasi di Eropa Timur: Blatik,Jerman Timur, Rumania
dan Balkan (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,2016),27.

6

Tatanan kehidupan masyarakat Eropa dikenal dengan tatanan kelas sosial
tertinggi yang senantiasa menjaga eksklusivitas atau membatasi hubungan dengan
kelas sosial yang rendah.14
Hal ini juga dapat dilihat bahwa masyarakat Eropa lebih dari lima puluh
merupakan “Kota Kerajaan” (Imperial Cities).15 Pada masa itu masyarakat Eropa
mengalami kemunduran intelektual, sehingga semua hal sangat dipengaruhi oleh
gereja baik dalam kehidupan sosial, politik,ekonomi, serta ilmu pengetahuan.
Juga dapat dilihat bahwa pada abad pertengahan kekuasaan gereja begitu
dominan dan sangat menentukan kehidupan masyarakat Eropa, sehingga gereja tidak
memberikan kebebasan berpikir yang menyebabkan kemunduran iptek.16 Sisi negatif
dari dominasi gereja yakni dari bidang sosial akan muncul golongan penguasa,
golongan menengah, dan golongan kelas buruh serta petani. Golongan penguasa
akan menjadi penguasa sehingga menimbulkan ketimpangan yang mengancam
stabilitas sosial. Maka dari sinilah timbul sebuah gerakan reformasi, yaitu keinginan
untuk membebaskan diri dari kepemimpinan Paus terhadap kehidupan beragama di
Eropa yang diketahui bahwa gerakan reformasi berawal dari satu lingkungan urban
(Zurich) dan mulai menyebar melalui suatu proses perdebatan umum didalam
konfederasi kota serta pusat-pusat lainnya seperti Jenewa dan St.Gallen yang
berhubungan dengan kota-kota dalam perjanjian yang disebut dengan perjanjian
internasional.17 Sehingga dari beberapa faktor dalam kehidupan masyarakat Eropa
juga sangat mempengaruhi berlangsungnya gerakan reformasi yang tejadi pada abad
ke-16
A. Politik
Istilah “Gereja” dan “Negara” merupakan dua istilah yang menunjuk
kepada dua lembaga yang dapat dibedakan dengan jelas. Ketika berbicara tentang
hubungan gereja dan negara berarti berbicara satu lembaga yang berurusan dengan
lembaga yang lain. Hal ini dilihat bahwa pada abad pertengahan pemahaman ini lain
dari sekarang, karena sejak abad ke-4 agama kristen menjadi agama resmi di

14

Fadly Rahman, Rijsttafel:Budaya Kuliner di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia,2011),7.
Alister E.McGrath,Sejarah Pemikiran Reformasi,18
16
Emha. Sj, “Sejarah Eropa abad pertengahan”
siptatha.blogspot,april,23,2015,http://siptatha.blogspot.co.id/2015/04/sejarah-Eropa-pada-masaabad-pertengahan.html.
17
Alister E. McGrath,Sejarah Pemikiran Reformasi,19.
15

7

kekaisaran romawi dan seluruh masyarakat menjadi kristen sehingga pemerintah
banyak memiliki kerja sama yang menimbulkan satu gagasan bahwa negara harus
melindungi dan memajukan gereja.18
Pada tahun 1000 terjadi perang salib, antara Israel dan Palestina yang silih
berganti dikuasai oleh raja-raja Islam dan membuat masyarakat barat berusaha untuk
merebutnya. Perang salib ini menyebabkan terjadiya konflik dengan pedagang islam
dari Timur Tengah, sedangkan dampak positifnya yaitu adanaya kontak
kebudayaan. Sehingga membuat bangsa Eropa mulai terbuka dan mengakui
ketinggian kebudayaan Timur Tengah. Di Asia terjadi kontak perdagangan anatara
Barat dan Timur. Yang paling penting adalah perang salib bukan merupakan perang
agama, tetapi merupakan perang merebut kekuasaan.19
Dalam hal ini dapat dilihat juga bahwa sistem pemerintahan yang ada di
Eropa terbagi atas beberapa negara bagian yang juga hampir berdaulat, dan disetiap
negara memiliki kekuasaan yang ingin menguasai urusan agama yang ada di
wilayahnya saja misalnya negara-negara bagian yang terdiri atas satu kota misalnya
kota Jenewa dan juga negara yang memiliki satu wilaya misalnya Sachsen.20
Sehingga pada zaman yang sama khususnya di Spanyol, Portugal, Belanda, Inggris
dan Prancis merupakan negara-negara yang telah menganggap diri mereka menajadi
warga negara dari salah satu kota, atau dengan kata lain bahwa kesadaran akan
nasionalisme semakin berkembang. Dengan adanya semangat nasionalisme berarti
keinginan mereka untuk melepaskan diri dari ikatan kekuasaan spiritual ataupun
politik yang dijalankan oleh Romawi Katolik, yaitu dengan tujuan untuk
membentuk pemerintahannya sendiri.21Misalnya saja di Inggris hak paus
mengangkat pejabat gereja telah dihapuskan, di Prancis hak paus menarik pajak dan
mengangkat pejabat juga sudah dihilangkan kemudian hakim sipil diberikan
wewenang penuh untuk mengatur persoalan keagamaan di wilayahnya.22

Christian d’Jonge, Gereja Mencari Jawab,12.
Emha.Sj, “Sejarah Eropa Pada abad pertengahan”
20
Tony Lane, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,2008),125.
21
Justo L. Gonzales, The Story Of Christianity volume 2 (San Francisco: Harper and
Row,1948), 10.
22
Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat: Sejarah Filsafat Ideologi dan Pengaruhnya
terhadap dunia ke-3 (Jakarta: PT Bumi Aksara,2007),88.
18

19

8

Di

Jerman

semangat

nasionalisme

termanifestasi

dalam

bentuk

pemberontakan terhadap paus tentang penjualan surat penghapusan dosa. Maka dari
sinilah perlawanan yang demikian kuat dari berbagai wilayah di Eropa terhadap
pusat pemerintahan katolik di Roma telah memberikan fondasi yang kokoh untuk
lahirnya sebuah gerakan reformasi. Dengan adanya gerakan reformasi berarti adanya
perubahan politik yang besar di Eropa dan negara-negara barat, yaitu runtuhnya
imperium Kristen di Barat (Westren Christendom) yang telah berkuasa cukup
panjang, dan terpecah ke dalam negara-negara yang bercorak nasional tanpa
memiliki pusat kekuasaan melalui lembaga kepausan Roma. serta membuka
kesadaran politik individu dan demokrasi politik masyarakat di Eropa, dan juga
memberikan hak-hak ketuhanan bagi para penguasa negara atau raja.23
B. Ekonomi
Dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat Eropa sangat dikenal dengan
pertumbuhan ekonomi feodalisme yaitu suatu sistem dalam masyarakat yang
terdapat dua kelas sosial yaitu kelas penguasa atau tuan tanah dan kelas pekerja
yakni para budak. Dengan tidak adanya kesatuan mata uang dan hukum, maka setiap
pedagang sudah tidak dapat lagi berdagang dengan pedagang Roma, sehingga
hubungan ekonomi yang dulunya sudah ada menjadi berantakan. Sehingga banyak
masyarakat beralih kepada bentuk organisasi yang bertujuan untuk mempertahankan
hidup. Namun suatu tantangan lain timbul yaitu keharusan untuk mengecilkan
organisasi masyarakat yang ada, dan inilah yang dinamakan penghidupan ekonomi
tertututp dimana mampu bertahan selama berabad-abad.24
Krisis yang terjadi di kota-kota sejak akhir abad ke-14 dan abad ke-15
adalah suatu krisis bahan makanan yang berhubungan dengan kerusakan-kerusakan
dari apa yang disebut dengan maut hitam atau adanya penyakit sampar, yang
menyebabkan adanya krisis agrarian sehingga harga-harga gandum turun secara
drastis dalam periode 1450-1520, yang menyebabkan perpindahan penduduk daerah
pertanian, dan pekerja-pekeja agraris berimigrasi ke kota-kota dengan harapan dapat

23

Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat: Sejarah Filsafat Ideologi dan Pengaruhnya
terhadap dunia ke-3,89.
24
Lia Ardaleni,”sistem perekonomian abad pertengahan
Romawi,Liaardaleni.blogspot,April,4,2012 accessed
April,20,2012,http://liaardaleni.blogspot.co.id/2014/04/sistem-perekonomian-abad-pertengahanhtml.

9

memperoleh makanan dan pekerjaan. Tetapi karena tidak berhasil masuk dalam
gilde-gilde perdagangan maupun dewan-dewan kota, maka ketidakpuasanpun
muncul dalam masyarakat yang ada pada waktu itu.25Adanya pengaruh lain yakni
pengaruh perkembangan kapitalisme perdagangan dan merkantalisme yang
demikian pesat tumbuh pada abad ke-14 sampai pada abad ke-16.26
Maka dari sini juga dapat dilihat bahwa dibalik kesusahan yang dialami,
mereka dapat bangkit dari keterpurukan sehingga kondisi ekonomi mereka sudah
mulai berubah dan secara ekonomi masyarakat Eropa sedang mengalami
perkembangan yang sangat besar, karena pada saat itu dilihat bahwa di Eropa
terlebih khusus yang ada di Jerman sedang mengalami fase transisi ekonomi.
Dimana dapat dilihat bahwa masyarakat sedang berusaha untuk berpindah dari
masyarakat froit ke masyarakat yang kapitalis.27
C. Ilmu Pengetahuan
Pada zaman yang sama khususnya masyarakat Eropa telah memiliki pola
pikir yang semakin maju, karena dengan adanya berbagai prestasi-prestasi yang
gemilang atas pengetahuan baru yang dikumpulkan sehingga mereka memperluas
pemikiran orang-orang Eropa dan dapat membangun atas pengetahuan baru yang
dikumpulkan tentang dunia ini.28
Adanya perubahan tentang dunia baru, misalnya penemuan benua-benua
baru dan adanya perjalanan ke negeri-negeri baru yang menjadi makin mungkin dan
sering,serta adanya perkembangan-perkembangan baru dalam bidang kesehatan
misalnya proses pengobatan, kemudian dalam dunia penidikan misalnya fisika dan
matematik.29

25

Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,20.
Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat: Sejarah Filsafat Ideologi dan Pengaruhnya
terhadap dunia ke-3,85
27
Elin Liani, Abad Pertengahan sampai munculnya Reformasi Gereja, Elin geuyizz blog,
oktober, 5, 2010, http://elingeuyizz.blogspot.co.id/2010/10/reformasi-gereja-1483-1546.
28
Robert R.Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Pratek Pendidikan Agama
Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2005), 266.
29
Justo L. Gonzales, The Story Of Christianity volume 2 (San Francisco: Harper and
Row,1948), 10.
26

10

Ada seorang tokoh yang bernama Coper Nicus yang mengajarkan bahwa
bumi beredar mengelilingi matahari sampailah pada waktu itu ilmu pengetahuan
serta gereja mengajarkan bahwa bumilah pusat semesta alam. Sehingga kebudayaan
yang ada sudah tidak lagi menjadi milik orang-orang bangsawan tetapi sudah
menjadi milik semua orang.30 Dengan adanya ilmu pengetahuan yang semakin
berkembang muncullah sebuah gerakan yang bernama “Humanisme” yaitu sebuah
gerakan karena adanya ketidakpuasan sejumlah sarjana atas penyelewengan yang
nampak dalam gereja anatara lain sudah ada gerakan yang bermaksud
mempengaruhi gereja.31
Gerakan “Humanisme” ini muncul pada abad ke-15 di Italia dan sangat
disambut baik di tempat-tempat atau di kota-kota yang lain misalnya negara
Belanda. Dalam hal ini para kaum humanis memiliki tujuan untuk mempelajari
naskah-naskah kuno dalam bahas Yunani dan bahasa Ibrani serta mereka juga ingin
menggabungkan kesalehan yang berakar dalam iman kristen umat manusia yaitu
kemerdekaan dan kepentingan bagi dirinya sendiri, kehausan memperoleh
pengetahuan, dan usaha mencari gaya hidup yang digembleng sesuai dengan
keyakinan pribadi bukan yang ditentukan oleh kekuasaan lembaga insani yaitu
gereja.Adanya kemampuan membaca naskah kuno khususnya karya tulis Aristoteles
dalam bahasa aslinya, bukan lewat terjemahan dalam bahas latin yang dibuat dari
terjemahan bahasa Arab. Yang intinya adalah “ kembali pada sumber-sumber atau
dengan semboyan ad fonts” yaitu Alkitab bahasa Ibrani dan bahasa Yunani serta
karangan Bapa-bapa gereja32
D. Kemajuan Teknologi
Pada zaman yang sama dunia yang dinikmati para pemimpin gereja dan
masyarakat tergoncang dengan adanya penemuan dua macam teknologi yang
berdampak luar biasa, yaitu penemuan serbuk mesiu yang digunakan pada waktu
peperangan yang terjadi di Eropa Barat. Dan penemuan rahasia membuat kertas
sampai dengan penemuan mesin cetak yang memakai huruf-huruf lepas. Tetapi
waktu itu teknologi membuat kertas telah dipinjam oleh negara Cina yang sudah

30

H.Berkhof and I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2009), 119.
Robet R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Pratek Pendidikan Agama
Kristen, 268.
32
Tony Lane, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristen, 126.
31

11

mengenal teknologi itu beberapa abad sebelumnya. namun masyarakat Cina tidak
menyadari tentang cara pemakaian mesin cetak itu. Sehingga dengan adanya
penemuan itu maka sangat membantu para reformator dalam hal ini Luther, Calvin
dan Zwingli untuk menyebar luaskan tulisan-tulisan mereka ke semua pelosok
tempat atau wilayah menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat
Eropa, karena sebelumnya

setiap buku harus ditulis dengan tangan

dan

menggunakan bahan tulis yang terbuat dari kulit hewan, batang pohon dan juga
daun dari berbagai macam tumbuhan yang ada, sehingga membuat bahan tulis ini
dijual dengan harga yang sangat mahal, karena jika dilihat mulai dari menjilid
dengan bahan-bahan yang ada juga sangat terbatas. Tetapi dengan adanya penemuan
itu maka keadaanpun berubah seketika pada abad ke-12 dan abad ke-13 di Spanyol,
Italia, Prancis dan Jerman karena sudah beberapa orang telah memiliki pabrik
sendiri misalnya “pengolahan kertas menggunakan kain bekas”.33
Ada seorang tokoh yang bernama Yohanes Gutenberg, ia berhasil
membuat mesin cetak yang mempergunakan huruf lepas, memang pada saat itu
semua telah menggunakan mesin cetak tetapi masih ada yang menggunakan blok
kayu yang dicungkil sampai berbentuk huruf, tentu saja itu membutuhkan waktu
yang sangat lama dan juga memerlukan banyak tenaga sehingga itu hanya dapat
menghasilkan satu karya saja.Sedangkan mesin yang dibuat oleh Yohanes
Gutenberg ini bergantung pada tenaga manusia dan hasil karya cetakannya semakin
bertambah dan akibatnya harga jual juga terjangkau dan lebih murah sehingga
membuat semua orang dapat membeli dan membaca tanpa harus melihat status dan
golongan.34

33

Robet R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Pratek Pendidikan Agama
Kristen,267.
34
Robet R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Pratek Pendidikan Agama
Kristen,268.

12

2.2 Konteks Teologis
Pada awal abad ke-16 sangat jelas bahwa gereja yang ada di Eropa barat,
sekali lagi berada dalam keadaan yang sangat memerlukan pembaharuan, karena
pada dekade ke dua abad ke-16 lahirlah sebuah gerakan baru yang disebut dengan
perpecahan gereja. Sehingga tampak jelas bahwa tata gereja yang resmi benar-benar
sedang membutuhkan pembaharuan karena sistem birokrasi kerajaan sangat tidak
efisien dan korup.Serta moral para rohaniawan sering tampak lemah sehingga
menjadi sumber skandal bagi jemaat pada saat itu.35
Terjadinya Perpecahan Paus
Dalam hal ini ada dua aspek perkembangan besar yang terjadi dalam
gereja abad pertengahan yang secara bersama-sama membuat definisi dan
pelaksanaan ortodoksi tidak mungkin dilakukan pada abad ke-16 yang pertama
adalah kewibawaan dari paus dipersoalkan melalui skisma besar, dan akibatakibatnya skisma besar terjadi pada tahun 1378-1417 sehingga membuat
perpecahan di Eropa Barat. Hal itu terjadi tepatnya pada saat kematian Gregorius
XI sehingga golongan Italia dipimpin oleh Urbanus VI dan golongan Prancis
dipimpin oleh Clement VI. Situasi ini terus berlanjut sampai 1417 ketika konsili
Constance memilih Martin V sebagai paus untuk satu periode yang singkat sekitar
tahun 1409.36
Kemudian dapat dilihat juga bahwa adanya kelemahan dari kepemimpinan
paus sejak tahun 1300, dan itu dilihat dari sistem pergantian kepemimpinan yang
menimbulkan berbagai macam peristiwa yang membuktikan adanya pemberitahuan
misalnya masa kepausan di Avignon pada tahun 1305-1377 dan itu menimbulkan
perpecahan yang besar dalam gereja barat, juga dilihat dalam kurun waktu yang
sama gereja ini dipimpin oleh 3 paus secara bersamaan pada tahun 1378-1417.37
Penjualan Surat Penghapusan Dosa
Adanya surat penghapusan dosa yang terjadi pada tahun 1517 di
perbatasan kerajaan Sachen yang dilakukan oleh Johann Tatzel. Penjualan surat
penghapusan dosa ini dilakukan untuk mengupulkan uang sehingga hasilnya dapat

35

Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,2.
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,44
37
Eddy Kristiyanto,OFM,Reformasi Dari Dalam Sejarah Gereja Zaman
Moderen(Yogyakarta:Kanisius,2004),43.
36

13

dibagi menjadi dua yaitu pertama dapat membayar hutang dari Albercht dan yang
kedua untuk pembangunan gereja Santa Petrus yang sangat megah dan indah.
Kegiatan penjualan surat penghapusan dosa ini dilakukan setelah adanya perjanjian
dari Leo X dan Albercht, tetapi perjanjian ini tidak diketahui oleh umat kristiani
yang diantaranya Marthin Luther. Sehingga banyak menimbulkan pertanyaan di
kalangan umat kristen, tetapi surat kuasa yang diberikan Albercht kepada para
penjual surat pengahapusan itu menimbulkan sangkaan bahwa setiap siksaan
dihadapan Allah dapat dihapusan bukan hanya siksaan tetapi juga setiap dosa umat
manusia,kepala

penjual,Johan

Tatzel

mengadakan

propaganda

besar

dan

mengosongkan dompet masyarakat Jerman untuk mengisi pundi-pundi Albercht
dan Leo X, syaratnya yaitu setiap pembeli harus mengaku dosanya kepada imamimam yang tidak mereka kenal maka dengan demikian pemeliharaan jiwa dan
sakramen pengakuan dosa telah dipermainkan begitu saja dengan tujuan
mendatangkan keuntungan bagi mereka.38
Sikap Moral dan Adanya Ekspleitasi Ekonomi serta minimnya
Pendidikan di kalangan Para Imam.
Kualitas dan moral para pemimpin serta hierarki dalam tata pemerintahan
kepemimpinan Roma yaitu, seperti kemewahan dan nepotisme misalnya beberapa
saudara dekat dari Paus yang masih sangat mudah bisa dijadikan kardinal. Serta ada
beberapa kejanggalan yang terjadi seperti:
 Paus Sixtus IV yang mengangkat 6 saudara dekatnya untuk menjadi
kardinal yang diantaranya kardinal Petrus Riario yang meninggal karena
tidak mengontrol diri dalam mengatur pola makan dan minum serta
hafanafsu.
 Innocentius VIII sebelum dipilih menjadi paus ia sudah mempunyai
sejumlah anak haram yang sudah diketahui secara umum.
 Paus Alexander VI (alias Rodrigues de Borja) yang gemar mengoleksi
emas dan perempuan, dari sejumlah wanita lahirlah tujuh orang anak tetapi
dia masih bisa menjadi seorang imam dan kardinal. Dan selama ia menjadi
seorang imam ia juga pernah tidur dengan beberapa wanita yang

38

Berkhof and Enklaar, Sejarah Gereja, 127.

14

melahirkan dua orang anak yaitu Yohanes dan Rodriques, yang lahir pada
hari-hari terakhir sebelum Alexander meninggal.
 Bulla Paus yang mengesahkan Rodrigo,Yohanes dan anaknya yang lain
serta yang mengurus harta warisan, dan yang menemukan dokumen dengan
ungkapan seperti “ De Romano Pontifice Et Solute”. Dan ada juga seorang
gundik dengan kata lain selir dari Alexander VI yang bernama Vannozza
de’Cattaneis yang diabadikan pada satu pintu masuk Basilika Santo Markus
dekat Piazza Venezia.
 Caesar Borgia yang dipanggil juga Valentinus pada usia 16 tahun dan
dijadikan kardinal sebelum ia menjadi seorang uskup.
 Paus Yulis II juga tidak luput dari noda hitam berkenaan dengan tingkah
lakunya, serta Leo X yang adalah pelindung dari para artis, yang tidak
mempunyai sikap tanggung jawab, serta tidak berminat pada masalahmasalah kerohanian dalam keagamaan. Kemerosotan moral dalam
kepemimpinan paus gereja katolik Roma merupakan salah satu tragedy
sejarah kepausan.39 dapat lihat juga bahwa dengan minimnya pendidikan
para imam-imam karena akibat kemiskinan yang terjadi,tetapi para klerus
atau atasan memiliki kekayaan yang sangat melimpah.40
Dari sini dapat dilihat bahwa memang bangunan fisik sejumlah gereja
sangatlah indah dan mengagumkan. Tetapi pada gilirannya kedangkalan dalam
hidup religious manusia tidak hanya terjadi dikalangan para pemimpin gereja baik
yang ada di Italia tetapi juga yang ada di negara Jerman. Tentu saja borok dan
kebusukan para pemimpin gereja dapat dilihat dari cara hidup para uskup dan
orang-orang terdekatnya,kerena mereka lebih cenderung mengumpulkan harta
kekayaan dibandingkan dengan melakukan ekaristi. Dan juga dilihat dari 140.000
imam yang diantaranya 15 juta penduduk dan kebanyakan imam yang tidak bisa
menikah. dan kemerosotan juga terlihat di dalam biara-biara rubiah atau suster
dimana para keluarga bangsawan mendesak putri-putri mereka untuk masuk
dalam biara yang disertai dengan para pembantu-pembantunya.

39

dan adanya

Eddy Kristiyanto,OFM, Reformasi Dari Dalam Sejarah Gereja Zaman Moderen,44.
Th.Van den End, Harta dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,2008),147.
40

15

perdebatan tentang percabulan dan pratik seks bebas atau sesuatu yang mereka
lakukan kecil-kecilan yang tidak dipandang sebagai dosa.41 Maka dari sinilah
dapat dilihat bahwa gerakan reformasi itu sangat mempengaruhi kehidupan
masyarakat Eropa pada abad ke-16 yaitu gerakan reformasi di kota-kota muncul
sebagai jawaban atas suatu desakan rakyat untuk mengadakan perubahan.
Misalnya ketidakpuasan dan kegelisahan diantara penduduk urban pada awal abad
ke-16

tidaklah

murni

bersifat

keagamaan,

tetapi

ada

sosial,politik,ekonomi,ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.

faktor-faktor

42

III. Peran dari Katherina Von Bora dan Marguerite Of Navarre dalam
Pergerakan Reformasi Gereja Abad ke-16.
Bebicara tentang perempuan berarti berbicara tentang bagaimana peran
dari kaum perempuan yang sering terabaikan dalam kultur umat manusia.
berhubungan dengan studi penelitian tentang peran perempuan dalam gerakan
reformasi, maka melalui tulisan ini penulis mau memperlihatkan bagaimana peran
kaum perempuan yang ada pada abad ke-16 yaitu:
o Pertama, peran dari Katherina Von Bora yang adalah isteri dari Marthin
Luther yang sering disebut “Bintang Pagi dari Witenberg”
o Kedua, peran dari Marguerite Of Navarre yang adalah ratu dari Navarre
yang merupakan kakak dari raja Francis I, yang juga memiliki gelar
diplomat.
Tetapi sebelum masuk dalam peran-peran perempuan pada abad ke-16,
kita harus melihat terlebih dahulu bagaimana kehidupan kaum perempuan yang
ada pada abad pertengahan yang sangat mempengaruhi kehidupan

kaum

perempuan abad ke-16.
3.1 Latar Belakang Kehidupan Perempuan Abad Pertengahan
Dalam kehidupan kaum perempuan abad pertengahan merupakan sebuah
kehidupan yang sangat sulit dan menyedihkan, karena pada abad ini kaum
perempuan Eropa sering dianggap sebagai perempuan penyihir atau “Witchcraft”
yang artinya bertindak atas nafsu bukan rasio. Perempuan selalu dianggap
memiliki nafsu tertinggi jika dibandingkan dengan kaum laki-laki, sehingga pada
41
42

Eddy Kristiyanto,OFM, Reformasi Dari Dalam Sejarah Gereja Zaman Moderen,45.
Alister E.Mc.Grath, Sejarah Pemikiran Sosial Reformasi,22.

16

abad ini kaum perempuan selalu dikejar serta dibunuh, dan pada abad inilah yang
disebut abad kelam bagi seluruh kaum perempuan Eropa saat itu.43
Kehidupan perempuan dalam masyarakat lama dipandang lebih rendah
dari pada kehidupan laki-laki, baik itu secara fisik ataupun akal. Sehingga tidak
diperbolehkan bagi kaum perempuan untuk belajar, karena perempuan dianggap
sebagai budak, tidak memiliki hak kepemilikan, tidak berhak mengurusi
keuangan, termasuk didalamnya mengajar dan mendidik anak-anaknya meskipun
bapakya telah meninggal.44
Pada abad pertengahan muncul pengaruh dari Aristoteles tentang peran
dari perempuan yaitu, hanya untuk melahirkan anak. Sedangkan kepintaran dan
ilmu pengetahuan hanya dapat ditonjolkan oleh kaum laki-laki, karena saat itu
perempuan dipandang sangat lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa ini juga
merupakan sebuah pandangan yang disebabkan oleh belum berkembangnya ilmu
biologi. Hal ini sangat berpengaruh bagi kehidupan perempuan baik kehidupan
dalam masyarakat maupun kehidupan dalam gereja.45 Sehingga pada abad
pertengahan perempuan-perempuan tidak bisa membuat atau mengambil
keputusan-keputusan moral dengan benar, ditambah lagi dengan pernyataan dari
Thomas Aquinas yang mengatakan bahwa perempuan adalah manusia yang
cacat.46
Pada gerakan reformasi protestan abad ke-16, Marthin Luther juga
menyatakan bahwa peran dari perempuan adalah tinggal di rumah, duduk manis,
merawat rumah, serta mendidik anak-anak. Dari sinilah sikap perempuan itu
dilihat karena banyak perempuan merasa sangat tidak adil jika gereja juga masih
menolak hak-hak kaum perempuan.47
Sehingga pada abad ke-16 munculah sebuah gerakan reformasi dimana
banyak tokoh-tokoh gereja yang mau melakukan sebuah pembaharuan tentang
43

A.Setyo Wibowo,Manusia:Teka-teki yang mencari solusi
(Yogyakarta:Kanisius,2009),159.
44
Nawal Al-Sa’dawi and Hibah Rauf Izzat, Agama dan Moralitas (Jakarta:
Erlangga,2000),129.
45
E.G.Singgih,Apa Itu Teologi? Pengantar Ilmu Teolog (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,2007),42.
46
Mariani Febriana, Perempuan dalam Lintasan Sejarah Kristen:”Ini Aku,Utuslah Aku”
(Sekolah Tinggi Teologi Jakarta,2002),50.
47
Simon and Christoper Danes, Masalah-masalah Moral Sosial Aktual dalam Prespektif
Iman Kristen (Yogyakarta: Kanisius,2000),190.

17

pengajaran dan dogma dalam gereja, antara lain seperti pernikahan dan peran dari
kaum perempuan.48
Jadi dalam kehidupan budaya abad pertengahan sampai awal abad ke-16
yang masih berpegang pada budaya patriakhi yang memandang

bahwa

perempuan adalah sosok yang lemah jika dibandingkan dengan laki-laki, sehingga
membuat kaum perempuan selalu mendapatkan posisi kedua yang tidak
diperbolehkan tampil didepan umum. Maka pada abad ke-16 inilah muncul
perempuan-perempuan yang mampu menerobos

rintangan-rintangan atau

masalah-masalah yang ada selama ini, yang dimana selalu menyudutkan kaum
perempuan, dan perempuan-perempuan inilah yang mampu membuktikan kepada
semua masyarakat bahwa mereka juga bisa melakukan hal-hal tersebut. Memang
jika dilihat pada saat itu perempuan-perempuan ini kebanyakan merupakan
perempuan-perempuan yang berasal dari kelompok bangsawan tetapi yang harus
digaris bawahi bahwa mereka bukan hanya memanfaatkan status mereka sebagai
seorang bangsawan agar bisa tampil didepan umum. Tetapi mereka juga melatih
diri mereka sendiri dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, belajar dan terus
membaca, sehingga mereka memiliki kepercayaan diri untuk bisa tampil didepan
publik karena tidak semua perempuan bangsawan pada waktu itu bisa tampil
sebagai perempuan pendobrak tradisi-tradisi yang ada. Ada juga perempuanperempuan bangsawan yang karena tidak dibekali dengan pendidikan mereka
tidak mempermasalahkan hal-hal tersebut. Maka dari masalah-masalah peran
perempuan yang masih diabaikan sampai saat ini membuat penulis ingin
memperlihatkan bahwa sebenarnya dalam gerakan reformasi itu ada tokoh-tokoh
perempuan yang mampu menerobos tembok-tembok pemisah antara laki-laki dan
perempuan dengan tindakan-tindakan mereka lepas dari status mereka yang
adalah kelompok bangsawan, tetapi

yang harus dilihat bahwa mereka juga

memiliki keahlian, ketrampilan serta ilmu pengetahuan dan pendidikan seperti:
 Di Inggris ada seorang ratu yang bernama Mary Tudor dan penerusnya
yang bernama Elizabeth I, mereka dapat menaklukkan monarki Inggris
dan bahkan telah menjadi seorang pemimpin yang religious. Dan pada
waktu itu dilihat bahwa mereka mampu melawan serangan dari Thomas
48

Febriana,Perempuan dalam Lintasan Sejarah Kriten: “Ini Aku,Utuslah Aku”,54.

18

Becon yang mengatakan bahwa seharusnya kaum perempuan itu harus
takluk kepada kaum laki-laki, tetapi pada kenyataannya mereka mampu
mebuktikan bahwa mereka juga dapat menaklukan kaum laki-laki dan
dapat menjadi seorang pemimpin yang sangat berpengaruh, lebihkhusus
dengan ratu Elizabet I, yang merupakan seorang tokoh reformator
protestan di Inggris, dia juga disebut sebagai “The Most Masculine Of All
The Female Sovereings Of History.”49
 Di Prancis ada beberapa tokoh perempuan reformator yaitu seperti, Lois
Of Savoy, dia adalah ibu dari raja Francis I, kemudian Jeanne d’Albert
yang adalah anak dari ratu Marguerite Of Navarre yang juga mampu
menghasilkan karya-karya tulis yang sangat berkualitas dalam masyarakat
Prancis.50
 Marie Dentire, yang sering disebut sebagai “ Tongkat Kilat” atau “The
Lightning Rod” karena pada waktu itu dia mampu melakukan tindakantindakan dan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang provokatif,
sehingga pada waktu itu Marie juga sempat diminta oleh Calvin untuk
menulis kata pengantar dalam satu bukunya tentang khotbah. Dan yang
harus diketahui juga bahwa Marrie Dentire ini adalah salah satu tokoh
reformator perempuan yang namanaya tertulis di tembok Genewa.
 Argula Von Grumbach, ia adalah seorang pendebat yang memiliki ciri
khas yang khusus sehingga dia sering disebut seorang pendepat yang
meledak-ledak seperti petasan. Dia terkenal karena pernah menulis surat
kepada para dosen universitas Ingolstadt dan dia juga mampu menantang
dengan penuh keprcayaan diri dan keyakinan, bahwa dia merasa perlu
ada yang bersuara atas ketidakadilan yang terjadi selama ini.
 Olympia Morata, ia adalah seorang sarjana dan ia terkenal karena iman
kepercayaannya dan pengetahuannya yang sangat lauas.51

49

Patricia Crawford, Women and Religion In England: 1500-1720,(New York:
Routledge,2001), 33.
50
Febriana, Perempuan dalam Lintasan Sejarah Kristen,55.
51
Ngelow,”Beberpa Perempuan Reformator.”

19

3.2 Katherina Von Bora (1499-1550)
Katherina Von Bora, lahir di Lippendorf Jerman, Pada tanggal 29 Januari
149