Ketahanan Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit Terhadap Serangan Rayap Tanah

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA (MAPEKI) XVI

Prosiding Seminar Nasional
Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (Mapeki) XVI
Diselenggarakan oleh :

Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia
bekerjasama dengan:

Konsorsium Perguruan Tinggi Swasta se-Kalimantan (KOPERTIS XI-B)
Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI)
Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur
Pemerintah Kota Balikpapan

Tim Editor:

Dr. Wiwin Suwinarti
Dr. Irawan Wijaya Kusuma
Dr. Erwin
Dr. Ismail
Dibantu oleh Tim Teknis:


Kiswanto, M.P.
Nur Maulida Sari, S.Hut.
Disain Sampul dan Tata Letak:

Kiswanto, M.P.

Diterbitkan oleh :
Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia
UPT. Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Jl. Raya Bogor KM.46 Cibinong Bogor 16911
Telp./Fak: 021-87914511 / 021-87914510
e-Mail : secretariat@mapeki.org
Cetakan Pertama: November, 2014
ISSN 2407-2036

i

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA (MAPEKI) XVI


DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
MAKALAH
A.

SIFAT DASAR KAYU

Andianto (Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan)
Beberapa Kegiatan Mengidentifikasi Kayu dari Bea Cukai Tanjung Priok ............................................... 1
Djarwanto (Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan)
Ketahanan Enam Jenis Kayu Terhadap Lima Jamur Pelapuk ............................................................... 9
Edi Sarwono (Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan)
Standar Deviasi dan Variabilitas Sifat Fisis Mekanis dari Tiga Jenis Kayu Andalan
Peneduh Jalan sebagai Penduga dalam Kegunaan Kayunya ................................................................ 14
Harry Praptoyo (Fakultas Kehutanan UGM)
Pengaruh Perbedaan Tempat Tumbuh Terhadap Variasi Sifat Anatomi
Bambu Walung (Gigantochloa atroviolaceae) pada Kedudukan Aksial ................................................. 21

Kasmudjo (Fakultas Kehutanan, UGM)
Pengaruh Perbedaan Jenis dan Bagian Batang Bambu Terhadap Kualitas
Bahan Mebel dan Kerajinan .................................................................................................................. 35
Kurnia Wiji Prasetyo (UPT. Balitbang Biomaterial LIPI)
Mengenal Struktur Anatomi dan Dimensi Berkas Pembuluh (Vascular Bundle)
Gewang (Corypha utan Lamk.) dari Nusa Tenggara Timur ................................................................... 44
Renny Purnawati (Universitas Negeri Papua)
Sifat Pemesinan dan Kualitas Finishing Kayu Flindersia pimenteliana F. Muell.
Asal teluk Wondama Papua Barat ......................................................................................................... 52
Sarah Augustina (IPB)
Karakteristik Struktur Anatomi Kayu Tarik dan Kayu Opposite
pada Kayu Balik Angin (Alpitonia excelsa) ............................................................................................. 64
B.

BIOKOMPOSIT KAYU

Andriati Amir Husin (Pusat Penelitian dan Pengembangan dan Permukiman)
Pengaruh Suhu Terhadap Kekuatan Lentur Papan Partikel dengan Perekat Tanin Formaldehida ....... 83
Rudi Hartono (Fakultas Pertanian, USU)
Ketahanan Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit Terhadap Serangan Rayap

Tanah . ................................................................................................................................................... 91
Wahyu Dwianto (UPT. Balitbang Biomaterial LIPI)
Perbedaan Metode Pengkondisian Papan Semen Sabut Kelapa (Cocos nucifera L.)
Terhadap Sifat Fisik dan Mekaniknya .................................................................................................... 97

BIOKOMPOSIT KAYU
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA (MAPEKI) XVI

Ketahanan Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit
Terhadap Serangan Rayap Tanah

Rudi Hartono1, Tito Sucipto1, Apri Heri Iswanto1, Lasmaria Manik2
1 Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanianusu
2. Alumni Program Studi Kehutanan Fakutas Pertanian USU
Email : rudihartono_usu@yahoo.co.id
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji ketahanan papan partikel yang terbuat dari limbah batang kelapa
sawit terhadap serangan rayap tanah. Papan partikel dibuat menggunakan perekat isosianat dengan ukuran
30x30x1 cm, dengan target kerapatan 0,7 g/cm3. Variasi perlakuan adalah suhu suhu 150, 160 dan, 170 oC dan
waktu 3, 5, 7 dan 9 menit. Pengujian ketahanan rayap dilakukan dengan uji kubur (grave yard test) selama 100

hari, kemudian dihitung penurunan berat dan penilaian serangan rayap berdasarkanvisual grave yard test Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa penurunan berat papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 54,80-95,49 %.
Berdasarkan tingkat

serangan rayap semua papan partikel yang dihasilkan dikategorikan dengan tingkat

serangan hancur.
Keywords : Batang Kelapa Sawit, Papan Partikel, Perekat Isosianat, Rayap Tanah
PENDAHULUAN
Batang kelapa sawit (BKS) pada saat peremajaan hanya menjadi limbah tanpa pemanfaatan tanpa
pemanfaatan yang berarti. Padahal potensinya sangat besar untuk digunakan sebagai bahan baku industri
perkayuan, mengingat luas areal perkebunan yang terus bertambah setiap tahunnya. Menurut Statistik Pertanian
(2010), luar areal perkebunan sudah mencapai 8,25 juta ha. Peremajaan BKS dapat menghasilkan 167 m3 log/ha
atau 50,1 m3 kayu gergajian sawit.
Banyak penelitian yang telah dilakukan pada BKS, seperti pemadatan BKS (Hartono, 2012), impregnasi
PF ke dalam BKS (Hartono et al, 2011), papan partikel (Sucipto et al, 2009), papan komposit plastik (Risnasari et
al, 2009). Dari hasil penelitian Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomis Penggunaan Batang Kelapa Sawit Sebagai
Bahan Baku Alternatif Pengganti Kayu pada Industri Biokomposit (Iswanto et al., 2009) direkomendasikan bahwa
BKS sesuai untuk dijadikan papan partikel.
Papan partikel merupakan salah satu produk biokomposit yang mampu mengubah limbah BKS menjadi

produk yang bernilai tinggi. Keberhasilan kualitas akhir papan partikel dipengaruhi oleh faktor pengempaan (suhu
dan waktu). Selain itu, kualitas papan partikel juga tergantung pada jenis perekat yang digunakan (Sutigno, 1988).
Pada penelitian papan partikel dengan pengaruh suhu dan waktu pengempaan, ternyata seluruh sifat papan
partikel BKS dengan perekat isosianat, seperti kadar air, kerapatan, pengembangan tebal, internal bond dan
modulus patah (MOR) telah memenuhi standar SNI 03-2105-2006, kecuali nilai MOE (Manik, 2013). Namun
pengujian terhadap ketahanan rayap belum diketahui. Padahal rayap merupakan serangga yang paling ganas
menyerang kayu dan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Menurut menurut Rudi (1994) dalam Risnasari
(2001) kerugian terhadap kerusakan bangunan akibat serangan rayap mencapai Rp 27,92 Milyar
Mengingat tingginya kerugian yang ditimbulkan oleh rayap, maka perlu diketahui tingkat ketahanan papan

91

BIOKOMPOSIT KAYU
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA (MAPEKI) XVI
partikel dari limbah BKS. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sifat fisis dan mekanis papan partikel
dari limbah BKS dengan perekat isosianat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan
papan partikel terhadap serangan rayap tanah.
BAHAN DAN METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah BKS sebagai bahan baku produk papan partikel dan

perekat yang digunakan adalah isosianat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chainsaw, kamera
digital, mesin serut, terpal, oven, timbangan digital, sprayer gun, extruder, cetakan papan ukuran 30 cm x 30 cm x
1 cm, kempa panas, kaliper, mikrometer sekrup dan kalkulator.
Prosedur Penelitian
Papan partikel yang dibuat mengikuti ukuran skala laboratorium dan dibuat dengan kerapatan sasaran
0,7

g/cm3.

Dimensi panjang, lebar dan tebal dibuat 30 cm x 30 cm x 1 cm. Bahan perekat yang digunakan adalah

isosianat.
Penjelasan mengenai prosedur pembuatan papan partikel, diterangkan sebagai berikut :
1.

Penyediaan bahan baku
Sampel BKS untuk pembuatan papan partikel diambil dari lingkungan sekitar kampus Universitas Sumatera
Utara. Bahan baku BKS dipotong menjadi papan dan diserut dengan mesin planner menjadi serbuk. Serbuk
yang telah diserut dikeringkan dalam oven sampai kadar airnya sekitar 5%.


2.

Pembuatan papan partikel
Serbuk BKS dicampur dengan perekat isosianat dengan kadar perekat 7%, dengan cara disemprot
menggunakan sprayer gun. Selanjutnya serbuk dimasukkan ke dalam pencetak lembaran. Setelah itu di
kempa panas menggunakan tekanan 25 kg/cm2 dengan variasi suhu yaitu suhu 150, 160 dan 170 oC serta
variasi waktu pada tiap suhunya yaitu selama 3, 5, 7 dan 9 menit.

3.

Pengkondisian dan pemotongan contoh uji
Papan partikel yang sudah jadi dikondisikan selama 14 hari pada suhu kamar yang bertujuan untuk
menyeragamkan kadar air lembaran papan tersebut. Kemudian dipotong sesuai ukuran pengujian. Pada
pengujian ketahanan rayap, ukuran papan partikel 5 x 1 x 20 cm.

4. Pengujian Ketahanan Papan Partikel terhadap Rayap Tanah
Pengujian ketahanan rayap dilakukan dengan metode grave yard test (uji kubur) yaitu dengan memasukkan
contoh uji ke dalam tanah selama 100 hari. Pengujian dilakukan dengan cara mengevaluasi kehilangan
berat contoh uji yaitu dengan cara menimbang berat oven sebelum contoh uji dikubur (BKT 1) dan setelah
contoh uji dikubur (BKT2). Perhitungan persentase penurunan berat contoh uji yaitu :

Penurunan berat (%) =

BKT1 – BKT2 x 100 %
BKT1

Setelah dilakukan perhitungan penurunan berat, maka dilihat tingkat serangan rayap tanah terhadap papan
partikel dengan cara penilaian secara visual grave yard test seperti disajikan pada Tabel 1.

92

BIOKOMPOSIT KAYU
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA (MAPEKI) XVI
Tabel 1. Penilaian serangan rayap berdasarkanvisual grave yard test
No

Penilaian Kualitatif

Skor

1

2

Tingkat serangan
A
B

Kondisi contoh uji
Utuh (tidak ada serangan gigitan)
Serangan ringan (ada bekas gigitan rayap)

0
1-20

3

C

Serangan sedanga berupa saluran-saluran
yang tidak dalam dan melebar


21-40

4

D

Serangan hebat berupa saluran-saluran yang
dalam dan lebar

41-60

5

E

Serangan hancur (lebih 50 % penampang
melintang dimakan rayap)

61-80

Sumber : Somnuwat dkk. (1995) dalam Folia (2001)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketahanan papan partikel terhadap rayap tanah
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai rata-rata penurunan berat papan partikel yang dihasilkan
berkisar antara 54,80-95,49 %. Nilai penurunan berat papan partikel dengan menggunakan variasi suhu dan

60

63.71

81.75

78.81

74.03

95.49
70.45

58.94

79.64

55.03

80

54.80
60.09

Penurunan Berat (%)

100

88.41

waktu disajikan pada Gambar 1.

3 menit
5 menit

40

7 menit
9 menit

20
0
150

160

170

Suhu (oC)
Gambar 1. Nilai Penurunan berat papan partikel dengan variasi suhu dan waktu
Gambar 1 menunjukkan nilai penurunan berat papan partikel terhadap rayap tanah tertinggi terdapat
pada papan partikel yang menggunakan suhu 160 oC dengan waktu 9 menit yaitu sebesar 95,49%. Nilai
penurunan berat papan partikel terhadap rayap tanah terendah terdapat pada papan partikel yang menggunakan
suhu 150 oC dengan waktu 5 menit yaitu sebesar 54,80%. Pada Gambar 1 juga terlihat semua papan partikel
kehilangan berat lebih dari 50% selama 100 hari. Hal ini berarti bahwa papan partikel dengan perlakuan suhu dan
waktu pengempaan semuanya terserang rayap tanah dengan tingkat yang tinggi. Dapat dikatakan bahwa
perlakuan suhu dan waktu perlakuan tidak memberikan proteksi papan partikel dari serangan rayap tanah.
Sebagai ilustrasi serangan rayap tanah dapat dilihat pada Gambar 2.

93

BIOKOMPOSIT KAYU
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA (MAPEKI) XVI

Gambar 2.. Sampel papan partikel sebelum diuji kubur dan sampel papan setelah diuji kubur
Berdasarkan tingkat serangan rayap semua papan partikel yang dihasilkan dikategorikan dengan tingkat
serangan hancur. Nilai tingkat serangan rayap tanah terhadap papan partikel dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil tingkat serangan rayap tanah terhadap papan partikel
Perlakuan
Kehilangan Berat (%)
Tingkat Serangan
Suhu (oC)
Waktu (menit)
E
150
3
79,64
E
5
54,80
E
7
60,09
E
9
55,03

Tingkat Serangan
Serangan hancur
Serangan hancur
Serangan hancur
Serangan hancur

160

3
5
7
9

58,94
88,41
70,45
95,49

E
E
E
E

Serangan hancur
Serangan hancur
Serangan hancur
Serangan hancur

170

3
5
7
9

63,71
74,03
78,81
81,75

E
E
E
E

Serangan hancur
Serangan hancur
Serangan hancur
Serangan hancur

Berdasarkan Tabel 2 juga terlihat bahwa papan partikel yang terserang lebih dari 50% termasuk dalam
kelas serangan hancur. Tingginya serangan rayap tanah pada papan partikel dikarenakan bahan baku papan
partikel yang berasal dari BKS bagian tengah. Bakar et al. (1998) bahwa batang kelapa sawit bagian tengah
memiliki kelas kuat dan kelas awet yang sangat rendah, Dalam kekuatannya, bagian tengah BKS termasuk kelas
akuat V, sedangkan keawetan termasuk dalam kelas awet V.
Ketahanan kayu terhadap serangga dan perusak kayu disebabkan oleh kandungan zat ekstraktifnya.
Zat ekstraktif dalam kayu berfungsi sebagai racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tersebut tidak
mau merusak memakan kayu tersebut (Panshin dan de Zeeuw, 1980). Ditinjau dari zat ekstratifnya, zat ekstraktif
BKS adalah pati. Pati ini mengisi sel-sel parenkim yang terdapat pada BKS. Semakin banyak parenkim yang
terdapat pada BKS, maka semakin tinggi jumlah zat ekstraktif yang dimiliki oleh BKS. Hartono et.al (2011)
mengemukakan bahwa semakin ke pusat batang maka persentase parenkim semakin meningkat dibandingkan
vascular bundlenya. Dalam penelitiannya, Balfas (2003) mencatat kelarutan zat ekstraktif BKS dalam alcohol
benzene, air dingin, air panas dan NAOH 1 % adalah berturut-turut 8,9%, 12,02%, 16,37% dan 24,87%. Hal ini

94

BIOKOMPOSIT KAYU
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA (MAPEKI) XVI
menunjukkan bahwa zat ekstraktif pada BKS sangat tinggi dan tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah
serangan rayap tanah.
Batang kelapa sawit termasuk kelas awet V. Keawetan BKS sama dengan beberapa jenis kayu yang
termasuk ke dalam kelas awet V antara lain jabon, jelutung, kapuk hutan, kemiri, kenanga, mangga hutan, dan
marabung (Duljapar, 1996).
Secara umum kekurangan kayu kelapa sawit dibandingkan dengan kayu lainnya adalah zat pati yang
tinggi dan keawetannya rendah sehingga memudahkan rayap memakan papan partikel tersebut (Balfas, 2003,
Bakar et al., 1998). Hal ini terlihat dalam penurunan berat dari papan partikel. Sehingga dalam pemanfaatan
sebagai papan partikel sangat perlu menambah bahan pengawet kayu untuk meningkatkan daya tahannya
terhadap serangan rayap tanah
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Papan partikel yang terbuat dari batang kelapa sawit sangat rentan terhadap serangan rayap tanah
pada semua perlakuan. Penurunan berat papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 54,80-95,49 %.
Berdasarkan tingkat

serangan rayap semua papan partikel yang dihasilkan dikategorikan dengan tingkat

serangan hancur.
Saran
Perlu upaya meningkatkan daya tahan papan partikel dari serangan rayap tanah dengan cara
menambahkan bahan pengawet kayu dalam pembuatan papan partikel.
DAFTAR PUSTAKA
Bakar ES, Rachman O, Hermawan D, Karlinasari L dan Rosdiana N. 1998. Pemanfaatan Batang Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq) Sebagai Bahan Bangunan dan Furniture (I) : Sifat Fisis, Kimia dan Keawetan
Alami Kayu Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Vol. XI (1): 1-11
Balfas, J. 2003. Potensi Sawit sebagai Alternatif Bahan Baku Industri Perkayuan. Seminar Nasional Himpunan
Alumni. IPB dan HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Regional Sumatera. Medan
Duljapar, K. 1996. Pengawetan Kayu. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Febrianto, F dan E. S. Bakar. 2004. Kajian Potensi, Sifat-Sifat Dasar dan Kemungkinan Pemanfaatan Kayu Karet
dan Biomassa Sawit di Kabupaten Musi Bayuansi. Lembaga Manajemen Agribisnis dan Agroindustri.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Folia. E. M. 2001. Pengaruh Tingkat Konsentrasi Polistirena Terhadap Keawetan Kayu Plastik Melalui Uji Kubur
(graveyard test). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hartono, R, I. Wahyudi, F. Febrianto, W. Dwianto. 2011. Pengukuran Tingkat Pemadatan Maksimum Batang
Kelapa Sawit. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Vol 9. No.1

95

BIOKOMPOSIT KAYU
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA (MAPEKI) XVI
Hartono, R. 2012. Peningkatan Kualitas Batang Kelapa Sawit Bagian Dalam dengan Metode Close System
Compression dan Kompregnasi Fenol Formaldehyda. [Disertasi] Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Risnasari, I. 2001. Rayap Sebagai Perusak Bangunan. Program Ilmu Kehutanan. Universitas Sumatera Utara
Statistik Pertanian. 2010. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Sucipto, T., A.H. Iswanto, I. Azhar, Z. Coto. 2009. Potensi Kayu Sawit sebagai Bahan Konstruksi dan Bahan Baku
Meubeul (I): Sifat Fisis Batang Kelapa Sawit Berdasarkan Ketinggian Tempat Tumbuh. Majalah Ilmiah
Vegetasi Vol 6, No. 2
Sutigno, P. 1988. Pengaruh Ekstender dan Pengisi dalam Perekat Urea Formaldehida Terhadap Daya Rekat Kayu
Lapis Meranti (Shorea spec.) dan Kapur (Dryobalanops spec.). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor

96