Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Rumah Masyarakat Di Dua Kecamatan (Medan Denai Dan Medan Labuhan)

Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 23 – 27
ISSN 1907-5537

Vol. 2, No. 2

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN
RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN
(MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)
Ameilia Zuliyanti Siregar1 dan Ridwanti Batubara2
1

2

Departemen HPT, Fakultas Pertanian USU
Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian USU

Abstract
The house is able to attack by some termites. Because some termites fed part of the house. Therefore,
some termites caused great economic loss in Medan Denai and Medan Labuhan county. This has lead us to
investigate the possibility several termites to attack them. We used Multi Stage Sampling. Actually, the
economic loss occurred in two county were Rp 22.432.950. Economic loss caused grown and dry wood termites

were Rp 12.532.650 and Rp 9.900.300, respectively. We found a lot of termites, such as; (a) Neotermes
tectonae, (b) Coptotermes curvignatus, and (d) Cryptotermes cynocephalus.
Keywords: termite, economic loss, house

PENDAHULUAN
Kota Medan merupakan salah satu kota
terbesar di Indonesia. Kota Medan beriklim tropis
dengan suhu minimum 22,5-23,9o C dan suhu
maksimum adalah 30,8-33,7oC berada di ketinggian
2,5-37,5 m dari permukaan laut. Rata-rata curah hujan
berkisar 120,9 mm/bulan – 169,6 mm/bulan.
Kelembaban mencapai 84-85% dengan kecepatan
angin 0,48 m/detik. Secara keseluruhan jenis tanah
wilayah ini terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah
campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah.
Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun
1990 dan dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun
1910 bahwa di samping jenis tanah seperti tadi ada
lagi jenis tanah liat yang spesifik (Badan Pusat
Statistik Kota Medan, 2007).

Kondisi umum di atas sangat mendukung bagi
kehidupan dan perkembangbiakan rayap di Kota
Medan. Menurut Nandika et al., (2003), faktor
lingkungan seperti curah hujan, suhu, kelembaban,
ketersediaan
makanan
dan
musuh
alami
mempengaruhi perkembangan populasi rayap.
Kelembaban dan suhu yang berada dalam batas
optimum
menyebabkan
perkembangan
dan
penyebaran rayap yang tinggi selain tipe tanah yang
cocok. Ini hanya untuk rayap tanah, sedangkan untuk
rayap kayu kering tidak memerlukan air atau
kelembaban dalam jumlah yang tinggi.
Penelitian tentang kerugian ekonomis akibat

serangan rayap di Indonesia telah banyak dilakukan.
Penelitian tentang dampak kerugian yang disebabkan
rayap dan intensitas serangannya telah dilakukan sejak

tahun 1980-an. Namun untuk Kota Medan, belum
banyak ditemukan penelitian yang memberikan data
kerugian akibat serangan rayap baik sektor perumahan
maupun sektor yang lain. Seperti yang diungkapkan
Rudi (1994) dalam Romaida (2002) bahwa kerugian
untuk Kotamadya Bandung mencapai 1,35 milyar
pertahun. Menurut Safaruddin (1994) kerugian
ekonomis akibat serangan rayap di Jakarta Barat dan
Jakarta Timur berkisar Rp 67,57 milyar.
Penelitian ini bertujuan untuk; (1) Mengetahui
besarnya kerugian ekonomis akibat serangan rayap
pada bangunan rumah masyarakat di dua kecamatan,
yaitu Medan Denai dan Medan Labuhan. (2)
Mengetahui jenis rayap yang menyerang bangunan
rumah masyarakat di dua kecamatan, yaitu Medan
Denai dan Medan Labuhan.

BAHAN DAN METODE
Batasan Studi
Dalam penelitian yang dilaksanakan di
Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan
Labuhan (Januari-April 2007) ini aspek yang diteliti
adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangan
rayap pada komponen bangunan rumah yang terbuat
dari kayu. Adapun komponen yang diamati adalah
dinding, daun pintu, kusen pintu, daun jendela, kusen
jendela, lisplang, plafon, tiang. Untuk keperluan
penelitian ini dipakai beberapa istilah antara lain,
sebagai berikut: (1) Rumah permanen: Rumah yang
sedikit atau tidak menggunakan kayu. Bahan
pokoknya adalah tembok, besi baja, atau bahan lain
yang lebih kuat dari kayu. (2) Rumah semi permanen:

Universitas Sumatera Utara

24 SIREGAR ET AL.


Rumah rakyat yang setengah dindingnya berupa
tembok (1\2–1\3 tinggi) rumah. Lantainya berupa
plasteran, semen kapur atau tegel biasa. Sering disebut
rumah setengah tembok atau setengah bata. Rumah
yang tiang-tiangnya terbuat dari kayu juga
digolongkan kedalam rumah semipermanen.
Harga kayu dan material yang digunakan
adalah harga dipasaran pada saat penelitian.
Sedangkan upah kerja didapat berdasarkan wawancara
dengan seorang pemborong bangunan.
Penentuan Rumah Contoh
Penentuan rumah contoh dilakukan dengan
menggunakan metode Multi Stage Sampling (metode
pengambilan contoh bertingkat). Dalam hal ini
masing-masing kecamatan diambil dua kelurahan
sehingga diperoleh empat kelurahan, dari masingmasing kelurahan diambil tiga lingkungan sehingga
diperoleh dua belas lingkungan, dari masing-masing
lingkungan diambil sepuluh rumah contoh dengan
menggunakan daftar bilangan acak. Jadi, jumlah total
rumah contoh adalah 120 rumah.

Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari pengamatan
langsung dan wawancara di lapangan berdasarkan
tally sheet yang telah disiapkan sebelumnya. Tally
sheet mencakup karakteristik bangunan, lingkungan
bangunan dan data komponen bangunan.
Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya,
baik panjang, lebar dan tebalnya. Jadi data yang
diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Datadata yang diperoleh atas komponen tersebut
dikonversi ke dalam nilai rupiah (Rp). Nilai yang
diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang
disebabkan oleh rayap. Sedangkan data sekunder yang
digunakan adalah: (a) Peta Kota Medan skala 1:
20.000, (b) Harga kayu dipasaran (2007), (c) Kunci
determinasi (Nandika et al., 2003) dan Borror et al.,
(1993).
Pengolahan Data
A. Pengelompokan Data
Data nilai kerugian dikelompokan ke dalam
beberapa kelas umur yaitu: (a) 1 - 10 tahun, (b) 11 20 tahun, (c) 21 – 30 tahun, (c) Lebih dari 30 tahun.

Masing–masing kelas umur dikelompokkan lagi
berdasarkan golongan rayap perusak kayu yaitu antara
rayap kayu kering (RKK) dan rayap tanah (RT). Nilai
kerugian dirinci menurut jenis komponen yang
terserang yaitu: dinding, kusen pintu, kusen jendela,
daun pintu daun jendela, lisplang, plafon, dan tiang.

J. Biologi Sumatera

B. Analisis Data
Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan
parameter statistik:
1. Perhitungan Kerugian Ekonomis
m

Krs =



Kn


n −1

Keterangan:
Krs = kerugian akibat serangan rayap
r
= rayap kayu kering, rayap tanah
s
= 1,2,3,... total bangunan sampel
Kn = nilai kerugian masing-masing komponen
n
= 1,2,3,....m komponen
(Safaruddin, 1994).

2. Perhitungan Standar Deviasi (S):

n∑ xi − (∑ xi )

2


2

2

S =

n(n − 1)

Keterangan:
= Standar Deviasi
S2
n
= banyak rumah contoh
Xi
= nilai kerugian ke-I
i
= 1,2,3,... total bangunan sampel

(Sudzana, 2002).


3. Perhitungan Interval untuk Rata-rata

X

±



S
/ 2

:

Dimana
Sx

=

n


S
n

Keterangan:

X

Sx
tα/2
S

= nilai rata-rata hasil pengukuran
= standar error
= 1,96 dan derajat kebebasan (n − 1) untuk tingkat
kepercayaan 95%
= standar deviasi
(Sudzana, 2002).

Identifikasi Rayap
Rayap yang diperoleh dari rumah-rumah
penduduk yang terserang atau yang diperoleh dari
sekitar rumah disimpan dalam botol kecil yang berisi
alkohol 70% agar rayap tersebut tidak cepat rusak.
Apabila tidak ditemukan jenis rayap yang menyerang,
maka akan dilakukan pemancingan rayap dengan jenis
kayu yang sama yang diletakkan di sekitar rumah
contoh dan diamati selama satu bulan. Identifikasi
rayap dilakukan di laboratorium dengan menggunakan
kunci determinasi Nandika et al., (2003) dan Borror et
al., (1993).

Universitas Sumatera Utara

Vol. 2, 2007

J. Biologi Sumatera 25

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kerugian Ekonomis Akibat Serangan
Rayap pada Tiap-Tiap Konstruksi pada Berbagai
Kelas Umur. Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan diketahui total kerugian rumah contoh yang
berumur 1-10 tahun sebesar Rp 302.500, total
kerugian rumah contoh yang berumur pada 11-20
tahun sebesar Rp 7.212.700, total kerugian rumah
contoh yang berumur 21-30 sebesar Rp 5.564.600,
serta total kerugian rumah contoh yang berumur lebih
dari 30 tahun sebesar Rp 9.130.400. Komponen
seperti dinding, daun pintu serta daun jendela sudah
terserang pada umur bangunan rumah contoh berkisar
1-10 tahun walaupun kerusakan yang ditimbulkan
masih tergolong kepada kerusakan ringan. Hal ini
mungkin dikarenakan pada umur bangunan 1-10 tahun
perlakuan terhadap komponen konstruksi kayu masih
sangat melekat pada kayu seperti cat yang masih segar
kelihatan pada permukaan kayu.
Berbeda halnya dengan komponen seperti
kusen pintu, kusen jendela, lisplang, plafon dan tiang
baru mendapat serangan pada umur bangunan rumah
contoh berkisar 11-20 tahun. Nilai kerugian ini pada
umumnya meningkat sampai pada umur bangunan
Lebih dari 30 tahun. Hal ini dikarenakan pada umur
bangunan yang semakin tua maka perlakuan terhadap
kayu seperti pengecatan, pendempulan, dan
pengawetan telah mulai pudar sehingga keawetan
kayu sudah mulai menurun seperti yang tertera pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap
pada tiap-tiap konstruksi pada berbagai kelas
umur bangunan rumah contoh di Kecamatan
Medan Denai dan Kecamatan Medan
Labuhan
Komponen
Konstruksi
Dinding
Daun pintu
Kusen pintu
Daun jendela
Kusen jendela
Lisplang
Plafon
Tiang
Total

Keterangan:

suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh
alami. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan
suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama
mempengaruhi aktivitas rayap.
Berdasarkan sifat penyerangannya rayap
tanah cenderung menyukai lokasi yang memiliki
kelembaban yang tinggi. Dalam suatu rumah, bahanbahan konstruksi kayu yang diduga sering terkena
bocoran air hujan serta lokasi yang lembab seperti di
daerah kamar mandi merupakan bagian yang dominan
terkena serangan rayap tanah. Sementara itu, rayap
kayu kering tidak terlalu memerlukan kondisi yang
lembab pada daerah serangannya karena jenis rayap
ini mampu membuat kelembaban di dalam kayu yang
diserang. Besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat
serangan rayap tanah dan rayap kayu kering untuk
masing-masing jenis konstruksi menunjukkan hasil
yang berbeda seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap
tanah dan rayap kayu kering pada tiap-tiap
konstruksi pada bangunan rumah contoh di
Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan
Medan Labuhan
Komponen
Konstruksi
Dinding
Daun pintu
Kusen pintu
Daun jendela
Kusen jendela
Lisplang
Plafon
Tiang
Total

Rayap Tanah
(Rp)
1.097.900
1.177.100
5.433.450
339.800
1.833.500
890.600
248.100
1.970.600
12.532.650

Rayap Kayu
Kering (Rp)
1.184.600
1.724.100
3.428.700
696.900
2.118.300
0
32.500
715.200
9.900.300

Gabungan RT +
RKK (Rp)
2.198.200
2.901.200
8.862.150
1.036.700
3.951.800
890.600
280.600
2.685.800
22.432.950

Keterangan: Nilai yang tertera adalah nilai kerugian akibat
serangan rayap yang telah dikonversi dalam
rupiah. RT: Rayap tanah; RKK: Rayap Kayu
Kering.

Umur Bangunan
1-10 (Rp)
95.600
156.400
0
50.500
0
0
0
0
302.500

11-20 (Rp)
1.502.500
1.243.100
1.647.900
412.700
475.500
459.700
85.500
1.385.800
7.212.700

21-30 (Rp)
291.900
741.200
2.082.500
186.800
1.383.600
269.300
35.500
573.800
5.564.600

≥ 30 (Rp)
256.200
760.500
4.636.700
382.700
2.302.700
211.200
159.600
643.550
9.353.150

Nilai yang tertera adalah nilai kerugian
akibat serangan rayap yang telah dikonversi
dalam rupiah.

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan
Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering pada TiapTiap Konstruksi. Nandika et al., (2003)
menyebutkan faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan populasi rayap meliputi curah hujan,

Pada Tabel 2 dapat diketahui kerugian
ekonomis yang terbesar terjadi pada komponen kusen
pintu dengan nilai kerugian Rp 8.862.150, kemudian
disusul oleh kusen jendela dengan nilai kerugian Rp
3.951.800. Aksesibilitas rayap diperkirakan berasal
dari tiang-tiang pondasi rumah yang lembab.
Dilihat dari bentuk kontruksinya, kusen pintu
dan kusen jendela pada rumah contoh tingginya tidak
begitu jauh dari tanah, sehingga akan memudahkan
bagi rayap untuk naik ke komponen bangunan
tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Prasetyo dan Yusuf (2005) bahwa rayap tanah
akan mudah merambat ke bagian bangunan yang
tingginya lebih rendah dari 15 cm. Rayap tanah
biasanya menyerang kusen pintu yang berada di
daerah yang lembab seperti di dapur dan kamar
mandi. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan kusen
jendela. Kusen jendela yang terserang umumnya

Universitas Sumatera Utara

26 SIREGAR ET AL.

J. Biologi Sumatera

berada di daerah belakang rumah. Rayap kayu kering
biasanya menyerang kusen pintu yang berada di ruang
tengah rumah contoh seperti kusen pintu kamar dan
kusen pintu depan. Kusen jendela yang terserang
umumnya adalah kusen jendela yang berada di depan
dan di samping rumah. Selain itu, besarnya kerugian
juga disebabkan besarnya intensitas serangan rayap
yang terdapat pada tiap rumah contoh yang dialami.
Berdasarkan data yang diperoleh, intensitas
serangan rayap yang paling kecil terdapat pada
lisplang dan plafon. Hal ini mungkin dikarenakan
letaknya yang strategis yaitu menyangkut keindahan
rumah. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan,
kayu yang biasa dijadikan sebagai bahan baku
lisplang ini adalah kayu damar. Nandika et al., (2003)
menyatakan bahwa kayu ulin, merbau, damar dan jati
merupakan jenis kayu yang digolongkan tahan
terhadap serangan rayap. Mekanisme ketahanan
alaminya tersebut dikendalikan oleh kandungan
estraktif yang terdapat pada kayu teras, seperti
ieusiderin dan tectoquinon. Umumnya, serangan
rayap yang terjadi pada komponen ini hanya tergolong
kepada kerusakan kecil. Kerugian ekonomis yang
terdapat pada lisplang dapat mencapai seharga
Rp 890.600 dan kerugian ekonomis pada plafon yaitu
sebesar Rp 280.600. Kisaran interval kerugian
ekonomis dan persentase serangan pada 120 rumah
contoh yang berada di kawasan Kecamatan Medan
Denai dan Kecamatan Medan Labuhan ini dapat
dilihat pada Tabel 3. Interval kerugian pada 120
rumah contoh ini akibat serangan rayap tanah berkisar
Rp 116.983,1 hingga Rp 91.894,4 dengan persentase
serangan 53,9%. Kerugian akibat serangan rayap kayu
kering mencapai Rp 9.900.300 dengan rata-rata
kerugian per bangunan rumah contoh adalah Rp
91.894,4. Interval kerugian pada 120 rumah contoh ini
akibat serangan rayap kayu kering berkisar Rp
92.729,1; hingga Rp 72.275,9 dengan persentase
serangan sebesar 44,1%.
Tabel 3. Rangkuman kerugian akibat serangan rayap
di dua wilayah Kota Medan (Medan Bagian
Timur dan Medan Bagian Utara) studi kasus
di Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan
Medan Labuhan
No.

Parameter

1
2

Jumlah (Rp)
Rata-Rata Kerugian
(Rp)
Standart Deviasi (Rp)
Interval Rata-Rata
Kerugian (Rp)
Rata-rata Persentase
(%)

3
4
5

12.532.650
104.438,8

Rayap
Kayu
Kering
9.900.300
82.502,5

137.411,1
116.983,1;
91.894,4
55,9

112.021,6
92.729,1;
72.275,9
44,1

Rayap
Tanah

Gabungan
RT + RKK
22.432.950
186.941,3
249.432,6
209.712,2;
164.170,3
100

Keterangan: Nilai yang tertera adalah nilai kerugian akibat
serangan rayap yang telah dikonversi dalam
rupiah. RT: Rayap tanah, dan RKK: Rayap
Kayu Kering.

Jenis Rayap Perusak Bangunan
Pada empat kelurahan yang dijadikan lokasi
penelitian diambil beberapa sampel jenis rayap.
Selanjutnya sampel yang didapat diidentifikasi
jenisnya dengan melihat ciri-ciri khas yang
membedakan satu dengan yang lainnya seperti dengan
melihat perbedaan kapsul kepala dan abdomen
masing-masing sampel yang dilihat melalui
mikroskop yang selanjutnya dicocokkan dengan buku
identifikasi Nandika et al., (2003) dan buku
pengenalan serangga Borror et al., (1993). Kasta yang
dijadikan acuan untuk pengidentifikasian adalah kasta
prajurit. Menurut Nandika et al., (2003), kasta prajurit
memiliki ciri-ciri khas yang mudah dibedakan bila
dibandingkan dengan kasta lain.
Dari hasil identifikasi yang dilakukan
akhirnya dapat diketahui jenis rayap yang menyerang
sebagaimana yang tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis rayap perusak kayu pada masingmasing lokasi penelitian
Lokasi Antar
Kecamatan
Kec. Medan Denai
1. Kelurahan Binjai

Nama Spesies Rayap

Famili

Neotermes tectonae
Cryptotermes cynocephalus
Coptotermes curvignatus

Kalotermitidae
Kalotermitidae
Rhinotermitidae

2. Kelurahan
Medan
Tenggara
Kec. Medan
Labuhan
1. Kelurahan
Tangkahan

Coptotermes curvignatus
Cryptotermes cynocephalus

Rhinotermitidae
Kalotermitidae

Coptotermes curvignatus
Cryptotermes cynocephalus

Rhinotermitidae
Kalotermitidae

2. Kelurahan
Nelayan Indah

Coptotermes curvignatus
Cryptotermes cynocephalus

Rhinotermitidae
Kalotermitidae

Pada Tabel 4 diketahui bahwa rayap tanah
Coptotermes curvignatus dan rayap kayu kering
Cryptotermes cynocephalus mendominasi serangan
pada masing-masing wilayah penelitian yaitu pada
Kelurahan Binjai, Kelurahan Medan Tenggara,
Kelurahan Tangkahan, dan Kelurahan Nelayan Indah.
Rayap tanah Coptotermes curvignatus ini memiliki
ciri-ciri morfologi kasta prajurit kepala berwarna
kuning, dengan antena dan lambrum berwarna pucat.
Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung
diujungnya. Panjang kepala dengan mandibel 1,561,68 mm. Lebar kepala 1,40-1,44 mm. Panjang badan
5,5-6 mm. Spesies dari famili Rhinotermitidae ini
menyerang semua kayu, baik pohon-pohon yang
masih hidup maupun kayu yang sudah digunakan
menjadi bahan bangunan.
Dominansi serangan rayap ini sepadan dengan
apa yang dikemukakan oleh Prasetyo dan Yusuf
(2005) bahwa rayap Coptotermes curvignatus
merupakan rayap perusak yang menimbulkan tingkat

Universitas Sumatera Utara

Vol. 2, 2007

serangan yang paling ganas. Tidak mengherankan
kalau rayap ini mampu menyerang hingga ke lantai
atas suatu bangunan bertingkat. Serangan tersebut bisa
terjadi walaupun tidak ada hubungan langsung dengan
tanah, setelah menyerang rayap perusak bangunan ini
akan membuat sarang yang cukup lembab karena
rayap jenis ini sangat memerlukan kelembaban yang
cukup tinggi. Nandika et al., (2003) menyebutkan
bahwa perkembangan optimum rayap ini dicapai pada
kisaran kelembaban 75-90%.
Berdasarkan
pengamatan
yang
telah
dilakukan, daerah penelitian seperti Kelurahan
Tangkahan dan Kelurahan Nelayan Indah merupakan
daerah yang relatif lebih lembab dari daerah penelitian
lainnya karena lokasi ini berada agak jauh dari
perkotaan dan berada di kawasan dekat pantai.
Menurut Nandika et al., (2003), rayap
Cryptotermes
curvignatus
memiliki
ciri-ciri
morfologis seperti: kepala berwarna coklat gelap
kemerah-merahan, antena memiliki 11 segmen,
panjang kepala dengan mandibel ialah 0,87-0,97 mm,
dengan panjang mandibel ialah 0,57-0,57 mm.
Pada wilayah penelitian Kelurahan Binjai,
rayap yang ditemukan adalah spesies Neotermes
tectonae. Rayap yang berasal dari famili
Kalotermitidae ini memiliki ciri-ciri morfologi kasta
prajurit kepala berwarna coklat kemerah-merahan.
Antena dan labrum berwarna coklat kekuningkuningan. Mandibel berwarna coklat kemerahmerahan. Bentuk kapsul kepala segi empat. Panjang
kepala dengan mandibel ialah 2,50-2,75 mm, lebar
kepala ialah 1,75-2,12 mm, dan panjang mandibel
ialah 1,50-1,72 mm. Nandika et al., (2003)
menyatakan jenis rayap ini merupakan rayap yang
memiliki aktifitas jelajah yang rendah.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Pak Fajar pegawai BPS Kota Medan yang telah
membantu penulis dalam mengumpulkan data
sekunder. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Muhammad Nurul Fadhli yang telah

J. Biologi Sumatera 27

membantu penulis dalam melakukan wawancara
kepada masyarakat Kecamatan Medan Labuhan untuk
mendapatkan data-data primer yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2007. Medan
Dalam Angka 2007. Medan.
Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson.
1993. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi
ke-6. (Terjemahan Partosoedjono, S).
Gajahmada University Press. Jogjakarta.
Nandika, D. Yudi Rismayadi dan Farah Diba. 2003.
Rayap
Biologi
dan
Pengendaliannya.
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Surakarta.
Prasetyo, K.W dan Sulaeman Yusuf. 2005. Mencegah
dan Membasmi Rayap Secara Ramah
Lingkungan & Kimiawi. Agromedia Pustaka.
Bogor.
Romaida. 2002. Kerugian Ekonomis Akibat
Serangan Rayap dan Intensitas Serangannya
pada Bangunan Rumah di Kota Cirebon.
[Skripsi]. Jatinangor. Fakultas Kehutanan,
UNWIM.
Rudi. 2002. Status Pengawetan Kayu di Indonesia.
Makalah
Pengantar
Falsafah
Sains.
http://www. Google.com/pengawetan kayu.
[28 Desember 2006]
Safaruddin. 1994. Kerugian Ekonomi Akibat
Serangan Rayap Pada Bangunan Perumahan
di Dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamadya
Jakarta Barat dan Jakarta Timur). [Skripsi].
Bogor:
Fakultas
Kehutanan,
Institut
Pertanian Bogor.
Sudzana. 2002. Metode Statistik. Edisi Keenam,
Penerbit PT. Tarsito Bandung.
Tambunan, B. dan D. Nandika. 1989. Deteriorasi
Kayu Oleh Faktor Biologis. UPT Produksi
Media Informasi, Lembaga Sumberdaya
Informasi IPB, Bogor.

Universitas Sumatera Utara