Analisis Daya Saing Kota Sibolga

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang

digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak
mewarnai pengembangan dan aplikasi konsep daya saing di tingkat perusahaan.
Selanjutnya konsep tersebut dikembangkan untuk tingkat negara sebagai daya
saing global, khususnya melalui lemabaga World Economic Forum (Global
competitiveness Report). Indeks daya saing global ini telah menjadi ukuran dan
referensi dari kinerja ekonomi dan iklim investasi suatu negara.
World Economic Forum (WEF) mempublikasikan daya saing untuk level
negara yang bertajuk “Global Competitiveness Index”sejak tahun 1979.GCI
(Global Competitiveness Index)

merupakan ukuran daya saing setiap negara

dengan menggunakan 126 indikator yang dikelompokkan dalam 12 pilar yaitu

kelembagaan, infrastruktur, lingkungan makro ekonomi, pendidikan dasar dan
kesehatan, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar
tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar,
kecanggihan bisnis, dan inovasi.
Indonesia termasuk dalam 144 negara yang telah diukur daya saingnya oleh
World Economy Forum untuk edisi tahun 2014-2015. Lima besar dunia ditempati
berturut-turut yaitu Swiss, Singapura, Amerika Serikat, Finlandia, dan Jerman.
Setelah tiga tahun sebelumnya mengalami penurunan peringkat, Indonesia
menempati peringkat ke 34 pada edisi 2014-2015, atau naik empat peringkat

1

dibandingkan edisi sebelumnya. Indonesia (peringkat 34) digolongkan dalam
negara-negara yang baru sampai tahap ketiga dari 5 tahap pengembangan daya
saing, yaitu: “efficiency driven” bersama 29 negara lainnya.
Lima pilar yang menempati peringkat tertinggi untuk Indonesia yaitu ukuran
pasar (peringkat ke 15), inovasi (31), lingkungan makroekonomi (34),
kecanggihan bisnis (34), dan pengembangan pasar keuangan. Peringkat tersebut
menunjukkan bahwa Indonesia dinilai memiliki daya saing yang baik untuk aspek
ekonomi. Lima pilar dengan peringkat yang terendah yaitu efisiensi pasar tenaga

kerja (110), kesiapan teknologi (77), pendidikan dasar dan kesehatan (74),
infrastruktur (56), dan kelembagaan (53).
Meskipun demikian, Indonesia dianggap masih kalah bersaing dengan
negara-negara kawasan Asia Pasifik Lainnya. Dimana untuk wilayah Asia Pasifik,
Indonesia tetap berada dibawah ; Singapura (2), Jepang (6), Hong Kong (7),
Taiwan (14), Selandia baru (17), Malaysia (20), Australia (22), Korea Selatan
(26), Tiongkok (38), Thailand (31). Dan hanya unggul dari dua negara Asia
Tenggara yakni Filipina (52), Vietnam (68).
Sementara tingkat persaingan antar negara dari waktu ke waktu semakin
tinggi sebagai dampak munculnya fenomena globalisasi ekonomi. Globalisasi ini
mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan, dimana semakin tingginya
tingkat persaingan antar negara ini, tidak hanya akan berdampak pada
perekonomian Indonesia secara keseluruhan, tetapi juga akan berdampak langsung
pada perekonomian daerah terlebih lagi setelah era otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal.

2

Otonomi daerah merupakan konsep penyelanggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah yang memberikan wewenang kepada daerah untuk

mengurus rumah tangganya (daerahnya) sendiri. Penerapan otonomi daerah dan
kebijakan fiskal tersebut telah memacu satu kegairahan baru masing-masing
daerah untuk meningkatkan perekonomian daerah yang bersangkutan.Dengan
adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, setiap daerah memiliki
kesempatan yang besar untukmeningkatkan kemakmuran masyarakatnya melalui
inovasi, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, serta menciptakan tata kelola
ekonomi daerah yanglebih kompetitif dan berdaya saing tinggi. Daya saing daerah
yang baik dengan sendirinya akan meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan
perekonomian negaranya.
Penelitian yang dilakukan oleh PPSK BA dan FE UNPAD pada tahun 2001
pada dasarnya ditujukan untuk membantu daerah-daerah di Indonesia di dalam
mengidentifikasi potensi dan prospek ekonomi daerah yang dapat dijadikan
sabagai ukuran daya saing.
Berdasarkan hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE-UNPAD
(2008) dalam neraca daya saing daerah, Kota Sibolga berada di peringkat 131
secara keseluruhan dalam daya saing daerah dari 434 neraca daya saing daerah.
Peringkat ini masih jauh di bawah kabupaten dan kota lainnya di Provinsi
Sumatera Utara seperti Kabupaten Asahan yang berada di peringkat 73,Kabupaten
Deli Serdang di peringkat 95, Kota Medan di peringkat 23, Kota Pematang Siantar
di peringkat 117. Namun peringkat Kota Sibolga ini masih lebih tinggi

dibandingkan tingkat daya saing dari Kabuten/Kota terdekat seperti Kabupaten

3

Tapanuli Utara berada diperingkat 275, Kabupaten Tapanuli Tengah diepringkat
352, Kabupaten Tapanuli Selatan diperingkat 205 dan Kota Padang Sidempuan di
peringkat 259. Berdasarkan input perekonomian daerah, Kota Sibolga berada di
peringkat 177. Berdasarkan infrastruktur SDA dan lingkungan Kota Sibolga
berada di peringkat 263, dari SDM dan Ketenagakerjaan berada di peringkat 144.
Sedangkan berdasarkan output tingkat kesempatan kerja Kota Sibolga berada di
peringkat 430. Ini mengindikasikan bahwa masih tingginya tingkat pengangguran
di Kota Sibolga. Publikasi Statistik Kota Sibolga tahun 2014 menunjukkan bahwa
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Sibolga tahun 2013 ada sebanyak
19,21 %, hal ini tidak terlepas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi tahun
2013 di Kota Sibolga.
Sumber Daya Manusia (SMD) merupakan salah satu faktor yang paling
penting untuk meningkatkan daya saing ekonomi suatu daerah. Kualitas Sumber
Daya Manusia sangat dibutuhkan dalam mengelola potensi daerahnya. SDM itu
sendiri diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) merupakan pengukuran perbandingan dari harapan hidup, buta

huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014,
menyebutkan bahwa nilai IPM Kota Sibolga pada tahun 2013, memiliki nilai
sebesar 76,19 dan secara umum IPM Kota Sibolga pada 2010-2013 terus
meningkat walaupun masih dalam status IPM yang sama yaitu Menengah Atas .
Angka IPM Kota Sibolga ini berarti pembangunan manusia masih harus lebih
ditingkatkan agar produktivitas masyarakat semakin meningkat dan bermanfaat

4

bagi modal pembangunan Kota Sibolga dan bukan menjadi beban pembangunan.
IPM Kota Sibolga ini sendiri masih berada dibawah Kota Pematang Siantar
(78,62), Kota Medan (78,62), Kota Tebing Tinggi (77,96) Kota Binjai (77,79),
Kabupaten Tobasa (77,49), Kabupaten Deli Serdang (76,82), Kabupaten Karo
(76,76), dan Kota Padang Sidimpuan (76,31). Untuk lebih siap berdaya saing,
Kota Sibolga harus meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) agar
menghasilkan SDM yang lebih berkualitas, produktif, dan unggul sehingga
mampu bersaing dengan daerah-daerah lainnya.
Sibolga dengan penduduk yang majemuk sesuai dengan slogannya “ Negeri
Berbilang Kaum” sangatlah kaya akan sosial dan budayanya. Menjadi tantangan

tersendiri bagi pengembangan perekonomian kota Sibolga adalah kondisi
geografis kota Sibolga yang

luasnya wilayahnya hanya kira-kira 10 km2

menjadikan kota Sibolga sulit dikembangkan untuk sektor perindustrian.
Persaingan antar daerah yang semakin ketat, membuat pemerintah daerah
tak terkecuali Kota Sibolga dituntut untuk lebih menyiapkan daerahnya sebaik
mungkin agar dapat menarik investasi ke Kota Sibolga. Dengan demikian untuk
meningkatkan daya saing ekonomi daerah perlu dikembangkan sentra-sentra
ekonomi daerah. Serta kesiapan pemerintah daerah secara sungguh-sungguh
dalam menata pengembangan kelembagaan, membuat kebijakan pemerintah
daerah yang lebih strategis, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM),
reformasi birokrasi, hingga pemberdayaan ekonomi daerah secara menyeluruh
merupakan kunci dalam pembangunan ekonomi daerah yang kompetitif dan

5

memiliki daya saing yang tinggi. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis
mengangkat penelitian ini berjudul Analisis Daya Saing Kota Sibolga.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka rumusan masalah yang

menjadi dasar dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang menjadi
penentu daya saing ekonomi kota Sibolga tahun 2015.
1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

faktor faktor penentu daya saing ekonomi Kota Sibolga tahun 2015.
1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, sebagai salah satu media latihan untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan sesuai disiplin ilmu yang dipelajari.

2. Bagi para pengambil kebijakan, sebagai bahan masukan dalam mengambil
kebijakan dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan.
3. Bagi masyarakat Umum dan mahasiswa/i, sebagai tambahan informasi dan
tambahan literatur bagi masyarakat dan mahasiswa/i untuk melakukan
penelitian selanjutnya.

6