Literasi informasi untuk Pustakawan Bada

LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN BBPSDMP 1 )
Eka Kusmayadi 2 )
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian
Jalan Ir. H. Juanda No.20 Bogor 16122
E-mail : eka.icaltd@gmail.com
Blog : fpdp.wordpress.com; academia.edu/ekakusmayadi

RINGKASAN
Literasi informasi atau keberaksaraan informasi atau ”melek informasi”
adalah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang
diperlukan untuk proses pembelajaran sepanjang hayatnya. Dalam bidang ilmu
perpustakaan dan informasi, literasi informasi sering dikaitkan dengan
kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar informasi yang tersedia.
Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi serta tuntutan
pemustaka, seorang pustakawan dalam meningkatkan kinerja perpustakaannya
membutuhkan literasi informasi dan komputer. Setiap perpustakaan wajib
mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi
informasi dan komunikas i. Oleh karena itu, maka P ustakawan dituntut adaptif
dengan perkembangan TIK untuk kebutuhan layanan informasi bagi para
penggunanya. Sesuai dengan trend paradigma pemustaka, nilai kebaruan atau
kemutakhiran informasi menjadi penting. Kebaruan informasi akan lebih cepat

diperoleh melalui media elektronik , seperti e-book, e-journal, e-magazine, enewspapper, dan sebagainya. Oleh karena itu, k emampuan literasi para pengelola
perpustakaan dan pustakawan BBPSDMP perlu ditingkatkan dalam hal
kemampuan mengenal sumber-sumber informasi, media informasi, strategi
penelusuran dan pengelolaan informasi, baik pada perpustakaan konvensional
maupun hibrid. Pengelolaan dokumen hasil pengunduhan dari e-resource salah
satunya dapat menggunakan aplikasi Mendeley yang lebih mudah, cepat dan dapat
digunaan untuk pengelolaan referensi dan berbagi (sharing). Kerjasama
perpustakaan selalu diperlukan dalam memenuhi kebutuhan pemustaka. Oleh
karena itu, diperlukan kesadaran dari pengelola perpustakaan atau pustakawan
untuk sama-sama mau berbagi dan bekerjasama ( networking).
Kata Kunci : Literasi Informasi, Pustakawan, Pengelola Perpustakaan, Strategi
Penelusuran, Pengelolaan Dokumen

1)

2)

Disampaikan dalam Workshop Implementasi Perpustakaan Digital Lingkup BBPSDMP di
Hotel Agria Gino Feruci, Bogor, 4 Maret 2016
Pustakawan Ahli Madya di Kementerian Pertanian


1

PENDAHULUAN
Definisi
Literasi berasal dari bahasa inggris yaitu “ literate” yang artinya dalam
bahasa Indonesia adalah ”melek”. Literasi informasi sering disebut juga dengan
keberaksaraan informasi atau ”melek informasi”. Dikenal information literate dan
computer literate . Artinya mengenal dengan baik terrhadap informasi dan
komputer. Definisi secara bebas dari literasi informasi adalah kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan untuk proses
pembelajaran sepanjang hayat. Dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi,
literasi

informasi

sering

dikaitkan


dengan

kemampuan

mengakses

dan

memanfaatkan secara benar informasi yang tersedia.
Dengan demikian, maka masyarakat siapapun dia sebenarnya mempunyai
kewajiban mempunyai mengetahui literasi informasi untuk memenuhi proses
pembelajaran sepanjang hidupnya.
Dalam

memenuhi kebutuhan informasi, kadangkala seseorang tidak

mengetahui sama sekali dimana mendapatkan informasi. Kadangkala walaupun
mengetahui keberadaanya, namun tidak mengetahui bagaimana cara mencarinya.
Sebagaicontoh bagaimana mencari informasi secara cepat dalam sebuah buku dan
majalah, bagaimana mencari di internet, atau mencari informasi dalam sebuah

database.
Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan informasi seseorang harus
mengetahui sumber-sumber informasi, media informasi dan teknik atau prosedur
pencarian informasi. Disitulah peran strategi penelusuran diperlukan.
Sumber Informasi
Untuk mendapatkan informasi, kita dapat mendatangi lembaga-lembaga
informasi yang tersedia atau dengan berkembangnya teknologi internet, kita dapat
memanfaatkan berbagai sarana yang tersedia di dalamnya untuk mencari informai
seperti website, blog, media social, mesin pencari, ftp dan masih banyak lagi.
Lembaga

penyedia

sumber

informasi

misalnya

pusat


informasi,

perpustakaan, taman bacaaan, rumah pintar dan sebagainya. Perpustakaan sebagai
2

lembaga penyedia informasi dalam operasionalnya sudah mempunyai metode yang
standar di seluruh dunia, sehingga dimanapun perpustakaan itu berada cara
pengembangan koleksi, pengolahan koleksi dan pelayanannya selayaknya sama.
Dengan

demikian,

pemustaka

akan

lebih

mudah


mencari

informasi

di

perpustakaan, baik perpustakaan konvensional, hybrid ataupun maya.
Namun dalam kenyataannya, sebesar apapun sebuah perpustakaan atau
sebanyak apapun koleksinya tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan
pemusakanya. Oleh karena itu, maka diperlukan adanya kerjasama antara
perpustakaan,

terutama

perpustakaan

sejenis.

Di


lingkungan

Kementerian

Pertanian umumnya merupakan perpustakaan khusus.
Media Informasi
Media informasi identik dengan tempat penyimpanan informasi. Pada
perpustakaan konvensional, media informasi hanya terdiri atas koleksi cetak. Pada
perpustakaan hybrid, koleksinya merupakan kombinasi antara media cetak,
elektronik dan digital. Sedangkan pada perpustakan maya biasanya hanya media
digital saja. Perbedaan ketiganya terletak pada media dan ketersedian jaringan.
Pada perpustakaan maya, media digital dan ketersediaan jaringan WAN (wide area
networks) menjadi sangat penting keberadaannya.
Alat Penelusuran
Alat penelusuran adalah sarana yang digunakan untuk memudahkan mencari
informasi dalam sebuah media. Alat penelusuran selelu diperlukan walaupun pada
sebuah perpustakaan konvensional. Pemustaka wajib mengetahui dengan baik alat
penelusuran ini. Karena apabila tidak mengetahuinya, maka pemustaka akan lama
dapat menemukan informasi yang dibutuhkan. Disinilah peran pustakawan

diperlukan.
memberikan

Seorang

pustakawan

konsultasi

kepada

mempunyai

kewajiban

pemustakanya

dalam

mengajarkan


atau

mengenalkan

alat

penelusuran tersebut dan cara pengoperasiannya.
Pada media cetak seperti, alat penelusuran dapat menggunakan indeks yang
terdapat bagian buku yang biasanya terdapat di bagian belakang. Sebuah buku
3

yang baik akan dilengkapi dengan indeks, apakah indeks subjek ataupun indeks
pengarang. Selain indeks buku,alat penelusuran yang biasanya digunakan untuk
perpustakaan konvensional adalah catalog. Katalog merupalan sarana pnelusuran
koleksi cetak yang dibuat dari kertas berukuran 17x22 cm berisi informasi
bibliografi sebuah koleksi cetak. Sebuah koleksi biasanya mempunyai minimal 3
buah kartu katalog, seperti catalog judul, katalog subjek dan catalog pengarang.
Dengan demikian apabila ada 2 subjek, maka akan ada 2 kartu catalog subjek.
Apabila ada 2 pengarang yang menyusunnya, maka akan ada 2 kartu catalog

pengarang. Jadi sebuah buku yang mempunyai 2 subjek dan 2 pengarang akan
mempunyai 5 kartu catalog, yaitu selembar kartu untuk judul, 2 lembar kartu
untuk subjek dan 2 lembar kartu untuk pengarang.
Selain kedua sarana penelusuran tersebut, terdapat alat penelusuran lain
yang biasa digunakan pada media cetak, yaitu literatur sekunder. Literatur
sekunder ini bentuknya masih cetak dan berisi informasi tentang koleksi berupa
daftar buku atau artikel dari koleksi yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan.
Ada beberapa jenis literatur sekunder, yaitu kumpulan catalog, catalog
induk, indeks, bibliografi, kumpulan abstrak dan kumpulan anotasi.
Pada

perpustakaan

yang

sudah

menerapkan

teknologi


informasi,

alat

penelusuran koleksi dibantu dengan membuatkan OPAC (Online Public Access
Catalougs). OPAC atau catalog yang disimpan dalam sebuah komputer adalah
sebuah database atau kumpulan informasi bibliografi koleksi perpustakaan yang
dapat ditemukan kembali dengan mudah dan cepat. Informasi bibliografi biasa
disebut dengan metadata. Banyak software yang digunakan untuk membuat OPAC,
misalnya CDS/ISIS, FoxPro, Visual Basic, MS-Access, MySQL dan sebagainya.
Metadata tersebut biasanya paling sedikit berisi informasi tentang tajuk,
judul,

edisi,

kepengarangan,

impressum

(penerbitan),

kolasi,

dan

catatan.

Penambahan lainnya berupa abstrak, anotasi dan cover. Pada OPAC, biasanya
pemustaka

masih

harus

mencari

koleksi

cetaknya.

Pada

perpustakaan

konvensional biasanya komputer untuk OPAC yang disediakan hanya sedikit

4

jumlahnya dan dilengkapi dengan lemari-lemari katalog. OPAC dapat berupa
standalone atau jaringan local (LAN).
Pada perpustakaan digital, penambahan metadatanya adalah menyediakan file
lengkapnya,

sehingga

seorang

pemustaka

apabila

sudah

menggunakan

perpustakaan digital, mereka tidak perlu lagi mencari koleksi cetaknya. Namun
cukup membacanya di depan komputer. Untuk mencegah terjadinya kemudahan
dalam pencontekan atau plagiarisme, maka upaya proteksi keamanan terhadap file
harus

dilakukan pada sebuah perpustakaan

digital.

Sebagai contoh, tidak

menyediakan atau mematikan fungsi usb drive pada komputer OPAC, membuat
file supaya tidak dapat dikopi, namun hanya dapat dibaca, membuat file PDF
dalam bentuk gambar atau image, dan sebagainya.
Penelusuran Internet
Mesin Pencari (Search Engine)
Internet adalah kumpulan jaringan yang besar. Alat penelusuran yang
digunakan pada internet dikenal dengan istilah mesin pencari atau search engine.
Ada banyak jenis mesin pencari di internet. Salah satunya Google. Bagaimana
posisi Google sebagai mesin pencari informasi di internet dapat dilihat pada
Gambar 1.

G oogl
e

Gambar 1. Posisi Google di antara mesin pencari lain

5

Pada

Gambar

di

atas

dapat

disimpulkan

bahwa

Google

mempunyai

kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mesin pencari lain dalam
menemukan berbagai sumber informasi. Sistem Google dapat mencari di media
social, website, blog, e-commerce dan sebagainya. Oleh karena itu, tidak heran
apabila google menjadi alat pencari informasi yang banyak digunakan orang dan
digunakan oleh lembaga yang menentukan webomatrik di dunia.
Saat ini Google merupakan sebuah perusahaan berpredikat nomor satu
dalam 100 perusahaan top yang paling diminati di Amerika, dengan jumlah
pegawai sekitar 10 ribu orang. Pada Gambar 2 dapat dilihat dalam tahun 2012,
Google digunakan oleh pengakses internet sebanyak 74%. Diikuti Yahoo sebanyak
12%, Bing 9,7% dan ASK 1,7%.

Gambar 2. Komposisi pemanfaatan searchengine Tahun 2012
Strategi penelusuran dapat digunakan pada sebuah mesin pencari.

Strategi

yang dapat digunakan anatara lain penggunaan kata kunci atau keyword, sintaks *,
boolean, url=, filetype=, tanda *, +, “ “, Bolean (and, or, not), pemotongan atau
truncation, persamaan kata atau istilah lain, penyempitan dan perluasan.

Trend Pemustaka
6

Akses Internet Di Amerika Serikat
Pada gambar di bawah dapat dilihat, bahwa orang dewasa Amerika Serikat
meningkat terus aksesnya terhadap internet setiap tahun. Dibandingkan dengan
tahun 2008 aksesnya meningkat 2 kali lipat pada tahun 2015. Peningkatan akses
tersebut seiring dengan meningkatnya teknologi smartphone. Pada tahun 2008
berdasarkan perangkat pengaksesnya, 12% mengakses internet menggunakan
mobile, 80% menggunakan desktop dan laptop, 9% menggunakan perangkat
lainnya. Pada tahun 2015, perangkat mobile digunakan untuk mengakses internet
oleh 51% orang, 42% menggunakan desktop dan laptop, 7% menggunakan
perangkat lainnya. Dengan demikian terlihat bahwa penggunaan mobile meningkat
sebanyak 39%, sedangkan penggunaan desktop dan laptop menurun sebanyak
38%.

Gambar 3. Waktu yang digunakan pengguna dewasa mengakses internet
Di Indonesia
Tidak jauh berbeda kondisinya dengan di Indonesia. Banyak orang yang
mengatakan bahwa Indonesia adalah pasar yang potensial. Berdasarkan Gambar 5,
kita dapat melihat bahwa pengguna internet di Indonesia hanya mencapai 15%
dari seluruh populasi penduduknya. Yang menarik adalah bahwa imbangan antara
pengguna yang ada di kota dan desa tidak begitu jauh berbeda.

Untuk media
7

social, facebook banyak digunakan oleh pengguna internet, yaitu sebanyak 25%.
Dari sekian banyak penduduk Indonesia, penetrasi handphonenya mencapai 112%.
Hal tersebut memberikan makna bahwa seorang penduduk Indonesia mempunyai
handphone lebih dari satu buah.

Gambar 4. Pengguna internet di Indonesia
Berdasarkan lamanya waktu yang dilakukan pengguna untuk mengakses
internet di Indonesia, rata-rata pengguna menghabiskan waktu selama 5 jam 25
menit setiap harinya, dengan menggunakan komputer desktop dan laptop.
Sedangkan penetrasi perangkat mobile terhadap penduduk menunjukan besaran
15% dengan lama akses setiap hari 2 jam 30 menit. Dengan kata lain, 40%
pengakses internet di Indonesia bersumber dari handphone (Gambar 5).

8

Gambar 5. Indikator pemanfaatan internet oleh penduduk Indonesia

Gambar 6. Pengakses social media di Indonesia
Di PUSTAKA
Gambar di bawah ini menunjukkan kecenderungan prilaku pemustaka di
PUSTAKA dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan. Pemustaka lebih menyukai
memanfaatkan koleksi online dibandingkan koleksi cetak. Namun pemustaka juga
selektif

terhadap

konten

informasi.

Jurnal

ScienceDirect

lebih

banyak

dimanfaatkan oleh pemustaka (peneliti) karena dianggap lebih berkualitas
dibandingkan ProQuest.

9

Gambar 7. Kecenderungan pemanfaatan koleksi oleh pemustaka
Dari gambaran kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa pustakawan tidak
saja

harus

mempunyai

literasi

informasi,

namun

juga

literasi

komputer.

Kemampuan keduanya akan dapat meningkatkan kompetensi seorang pustakawan
sesuai dengan tuntutan dari SKKNI bidang perpustakaan dan UU No. 5/2014 bagi
Aparatur Sipil Negara.
E-resources
Dalam UU no. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pada Bab V Pasal 14
alinea 3 disebutkan bahwa “Setiap perpustakaan mengembangkan layanan
perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi”. Oleh
karena itu, maka Pustakawan dituntut adaptif dengan perkembangan TIK untuk
kebutuhan layanan informasi bagi para penggunanya.
Sebagaimana dijelaskan sebeumnya tentang trend paradigm pemustaka,
maka nilai kebaruan atau kemutakhiran informasi menjadi penting. Kebaruan
informasi akan lebih cepat diperoleh melalui media elektronik , seperti e-book, ejournal, e-magazine, e-newspapper, d an sebagainya.

Menurut IFLA (2012),
10

“Electronic resources” refer to those materials that require computer
access,

whether

through

a

personal

computer,

mainframe,

or

handheldmobile device. They may either be accessed remotely via the
Internet or locally. Some of the most frequently encountered types are:
E-journals, E-books, Full-text (aggregated) databases, Indexing and
abstracting

databases,

Reference

databases

dictionaries,

directories,

encyclopaedias,

etc.),

(biographies,
Numeric

and

statistical databases, E-images, E-audio/visual resources .
Atau
“e-resources mengacu kepada koleksi yang dapat diakses dengan
menggunakan komputer, jaringan atau perangkat mobile, baik melalui
remote

atupun

jaringan

local,

seperti

:

jurnal,

buku,

database

(agregat), literatur sekunder, statistik, gambar, audio visual”.
E-Jurnal di Indonesia
E-jurnal dapat berarti jurnal yang diakses melalui database dalam bentuk
CD/DVD ataupun secara online melalui internet. Database dalam bentuk CD/DVD
sudah biasa melengkapi koleksi perpustakaan. Dahulu banyak jurnal tersebut
disimpan dalam bentuk disket, terutama database bibliografi. Beragamnya
database

tersebut

mengakibatkan

menjadi

beragam

pula

aplikasi

yang

membangunnya dan beragam pula system pencariannya. Keragaman tersebut
menyulitkan pustakawan dan pemustaka dalam memanfaatkannya.
Demikian pula halnya dengan jurnal online yang diakses melalui internet.
Namun pada umumnya database online ini hampir sama aplikasinya, hanya
beberapa tampilan atau fiturnya saja yang sedikit berbeda antara satu database
dengan database lainnya. Sebagai contoh ProQuest dan ScienceDirect pada
prinsipnya hampir tidak berbeda atau sama fiturnya.
Di Indonesia, e-jurnal kebanyakan dilanggan oleh perguruan tinggi dan
lembaga riset. Sayangnya untuk membangun konsorsium di Indonesia sangat sulit,
karena terikat peraturan pertanggungjawaban keuangan, terutama untuk lembaga

11

pemerintah. Oleh karena itu, kita dapat melihat ada database jurnal yang sama
tetapi dilanggan oleh lembaga atau perguruan tinggi yang berbeda.
Fitur
Fitur yang terdapat pada sebuah database jurnal online biasanya terdiri atas
penelusuran, daftar judul koleksi, download artikel, dan ekspor. Penelusuran ada
2 jenis, yaitu penelusuran sederhana (simple search) dan kompleks (advanced
search). Perbedaannya dengan penelusuran kompleks adalah ruang penelusuran
pada kompleks lebih banyak. Kita dapat membatasi tahun publikasi, bentuk
publikasi, penulis dan sebagainya.
Download adalah fitur untuk mengambil file artikel lengkap dari sistem.
Ada 2 jenis file yang dapat didownload, yaitu file berformat html dan pdf.
Perbedaan keduanya adalah :
1.

Html. Hasil tulisan ulang dari artikel aslinya. Kelebihannya mudah didonwload,
karena ukuran filenya lebih kecil. Sehingga pada akses internet yang terbatas,
pemustaka masih dapat mengambilnya.

2. PDF. Hasil

alih media dari publikasi cetak menjadi file digital. File ini

biasanya mempunyai ukuran yang besar, sehingga pada akses internet yang
terbatas sangat sulit untuk mengambil file tersebut.
Pilihan jenis penelusuran dan jenis field atau informasi apa yang digunakan
merupakan strategi penelusuran yang digunakan pada database jurnal. Demikian
juga penggunaan kata atau keyword pada judul yang akan dicari.
Tabel 1. Beberapa contoh E-Journal yang sudah dilanggan
perguruan ti nggi di I ndones ia
No
1
2
3
4
5

Nam a e- j urnal
E l s evi er Sci enceDi rect E ngineering
E ngi neeri ng f ul l
T he I E EE /I E T E l ectroni c Library
Wi de range of technol ogy
ProQ ues t Sci ence Journal

6
7

Sci enc e
ProQ ues t
G l obal )

AB I /I NF O RM

Global

Pelanggan
I TB

(B PO

12

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

B us i nes s and m anagem ent journal
databas e
A m eri can C hem i cal Society (AC S)
C hem i s try
Spri nger e- J ournal s – E ngineering
E ngi neeri ng
SI AM J ournal : Soci ety of I ndus trial
and A ppl i ed M athem ati cs
A m eri can I ns ti tute of Phys ics (A I P)
A m eri can Soci ety of C ivil E ngineers
(A SC E )
E bs co Sci enc e
Sci enc e
E bs co A rt and Archi te cture
A rt and Archi tec ture
Ci ta ti o n D ata ba s e
Scopus
Web of Sci enc e
eLi bra ry US A
A m eri cans paces
(A m eri can C orner IT B )

eLibraryU S A

e- Res ources PNR I
ProQ ues t e- j ournal s
G al e C engage Learni ng
E BSC O
Free A ccess
B ul l eti n of Indones i an E conom ic
Studi es
Tri a l
Sum m on (Web- Scal e Dis covery
Servi ces )
M cG raw -H i l l ' s Acces s E ngin eering
w w w. toj et. net
T he Turki s h O nl i ne J ournal of
E ducati onal Technol ogy (TO JE T) - (in
E RI C )
w w w. toj ned. net
T he O nl i ne J ournal of New H orizons
i n E ducati on (T OJ NE D
w w w. toj s at. net
T he O nl i ne J ournal of Science and
Techn ol ogy (T O J S AT )
w w w. toj del . net
T he O nl i ne J ournal of Dis tance
E ducati on and e- Learni ng (TO J DE L)
w w w. toj qi h. net
T he O nl i ne J ournal of Quality in
H i gher E ducati on (T OJ Q IH )

DI KTI

Indonesia OneSearch
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa tidak akan ada perpustakaan yag
mampu memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya. Oleh karena itu, kerjasama
informasi menjadi penting kemudian. Beberapa jaringan informasi sudah dibangun
13

di Indonesia, seperti IndonesiaDLN, Garuda dan sejenisnya, namun seringkali
keberlangsungan jaringan tersebut terkendala pada masalah pengelolaannya.
Terakhir, Indonesia OneSearch merupakan portal pencarian yang dibangun
oleh Perpustakaan Nasional dan memungkinkan pemustaka dapat memperoleh
informasi dari beragam sumber . Sampai dengan saat ini sistem tersebut sedang
dalam tahap pengembangan lebih lanjut. SLIMS secara teknis mendukung
(compliant) terhadap keberadaan Indonesia One Search . Indonesia Onesearch
digagas oleh Ismail Fahmi, pengembang Ganesha Digital Library (GDL) dan juga
peraih gelar PhD dari University of Groningen .
SLIMs BBPSDMP sudah pula tergabung dalam Indonesia Onesearch, namun
bagaimana jumlah dan kualitas informasi di dalamnya, mungkin perlu peningkatan
pemahaman dan kesadaran bersama akan arti berbagi dan bekerjasama. Semoga
pertemuan ini akan menjadikan titik awal para pengelola perpustakaan BBPSDMP
untuk

lebih

memicu

meningkatkan

kinerja

perpustakaannya

melalui

pengembangan perpustakaan digital.

Gambar 8. Tampilan Indonesia Onesearch

14

Pengelolaan Dokumen Unduhan
Banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk mengelola dokumen hasil
unduhan. Bahkan SLIMs juga dapat dimanfaatkan, namun aplikasi semacam itu
membutuhkan

usaha

yang

metadatanya. Aplikasi
Kindell dan Mendeley.

lebih

besar

terutama

untuk

entri

dan

editing

yang dapat dijadikan alternative antara lain Calibre,
Mendeley selain dapat digunakan untuk mengelola

dokumen hasilunduhan juga dapat digunakan untuk membuat sitiran, membuat
daftar pustaka dan sharing artikel yang sangat bermanfaat terutama bagi ysng
suka

menulis,

seperti

penyuluh,

widyaiswara,

peneliti,

pustakawan

dan

sebagainya.

Gambar 8. Tampilan aplikasi Mendeley

15

Kesimpulan
a. Literasi informasi atau keberaksaraan informasi atau ”melek informasi” adalah
kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan
untuk proses pembelajaran sepanjang hayatnya.
b. Dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi, literasi informasi sering
dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar
informasi yang tersedia.
c. Seorang

pustakawan

membutuhkan

literasi

dalam

meningkatkan

informasi

dan

kinerja

komputer.

perpustakaannya

Keduanya

tidak

dapat

dipisahkan sehubungan dengan terjadinya perubahan prilaku pemustaka.
d. Setiap perpustakaan wajib mengembangkan layanan perpustakaan sesuai
dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikas i. Oleh karena itu,
maka Pustakawan dituntut

adaptif

dengan perkembangan TIK untuk

kebutuhan layanan informasi bagi para penggunanya.
e. Sesuai

dengan

trend

paradigma

pemustaka,

nilai

kebaruan

atau

kemutakhiran informasi menjadi penting. Kebaruan informasi akan lebih
cepat diperoleh melalui media elektronik , seperti e-book, e-journal, emagazine, e-newspapper, dan sebagainya.
f. Pengelolaan dokumen hasil pengunduhan dari e-resource salah satunya
dapat menggunakan aplikasi Mendeley yang lebih mudah, cepat dan dapat
digunaan untuk pengelolaan referensi dan berbagi (sharing).
g. Kerjasama perpustakaan selalu diperlukan
pemustaka.
perpustakaan

Oleh
atau

karena

itu,

pustakawan

diperlukan
untuk

dalam memenuhi kebutuhan
kesadaran

sama-sama

dari

mau

pengelola

berbagi

dan

bekerjasama.

16

Daftar Pustaka
Febian. 2009. Sejarah Google : Dari Sebuah Garasi hingga ke Seluruh Dunia.
http://www.pusatgratis.com/berita-terbaru/berita-internet/sejarah-google-dari-sebuahgarasi-hingga-ke-seluruh-dunia.html
Global
Online
Book.
2013.
Pengertian
webomatrics.
http://globalonlinebook1.blogspot.com/2013/05/pengertian-webometricadalah_28.html dan https://hilfans.wordpress.com/.../pengertian-webometri
Hasugian, J. 2012. Internal Repository pada Perguruan Tinggi.
repository.usu.ac.id/.../Repositori%20Institusi%20Perguruan%20Tinggi....
Hidayat , A.A, 2015. Ranking web of uniersity : Webometrics Juli 2015, Bagaimana Posisi PT
Indonesia
?
http://www.kompasiana.com/atep_afia/webometrics-juli-2015bagaimana-posisi-pt-indonesia_55bca0a30123bd8b08121202 diakses 21 september
2015
Kusmayadi, E. 201-. Pemanfaatan aplikasi Mendeley untuk mengelola artikel
hasil unduhan. http://www.academia.edu/8277127/Pemanfaatan_aplikasi
_Mendeley_untuk_mengelola_artikel_hasil_ unduhan.
Referensi Ilmiah Indonesia. (2009). Panduan Kerjasama Jaringan. Di- dowonload
November 2009 dari http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/panduan Kontributor.
Sanusi, E.K. 20--. Sejarah Munculnya Google. http://eriawankamil.wordpress.com /
2008/04/23/sejarah-munculnya-google/

17

LATIHAN
Mohon dibagikan dan dikumpulkan sebelum presentasi literasi informasi disampaikan
1. Apakah anda tahu dengan sadar akan kebutuhan informasi seseorang apabila sdang
memberikan pelayanan ? (Tentukan Informasi apa yang sedang anda butuhkan)

2. Apakah anda tahu bagaimana cara mengakses informasi? (Menguasai Teknik Pencarian
Informasi)

3. Apakah anda tahu dan mengerti bagaimana mengevaluasi informasi yang diperoleh?
(Silahkan di Evaluasi Informasi yang anda peroleh)

4. Apakah anda mampu mengelola informasi yang diperoleh? (Kemas Ulang Informasi)

5. Apakah anda mampu memanfaatkan informasi sesuai dengan etika maupun hukum yang
berlaku? (Digunakan sesuai dengan etika dan norma hukum yang berlaku)

18