hasil penelitian dan pembahasan (4)

55

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui koesioner
yang diberikan kepada Auditor Inpektorat Provinsi Sulawesi Selatan sebagai
responden, maka dapat diketahui karakteristik setiap auditor. Pada tabel 2
ditetapkan sebesar 30 orang responden, dimana dari 45 kuesioner yang
dibagikan kepada responden dan yang kuesioner yang dapat diolah sebanyak
30 kuesioner, kuesioner telah dikembalikan dan dapat diolah lebih lanjut.
Deskripsi kerakteristik responden adalah menguraikan atau
memberikan gambaran mengenai identitas responden dalam penelitian ini.
Sebab dengan menguraikan karakteristik responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini, akan dapat dikatahui identitas responden secara
terperinci. Oleh karena itulah dalam deskripsi karakteristik responden dalam
penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu jenis
kelamin, usia, pendidikan terakhir, masa kerja, dan jabatan.
Oleh karena itu akan disajikan deskripsi karakteristik responden yaitu
sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat menunjukkan kondisi fisik dari seseorang. Dalam
kaitannya dengan bidang kesehatan, jenis kelamin sering kali memberikan
arti akan kekuatan fisik seseorang. Gambaran umum mengenai Auditor
Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

56

N
O
1
2

Jenis Kelamin

Laki-Laki
Perempuan
Total

Sumber: data diolah,2016

Frekuensi
22
8
30

Dilihat dari jenis kelamin responden diatas, dapat dijelaskan bahwa
responden terbanyak adalah berjenis kelamin pria yaitu sebanyak 22
orang(73,3%) dan sisanya adalah wanita dengan jumlah 8 orang(26,7%).
b. Usia
Usia juga mencerminkan kondisi fisik dari seseorang. Dalam kaitannya
dengan bidang kesehatan, umur dapat mencerminkan mengenai kebutuhan
perawatan kesehatan tertentu pada diri seseorang. Dilihat dari faktor usia,
responden dikelompokkan ke dalam 4 kategori yang dapat dilihat dalam
tabel berikut ini :
Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan usia
No
1
2

3
4

Usia
≤ 30 Tahun
31 - 40 Tahun
41 - 50 Tahun
≥ 50 Tahun
Total
Sumber: data diolah,2016

Frekuensi
3
10
9
8
30

Berdasarkan tabel di atas, yaitu persentase responden menurut usia, yang
menunjukkan bahwa tingkat persentase pengelompokkan responden yang

terbesar adalah lebih banyak didominasi auditor yang berumur 31 – 40
tahun dengan persentase sebesar 33,3%. Hal ini dapat dikatakan bahwa
sebagian besar auditor Inspektoraat Provinsi Sulawesi Selatan lebih

57

banyak didominasi oleh auditor yang berumur 31- 40 tahun, sedangkan
pada kelompok usia 41 - 50 tahun persentasenya sebesar 30%, ≤30 tahun
presentasenya 10% dan ≥51 tahun persentasinya sebesar 26,7 %.
c. Pendidikan Terakhir
Tingkat pendidikan mencerminkan tingkat intelektualitas dari seseorang.
Gambaran umum mengenai pendidkan terakhir auditor Inspektorat
Provinsi sulawesi selatan berdasarkan kelompok pendidikan dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir
No

Pendidikan
Terakhir
1

Strata Satu
2
Strata Dua
3
Strata Tiga
4
Lainnya
Total
Sumber: data diolah,2016

Frekuensi
14
16

30

Berdasarkan tabel di atas, yaitu persentase responden menurut pendidikan
terakhir, yang menunjukkan bahwa tingkat persentase pengelonpokan
responden yang terbesar adalah lebih banyak didominasi Auditor dari
kalangan yang berpendidikan Strata Dua sebanyak 53,3%, kemudian dari

kalangan Strata Satu 46,7%, Strata Tiga 0%, dan lainnya 0%.
d. Jabatan
Jabatan sering kali mencerminkan status sosial dalam instansi. Gambaran
umum mengenai Auditor pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan
berdasarkan jabatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

58

Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
No
Jabatan
1
Auditor Ahli Madya
2
Auditor Ahli Muda
3 Auditor Ahli Pertama
Total
Sumber: data diolah,2016

Frekuensi

13
15
2
30

Berdasarkan tabel di atas, yaitu persentase responden menurut Jabatan
menunjukkan bahwa sebagian besar Auditor memiliki jabatan sebagai
Auditor Ahli Muda sebesar 50%, sedangkan Auditor Ahli Madya sebesar
43,3% dan Auditor Ahli Pertama sebasar 6,7%.
e. Masa Kerja
Masa kerja sering kali mencerminkan lamanya seseorang bekerja pada
instansi tertentu. Gambaran umum mengenai auditor pada Inspektorat
Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Masa kerja dapat dilihat dalam
tabel berikut ini :

59

Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
No
1

2
3
4
5

Masa Kerja
─5 Tahun
5-10 Tahun
11-15 Tahun
16-20 Tahun
±20 Tahun
Total
Sumber: data diolah,2016

Frekuensi
13
1
4
12
30


Berdasarkan tabel di atas, yaitu persentase responden menurut masa kerja
menunjukkan bahwa mayoritas auditor pada Inspektorat Provinsi Sulawesi
Selatan 5-10 tahun sebesar 43,3%, kemudian 11-15 tahun sebesar 3,3%,
16-20 tahun sebesar 13,3%, dan ±20 tahun sebesar 40%.
2. Deskripsi Variabel Penelitian
a. Etika Profesi
Prinsip etika profesi dalam kode etik Ikatan Akuntansi Indonesia
menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawab auditor kepada
publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini juga memandu
anggota dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya. Prinsip ini
meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan
pengorbanan keuntungan pribadi. Auditor yang memenuhi prinsip etika
profesi akan mampu memberikan rasa tanggungjawab yang tinggi
terhadap pekerjaannya. Rasa tanggungjawab membuat auditor berusaha
sebaik mungkin menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan
berkualitas. Adapun deskripsi tanggapan responden mengenai etika
profesi dapat dilihat pada tabel 9 di lampiran I.

60


Dari hasil tabel 9 pada lampiran dapat disimpulkan bahwa tanggapan
auditor terhadap variabel Etika profesi yaitu :
1) Pada pernyataan pertama yaitu akuntan senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukan, didominasi oleh jawaban setujuh, yaitu sejumlah 15 orang
(50%), kemudian 13 orang (43,3%) yang sangat setujuh, 1 orang
(3,3%) yang Netral dan 1 orang (3,3%) yang menyatakan Tidak
setujuh.
2) Pada pernyatan kedua yaitu akuntan tidak boleh memberikan
rekomendasi atau kesimpulan sebelum pemeriksaan laporan keuangan
selesai dilakukan, didominasi oleh jawaban sangat setujuh, yaitu
sejumlah 15 0rang (50%), 12 orang (40%) menyatakan setujuh, 2
orang (6,7%) menyatakan Netral dan 1 orang (3,3%) menyatakang
tidak setujuh.
3) Pada pernyataan ketiga yaitu pengungkapan rahasia klien atau
informasi rahasia instansi tempat bekerja harus berdasarkan izin dari
klien atau manajemen yang bersangkutan, didominasi oleh jawaban
sangat setujuh sebesar 14 orang (46,7%), 13 orang (43,3%)
menyatakan setujuh, 1 orang (3,3) menyatakan netral dan 2 orang

(6,7%) menyatakan tidak setujuh.
4) Pada pernyataan keempat yaitu akuntan menjamin bahwa laporan
keuangan klien atau instansi telah sesuai dengan peraturan instansi dan
standar umum yang berlaku, sebanyak 18 orang (60%) menyatakan

61

setujuh, 8 orang (26,7%) menyatakan sangat setujuh, 1 orang (3,3%)
menyatakan netral dan 3 orang (10%) menyatakan tidak setujuh.
5) Pada pernyataan kelima yaitu akuntan berkewajiban untuk bertindak
dalam rangka pelayanan publik, menghormati kepercayaan publik dan
perlu menunjukkan komitmen atas profesionalisme, sebanyak 14 orang
(46,7%) menyatakan sangat setujuh, 13 orang (43,3%) menyatakan
setujuh, 1 orang (3,3%) menyatakan netral, dan 2 orang (6,7%)
menyatakan tidak setujuh.
6) Pada pernyataan keenam yaitu integritas merupakan kualitas yang
melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi akuntan
dalam menguji semua keputusan yang diambilnya, 18 orang (60%)
menyatakan setujuh, 8 orang (26,7%) menyatakan sangat setujuh, 1
orang (3,3%) menyatakan netral dan 3 orang (10%) menyatakan tidak
setujuh.
7) Pada pernyataan ketujuh yaitu akuntan dilarang menerima pemberian
dalam bentuk apapun baik langsung maupun tidak langsung yang
diduga atau patut diduga dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas dan
wewenangnya, 17 orang (56,7%) menyatakan setujuh, 12 orang (40%)
menyatakan sangat setujuh daan 1 orang (3,3%) menyatakan netral.
8) Pada pernyataan kedelapan yaitu semua informasi dalam laporan
(audit), berupa fakta, temuan, serta kesimpulan atau opini harus
didukung oleh bukti-bukti yangcukup dan objektif dalam kertas kerja

62

pemeriksaan, 15 orang (50%) menyatakan setujuh, 14 orang
menyatakan sangat setujuh dan 1 orang (3,3%) menyatakan netral.
9) Pada pernyataan kesembilan yaitu mengungkapkan semua informasi
relevan yang diperkirakan dapat mempengaruhi pemahaman pengguna
terhadap laporan, komentar, dan rekomendasi yang disajikan, 22 orang
(73,3%) menyatakan sangat setujuh, 7 orang (23,3%) menyatakan
setujuh dan 1 orang (3,3%) menyatakan netral.
10) Pada

pernyataan

kesepuluh

yaitu

akuntan

profesional

harus

menyesuaikan diri dengan modernisasi dan perkembangan kemajuan
teknologi, 25 orang (83,3%) menyatakan sangat setujuh, 4 orang
(13,3%) menyatakan setujuh dan 1 orang (3,3%) netral.
11) Pada pernyataan kesebelas yaitu skeptisme profesional adalah sikap
yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan & melakukan
evaluasi secara kritis bukti audit, 15 orang (50%) menyatakan setujuh,
14 orang (46,7%) menyatakan sangat setujuh dan 1 orang (3,3%)
menyatakan netral.
12) Pada pernyataan keduabelas pemeriksa yang melakukan pemeriksaan
keuangan harus memiliki keahlian dibidang akuntansi dan auditing,
memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan
dengan entitas yang diperiksa,17 orang (56,7%) menyatakan sangat
setujuh, 12 orang (40%) menyatakan setujuh dan 1 orang (3,3%)
menyatakan netral.

63

13) Pada pernyataan ketigabelas yaitu akuntan harus menghindari
pemanfaatan rahasia yang diketahui untuk kepentingan pribadi,
golongan, atau pihak lain, 17 orang (56,7%) menyatakan setuju, 9
orang (30%) menyatakan sangat setujuh dan 4 orang (13,3%)
menyatakan netral.
14) Pada pernyataan keempatbelas yaitu pengungkapan rahasia diharuskan
oleh hukum jika untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti
dalam proses hukum dan untuk mengungkapkan adanya pelanggaran
hukum kepada publik,18 orang (60%) menyatakan sangat setujuh, 10
orang (33,3%) menyatakan setujuh dan 2 orang (6,7%) menyakan
netral.
15) Pada pernyataan kelimabelas yaitu kewajiban untuk menghormati
kerahasiaan informasi klien berlanjut bahkan setelah hubungan kerja
antara seorang akuntan dan klien berakhir,18 orang (60%) menyatakan
sangat setujuh, 10 orang (33,3%) menyatakan setujuh dan 2 orang
(6,7%) menyakan netral.
16) Pada pernyataan keenambelas yaitu akuntan harus berperilaku yang
konsisten sebagai perwujudan dari tanggung jawab kepada klien,
manajemen, dan Negara, 14 orang (46,7%) menyatakan sangat setujuh,
13 orang (43,3%) menyatakan setujuh, 2 orang (6,7%) menyatakan
netral dan 1 orang (3,3%) menyatakan tidak setujuh.
17) Pada pernyataan ketujuhbelas yaitu akuntan bertanggung jawab
menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkap, serta jelas setelah

64

melakukan analisis memadai terhadap informasi yang relevan, 18
orang (60%) menyatakan sangat setujuh, 11 orang (36,7%)
menyatakan setujuh dan 1 orang (3,3%) menyatakan netral.
18) Pada pernyataan kedelapanbelas kewajiban untuk menjauhi tingkah
laku yang dapat mendiskreditkan profesi akuntan harus dipenuhi, 17
orang (56,7%) menyatakan sangat setujuh, 12 orang (40%)
menyatakan setujuh dan 1 orang (3,3%) menyatakan netral.
19) Pada pernyatan kesembilanbelas yaitu akuntan harus melaksanakan
jasa profesional sesuai dengan standar teknis dan standar profesi yang
relevan (SPAP, SPKN, PSAK, dll), didominasi oleh jawaban sangat
setujuh sebanyak 20 orang (66,7%), 9 orang (30%) menyatakan
setujuh dan 1 orang (3,3%) menyatakan netral.
20) Pada pernyataan keduapuluh yaitu akuntan mempunyai kewajiban
untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip intergritas dan objektivitas, 16 orang
(53,3%) menyatakan sangat setujuh, 12 orang (40%) menyatakan
setujuh dan 2 orang (6,7%) menyatakan netral.
b. Kecerdasan Emosional
Auditor yang memiliki kecerdasan rata-rata masih dapat untuk
bisa meningkatkan kemampuannya dalam meraih prestasi bila auditor
tersebut memiliki keyakinan pada diri sendiri, tekun, tidak tergantung pada
orang lain , dan melakukan hubungan sosial dalam bekerja maka akan
merubah posisi kerja yang semula memiliki prestasi rata-rata menjadi

65

prestasi kerja yang lebih baik. Kecerdasan emosional juga menuntut para
pemiliknya untuk belajar mengakui, menghargai perasaan dalam diri dan
orang lain, serta menanggapinya dengan tepat. Adapun deskripsi
tanggapan responden mengenai kecerdasan emosional dapat dilihat pada
tabel 10 pada lampiran.
Dari hasil tabel 10 pada lampiran I dapat disimpulkan bahwa
tanggapan auditor terhadap variabel Kecerdasan emosional yaitu :
1) Pada pernyataan pertama yaitu saya merasa mampu menggunakan
segenap pengetahuan saya dalam melaksanakan proses pengauditan
sesuai dengan SPAP,16 orang (53,3%) menyatakan setujuh, 12 orang
(40%) sangat setujuh dan 2 orang (6,7%) menyatakan netral.
2) Pada pernyataan kedua yaitu saya mempunyai kemampuan untuk
mendapatkan bukti audit yang diperlukan, 14 orang (46,7%)
menyatakan sangat setujuh, 14 orang (46,7%) menyatakan srtujuh , 1
orang (3,3%) menyatakan netral dan 1 orang (3,3%) menyatakan tidak
setujuh.
3) Pada pernyataan ketiga yaitu saya sering merasa khawatir tidak dapat
menyelesaikan

pengauditan

tepat

waktu,

14

orang(

46,7%)

menyatakan setujuh, 9 orang (30%) menyatakan tidak setujuh, 3 orang
menyatakan sangat setujuh, 3 orang (10%) menyatakan netral dan 1
orang (3,3%) menyatakan sangat tidak setujuh.
4) Pada pernyataan keempat yaitu selama melakukan audit saya tetap
bersikap tenang dalam menghadapi klien yang kurang kooperatif, 19

66

orang (63,3%) menyatakan setujuh, 8 orang (26,7%) menyatakan
sangat setujuh, 1 orang (3,3%) menyatakan netral dan 2 orang (6,7%)
menyatakan tidak setujuh.
5) Pada pernyataan kelima yaitu untuk menyelesaikan audit tepat waktu,
saya dapat menunda pemuasan sesaat saya seperti menonton tv, jalanjalan, dll, 13 orang (43,3%) menyatakan setujuh, 10 orang (33,3%)
menyatakan sangat setujuh, 4 orang (13,3%) menyatakan tidak setujuh,
2 orang (6,7%) menyatakan netral dan 1 orang (3,3%) menyatakan
sangat tidak setujuh.
6) Pada pernyataan keenam yaitu saya berharap mendapatkan kesempatan
untuk memperoleh promosi dari perusahaan, 11 orang (36,7%)
menyatakan setujuh, 9 orang (30%) menyatakan sangat setujuh, 8
orang (26,7%) menyatakan netral dan 2 orang (6,7%) menyatalkan
tidak setujuh.
7) Pada pernyataan ketujuh yaitu saya diberi kesempatan untuk mengikuti
pelatihan yang berguna untuk meningkatkan profesional saya, 16
orrang (53,3%) menyatakan setujuh, 13 orang (43,3%) menyatakan
sangat setujuh dan 1 orang (3,3%) menyatakan tidak setujuh.
8) Pada pernyataan kedelapan yaitu saya akan berkemauan untuk
mencoba lagi melakukan hal yang sama meskipun dulu pernah
mengalami kegagalan, 19 orang (63,3%) menyatakan setujuh, 9 orang
(10%) menyatakan sangat setujuh, 1 orang (3,3%) menyatakan netral
dan 1 orang (3,3%) menyatakan sangat tidak setujuh.

67

9) Pada penyataan kesembilan saya memahami tugas-tugas dan
kesibukan klien,19 orang (63,3%) menyatakan setujuh,7 orang
menyatakan sangat setujuh, 2 orang (6,7%) menyatakan tidak setujuh,
1 orang (3,3%) menyatakan netral dan 1 orang (3,3%) menyatakan
sangat tidaak setujuh.
10) Pada pernyataan kesepuluh yaitu saya akan melakukan audit sebaik
mungkin meskipun klien sulit ditemui, 18 orang (60%) menyatakan
setujuh, 9 orang (10%) menyatakan sangat setujuh, 2 oraang (6,7%)
menyatakan tidak setujuh dan 1 orang (3,3%) menyatakan netral.
11) Pada pernyataan kesebelas saya mampu menciptakan suasana nyaman
bagi klien dalam melaksanakan proses audit, 20 oang (66,7%)
menyatakan setujuh, 9 orang (10%) menyatakan sanagt setujuh dan 1
orang (3,3%) menyatakan netral.
12) Pada pernyataan keduabelas saya mampu mengkomunikasikan laporan
hasil audit saya kepada klien, 23 orang (76,6%) menyatakan setujuh
dan 7 orang (23,3%) menyatakan sangat setujuh.
13) Pada pernyataan ketiga belas saya sering bertukar pengalaman dengan
sesama auditor, 21 orang (70%) menyatakan setujuh dan 9 orang
(30%) menyatakan sangat setujuh.
14) Pada pernyataan keempatbelas saya mampu bekerja sama dengan staf
dari entitas yang saya audit, 20 orang (66,7%) menyatakan setujuh, 7
orang (23,3%0 menyatakan sangat setujuh, 2 orang (6,7%)
menyatakan netral dan 1 orang (3,3%) tidak setujuh.

68

15) Pada

pernyataan

kelimabelas

yaitu

saya

merasa

mudah

mengembangkan topik pembicaraan mengenai audit dengan klien saya,
19 orang (63,3%) menyatakan setujuh, 8 orang (26,7%) menyatakan
sangat setujuh, 2 orang (6,7%) menyatakan tidak setujuh dan 1 orang
(3,3%) menyatakan netral.
c. Rekomendasi Audit
Rekomendasi atau saran merupakan bentuk laporan hasil audit
dari auditor internal untuk disampaikan kepada pihak manajemen instansi
untuk selanjutnya ditindak lanjuti oleh pihak manajemen.Adapun deskripsi
tanggapan responden mengenai kecerdasan emosional dapat dilhat pada
tabel 11 dilampiran I.
Dari hasil tabel 11 dilampiran I dapat disimpulkan bahwa tanggapan
auditor terhadapvariabel rekomendasi audit yaitu :
1)

Pada pernyataan pertama yaitu auditor internal menyusun laporan
hasil

pemeriksaan

setiap

menyelesaikan

tugas

pemeriksaan,

didominasi oleh jawaban sangat setujuh sebanyak 20 orang (66,7%)
dan 10 orang (33,3%) yang menyatakan setujuh.
2)

Pada pernyataan kedua yaitu penyajian rekomendasi audit tepat
waktu, 15 orang (50%) mengyatakan sangat setujuh, 14 orang
(46,7%) menyatakan setujuh dan 1 orang (3,3%) menyatakan netral.

3)

Pada pernyataan ketiga yaitu auditor internal mendiskusikan hasil
audit serta rekomendasi yang diperlukan dengan audit sebelum
diterbitkan laporan hasil pemeriksaan, 17 orang (56,7%) menyatakan

69

setujuh, 12 orang (40%) menyatakan sangat setujuh dan 1 orang
(3,3%) menyatakan netral.
4)

Pada pernyataan keempat yaitu tindakan audit diterima setelah
dilaksanakan

pemeriksaan

terhadap

rekomendasi

audit

yang

diberikan, 20 orang (66,7%) menyatakan setujuh, 7 orang (23,3%)
menyatakan sangat setujuh, 2 orang (6,7%) menyatakan netral dan 1
orang (3,3%) mmenyatakan tidak setujuh.
5)

Pada pernyataan kelima yaitu rekomendasi audit yang diberikan oleh
auditor internal selalu dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
audit, 14 orang(46,7%) menyatakan setujuh, 13 orang (43,3%)
menyatakan sangat setujuh, 2 orang (6,7%) menyatakan netral dan 1
orang (3,3%) menyatakan tidak setujuh.

6)

Pada pernyataan kenam yaitu rekomendasi audit yang diberikan
dilaksanakan terjadi peningkatan efektivitas pengendalian internal, 15
orang (50%) menyatakan setujuh, 14 orang (46,7%) menyatakan
sangat setujuh dan 1 orang (3,3%) menyatakan netral.

7)

Pada pernyataan ketujuh yaitu rekomendasi audit yang diberikan
dilaksanakan terjadi peningkatan efisiensi pengendalian internal, 17
orang (56,7%) menyatakan setujuh, 12 orang (40%) menyatakan
sangat setujuh dan 1 orang (3,3%) menyatakan netral.

8)

Pada pernyataa kedelapan yaitu rekomendasi audit yang diberikan
oleh auditor internal selalu dapat diimplementasikan secara logis oleh

70

auditor, 18 orang (60%) menyatakan setujuh dan 12 orang (40%)
menyatakan sangat setujuh.
9)

Pada pernyataan kesembilan yaitu rekomendasi audit yang diberikan
oleh auditor internal selalu dapat diimplementasikan secara logis oleh
auditor, 20 orang (66,7%) menyatakan setujuh, 9 orang (30%)
menyatakan sangat setujuh dan 1 orang (3,3%) mennyatakan tidak
setujuh.

10) Pada pernyataan kesepuluh yaitu rekomendasi audit yang diberikan
oleh auditor internal selalu dapat diimplmentasikan secara reasonable,
20 orang (66,7%) menyatakan setuju, 8 orang (26,7%) menyatakan
sangat setuju, 1 orang (3,3%) menyatakan netral dan 1 orang (3,3%)
menyatakan tidak setujuh.
11) Pada pernyataan keseebelas yaitu rekomendasi audit yang diberikan
oleh auditor internal selalu memberikan manfaat yang lebih besar
daripada biaya, 18 orang (60%) menyatakan setujuh, 9 orang (30%)
menyatakan sangat setujuh dan 3 orang (10%) menyatakan netral.
12) Pada pernyataan keduabelas yaitu rekomendasi audit yang diberikan
oleh auditor internal selalu merupakan solusi untuk jangka panjang,
14 orang (46,7%) menyatakan sangat setujuh, 13 orang (43,3%)
menyatakan setujuh, 2 orang (6,7%) menyatakan netral dan 1 orang
(3,3%) menyatakan tidak setujuh.
13) Pada pernyataan ketigabelas yaitu rekomendasi audit yang diberikan
oleh auditor internal selalu merupakan solusi untuk jangka pendek, 13

71

orang (43,3%) menyatakan setujuh, 12 orang (40%) menyatakan
sangat setujuh, 3 orang (10%) menyatakan tidak setujuh, 1 orang
(3,3%) menyatakan netral dan 1 orang (3,3%) menyatakan sangat
tidak setujuh.
14) Pada pernyataan keempat belas yaitu rekomendasi audit yang
diberikan oleh auditor internal selalu bersifat konstruktif, 19 orang
(63,3%) menyatakan setujuh dan 11 orang (36,7%) menyatakan
sangat setujuh.
15) Pada pernyataan kelima belas yaitu rekomendasi audit yang diberikan
oleh auditor internal selalu bersifat korektif, 16 orang (53,3%)
menyatakan setujuh, 12 orang (40%) menyatakan sangat setujuh, 1
orang (3,3%) menyatakan netral dan 1 orang (3,3%) menyatakan
tidak setujuh.
3. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r hitung
(correlated item-total correlations) dengan nilai r tabel.Jika r hitung > dari
r tabel (pada taraf signifikasi 5%) maka pernyataan tersebut dinyatakan
valid.

72

Tabel 12. Uji Validitas

Variabel

tabel 12

Corrected
R tabel
Keterangan
Item-Total
Correlation
0.787
0.250 valid
0.759
0.250 valid
0.738
0.250 valid

X1
X2
Y

sumber:data diolah,2016

Berdasarkan
yakni

hasil

pengujian

validitas atas ketiga variabel yaitu etika profesi, kecerdasan emosional dan
rekomendasi audit dengan 60 item pernyataan maka dapat disimpulkan
bahwasemua item pernyataan valid sebab nilai corrected item total
correlationsudah diatas 0,250.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat
ukur,apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan
tetapkonsisten

jika

pengukuran

inidigunakan metode Alpha.
Tabel 13. Uji Reliabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha

N of Items
.957

50

tersebut

diulang.Dalam

penelitian

73

Berdasarkan tabel 13 yakni hasil uji reliabilitas didapat nilai
cronbach’s alpha diatas 0,60. Karena nilai diatas 0,60 maka dapat
disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian tersebut reliabel.
4. Uji Asumsi Klasik
a.Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Sminov
digambarkan dalam gambar 2. Dan gambar 3. Berikut ini:

Gambar 2. Uji Normalitas P-Plot

74

Berdasarkan hasil uji normalitas, dari grafik histogram diatas model
regresi cenderung membentuk kurva normal yang cembung dengan angka
standar devisi mendekati satu yaitu sebesar 0,965 dan dapat dilihat dari
gambar 2. diatas (Normal P-Plot of Regression Standartdized residual)
terlihat bahawa titik-titik menyebar disekitar diagonal, serta penyebarannya
mengikuti garis diagonal. Jika titik dalam gambar 2, menyebar disekitar
garis diagonal, hal ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai
karena memenuhi asumsi normalitas atas data berdistribusi normal.
b.

Uji Multikolinieritas
Adapun hasil pengujian SPSS untuk mendeteksi terjadinya gejala
multikolinearitas disajikan sebagai berikut :
Tabel 14. Hasil Uji Multikolinieritas

75

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients
Model
1

B

Collinearity

Coefficients

Std. Error

Beta

Statistics
t

Sig. Tolerance

VIF

(Constant)

.669

.521

1.284

.210

EtikaProfesi

.449

.136

.459 3.290

.003

.664

1.507

KecerdasanEmosional

.408

.127

.448 3.210

.003

.664

1.507

a. Dependent
Variabel:RekomendasiAudit

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 14, menunjukkan bahwa
semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tolerance
yang kurang dari 0,1 dan nilai VIF yang lebih dari 10. Hal ini berarti bahwa
variabel-variabel

penelitian

tidak

menunjukkan

adanya

gejala

multikolinearitas dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Dari deteksi dapat dilihat scatterplot disajikan dalam gambar 4. Di
bawah ini
Gambar 4. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar 4. Terlihat titik-titik secara acak baik diatas
maupun dibawah

angka 0 pada sumbu Y, dan juga titik-titik tersebut

membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedasitas.
Pengujian-pengujian di atas telah membuktikan kalau data yang
akan

digunakan

telah

memenuhi

syarat

normalitas,

tidak

ada

heteroskedastisitas, tidak ada autokorelasi, dan bebas multikolinearitas.

76

Dengan 4 pengujian pendahuluan ini, maka pengujian atas persamaan
multiple regression dapat dilakukan dengan hasil yang akurat.
5. Uji Hipotesis
a.Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas (Ghozali, 2001).
Adapun hasil pengolahan data sebagi berikut :
Tabel 15. Hasil Regresi Linear Berganda

77

Coefficientsa
Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Std.
Model

B

1

Error

(Constant)

.669

.521

EtikaProfesi

.449

.136

KecerdasanEmosional

.408

.127

Beta

T

Sig.

1.284

.210

.459

3.290

.003

.448

3.210

.003

a. Dependent Variabel: RekomendasiAudit

Model persamaan regresi linier berganda dan hasil analisis yang
diperoleh adalah:
Y = 0,669 + 0,449 X1 + 0,408 X2 + e
Dimana:
b0

: variabel independen yaitu etika profesi dan kecerdasan
emosional

mempunyai

hubungan

positif

dengan

rekomendasi audit. Nilai konstanta rekomendasi audit
sebesar

0,669

menunjukkan

bahwa

semakin

dipertimbangkannya etika profesi dan kecerdasan emosional
akan
b1X1

berpengaruh

terhadap

rekomendasi

audit

yang

diberikan.
: besarnya koefisien variabel etika profesi sebesar 0,449 yang
berarti setiap peningkatan variabel etika profesi maka secara
positif akan mengakibatkan peningkatan rekomendasi audit

b2X2

dengan asumsi variabel lain.
: besarnya koefisien variabel kecerdasan emosional sebesar
0.408 yang berarti setiap peningkatan variabel kecerdasan
emosional

maka

secara

positif

akan

mengakibatkan

78

peningkatan rekomendasi audit.
Hasil regresi berganda diatas menunjukkan bahwa variabel bebas
etika profesi dan kecerdasan emosional berpengarauh positif terhadap
variabel terikat yakni rekomendasi audit. Dimana setiap kenaikan yang
terjadi pada variabel bebas akan diikuti pula oleh kenaikan variabel terikat.
Selain itu dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa variabel bebas yang
dominan adalah variabel etika profesi sebesar 0,449.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Besarnya koefisien
determinasi dapat dilihat pada r square dan dinyatakan dalam persentase.
Hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

79

Tabel 16. Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Model

R

R Square

.807a

1

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.651

.625

.262659294515

a. Predictors: (Constant), KecerdasanEmosional, EtikaProfesi
b. Dependent Variabel: RekomendasiAudit

Sumber; data diolah,2016
Nilai R sebesar 0,651 yang artinya variabel etika prefesi dan kecerdassan
emosional mampu menjelaskan rekomendasi audit pada inspektorat provensi
Sulawesi Selatan sebesar 65,1% sementara sisanya sebesar 34,9% dijelaskan
oleh faktor selain etika profesi dan kecerdasan emosional.
c. Pengujiaan Persial (uji t)
Pengujian ini untuk melihat sejauh mana pengaruh secara sendirisendiri variabel X terhadap variabel Y. Berdasarkan hasil pengolahan
dengan program SPSS 16 maka di dapat hasil uji t, yang hasilnya
dirangkumkan pada tabel berikut ini :
Tabel 17. Hasil Uji t
Coefficientsa

Model
1

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B

Std. Error

Beta

t

Sig.

(Constant)

.669

.521

1.284

.210

EtikaProfesi

.449

.136

.459 3.290

.003

KecerdasanEmosional

.408

.127

.448 3.210

.003

a. Dependent Variabel: RekomendasiAudit

Sumber; data diolah,2016

80

Pengujian koefisien regresi variabel etika profesi dan kecerdasan
emosional
a) Uji Hipotesis Untuk Variabel Etika Profesi
Uji

hipotesis untuk variabel etika profesi terhadap

rekomendasi audit, dapat dijelaskan dengan hipotesis sebagai
berikut;
1)

Hipotesis
Ho: Variabel etika profesi secara parsial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pasien.
H1: Variabel etika profesi secara parsial mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kepuasan pasien.

2)

t hitung = 3,290 dan t tabel = 1.677
Oleh karena t hitung (3,290) ˃ t tabel (1,677), maka dapat
dikatakan terdapatpengaruh yang nyata antara variabel etika
profesi dengan rekomendasi audit.
Apabila

kita

melakukan

analisis

berdasarkan

hasil

penelitian yang terdapat pada tabel 18, kita dapat melihat
pengaruh etika profesidengan memerhatikan nilai t hitung dan
tingkat signifikan dari variabel tersebut.
Berdasarkan tabel 18 ,t hitung untuk variabel etika profesi
sebesar

3,290.

Untuk

mengetahui

variabel

ini

dengan

menggunakan t hitung, maka kita harus membandingkan antara t
hitung dan t tabel.Apabila t hitung > t tabel, maka variabel
tersebut punya pengaruh terhadap variabel dependen. Untuk

81

mengetahui nila t tabel, maka dapat digunakan persamaan
sebagai berikut: df = n – k – 1, di mana n meruapakan total
sampel, k adalah jumlah variabel independen. Jadi df = 50 – 2–
1= 47. Jadi dapat kita lihat pada tabel t pada df47. Berdasarkan
tabel, t tabel yang diperoleh adalah 1,677.
Perbandingan t hitung > t tabel dapat kita lihat bahwa nilai t
hitung > dari nilai t tabel, yakni 3,290˃ 1,677. Jadi berdasarkan
perbandingan nilai t hitung dan t tabel, dapat di simpulkan
variabel etika profesi memiliki pengaruh terhadap rekomendasi
audit.
Berdasarkan tingkat signifikan, apabila tingkat signifikan
berada dibawah atau lebih kecil dari 0,05, maka variabel
berpengaruh terhadap variabel dependen dan begitu pula
sebaliknya. Dari hasil penelitian diperoleh tingkat singnifikan
sebesar 0,03. Jadi dapat dikatakan bahwa tingkat signifikan
variabel etika profesi berada di bawah standar, artinya variabel
ini memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
Dari hasil statistik dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa
etika

profesi

memiliki

pengaruh

signifikan

terhadap

rekomendasi audit. Hal ini berarti Hipotesis 1 diterima.

82

b) Uji Hipotesis Untuk Variabel Kecerdasan Emosional
Uji hipotesis untuk variabel kecerdasan emosional terhadap

rekomendasi audit, dapat dijelaskan dengan hipotesis sebagai
berikut:
1) Hipotesis
Ho:

Variabel kecerdasan emosional secara parsial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan pasien.

H2:

Variabel kecerdasan emosional secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
rekomendasi audit.

2) t hitung = 3,210 dan t tabel = 1.677
Oleh karena t hitung (3,210) ˃ t tabel (1,677), maka dapat
dikatakan terdapat pengaruh yang nyata antara variabel
kecerdasan emosional dengan rekomendasi audit.
Apabila

kita

melakukan

analisis

berdasarkan

hasil

penelitian yang terdapat pada tabel 17, kita dapat melihat
pengaruh kecerdasan emosional dengan memerhatikan nilai t
hitung dan tingkat signifikan dari variabel tersebut.
Berdasarkan tabel 17 ,t hitung untuk variabel kecerdasan
emosional sebesar 3,210. Untuk mengetahui variabel ini dengan
menggunakan t hitung, maka kita harus membandingkan antara t
hitung dan t tabel. Apabila t hitung > t tabel, maka variabel
tersebut punya pengaruh terhadap variabel dependen. Untuk

83

mengetahui nila t tabel, maka dapat digunakan persamaan
sebagai berikut: df = n – k – 1, dimana n meruapakan total
sampel, k adalah jumlah variabel independen. Jadi df = 50 – 2 –
1= 47. Jadi dapat kita lihat pada tabel t pada df 47. Berdasarkan
tabel, t tabel yang diperoleh adalah 1,677.
Perbandingan t hitung > t tabel dapat kita lihat bahwa nilai t
hitung > dari nilai t tabel, yakni 3,210˃ 1,677.Jadi berdasarkan
perbandingan nilai t hitung dan ttabel, dapat di simpulkan
variabel kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap
rekomendasi audit.
Berdasarkan tingkat signifikan, apabila tingkat signifikan
berada dibawah atau lebih kecil dari 0,05, maka variabel
berpengaruh terhadap variabel dependen begitupula sebaliknya.
Dari hasil penelitian diperoleh tingkat singnifikan sebesar 0,03.
Jadi dapat dikatakan bahwa tingkat signifikan variabel
kecerdasan emosional berada di bawah standar, artinya variabel
ini memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
Dari hasil statistik dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional memiliki pengaruh signifikan terhadap
rekomendasi audit. Hal ini berarti Hipotesis 2 diterima.

84

d. Pengujian Simultal (uji f)
Uji simultan atau uji F merupakan uji secara bersama-sama untuk
menguji signifikan pengaruh variabel etika profesi dan kecerdasan
emosional secara bersama terhadap variabel rekomendasi audit.
Tabel 18. Rekapitulasi Hasil uji f
ANOVAb
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

3.470

2

Residual

1.863

27

Total

5.333

29

F

1.735 25.149

Sig.
.000a

.069

a. Predictors: (Constant), KecerdasanEmosional, EtikaProfesi
b. Dependent Variabel: RekomendasiAudit

Sumber: data diolah,2016
Langkah-langkah untuk melakukan uji F sebagai berikut :
a) Hipotesis
Ho :

Etika profesi dan kecerdasan emosional secara simultan
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
rekomendasi audit

H3 :

Etika profesi dan kecerdasan emosional secara simultan
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
rekomendasi audit

b) Tingkat signifikan
Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 (ɑ = 5%)
dan pada tabel tingkat signifikan sebesar 0,000 atau sebesar 0%
artinya bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen dengan tingkat signifikan sebesar 0%.
c) Membandingkan F hitung dengan F tabel

85

Nilai F hitung > F tabel (25,149> 3,20)
Berdasarkan pengujian statistik dengan metode uji F, di
mana tingkat signifikan yang diperoleh lebih kecil yakni sebesar
0.000 dari standar signifikan yakni 5% atau 0,05 dan perbandingan
antara F tabel dan F hitung dimana F hitung sebesar 25,149 lebih
besar dari F tabel yakni 3,20, maka dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima atau etika profesi dan kecerdasan emosional memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap rekomendasi audit.Hal ini berarti
Hipotesis 3 diterima.
B.

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, ditemukan
beberapa hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan sebagai
berikut:
1.

Pengaruh Etika Profesi Terhadap Rekomendasi Audit
Pengujian hipotesis pertama menunjukkan hasil bahwa hubungan
antara etika profesi dengan rekomendasi audit adalah signifikan. Hal
tersebut menunjukkan variabel etika profesi berpengaruh positif signifikan
terhadap rekomendasi audit pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.
Dengan demikian hipotesis pertama (H1) dapat diterima yaitu etika profesi
berpengaruh positif signifikan terhadap rekomendasi audit. Untuk
menghasilkan rekomendasi audit yang baik seorang auditor harus
profesional

dalam

menyesuaikan

diri

dengan

modernisasi

dan

perkembangan kemajuan teknologi. Auditor juga harus memiliki keahlian

86

dibagian teknologi agar memudahkan auditor dalam menjalankan tugasnya
karena diera modern ini teknologi telah berkembang pesat. Auditor
dituntut

untuk

terus

meningkatkan

professionalismenya

dalam

menjalankan tugas audit. Auditor juga harus menyakini integritas
merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan public dan merupakan
patokan akuntan dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hapsari (2014) dimana
hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel indepedensi, integritas,
dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas rekomendasi.Ketika
dilakukan uji interaksi antara variabel independen menunjukkan variabel
pengalaman kerja ketika diinteraksikan dengan variabel independensi
mempunyai pengaruh terhadap kualitas rekomendasi audit.
2.

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Rekomendasi Audit
Pengujian hipotesis kedua menunjukkan hasil bahwa hubungan
antara kecerdasan emosional dengan rekomendasi audit adalah signifikan.
Hal tersebut menunjukkan variabel kecerdasan emosional berpengaruh
positif signifikan terhadap rekomendasi audit pada Inspektorat Provinsi
Sulawesi Selatan. Dengan demikian hipotesis kedua (H2) dapat diterima
yaitu kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap
rekomendasi audit. Seorang auditor harus memliki kesadaran diri untuk
memiliki kemampuan untuk mendapatkan bukti audit yang diperlukan
untuk menghasilkan rekomendasi audit yang dapat diterima. Auditor harus
menyakinkan dirinya dalam melakukan tugas audit untuk menemukan

87

bukti-bukti audit yang diperlukan untuk menyakinkan klien bahwa
rekomendasi audit yang diberikan telah sesuai dengan temuan audit dan
bukti-bukti yang ditemukan. Ini juga memudahkan auditor untuk
mengkomunikasikan laporan hasil audit kepada klien.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Kusuma (2011) yang
menggunakan variabel kecerdasan emosional terhadap pengambilan
keputusan auditor yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional yang
diukur melalui pengendalian diri, motivasi dan keterampilan sosial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap auditor dalam pengambilan
keputusan. Hasil penelitian pada kantor akuntan publik di Bali ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional auditor akan
semakin memengaruhi opini auditor itu sendiri. Sama halnya dengan
penjelasan di atas bahwa memang tidak semua auditor berhak menentukan
opini, namun hingga sampai pada pernyataan pendapat tentunya perlu
dilakukan pemeriksaan/audit terlebih dahulu.
3.

Pengaruh Etika Profesi dan Kecerdasan Emosional Terhadap
Rekomendasi Audit
Pengujian hipotesis ketiga menunjukkan hasil bahwa hubungan
antara etika profesi dan kecerdasan emosional dengan rekomendasi audit
adalah signifikan. Hal tersebut menunjukkan variabel etika profesi dan
kecerdasan emosional secara simultan berpengaruh positif signifikan
terhadap rekomendasi audit pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.
Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) dapat diterima yaitu kecerdasan
emosional berpengaruh positif signifikan terhadap rekomendasi audit. Di

88

dalam melakukan pemeriksaan/audit tanpa kecerdasan emosi auditor tidak
dapat menggunakan potensi kemampuan kognitif mereka dengan sebaik
baiknya. Selain itu melalui kecerdasan emosional yang tinggi auditor dapat
mengelola emosinya ketika menghadapi tekanan sehingga dapat tetap
fokus dalam melaksanakan tugasnya. Memberikan auditor kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan dalam menghadapi stress atau
tekanan.
Membantu auditor bekerja sama dan berinteraksi dengan baik dalam
tim sehingga dapat melakukan pemeriksaan dengan baik. Hasil
pemeriksaan ini akan menjadi landasan dalam penentuan opini. Selain itu
semakin tinggi kecerdasan emosionalnya, semakin terampil auditor
mengetahui mana yang benar terkait dengan laporan keuangan klien yang
nantinya akan memengaruhi rekomendasi audit. Menurut Marpaung (2002)
yang merupakan seorang pengamat sumber daya manusia, mengemukakan
bahwa ketika auditor memasuki jenjang karir dan kecerdasan emosional
menjadi fokus utamanya, maka akan menjadi suatu hal yang menakutkan
bagi auditor jika kecerdasan emosionalnya tidak terlalu tinggi.
Dari hasil penelitian ini

telah sejalan dengan teori keperilakuan

dimana dengan mengetahui sikap pada diri seseorang maka akan dapat
diduga respon atau perilaku yang akan diambil oleh seseorang terhadap
masalah atau keadaan yang dihadapi. Ketika seorang auditor dapat
mempertahankan etika profesinya dan dapat mengendalikan kecerdasan
emosionalnya maka auditor dapat menjalankan tugasnya dengan baik.