Manajemen Penilaian Tugas ini disusun u

“Manajemen Penilaian”
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen dan Akreditasi Sekolah

Dosen Pengampu :
Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Disusun Oleh:
1. Alif Yaya Zunaidi

16160074

JURUSAN TARBIYAH
PASCA SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2017

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional yang merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kualitas
manusia yang berguna dan bermutu untuk kemajuan bangsa dan Negara. Pendidikan yang

bermutu pada hakekatnya adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh
tanggung jawab yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas belajar dengan baik
kepada siswa sehingga timbul interaksi antar keduanya agar tercapai cita-cita yang
diharapkan dan hal ini berlangsung terus menerus.
Saat ini pendidikan yang bermutu sering dipandang sebagai suatu kegiatan yang
sangat teramat penting untuk mulai menciptakan suatu perubahan serta perkembangan yang
diperhitungkan akan terjadi di masa depan. Hal ini ditentukan oleh persepsi suatu masyarakat
pendidikan terhadap berbagai kecenderungan yang ada. Sehingga beberapa atau bahkan
semua kalangan menganggap mutu pendidikan menjadi sangat penting demi mencapai
pendidikan yang bermutu .Disamping itu dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
bermutu pula untuk mendukung suksesi terhadap pelaksanaan pendidikan yang ada. Itulah
salah satu dari tujuan pendidikan bermutu yakni untuk meningkatkan mutu SDM yang ada di
Indonesia.
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, peran serta dan dukungan semua pihak yang
terkait sangat dibutuhkan baik dari pihak sekolah, masyarakat, maupun pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa
penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau
proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkelanjutan yang
digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi siswa, bahan penyusunan laporan kemajuan

hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen adalah suatu proses yang nyata, yang terdiri dari tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber daya lainnya.1
Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Sementara itu, pengertian penilaian belajar dan pembelajaran adalah suatu proses pembuatan
keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kualitatif. Tujuannya adalah
memberi nilai tentang kualitas sesuatu.2
Manajemen penilaian merupakan suatu usaha yang terdiri dari tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian untuk mengukur hasil belajar baik
menggunakajn tes maupun non tes.
Kemampuan guru untuk melakukan penilaian belajar siswa melekat pada kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik meliputi kemampuan guru
melakukan kegiatan penilaian proses dan belajar siswa serta memanfaatkan hasil penilaian
dan evaluasi belajar siswa untuk kepentingan pembelajaran siswa.Ada empat prinsip guru

profesional yang berkaitan dengan kegiatan penilaian belajar siswa.yaitu berkesinambungan,
menyeluruh, obyektif dan kooperatif. 3
Guru berperan dan bertanggung jawab terhadap kegiatan penilaian belajar siswa
secara berkesinambungan. Penilaian belajar siswa yang berkesinambungan haruslah
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan pembelajaran siswa secara terus-menerus.
Guru melaksanakan penilaian belajar siswa yang bersifat menyeluruh. Hasil belajar
siswa mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam praktiknya, penilaian
belajar siswa menggunakan beragam metode/teknik dan instrumen penilaian selama periode
pembelajaran tertentu, sehingga guru memperoleh informasi perkembangan belajar siswa
yang menyeluruh dan akurat yang meliputi ketiga aspek tersebut. Selain itu, meskipun
1Sadili Samsudin, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara. hal. 18
2 Jumanta Hamdayana. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hlm.190
3 Herman Yosep dan Yustiana Wahyu. 2014. Penilaian Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: PT. Kanisius.
Hlm. 16

tersedia beragam metode/teknik dan instrumen penilaian, guru dapat memilih dan
menggunakan teknik dan instrumen penilaian yang paling tepat untuk mengukur
perkembangan atau hasil belajar siswa.
Guru melaksanakan penilaian belajar siswa secara objektif. Tentu saja guru harus
melaksanakan penilaian belajar siswa berlandaskan prosedur-prosedur penilaian yang baik

sehingga hasilnya pun objektif. Objektivitas juga tercermin dari pandangan dan sikap guru
terhadap teknik dan instrumen penilaian belajar siswa. Maksudnya, guru tidak terpaku pada
satu teknik dan instrumen penilaian tertentu, melainkan menggunakan berbagai teknik dan
instrumen berdasarkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, juga berdasarkan kekuatan
dan kekurangan setiap teknik dan instrumen penilaian, sekaligus mengatasi keterbatasannya.
Guru melaksanakan kegiatan penilaian belajar siswa secara kooperatif. Artinya,
kegiatan penilaian belajar siswa di sekolah membutuhkan kerja sama antara guru,
administrator sekolah, konselor, orang tua, dan lain-lain. Kerja sama tersebut dimulai dari
perencanaan, penyusunan penilaian, metode atau teknik penilaian yang digunakan, kondisi
belajar siswa, dan lain-lain. Nantinya hasil kegiatan penilaian belajar siswa akan menjadi
laporan perkembangan belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan kepada siswa, guru
lain, orang tua, dan berbagai pihak yang membutuhkan informasi hasil belajar tersebut.
Di dalam Kurikulum 2013, kegiatan penilaian belajar diselenggarakan untuk
mengukur kemampuan siswa menguasai kompetensi pada aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Dari sinilah kita dapat melihat bahwa penilaian belajar siswa bersifat
menyeluruh, tidak melulu pada aspek pengetahuan, melainkan pada aspek sikap dan
keterampilan. Dengan demikian, siswa dapat berkembang secara utuh.
Dalam implementasi Kurikulum 2013, guru sangat dianjurkan untuk mengutamakan
penilaian unjuk kerja.4 Siswa diamati dan dinilai dalam bergaul, bersosialisasi di masyarakat
dan dalam menerapkan pembelajaran dalam kehidupan nyata. Bila waktunya terbatas,

penilaian unjuk kerja dapat dilaksanakan saat pembelajaran berlangsung,

baik klasikal

atupun individual.
Fokus penilaian dalam kurikulum 2013 adalah keberhasilan belajar siswa dalam
mencapai standar kompetensi yang ditentukan, meliputi sikap, keterampilan dan
pengetahuan. Pencapaian kompetensi siswa benar-benar terukur dan empiris, oleh karena itu
harus ada rumusan yang jelas tentang kriteria kompeten tersebut. Berikut adalah kriteria
kompeten yang harus dicapai oleh siswa, antara lain:
4 E.Mulyasa. 2015. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hlm.144



Siswa mampu memahami konsep yang mendasari standar kompetensi yang harus



dikuasai.

Siswa mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan standar kompetensi yang harus



dicapai dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.
Siswa mampu mengaplikasikan kemampuannya dalam kehidupan seharihari. Siswa
dapat dikatakan kompeten setelah dilakukan penilaian dengan instrumen yang benarbenar kompeten secara nyata dan relative permanen/tetap, sehingga informasi yang
diberikan benar-benar akurat.

Pencapaian kompetensi siswa adalah sesuatu yang terukur, operasional dan siswa
mengalami secara pribadi di dalam proses pembelajaran tersebut. Namun pada kenyataan di
lapangan, penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru hanya dari segi pengetahuan saja.
Guru mengukur keberhasilan belajar siswa dengan tes tertulis, untuk mengukur sejauh mana
siswa memahami materi yang sudah diajarkan oleh guru. penilaian hanya terfokuskan pada
kompetensi pengetahuan siswa, sedangkan sikap dan keterampilan siswa selama proses
pembelajaran berlansung tidak dinilai. Sehingga terlihat, pencapaian kompetensi pengetahuan
dari siswa adalah paling utama. Jika kita melihat kepada kurikulum 2013, penilaian yang
digunakan adalah penilaian autentik. Penilaian yang dilakukan mencakup kompetensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru harus
merancang instrumen penilaian sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dari mata

pelajaran dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Permendikbud, Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai
mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar
siswa mencakup kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dilakukan secara
seimbang, untuk mengetahui bahwa setiap siswa sudah sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Muatan di dalam penilaian antara lain, ruang lingkup materi, kompetensi mata
pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program dan proses. Adapun teknik dan instrumen
penilaian, sebagai berikut:
1. Penilaian kompetensi sikap.


Observasi, dilakukan secara berkesinambungan baik secara langsung maupun
tidak langsung perilaku siswa.



Penilaian diri, meminta siswa mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya dalam pencapaian kompetensi.




Penilaian antarsiswa, siswa saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi.



Jurnal, merupakan catatan guru baik di dalam maupun di luar kelas, mengenai
kekuatan dan kelemahan siswa

2. Penilaian kompetensi keterampilan


Penilaian kerja, siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
praktek, proyek dan portofolio.



Tes praktek, penilaian yang menuntut respons berupa perilaku yang sesuai
dengan tuntutan kompetensi.




Projek, tugas belajar yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan dan
pelaporan baik tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.



Portofolio, berupa kumpulan seluruh karya siswa yang bersifat reflektifintegratif, dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian
siswa terhadap lingkungannya.

3. Penilaian kompetensi pengetahuan


Tes tulis, berupa PG, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan dan
uraian.



Tes lisan, berupa daftar pertanyaan.




Penugasan, berupa pekerjaan rumah dan proyek yang dapat dikerjakan
individual maupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

Berdasarkan penjabaran di atas, instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
mempresentasikan kompetensi yang ada dinilai, susunan penilaian memenuhi persyaratan
teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan penggunaan bahasa yang baik
dan benar serta komunikatif sesuai dengan perkembangan siswa.
Prinsip yang paling penting dari penilaian autentik adalah dalam pembelajaran tidak
hanya menilai apa saja yang sudah diketahui oleh siswa, tetapi juga menilai apa yang dapat
dilakukan oleh siswa setelah pembelajaran selesai. Sehingga kualitas hasil belajar dan kerja
siswa dalam menyelesaikan tugas dapat terukur. Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan
dalam melakukan penilaian autentik ada tiga hal yang harus diperhatikan, yakni:
1. Autentik dari instrumen yang digunakan, menggunakan instrumen yang bervariasi yang
disesuaikan dengan karakteristik atau tuntutan kompetensi yang ada dikurikulum.
2. Autentik dari aspek yang diukur, menilai aspek-aspek hasil belajar secara komprehensif
meliputi kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.

3. Autentik dari aspek kondisi siswa, menilai input (kondisi awal siswa), proses (kinerja dan

aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar), dan output (hasil pencapaian kompetensi,
baik sikap, keterampilan maupun pengetahuan siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar).
Melalui kurikulum 2013 penilaian autentik menjadi penekanan dalam melakukan
penilaian hasil belajar siswa yang memperhatikan seluruh minat, potensi dan prestasi siswa
secara menyeluruh. Penilaian juga dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan agar
dapat menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Sangat penting untuk
melibatkan siswa dalam penilaian, sehingga siswa secara sadar dapat mengenali
perkembangan pencapaian hasil pembelajaran mereka.

5

Kompetensi dan Teknik Penilaian di SD/MI untuk semua kompetensi dasar yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
1. Penilaian Sikap
Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta didik dalam
proses pembelajaran kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler, yang meliputi sikap spiritual
dan sosial. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dari penilaian pengetahuan
dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini,
penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina perilaku sesuai budipekerti dalam rangka
pembentukan karakter peserta didik sesuai dengan proses pembelajaran.
a. Sikap spiritual
Penilaian sikap spiritual (KI-1), antara lain:
(1) Ketaatan beribadah;
(2) Berperilaku syukur;
(3) Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan; dan
(4) Toleransi dalam beribadah. Sikap spiritual tersebut dapat ditambah sesuai karakteristik
satuan pendidikan.
b. Sikap Sosial
Penilaian sikap sosial (KI-2) meliputi:
(1) jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan;
(2) disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan;
5 Jumanta, Hamdayana. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm.78.

(3) tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku peserta didik untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan,
negara, dan Tuhan Yang Maha Esa;
(4) santun yaitu perilaku hormat pada orang lain dengan bahasa yang baik;
(5) peduli yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain
atau masyarakat yang membutuhkan; dan
(6) percaya diri yaitu suatu keyakinan atas kemampuannya sendiri untuk melakukan
kegiatan atau tindakan. Sikap sosial tersebut dapat ditambah oleh satuan pendidikan
sesuai kebutuhan.
c. Teknik penilaian Sikap
Penilaian sikap di sekolah dasar dilakukan oleh guru kelas, guru muatan pelajaran agama,
PJOK, dan pembina ekstrakurikuler. Teknik penilaian yang digunakan meliputi: observasi,
wawancara, catatan anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertent (incidental record)
sebagai unsur penilaian utama. Sedangkan teknik penilaian diri dan penilaian antar-teman
dapat dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, sehingga
hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu alat konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh
pendidik. 6
2. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan (KI-3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan peserta didik
yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam berbagai tingkatan
proses berpikir. Penilaian dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi
kesulitan belajar (assesment as learning), penilaian sebagai proses pembelajaran (assessment
for learning), dan penilaian.
3. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dengan mengidentifikasi karateristik kompetensi dasar
aspek keterampilan untuk menentukan teknik penilaian yang sesuai. Tidak semua kompetensi
dasar dapat diukur dengan penilaian kinerja, penilaian proyek, atau portofolio. Penentuan
teknik penilaian didasarkan pada karakteristik kompetensi keterampilan yang hendak diukur.
Penilaian keterampilan dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan pengetahuan peserta
didik dapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sesungguhnya (dunia nyata).

6 Hamid,Muhammad. Model Penilaian Pencapaian Kompetensi Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama
(Jakarta: Rajawali Press,2014) hal.72.

Penilaian pengetahuan dan keterampilan menggunakan angka dengan rentangskor 0 sampai
dengan 100 dan deskripsi. Sedangkan untuk Nilai akhir semester dilengkapi dengan predikat
dengan ketentuan :
86 – 100 = Sangat Baik (A)
76 – 86 = Baik (B)
56 – 75 = Cukup (C
≤ 55 = Kurang (D)
Pada jenjang SMP/MTs, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: Menghargai dan
menghayati ajaran agama yang dianutnya, sedangkan kompetensi sikap sosial mengacu pada KI-2:
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

Tabel 1. Cakupan Penilaian Sikap
Penilaian

sikap

spiritual

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianut
1. jujur
2. disiplin
3. tanggung jawab

Penilaian sikap sosial

4. toleransi
5. gotong royong
6. santun
7. percaya diri

Penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. Pembelajaran
di SMA menggunakan pendekatan ilmiah/saintifik (scientific approach) untuk mengarahkan
peserta didik mencapai kompetensi yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Untuk mengukur ketercapaian ketiga ranah tersebut dilakukan penilaian
autentik (authentic assessment) yang dilakukan mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output) pembelajaran. 7
Penilaian dilakukan dengan tes dan non-tes melalui observasi/pengamatan, penilaian
diri (self assessment), penilaian antarteman (peer assessment), ulangan, ujian, dan penugasan
(projek dan portofolio). Instrumen penilaian dapat berupa perangkat tes yang berisi butir-butir
7 Haris Iskandar. Model Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik SMA( Jakarta: Rajawali Press,2013), hal. 16.

soal, daftar cek (check list) atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, dan jurnal.
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan substansi/materi, konstruksi, dan bahasa.
Hasil penilaian oleh pendidik setiap semester perlu diolah untuk dimasukkan ke
dalam buku laporan hasil belajar (rapor). Nilai rapor merupakan gambaran pencapaian
kemampuan peserta didik dalam satu semester.
1. Penilaian Pengetahuan
a. Penilaian Pengetahuan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik) Penilaian
Pengetahuan terdiri atas: Nilai Proses (Nilai Harian)= NH, Nilai Ulangan Tengah Semester =
UTS, dan Nilai Ulangan Akhir Semester = UAS
b. Nilai Harian diperoleh dari hasil Tes Tulis, Tes Lisan, dan Penugasan yang dilaksanakan
pada setiap akhir pembelajaran satu Kompetensi Dasar (KD).
c. Penghitungan nilai Pengetahuan diperoleh dari rerata NH, UTS, dan UAS.
d. Penilaian rapor untuk pengetahuan menggunakan penilaian kuantitatif dengan skala 1 – 4
(kelipatan 0,33), dengan 2 (dua) desimal dan setiap aras (tingkatan).
e. Penghitungan Nilai Pengetahuan
2. Penilaian Keterampilan
a. Penilaian Keterampilan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik). Penilaian
Keterampilan terdiri atas: Nilai Praktik, Nilai Projek, dan Nilai Portofolio
b. Penilaian Keterampilan dilakukan pada setiap akhir menyelesaikan satu KD
c. Penghitungan nilai keterampilan diperoleh dari rata-rata Penilaian Praktik, Penilaian Projek
dan Penilaian Portofolio.
d. Pengolahan Nilai Rapor (LHB) untuk Keterampilan menggunakan penilaian kuantitatif
dengan skala 1 - 4 (kelipatan 0,33), dengan 2 (dua) desimal dan diberi predikat aras
(tingkatan).
e. Penghitungan Nilai Keterampilan 8
3. Penilaian Sikap
a. Sikap (spiritual dan sosial) untuk LHB terdiri atas sikap dalam mata pelajaran dan sikap
antarmata pelajaran. Sikap dalam mata pelajaran diisi oleh setiap guru mata pelajaran
berdasarkan rangkuman hasil pengamatan guru, penilaian diri, penilaian sejawat, dan jurnal,
ditulis dengan predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), atau Kurang (K). Sikap
antarmata pelajaran diisi oleh wali kelas setelah berdiskusi dengan semua guru mata
pelajaran, disimpulkan secara utuh dan ditulis dengan deskripsi koherensi.

8 Ibid.,16

b. Penilaian Sikap dalam mata pelajaran diperoleh dari hasil penilaian observasi (Penilaian
Proses), penilaian diri sendiri, penilaian antarteman, dan jurnal catatan guru.
c. Nilai Observasi diperoleh dari hasil Pengamatan terhadap Proses sikap tertentu sepanjang
proses pembelajaran satu Kompetensi Dasar (KD).
d. Untuk penilaian Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2) menggunakan nilai Kualitatif
sebagai berikut:
SB

= Sangat Baik = 80 - 100

B

= Baik = 70 - 79

C

= Cukup = 60 - 69

K

= Kurang = < 60

BAB III
KESIMPULAN

Penilaian merupakan bagian integral dari sebuah pembelajaran. Dalam setiap
pembelajaran, penilaian berfungsi untuk mengukur sejauh mana siswa dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penilaian di dalam pembelajaran
membantu guru dalam mengevaluasi keefektifan kurikulum, strategi mengajar dan kegiatan
belajar yang mencakup kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar
bagi pengembangan seluruh potensi siswa menjadi manusia Indonesia berkualitas. Penilaian
dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin: 1) perencanaan penilaian
siswa sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian,
2) pelaksanaan penilaian siswa secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien dan
sesuai dengan konteks sosial budaya, dan 3) pelaporan hasil penilaian siswa secara objektif,
akuntabel dan informatif.

Dalam menyusun rencana pembelajaran, guru perlu

memperhatikan instrumen penilaian yang digunakan harus memantau proses, kemajuan dan
perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Oleh karena itu, penilaian harus
dilakukan dengan terencana dan baik mulai dari penentuan instrumen, penyusunan instrumen,
telaah instrumen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan program tindak lanjut
hasil penilaian. Ketika hal ini dilakukan maka guru dapat meningkatkan mutu hasil belajar
siswa dalam pencapaian kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan secara maksimal
setelah siswa selesai mengikuti proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA
Samsudin, Sadili. 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamdayana, Jumanta. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Herman Yosep dan Yustiana Wahyu. 2014. Penilaian Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta:
PT. Kanisius
E.Mulyasa. 2015. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakary
Iskandar, Haris. 2013. Model Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik SMA. Jakarta: Rajawali Press.
Hamid,Muhammad. 2014. Model Penilaian Pencapaian Kompetensi Peserta Didik Sekolah
Menengah Pertama . Jakarta: Rajawali Press.