PENGEMBANGAN MODUL PANDUAN PRAKTIKUM MAT

PENGEMBANGAN MODUL PANDUAN PRAKTIKUM
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
KELAS VII SEMESTER GENAP DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
M. Farkhan Habib
Jurusan Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya,
e-mail:om_farkhan@yahoo.com
Staff Pengajar di SMP Al Hikmah Surabaya, Telp. 031-8288228

ABSTRAK
Tujuan pengembangan adalah menghasilkan modul panduan praktikum dan
petunjuk guru pada pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas tujuh
tingkat sekolah menengah pertama yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran dan
karakteristik siswa. Produk modul panduan praktikum dan buku petunjuk guru ini
dirancang untuk memberikan kesempatan yang luas kepada siswa agar aktif belajar dan
melakukan percobaan secara mandiri pada proses pembelajaran di semester genap
serta memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul pada mata
pelajaran IPA adalah model Dick, Carey & Carey yang telah disesuaikan dengan
keperluan dalam pengembangan. Pemilihan model ini berdasarkan landasan teoritis
desain pembelajaran. Model ini mengarah pada upaya pemecahan masalah belajar serta
terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis, yang terdiri dari 9 langkah,

yaitu: 1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran, 2) melakukan analisis pembelajaran, 3)
menganalisis perilaku bawaan dan karakteristik siswa, 4) menulis tujuan pembelajaran
khusus, 5) mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, 6) mengembangkan strategi
pembelajaran, 7) mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, 8) mendesain dan
melaksanakan evaluasi formatif, 9) merevisi pembelajaran.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Validator penelitian ini adalah
satu orang ahli bidang studi ilmu pengetahuan alam dan satu orang ahli desain
pembelajaran. Subjek coba penelitian terdiri dari tiga siswa untuk uji coba satu-satu dan
sembilan siswa untuk uji coba kelompok besar tiga puluh siswa dan satu guru untuk uji
coba lapangan. Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah angket dan soal
post-test. Data dianalisis dengan menggunakan teknik diskriptif berupa rerata
persentase.
Hasil penelitian ini adalah: 1) pengembangan panduan praktikum mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam untuk sekolah menengah pertama kelas tujuh
semester genap melalui tahapan berikut, yaitu: mengidentifikasi, menganalisis,
mendesain, memproduksi, memvalidasi, merevisi, dan mengujicoba; 2) kualitas paket
bahan pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari aspek isi dan desain
pembelajaran adalah sangat baik. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 5, aspek
isi menunjukkan skor rerata 4,9, aspek desain pembelajaran menunjukkan skor rerata 4;


1

2

3) aspek daya tarik, kesesuaian dengan materi ajar, dan kebermanfaatan untuk siswa
menunjukkan bahwa paket bahan pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang
dikembangkan sangat sesuai. Pada uji coba lapangan skor yang diberikan oleh peserta
mencapai rerata 4,37 dan skor yang diberikan oleh guru mencapai rerata 4,5. Hal ini
berdampak baik terhadap ketuntasan belajar siswa: pada uji coba lapangan, dari 30
siswa, terdapat 28 siswa (93%) yang tuntas belajar dalam pembelajaran suhu dan
perubahannya.
Kata kunci : pengembangan, panduan praktikum, ilmu pengetahuan alam
Keberhasilan proses belajar mengajar
antara lain dipengaruhi oleh kesesuaian
antara materi pelajaran dan tingkat
kemampuan berfikir siswa. Menurut
Piaget, setiap individu akan mengalami
tingkat perkembangan kognitif, dan
siswa sekolah menengah pertama (SMP)
di Indonesia pada awal kelas VII masih

memiliki tingkat perkembangan kognitif
operasional formal, dikarenakan telah
berusia rata-rata di atas 11 tahun (Ratna
Wilis Dahar, 1989:152). Pada tingkat
tersebut, anak-anak dapat menggunakan
operasi-operasi
konkretnya
untuk
membentuk operasi yang lebih kompleks
(dapat berfikir abstrak). Penyampaian
materi IPA di SMP sebagian besar
bersifat abstrak. Agar siswa dapat
memahami materi tersebut dengan lebih
bermakna maka diharapkan siswa sudah
memiliki penalaran formal, jika tidak
siswa akan mengalami pseudo learning
yaitu belajar yang tidak fungsional.
Siswa yang berada pada tahap konkret
operasional bila mencoba mempelajari
materi yang memerlukan proporsional

dan probabilitas mungkin akan berhasil
dengan menghafal materi tetapi tidak
akan mampu melakukan penalaran.
Tentu hal ini sangatlah merugikan siswa.
Dengan demikian penyajian atau
penyampaian materi harus disesuaikan
dengan perkembangan kognitif siswa.
Piaget menyatakan bahwa anak-anak
dianggap siap mengembangkan konsep
atau materi khusus jika memperoleh
skemata yang diperlukan. Hal ini berarti

anak-anak tidak dapat belajar (tidak
dapat mengembangkan skemata) jika
tidak memiliki keterampilan kognitif.
Artinya proses belajar mengajar menjadi
terhambat bila penalaran formal siswa
tidak sesuai dengan yang diperlukan.
Salah satu materi IPA yang
menyulitkan pada semester genap adalah

pembelajaran suhu dan perubahannya
yang terdiri dari unsur materi yang
sangat komplek mulai dari konsep
konsep suhu, pemuaian sebagai dampak
perubahan suhu, konsep kalor, konsep
perubahan wujud zat, dan konsep
perpindahan kalor (konduksi, konveksi,
radiasi). Lusi Mirawati (2013:3) dalam
penelitiannya
menjelaskan
bahwa
“kesulitan belajar siswa pada materi
suhu dan kalor disebabkan oleh
kurangnya penguasaan konsep dan
kemampuan
dalam
pengetahuan
terstruktur meliputi kemampuan verbal,
membuat skema, membuat strategi
pemecahan masalah dalam praktikum”.

Selain itu, siswa juga diminta untuk
memberikan alternatif solusi yang
ditimbulkan akibat perubahan suhu yang
ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Pada materi ini pembelajaran lebih
banyak didominasi oleh kegiatan
praktikum.
Selama
ini
kegiatan
praktikum belum terlaksana dengan
optimal karena belum tersedia bahan ajar
berupa modul panduan pelaksanaan
praktikum yang mudah dipahami siswa,
panduan yang ada masih terlalu

3

sederhana dan sering membingungkan
siswa karena langkah-langkah yang

tertulis membutuhkan pemahaman lebih
lanjut dan kalimat-kalimatnya terlalu
sederhana. Sketsa rancangan percobaan
yang tersedia kurang menarik dan tidak
proporsional, ini dapat dilihat di buku
Ilmu Pengetahuan Alam terbitan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
cetakan ke-1 tahun 2013.
Dalam kesempatan ini penulis
mengembangkan bahan ajar dengan
model Dick, Carey & Carey (2001) yang
dapat membantu menata seorang guru
jika
harus
menyusun
desain
pembelajaran sendiri sehingga lebih
terarah dan teratur. Model Dick, Carey &
Carey adalah salah satu model
prosedural. Manfaat model prosedural,

yakni: 1) alur pelaksanaan model
dilaksanakan dengan jelas, 2) setiap
langkah jelas sehingga mudah diikuti, 3)
dengan keteraturan ini, maka terjadi
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan.
Sementara keterbatasan model ini
mencakup antara lain: 1) kaku, karena
setiap langkah sudah ditentukan oleh
langkah sebelumnya, 2) tidak semua
prosedur
pembelajaran
dapat
dikembangkan menurut langkah-langkah
tersebut. Adapun langkah-langkah model
Dick, Carey & Carey adalah sebagai
berikut:
(1) mengenali tujuan
pembelajaran, (2) melakukan analisis
pembelajaran, (3) mengenali tingkah
laku,

(4)
merumuskan
tujuan
performansi, yaitu pernyataan spesifik
tentang apa yang mampu dikerjakan
pebelajar setelah mengikuti pengajaran,
(5) mengembangkan butir-butir tes acuan
patokan, (6) mengembangkan strategi
pembelajaran yang meliputi kegiatan pra
pengajaran, penyajian informasi, latihan
dan balikan, dan kegiatan-kegiatan
ikutan-lanjutan, (7) memilih dan
mengembangkan materi pembelajaran
meliputi: buku petunjuk kerja siswa dan

buku petunjuk guru, (8) merancang dan
melakukan penilaian formatif yang
dilakukan oleh uji para ahli, uji coba
perorangan, uji coba lapangan, (9)
merevisi pembelajaran, yang dilakukan

pada setiap langkah kegiatan yang
didasarkan pada hasil tes formatif yang
dilakukan, (10) melakukan penilaian
sumatif. Dalam penelitian ini penulis
meniadakan langkah terakhir ini atau
langkah ke-10 yaitu melakukan penilaian
sumatif.
Dalam upaya mengetahui tingkat
kemenarikan dan keefektifan produk
bahan ajar dilakukan serangkaian uji
coba terhadap produk tersebut dan
kemudian diadakan revisi. Produk yang
dihasilkan diuji cobakan melalui
beberapa tahap antara lain:
a. Tinjauan ahli isi mata pelajaran,
bertujuan untuk mendapatkan data
berupa penilaian, pendapat dan saran
terhadap ketepatan isi bahan ajar yang
terdapat dalam rencana paket bahan
ajar yang akan dibuat.

b. Tinjauan ahli media, bertujuan untuk
mendapatkan data berupa penilaian,
pendapat
dan
saran
terhadap
kesesuaian desain media yang dibuat
dalam paket bahan ajar.
c. Tinjauan ahli desain, bertujuan
mendapatkan penilaian komentar serta
saran terhadap ketepatan desain paket
pembelajaran, model pengembangan,
komponen isi paket pembelajaran
yang terdiri dari modul panduan
praktikum untuk siswa dan panduan
guru.
d. Uji coba perorangan. Maksud
penilaian tahap pertama penilaian
formatif, yaitu penilaian seorang demi
seorang, ialah untuk mengetahui dan
membuang kesalahan-kesalahan yang
paling mencolok yang ada dalam
pengajaran, dan untuk memperoleh
tanggapan mulai mengenai isi dari
para siswa. Ini dicapai dengan cara

4

interaksi langsung antara perancang
dan siswa perseorangan. Selama tahap
ini, perancang bekerja sendiri dengan
tiga orang siswa yang merupakan
wakil dari populasi sasaran. Dalam
penilaian tahap ini digunakan baik tes
maupun material pengajaran dengan
melibatkan siswa. Waktu para siswa
menggunakan material itu, mereka
akan
menemukan
kesalahan
ketik/cetak, ada isi yang terlewatkan
atau terbuang, halaman yang hilang
atau tidak ada, grafik yang judulnya
tidak
tepat.
Pada
waktu
melangsungkan penilaian perlulah
perancang membuat catatan mengenai
komentar dan saran yang diajukan
siswa. Ini semua dicatat pada
buku/naskah bahan pengajaran, atau
selama pertemuan ini bisa digunakan
mesin perekam pita yang bisa
digunakan
siswa
setiap
saat
memerlukan.
e. Uji coba kelompok kecil. Penilaian
kelompok kecil ini mempunyai dua
maksud. Pertama adalah menentukan
kefektifan perubahan yang telah dibuat
menyusul dilangsungkannya penilaian
satu-satu dan mengenali masalahmasalah belajar yang masih dialami
siswa. Kedua ialah menentukan
apakah siswa dapat menggunakan
pengajaran tanpa adanya interaksi
guru. Prosedur pokok yang digunakan
dalam penilaian kelompok kecil itu
berbeda sekali dengan yang digunakan
dalam penilaian seorang-seorang.
Penilai
(guru)
mulai
dengan
menjelaskan bahwa bahan pengajaran
tersebut masih dalam tahap formatif
(pembentukan)
dari
usaha
pengembangan dan bahwa perlu
memperoleh balikan mengenai caracara membuatnya lebih baik. Setelah
mengatakan hal ini, kemudian guru
menjalankan material itu menurut
cara-cara yang sesuai. Dalam proses
pelaksanaan guru hendaknya sedikit

mungkin campur tangan. Ada langkah
tambahan yang ditempuh dalam
pelaksanaan penilaian kelompok kecil
yaitu pemberian angket sikap. Semua
data berasal dari berbagai sumber ini
dirangkum dan dibuat keputusan
mengenai
cara-cara
bagaimana
merevisi material pengajaran.
f. Uji coba lapangan. Dalam tahap
terakhir penilaian formatif, pengajar
mengusahakan terjadinya situasi
belajar yang banyak kemiripannya
dengan situasi yang dikehendaki
untuk pada akhirnya digunakan bagi
pemberlakuan material pengajaran
itu.
Dalam pengembangan produk
bahan ajar ini dipilih model Dick, Carey
& Carey. Penggunaan model Dick,
Carey & Carey dalam pengembangan
desain pembelajaran ini berdasarkan
alasan sebagai berikut:
1. Materi mata pelajaran IPA bersifat
berjenjang
dan
berurutan
(hierarchial and sequential). Sifatsifat materi seperti ini sesuai
dikembangkan dengan model Dick,
Carey & Carey.
2. Pengembangan paket pembelajaran
dengan Dick, Carey & Carey belum
pernah dilakukan di SMP Al Hikmah
Surabaya. Paket pembelajaran yang
dikembangkan
berdasarkan
karakteristik dan kebutuhan siswa,
sehingga mampu meningkatkan
minat dan motivasi siswa untuk
belajar mata pelajaran IPA.
3. Model Dick, Carey & Carey
mempunyai keempat karakteristik
yang dimiliki dalam pengembangan
pembelajaran, yaitu: (a) mengacu
pada tujuan, (b) terdapat keserasian
dengan tujuan, (c) sistematik, (d)
berpedoman pada evaluasi (Miarso,
1987). Disamping itu model Dick,
Carey & Carey memenuhi tiga
komponen utama teori pembelajaran,

5

4.

5.

6.

7.

seperti metode pembelajaran, kondisi
pembelajaran, dan hasil belajar.
Reigulth & Merril (dalam Degeng,
1988). Teori pembelajaran yang
mendasari Dick, Carey & Carey
adalah teori pembelajaran preskriptif.
Teori
pembelajaran
preskriptif
mengemukakan bahwa pembelajaran
ini berupaya mempreskripsikan
metode pembelajaran yang optimal
untuk mencapai hasil pembelajaran
yang diinginkan. Teori ini berurusan
dengan
penetapan
metode
pembelajaran setelah dua variabel
lainnya: kondisi dan hasil diketahui.
Metode pembelajaran apa pun yang
diterapkan haruslah yang paling
optimal untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Model rancangan Dick, Carey &
Carey menggunakan sistem dengan
langkah-langkah yang lengkap dan
dapat digunakan untuk merancang
pembelajaran secara klasikal maupun
individual.
Model Dick, Carey & Carey dapat
digunakan untuk pengembangan
bahan pembelajaran pada ranah
informasi
verbal,
ketrampilan
intelektual, psikomotor, dan sikap
sehingga dipandang sangat relevan
dengan mata pelajaran IPA.
Model Dick, Carey & Carey dalam
Munandir (1987:9) menyatakan (1)
adanya fokus pada awal proses, pada
apa yang harus diketahui siswa atau
mampu melakukan pada akhir
pembelajaran (ada tujuan), (2)
adanya pertanda seksama antara tiap
komponen,
khususnya
adanya
hubungan
antara
strategi
pembelajaran dan hasil belajar yang
dikehendaki dan (3) merupakan
proses empiris sifatnya dan dapat
diulang-ulang (ada proses).
Beberapa
hasil
penelitian
meggunakan model Dick, Carey &
Carey.

Sofia
(2010)
dalam
hasil
penelitiannya menyatakan bahwa
penggunaan model Dick, Carey &
Carey dalam pengembangan paket
pembelajaran Pendidikan Agama
Islam SD Ummu Aiman Lawang
menunjukkan bahwa tanggapan
siswa terhadap bahan ajar mendapat
rerata presentase sebesar 89,2% yang
berada pada kategori sangat baik.
Hasil uji t menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan mean hasil
posttest (91,84) > pretest (72) dengan
taraf signifikan 0,000 < 0,05. t hitung
(20,030) > t table (2,064). Dengan
demikian
terbukti
paket
pembelajaran
efektif
dapat
meningkatkan hasil belajar.
Husen
(2003)
dalam
hasil
penelitiannya menemukan bahwa
penggunaan model Dick, Care &
Carey dalam pengembangan paket
pembelajaran Dasar Listrik dan
Elektro di SMK Muhammadiyah I
Malang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa sebesar 3,80 dari tes
awal.

HASIL PENELITIAN
Pada tahap pertama pada
pengembangan ini adalah menetapkan
mata
pelajaran
yang
akan
dikembangkan, mata pelajaran yang
dikembangkan adalah bahan ajar Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) kelas VII
semester genap yang terdiri dari tiga bab
yaitu: bab VII tentang suhu dan
perubahannya, bab VIII tentang kalor
dan perpindahannya, dan bab IX tentang
lingkungan dan interaksinya. Kemudian
mengidentifikasi kurikulum dan silabus
mata pelajaran yang akan dikembangkan
dengan tetap memperhatikan kompetensi
inti
dan
kompetensi
dasar.
Mengidentifikasi indikator dan tujuan
pembelajaran
mata
pelajaran.

6

Selanjutnya adalah memilih dan
mengembangkan bahan ajar ilmu
pengetahuan alam berdasarkan materi
yang sudah terpilih. Setelah itu
menyusun dan menulis bahan ajar
berupa panduan praktikum dan panduan
guru. Tahap berikutnya adalah uji coba
produk yang meliputi tanggapan ahli isi
mata
pelajaran,
ahli
desain
pembelajaran, uji coba perorangan, dan
uji coba lapangan.

Analisis Data Hasil Penilaian Ahli Isi
Mata Pelajaran
Data hasil penilaian angket ahli
isi mata pelajaran terhadap bahan ajar
selanjutnya dianalisis. Untuk mengetahui
tingkat kelayakan terhadap produk yang
telah diujicobakan, data yang telah
dianalisis tersebut dicocokkan dengan
tabel kelayakan yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan hasil data angket
dari ahli isi mata pelajaran, dihitung
persentasenya dengan menggunakan
Skor yang diperoleh
x 100,
rumus
skor maksimal
menunjukkan bahwa:
Persentase bab VII bahan ajar adalah
59
x 100 = 90,8%
65
Persentase bab VIII bahan ajar adalah
59
x 100 = 90,8%
65
Persentase bab IX bahan ajar adalah
60
x 100 = 92,3 %
65
Untuk mengetahui persentase hasil
penilaian bahan ajar secara keseluruhan,
maka ke tiga bab dijumlah persentasenya
dan dibagi tiga, maka didapat data
90.8 +90.8 +92.3
sebagai berikut :
=
3
91,3%.
Setelah dikonversi dengan tabel
kelayakan produk, persentase tingkat
pencapaian
93,3%
berada
pada

kualifikasi sangat baik. Komentar dan
saran tertulis dari ahli isi mata pelajaran
dijadikan
acuan
penyempurnaan
terhadap bahan ajar.

Analisis Data Hasil Penilaian Ahli
Desain
Data angket hasil penilaian ahli
desain pembelajaran terhadap bahan ajar
dan panduan guru selanjutnya dianalisis.
Untuk mengetahui tingkat kelayakan
terhadap
produk
yang
telah
diujicobakan, maka data yang telah
dianalisis tersebut dicocokkan dengan
tabel kelayakan yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan hasil data angket
dari
ahli
desain
pembelajaran
sebagaimana terdapat pada tabel 4.3
dapat dihitung persentasenya sebagai
160
x 100=82,05 . Setelah
berikut:
195
dikonversi dengan tabel kelayakan
produk, persentase tersebut berada pada
kualifikasi baik tidak perlu revisi. Untuk
hasil penilaian terhadap buku panduang
guru selanjutnya dihitung persentasenya
45
x 100=81,81 .
sebagai berikut :
55
Setelah
dikonversi
dengan
tabel
kelayakan produk, persentase tersebut
berada pada kualifikasi baik tidak perlu
revisi. Secara umum disimpulkan oleh
ahli
desain
pembelajaran,
paket
pembelajaran tersebut sudah bisa
digunakan untuk pengambilan data.
Analisis Data Hasil Uji Coba
Perorangan
Data angket hasil penilaian uji
coba perorangan terhadap bahan ajar
selanjutnya dianalisis. Untuk mengetahui
tingkat kelayakan terhadap produk yang
telah diujicobakan, maka data yang telah
dianalisis tersebut dicocokkan dengan
tabel kelayakan yang sudah ditetapkan.
Rerata skor yang diberikan oleh tiga

7

subyek untuk setiap pertanyaan,
kemudian skor tersebut dijumlah
sehingga menghasilkan skor utuh untuk
bahan ajar yaitu sebesar 39,33.
Selanjutnya skor ini di hitung
persentasenya
dengan
cara
:
Skor yan g diperoleh
x 100
skor maksimal
39,33
¿
x 100 = 71,50%, kemudian
55
hasil persentase tersebut dikonversikan
dengan tabel kelayakan produk. Setelah
dikonversi dengan tabel kelayakan
produk, persentase tingkat pencapaian
71,50% berada pada kualifikasi cukup
baik dan perlu revisi kecil untuk
penyempurnaan pada bagian-bagian
tertentu.
Analisis Data Hasil Uji Coba
Lapangan
Data angket hasil penilaian siswa
terhadap bahan ajar dan hasil penilaian
guru terhadap bahan ajar selanjutnya
dianalisis. Untuk mengetahui tingkat
kelayakan terhadap produk yang telah
diujicobakan, maka data yang telah
dianalisis tersebut dicocokkan dengan
tabel kelayakan yang sudah ditetapkan.
Rerata skor yang diberikan oleh 30
subyek untuk setiap pertanyaan,
kemudian skor tersebut dijumlah
sehingga menghasilkan skor utuh untuk
bahan ajar yaitu sebesar 48,07.
Selanjutnya skor ini di hitung
persentasenya
dengan
cara
:
Skor yang diperoleh
x 100
skor maksimal
48,07
¿
x 100
= 87,4%, kemudian
55
hasil persentase tersebut dikonversikan
dengan tabel kelayakan produk. Setelah
dikonversi dengan tabel kelayakan
produk, persentase tingkat pencapaian
83,23% berada pada kualifikasi sangat
baik dan tidak perlu direvisi.

Untuk skor yang diberikan oleh
guru mata pelajaran pada setiap
pertanyaan, kemudian skor tersebut
dijumlah sehingga menghasilkan skor
utuh untuk bahan ajar yaitu sebesar 50
Selanjutnya skor ini di hitung
persentasenya
dengan
cara
:
Skor yang di peroleh
x 100
skor maksimal
50
¿ x 100 = 90,9%, kemudian hasil
55
persentase
tersebut
dikonversikan
dengan tabel kelayakan produk. Setelah
dikonversi dengan tabel kelayakan
produk, persentase tingkat pencapaian
90,9% berada pada kualifikasi sangat
baik dan tidak perlu direvisi.
Begitu juga skor yang diberikan
oleh guru terhadap panduan guru.
Jumlah skor yang diberikan mencapai 46
dengan persentase 92%. Jika di
konversikan dengan tabel kelayakan
produk persentase tersebut pada
kualifikasi sangat baik dan tidak perlu
direvisi.
Analisis Data Nilai Siswa
Dari data hasil nilai rerata yang
diperoleh siswa sesudah pembelajaran
akan di diskripsikan berdasarkan kreteria
ketuntasan minimal nilai yang sudah
ditentukan oleh sekolah yaitu sebesar 80.
Rerata
nilai
sesudah
pembelajaran berlangsung mencapai
87,33, ini berarti bahwa nilai tersebut
sudah melampaui batas minimal nilai
ketuntasan. Sebanyak 28 dari 30 siswa
memperoleh nilai < 80, ini berarti bahwa
ketuntasan individu mencapai 93,3 %.
Hal ini berarti bahwa bahan ajar panduan
praktikum bisa meningkatkan ketuntasan
belajar siswa.
KESIMPULAN

8

Hasil penelitian ini adalah: (1)
pengembangan panduan praktikum mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam untuk
sekolah menengah pertama kelas tujuh
semester genap melalui tahapan berikut,
yaitu: mengidentifikasi, menganalisis,
mendesain, memproduksi, memvalidasi,
merevisi, dan mengujicoba; (2) kualitas
paket
bahan
pembelajaran
yang
dikembangkan ditinjau dari aspek isi dan
desain pembelajaran adalah sangat baik.
Dengan menggunakan rentang skor 1
sampai 5, aspek isi menunjukkan skor
rerata 4,9, aspek desain pembelajaran
menunjukkan skor rerata 4; (3) aspek
daya tarik, kesesuaian dengan materi
ajar, dan kebermanfaatan untuk siswa
menunjukkan bahwa paket bahan
pembelajaran ilmu pengetahuan alam
yang dikembangkan sangat sesuai. Pada
uji coba lapangan skor yang diberikan
oleh peserta mencapai rerata 4,37 dan
skor yang diberikan oleh guru mencapai
rerata 4,5. Hal ini berdampak baik
terhadap ketuntasan belajar siswa: pada
uji coba lapangan, dari 30 siswa,
terdapat 28 siswa (93%) yang tuntas
belajar dalam pembelajaran suhu dan
perubahannya.
Setelah diadakan uji coba ahli isi
mata
pelajaran,
ahli
desain
pembelajaran, uji coba perorangan, uji
coba kelompok kecil dan uji coba
lapangan semua masukan dicatat untuk
direvisi demi penyempurnaan paket
pembelajaran.
Beberapa masukan saat uji coba
lapangan memperlihatkan kekuatan dan
kelemahan paket pembelajaran ini.
Adapun kekuatan paket pembelajaran ini
antara lain:
1. Bahan ajar disusun secara sistematis
untuk digunakan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran.
2. Paket pembelajaran disertai dengan
panduan siswa, sehingga siswa dapa

menggunakannya dengan mudah
sesuai dengan langkah-langkah yang
sudah disusun.
3. Bahan ajar ini menyajikan ruang
kosong prediksi, hasil pengamatan,
analisis dan soal-soal pengayaan
yang memudahkan siswa dalam
merangkai kronologi berfikir yang
sistematis.
4. Bahan ajar ini dilengkapi dengan
ilustrasi gambar alat yang diperlukan
dan ilustrasi rancangan percobaan
yang memudahkan siswa mengenali
alat dan merancangnya.
Sedangkan kelemahan dari paket
pembelajaran ini adalah disusun
berdasarkan karakteristik siswa kelas VII
semester 2 SMP Al Hikmah Surabaya
sehingga penggunaan untuk siswa lain
perlu penyesuaian.
Saran
desiminasi
dapat
mempertimbangkan hal berikut ini, 1)
Agar bahan ajar ini dapat digunakan oleh
siswa angkatan berikutnya, sebaiknya
diproduksi kembali untuk dijadikan
bahan ajar yang lebih efektif, 2) Tahap
pengembangan ini hanya pada tahap
evaluasi formatif, untuk mengetahui
efektivitas
dan
efisiensi
paket
pembelajaran ini, sebaiknya dalam
langkah desiminasi terlebih dahulu
dilakukan evaluasi sumatif.
Saran pengembangan lebih lanjut
dari paket pengembangan mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam beberapa saran
berikut: 1) Dalam rangka membantu
guru mata pelajaran dalam kegiatan
pembelajaran, perlu tambahan format
kelengkapan seperti lembar soal dan
lembar jawaban, lembar tugas, soal post
tes serta lembar grafik kemajuan belajar
siswa, 2) Apabila bahan ajar ini
dikembangkan pada lembaga pendidikan
lain, perlu dilakukan analisis kebutuhan
siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, I.W., & Willis V. 1989. Reading in Instruction Development (Vol.2). Jakarta:
Ditjen Dikti Depdikbud.
Arief, S Sadiman. 2005. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ayib, Devi Sofia. 2010. Pengembangan Paket Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kelas IV dengan Menggunakan Model Dick & Carey di SD Ummu Aiman
Lawang. Tesis. PSSJ Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana Universitas
Negeri Malang. Tesis tidak dipublikasikan
Azhar, Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2013. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum 2013.
Jakarta: Kementrian Pedidikan dan Kebudayaan.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Degeng, I. N. S. 1988. Pengorganisasian Pengajaran Berdasarkan Teori Elaborasi dan
Pengaruhnya Terhadap Perolehan Belajar Informasi Verbal dan Konsep.
Desertasi tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang.
Degeng, I.N.S.1997. Asumsi dan Landasan Teoritik Desain Pembelajaran. Jurnal
Teknologi Pembelajaran: Teori dan Penelitian 5(1),3-12
Depdiknas. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Sosialisasi KTSP 2008. Didownload
pada
tanggal
1
Mei
2014
jam
20.00
WIB
dari:
http://dc218.4shared.com/download/vj4M9KIo/5_PENGEMBANGAN_BAHA
N_AJAR.rar?tsid=20120227-061731-a8f2e27.
Dick, Walter, Lou Carey & James O. Carey. 2001.The Systemic Design of Instruction
(6th ed).USA: Harper Collins Publisher.
Gagne, Robert M. 1989. Buku Petunjuk Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran.
Jakarta: PAU-PPAI.
Hamzah B. dan Nina L. 2011. Teknologi Informasi & Komunikasi Pembelajaran.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kazlow, M.J. & White, A.I. Advance Organizer Research Evaluation in Relation. 4748.

Miarso, Yusufhadi. 1987. Penelitian Instruksional, Survey Model Pengembangan
Instruksional. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Mirawati, Lisa. 2013. Diagnosis Kesulitan Belajar Fisika Pokok Bahasan Kalor Siswa
Kelas
X-D
Madrasah
Aliyah
Negeri
3
Malang.
(online).
(http://www.google.com/fisika.um.ac.id/download/artikel.doc_downloadartikel-diagnosis-lusi-mirawati.html), diakses tanggal 1 Mei 2014.
Munandir. 1987. Rancangan Sistem Pengajaran. Jakarta: P2LPTK.
Muslim. 1995. Pengembangan Bahan Ajar Mekanika Teknik I Sesuai Dengan
Kurikulum 1994 Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi Pengerjaan Logam.
Tesis Tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang.
Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Pophan, J.W. 1981. Modern Educational Measurement. Londong: Printice-Hall, Inc.
Egelwood Cliffts.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Rabinowitz, M & Shaw, E.J.2005. Psychology Instructional Design, and the Use of
Wilson. G.B. 2005. Broadening Our Foundation Design: Four Pullars of
Practice. Educational Technology. 45(2):10-15.
Seel, B. B., & Richey, R.C. 1994. Instructional Technology: The Definition and
Domains of The Field. Washington DC: AECTA.
Sianturi, Emmi. 2010. Pengembangan Paket Pembelajaran Dengan Model Dick, Carey
& Carey Pada Mata Pelajaran Fisika Bagi Siswa Kelas X Semester 1 SMA
Negeri 5 Palu Sulawesi Tengah. Tesis. PPSJ Teknologi Pembelajaran,
Universitas Negeri Malang. Tesis tidak dipublikasikan. (014)
Suharjono. 2003. Meningkatkan Mutu Pembelajaran: Merancang, Menyajikan dan
Mengevaluasi Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang.
Suparman, A. 1995. Desain Instruksional. Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas
Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Jakarta: PAU-PPAI.
Tillena, H. 1983. Webteaching”Sequencing of Subject Matter in Relation to Prior
Knowledge of Pupil”. Instructional Science. Vol.12.(321-332).
Widodo, Wahono dkk. 2013. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP Kelas 7. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

PENGEMBANGAN MODUL PANDUAN PRAKTIKUM
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
KELAS VII SEMESTER GENAP
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
ARTIKEL

Oleh:
M. Farkhan Habib
NIM : 12-002-0120

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2014