Library Research Hukum Dan Ham ANDO and (1)
HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN DI INDONESIA BERDASARKAN
PRINSIP FREEDOM FROM WANT
Disusun Oleh :
Ranadya Kartika Nadhila Putri
8111416065
Ando Tri Kurniawan
8111416102
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul :
HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN DI INDONESIA BERDASARKAN PRINSIP
FREEDOM FROM WANT. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Hukum dan HAM yang diampu oleh Ridwan Arifin S.h,. LLm.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangannya, sehingga kami mohon maaf sebesarbesarnya. Kami sebagai penulis tentu mengharapkan makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk para pembaca.
2
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Metode Penelitian................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 4
A. Seseorang dapat dikatakan Freedom From Want................................. 4
B. UU yang mengatur hak memperoleh pekerjaan................................... 6
C. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja Kontrak............................ 9
BAB III KESIMPULAN...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia yang
sudah melekat pada dirinya semenjak di dalam kandungan hingga ia mati. Hak
ini bersifat universal dan kodrati karena berlaku untuk semua manusia dan
merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Berbicara tentang Hak Asasi
Manusia, pada pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menjelaskan
bahwa semua manusia dilahirkan merdeka mempunyai martabat dan hak-hak
yang sama. Semua orang dikaruniani akal dan hati, karenanya setiap orang
hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.1 Menurut Prof.
Koentjoro Poerbapranoto, hak asasi adalah hak yang bersifat asasi, artinya hak
yang dimiliki oleh manusia secara kodrat dan tidak dapat dipisahkan dari
manusia itu sendiri sehingga sifatnya suci. Sehingga dapat juga dikatakan
bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang dimiliki oleh seseorang
sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir.
Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Pasal 27 (2) yang berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pada dasarnya
manusia berhak mempunyai pekerjaan karena bekerja merupakan wadah bagi
warga negara untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri serta demi
kelangsungan
kehidupan.
Pemerintah
memiliki
tanggungjawab
untuk
menciptakan lapangan pekerjaan guna mengurangi pengangguran. Lapangan
kerja yang tersedia merupakan bagian kesatuan dari seluruh program
pembangunan.2 Ayat ini memuat pengakuan dan jaminan bagi semua orang
untuk mendapatkan pekerjaan dan mencapai tingkat kehidupan yang layak
bagi
kemanusiaan.
Negara
menjamin
setiap
warga
negaranya
untuk
mendapatkan penghidupan yang layak dengan cara memperoleh pekerjaan
yang layak pula. Maka Undang-undang ini intinya harus memberi perlindungan
warga negara yang akan menggunakan haknya untuk mendapat pekerjaan,
baik di dalam maupun di luar negeri, agar mereka dapat memperoleh
1 Adnan B. Nasution. 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia. Jakarta: Yayasan
Obor Indoneisa, hlm 135
2 Maimun. 2007. Hukum Ketenagakerjaan, PT.Pradnya Paramita: Jakarta, hlm 43
1
pelayanan penempatan tenaga kerja secara cepat dan mudah dengan tetap
mengutamakan
keselamatan
tenaga
kerja
baik
fisik,
moral
maupun
martabatnya.3
Setiap tenaga kerja mempunyai kesempatan yang sama dalam memilih dan
mengisi lowongan pekerjaan di dalam wilayah pasar kerja nasional, untuk
memperoleh pekerjaan, tanpa diskriminasi karena jenis kelamin, suku, ras,
agama, dan aliran politik, sesuai dengan minat, kemampuan tenaga kerja yang
bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap penyandang cacat.
Tidak ada larangan untuk memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan
masing-masing individu.
Jhon Locke menjelaskan bahwa semua individu mempunyai hak yang
melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan yang merupakan miliki mereka
sendiri dan tidak dicabut atau dipereteli oleh negara. Pemikiran John Locke
mengenai hak – hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat yang dikenal dengan Declaration Of Independence Of The
United States. Amanat Presiden Franklin D. Roosevelt tentang “emapat
kebebasan” / “the four freedoms” yang diucapkannya di depan Kongres
Amerika Serikart tanggal 6 Januari 1941 yakni :
1. Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of speech
and expression),
2. Kebebasan
memilih
agama
sesuai
dengan
keyakinan
dan
kepercayaannya (freedom of religion),
3. Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear),
4. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).
Hak memperoleh pekerjaan berdasarkan prinsip Freedom From Want, dapat
dikaitkan karena jika seseorang itu mendapatkan pekerjaan yang layak dan
dapat memenuhi kebutuhan keluarganya maka dapat dijamin mereka tidak
akan kekurangan atau bahkan kelaparan. Jadi seseorang dapat dikatakan
Freedom From Want apabila ia memiliki pekerjaan dan penghidupan yang
layak. Pekerjaan mempunyai makna yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pekerjaan dapat dimaknai sebagai sumber penghasilan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarganya. Dapat juga
3 Edward Richard, “Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Tenaga Kerja Indonesia”, Jurnal Lex et Societatis, Vol.1 No.5, September 2013, hlm 94
2
dimaknai sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri sehingga seseorang
merasa hidupnya menjadi lebih berharga baik bagi dirinya, keluarganya
maupun lingkungannya. Oleh karena itu hak atas pekerjaan merupakan hak
asasi yang melekat pada diri seseorang yang wajib dijunjung tinggi dan
dihormati.4
Pekerjaan Layak merupakan hal utama dalam upaya-upaya pengentasan
kemiskinan dan merupakan cara untuk mencapai pembangunan yang setara,
inklusif dan berkelanjutan. Pekerjaan layak juga melibatkan kesempatan atas
kerja yang produktif dan memberikan pendapatan yang adil, memberikan
keamanan di tempat kerja dan perlindungan sosial bagi pekerja dan
keluarganya serta memberikan masyarakat kebebasan dalam menyatakan
kekhawatiran mereka, berorganisasi dan terlibat dalam keputusan-keputusan
yang mempengaruhi kehidupan mereka.5
Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang dilakukan berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara
Republik
Indonesia
Tahun 1945.
Pembangunan ketenagakerjaan
dilaksanakan dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan
harkat, martabat, dan harga diri serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil,
dan makmur bagi para tenaga kerja. Selain itu, pembangunan terhadap
ketenagakerjaan juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja
serta peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja dan keluarganya sesuai
harkat dan martabat bagi kemanusiaan. Perlindunagn terhadap tenga kerja ini
bertujuan untuk menjamin hak-hak dasar yang dimiliki oleh para tenaga kerja
dan menjamin kesamaan kesempatan yang diperoleh para tenaga kerja serta
perlakuan
tanpa
kesejahteraan
diskriminasi
pekerja
dan
atas
dasar
keluarganya
apapun
dengan
dalam
tetap
mewujudkan
memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha.6
B. Rumusan Masalah
4 Adharinalti, “Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular Di Luar Negeri
(Protection of Irregular Indonesian Workers in Overseas)”, Jurnal Rechts Vinding, Vol. 1 No. 1,
April 2012, hlm 158
5 International Labour Office, hlm v
6 Rozali Abdullah, Syamsir. 2002. Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di
Inonesia. Jakarta. Ghalian Indonesia. Hal : 10
3
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai freedom from want?
2. Apa saja Undang-Undang yang mengatur tentang
hak memperoleh
pekerjaan?
3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak hak pekerja kontrak
(outsourcing)?
C. Metode Penelitian
Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian
masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan
penelitian7
Untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam makalah ini penulis
menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah
pendekatan masalah dengan melihat, menelaah dan menginterpretasikan halhal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa
konsepsi, peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin hukum dan
sistem hukum yang berkaitan. Jenis pendekatan ini menekankan pada
diperolehnya keterangan berupa naskah hukum yang berkaitan dengan objek
yang diteliti.8
Secara oprasional penelitian yuridis normatif dilakukan dengan penelitian
kepustakaan.
Analisis data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu
analisis kualitatif yang dipergunakan untuk aspek-aspek normatif (yuridis)
melalui metode yang bersifat deskriptif analisis, yaitu menguraikan gambaran
dari data yang diperoleh dan menghubungakan satu sama lain untuk
mendapatkan suatu kesimpulan umum. Dari hasil analisis tersebut dapat
diketahui serta diperoleh kesimpulan induktif, yaitu cara berpikir dalam
mengambil kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang
bersifat khusus.9
7 Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra aditya bakti. Bandung. Hlm:112
8 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1985. Penelitian Hukum Normatif SuatuTinjauan Singkat. Rajawali Pers. Jakarta. Hlm:52
9 Soerjono Soekanto.1986. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta Hlm: 112
4
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu mengkaji
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan hak memperoleh pekerjan
berdasarkan prinsip freedom from want.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bagaimana seseorang dapat dikatakan Freedom From Want?
Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Istilah hak asasi manusia merupakan terjemahan dari Droits de L’homme
(Perancis), Human Rights (Inggris), dan mensekelije rechten (Belanda). Di
Indonesia, hak asasi lebih dikenal dengan istilah hak-hak asasi atau juga dapat
5
disebut sebagai hak fundamental. Istilah hak asasi lahir secara monumental
sejak terjadinya revolusi Perancis pada tahun 1789 dalam “Declaration des
Droits de L’hommeet du Citoyen” (hak-hak asasi manusia dan warga negara
Perancis), dengan semboyan Liberte (Kemerdekaan), Egalite (Persamaan) dan
Fraternite (Persaudaraan). Istilah hak mempunyai banyak arti. Hak dapat
dikatakan sebagai sesuatu yang benar, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu, atau dapat juga diartikan sebagai kekuasaan untuk tidak berbuat
sesuatu dan lain sebagainya. Sedangkan asasi berarti bersifat dasar atau
pokok atau dapat juga diartikan sebagai fundamental. Sehingga hak asasi
manusia adalah hak yang bersifat dasar atau hak pokok yang dimiliki oleh
manusia, seperti hak untuk berbicara, hak hidup, hak untuk mendapatkan
perlindungan dan lain sebagainya.10
Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak alam,
seperti hak atas hidup, kebebasan dan milik (life, liberty and property)
mengilhami sekaligus menjadi pegangan bagi rakyat Amerika sewaktu
memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun 1776. Pemikiran John
Locke mengenai hak-hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat yang dikenal dengan Declaration Of Independence Of The
United States.11
Revolusi Amerika Serikat dengan Declaration of Independence-nya tanggal
4 Juli 1776, suat deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh
13 negara bagian, merupakan pula piagam hak-hak asasi manusia karena
mengandung pernyataan “bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan
sama derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua manusia dianugerahi oleh
Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk menikmati
kebahagiaan. John Locke menggambarkan keadaan status naturalis, ketika
manusia telah memiliki hak-hak dasar secara perorangan. Declaration of
Independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika sebagai negara yang
memberi
perlindungan
dan
jaminan
hak-hak
asasi
manusia
dalam
konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah lebih dulu
memulainya sejak masa Rousseau. Kesemuanya atas jasa presiden Thomas
Jeffersin Presiden Amerika Serikat lainnya yang terkenal sebagai “pendekar”
10 Naning, Ramdhon. 1983. Cita dan Citra Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta: Lembaga
Kriminologi Universitas Indonesia Program Penunjang Bantuan Hukum Indonesia,hlm 56
11 Rhona K. M. Smith dkk. 2008. Hukum HAM. PUSHAM UII : Yogyakarta, hlm 1.3
6
hak asasi manusia adlah Abraham Licoln, kemudian Woodrow Wilson dan
Jimmy Carter.
Amanat Presiden Franklin D. Roosevelt tentang “emapat kebebasan” / “the
four freedoms” yang diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikart tanggal
6 Januari 1941 yakni :
1. Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of
speech and expression),
2. Kebebasan
memilih
agama
sesuai
dengan
keyakinan
dan
kepercayaannya (freedom of religion)
3. Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear),
4. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).
Kebebasan- kebebasan tersebut dimaksudkan sebagai kebalikan dari
kekejaman dan penindasan melawan fasisme di bawah totalitarisme Hitler
(Jerman), Jepang, dan Italia. Kebebasan – kebebasan tersebut juga merupakan
hak (kebebasan) bagi umat manusia untuk mencapai perdamaian dan
kemerdekaan yang abadi. Empat kebebasan Roosevelt ini pada hakikatnya
merupakan tiang penyangga hak-hak asasi manusia yang paling pokok dan
mendasar.
Pekerjaan Layak merupakan hal utama dalam upaya-upaya pengentasan
kemiskinan dan merupakan cara untuk mencapai pembangunan yang setara,
inklusif dan berkelanjutan. Pekerjaan layak juga melibatkan kesempatan atas
kerja yang produktif dan memberikan pendapatan yang adil, memberikan
keamanan di tempat kerja dan perlindungan sosial bagi pekerja dan
keluarganya serta memberikan masyarakat kebebasan dalam menyatakan
kekhawatiran mereka, berorganisasi dan terlibat dalam keputusankeputusan
yang mempengaruhi kehidupan mereka. Pada bulan September 2008, ILO
melakukan Pertemuan Tripartit Para Ahli (TME) tentang Pengukuran Pekerjaan
Layak dan sebagai konsekuesinya mengadopsi kerangka Indikator Pekerjaan
Layak yang dipaparkan dalam Konferensi Internasional ke 18 Ahli Statistik
Perburuhan pada bulan Desember 2008. Dewan Pengatur mendorong proposal
untuk menguji kerangka kerja ini di beberapa Negara perintis dengan
mengembangkan Profil Pekerjaan Layak dalam suatu Negara.
Macam-macam hak pekerja meliputi atas :
a. Hak atas pekerjaan :
7
Hak atas pekerjaan merupakan hak asasi manusia karena :
1. Kerja melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktifitas tubuh dank
arena itu tidak bisa dilepaskan atau difikirkan lepas dari tubuh
manusia.
2. Kerja merupakan perwujudan diri manusia, melalui kerja manusia
merealisasikan dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun
hidup dan lingkungannya yang lebih manusiawi. Maka dengan bekerja
manusia menjadi manusia yang seutuhnya, melalui bekerja manusia
dapat menentukan hidupnya sendiri sebagai manusia yang mandiri.
3. Hak atas kerja juga merupakan salah satu hak asasi manusia karena
kerja berkaitan dengan hak atas hidup, bukan tas hidup yang layak.
Ha katas pekerjaan ini tercantum dalam UUD Tahun 1945 pasal 27
ayat 2 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
b. Hak atas upah yang adil
Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima dan dituntut
oleh seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan.
Dengan hak atas upah yang adil sesungguhnya :
1. Bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan upah, artinya setiap
pekerja berhak untuk dibayar.
2. Setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah, ia juga berhak
memperoleh upah yang adil yaitu upah yang sebanding dengan
tenaga yang telah disumbangkannya.
3. Bahwa prinsifnya tidak boleh ada perlakuan yang berbeda atau
diskriminatif dalam soal pemberian upah kepada seluruh pekerja,
dengan
kata
lain
harus
berlaku
prinsip
upah
yang
sama
bagi pekerjaan yang sama.
c. Hak
berserikat
dan
berkumpul
untuk
dapat
memperjuangkan
kepetingannya, khususnya hak atas upah yang adil, pekerja harus diakui
haknya untuk berserikat dan berkumpul. Yang bertujuan untuk bersatu
memperjuangkan hak dan kepentingan semua anggota mereka. Oleh
karena itu serikat pekerja memainkan peran yang penting. Ada dua dasar
moral yang penting dari hak untuk berserikat dan berkumpul :
8
1. Ini merupakan salah satu wujud utama dari hak atas kebebasan yang
merupakan salah satu hak asasi manusia.
2. Dengan hak untuk berserikat dan berkumpul, pekerja dapat bersamasama secara kompak memperjuangkan hak mereka yang lain,
khususnya atas upah yang adil.
Beberapa hal yang perlu dijamin dalam kaitan dengan hak dan
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja :
1. Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas keamanan,
keselamatan dan kesehatan melalui program jaminan atau asuransi
keamanan dan kesehatan yang diadakan perusahaan itu.
2. Setiap pekerja berhak mengetahui kemungkinan resiko yang akan
dihadapinya dalam menjalankan pekerjaannya dalam bidang tertentu
dalam perusahaan tersebut.
3. Setiap pekerja bebas untuk memilih dan menerima pekerja dengan
resiko yang sudah diketahuinya itu atau sebaliknya menolaknya.
d. Hak untuk diproses hukum secara sah.
Hak ini terutama berlaku ketika seorang pekerja dituduh dan diancam
dengan hukuman tertentu karena diduga melakukan pelanggaran atau
kesalahan tertentu. Pekerja tersebut wajib diberi kesempatan untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya dan kalau ternyata ia tidak
bersalah ia wajib diberi kesempatan untuk membela diri.
e. Hak untuk diperlukan secara sama.
Pada prinsipnya semua pekerja harus diperlukan secara sama, secara
fair. Artinya tidak boleh ada diskriminasi dalam perusahaan entah
berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya,
baik dalam sikap dan perlakuan, gaji, maupun peluang untuk jabatan
dipertimbangkan secara rasional. Diskriminasi yang didasarkan pada
jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya adalah perlakuan yang
tidak adil.
f. Hak atas rahasia pribadi.
Pekerja
punya
hak
untuk
dirahasiakan
data
pribadinya,
bahkan
perusahaan harus menerima bahwa ada hal-hal tertentu yang tidak boleh
diketahui oleh perusahaan dan ingin tetap dirahasiakan oleh pekerja. Ha
katas rahasia pribadi tidak mutlak, dalam kasus tertentu data yang
9
dianggap paling rahasia harus diketahui oleh perusahaan atau karyawan
lainnya,
misalnya
pekerja
tersebut
menderita
penyakit
tertentu,
dikhawatirkan apabila sewaktu-waktu penyakit tersebut kambuh dan
akan merugikan banyak orang atau mencelakakan orang lain. Umumnya
yang dianggap sebagai rahasia pribadi dan karena itu tidak perlu
diketahui dan dicampuri oleh perusahaan adalah persoalan yang
menyangkut keyakinan religius, afiliasi dan haluan politik, urusan
keluarga serta urusan sosial lainnya.
g. Hak atas kebebasan suara hati.
Pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu yang
dianggapnya tidak baik, atau mungkin baik menurut perusahaan jadi
pekerja harus dibiarkan bebas mengikuti apa yang menurut suara
hatinya adalah hal yang baik.
Jadi penting sekali bagi pekerja dan pengambil kebijakan khususnya tentang
ketenagakerjaan memahami hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
ini. Sehingga tujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri dan
berkeadilan sosial dapat diwujudkan demi kesejahteraan bersama seluruh
warga negara Indonesia.
B. Apa
saja
Undang-Undang
yang
mengatur
tentang
hak
memperoleh pekerjaan?
Perlindungan hukum dan hak asasi manusia terhadap pekerja merupakan
pemenuhan
hak
dasar
yang
melekat
dan
dilindungi
oleh
konstitusi
sebagaimana yang diatur dalam pasal 27 ayat (2) UndangUndang dasar negara
republik Indonesia tahun1945 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, Pasal 33 ayat
(1) yang menyatakan bahwa “Pereknomian disusun sebagai usaha bersama
atas kekeluargaan”, dengan demikian pelanggaran terhadap hak dasar yang
dilindungi
oleh
konstitusi
merupakan
pelanggaran
hak
asasi
manusia.
Perlindungan terhadap pekerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar
pekerja
dan
diskriminasi
menjamin
atas
kesamaan
apapun
untuk
kesempatan
mewujudkan
serta
perlakuan
kesejatraan
pekerja
tanpa
dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia
usaha dan kepentingan pengusaha. Peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan perlindungan bagi pekerja yakni Undang-Undang no 13 Tahun
10
2003 tentang ketenaga kerjaan dan peraturan pelaksana dari perundangundangan dibidang ketenagakerjaan.
Dalam pasal 27 ayat(2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan
bahwa:
Setiap
warga
negara
berhak
atas
pekerjaan
dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari amanat pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat kita pahami bahwa tujuan
pembangunan ketenagakerjaan adalah menciptakan lapangan pekerjaan bagi
warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Dalam UU No 13
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah mengatur perlindungan terhadap
hak-hak pekerja antara lain:
1. Hak atas upah yang layak.
2. Hak perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk
hak istirahat dan cuti.
3. Hak atas PHK.
4. Hak untuk mogok kerja dan sebagainya.
Dalam Undang-Undang yang baru tentang ketenagakerjaan yaitu UndangUndan Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja juga memberikan
pengertian tentang tenaga kerja yang terdapat dalam Pasal 1 angka 2 bahwa
tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan / atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja tersebut telah menyempurnakan
pengertian tentang tenaga kerja dalam Undang- Undang No. 14 Tahun 1969
tentang Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan.12
Dalam peraturan yang baru mengenai ketenagakerjaan, yaitu UndangUndang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dalam pasal 1 angka 4
memberikan pengertian Pekerja / buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Pengertian ini
lebih luas karena mencakup semua orang yang bekerjapada siapa saja baik
perorangan, persekutuan, badan hukum maupun badan lainnya dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Karena upah selama ini
diidentikkan dengan uang, padahal ada pula buruh / pekerja yang menerima
imbalan dalam bentuk barang.
12 Sendjun H. Manulang. 2001. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia. Jakarta.
Rhineka Cipta. Hlm 3
11
Kehadiran Undang-Udang No.13 Tahun 2003 ini telah memberikan nuansa
baru dalam hukum ketenagakerjaan, yaitu :
1.
istilah buruh / pekerja, istilah majikan diganti dengan pengusaha
dan pemberi kerja agar sesuai dengan Hubungan Industrial
Pancasila.
2. Menggantikan istilah perjanjian perburuhan (labour agrement) atau
Kesepakatan kerja Bersama (KKB) dengan istilah Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) yang berupaya diganti dengan alasan bahwa
perjanjian perburuhan berasal dari negara liberal yang seringkali
dalam pembuatannya menimbulkan benturan kepentingan antara
pihak buruh dengan pihak majikan.
3. Sesuai dengan perkembangan zaman memberikan kesetaraan
antara pekerjaan pria dan wanita, khususnya untuk bekerja pada
malam hari. Bagi buruh / pekerja wanita, berdasarkan undangundang ini tidak lagi dilarang untuk bekerja pada malam hari.
Pengusaha diberikan rambu-rambu yang harus ditaati mengenai
hal ini.
4. Memberikan sanksi yang memadai serta menggunakan batas
minimum dan maksimum, sehingga lebih menjamin kepastian
hukum dalam penegakkannya.
5. Mengatur mengenai sanksi administratif mulai dari teguran,
peringatan
tertulis,
pembatasan
kegiatan
usaha,
pembekuan
kegiatan usaha, pembatalan persetujuan, pembatalan pendaftaran,
penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi, dan
pencabutan izin. Pada undang-undang yang sebelumnya yang
mengatur tentang ketenagakerjaan, sanksi ini tidak diatur.
Seorang pekerja dalam hubungan kerja dengan majikannya menurut
Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 antara lain memeroleh hak-hak sebagai
berikut :
1. Upah,
Merupakan
sejumlah
uang
ataupun
imbalan
lain
yang
disepakati dan jumlahnya tidak boleh dibawah upah minimun yang
telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Upah minimum
ini ditetapkan secara regional, karenanya disebut sebagai UMR (upah
12
minimum regional pada tingkat provinsi) atau UMK (upah minimum
kabupaten / kota).
2. Tunjangan, Tunjangan adalah penerimaan diluar upah yang menjadi
hak dari pekerja.
3. Tunjangan ada beberapa macam, yaitu :
a. Tunjangan pemeliharaan kesehatan, Tunjangan ini perlu diberikan
agar kesehatan pekerja terpelihara sehingga mempunyai stamina
yang baik dan produktif. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan
haruslah diberikan dan menjadi tanggung jawab pemberi kerja atau
majikan. jika pemberi
kerja tidak
menyelenggarakan sendiri
pemeliharaan kesehatan, ia dapat mengikutsertakan pekerjanya
dalam program pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan
oleh badan penyelenggara, yaitu Jamsostek.
b. Tunjangan hari tua, Tunjangan hari tua berupa kumpulan upah yang
diterima pada masa akhir tugas pekerja atau pada masa pensiun.
Tunjangan hari tua tidak harus selalu menjadi tanggung jawab
pemberi kerja, melainkan juga tanggung jawab si pekerja sendiri.
Iuran dari pekerja dan si pemberi kerja dikumpulkan dan diberikan
pada masa akhir tugas yang biasanya pada usia 55 tahun. Namun,
seringkali
pengusaha-pengusaha
tidak
mempunyai
program
jaminan hari tua yang berupa tunjangan hari tua. Kalaupun
pemberi kerja tidak mempunyai program jaminan hari tua, pada
masa kini telah banyak lembaga-lembaga uang bergerak dibidang
tabungan
Keuangan)
hari
tua
sehingga
seperti
dapat
DPLK
(
Dana
membantu
Pensiun
pengusaha
Lembaga
di
dalam
penyelenggaraannya.
c. Tunjangan kecelakaan kerja, Tunjangan ini diberikan dalam rangka
memberikan perlindungan berupa pembiayaan pada saat pekerja
mengalami kecelakaan kerja dalam hubungan kerja. Tunjangan ini
menjadi tanggung jawab pemberi kerja.13
C. Perlindungan
hukum
terhadap
hak
hak
pekerja
(outsourcing)
13 Sri Harini Dwiyatmi. 2006. Pengantar Hukum Indonesia. Penerbit Ghalia Indonesia.
13
kontrak
Outsourcing
diartikan
sebagai
pemanfaatan
tenaga
kerja
untuk
memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan,
melalui perusahaan penyedia / pengerah tenaga kerja.14 Perlindunagn terhadap
tenga kerja ini bertujuan untuk menjamin hak hak dasar yang dimiliki oleh para
tenaga kerja dan menjamin kesamaan kesempatan yang diperoleh para tenaga
kerja serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun dalam mewujudkan
kesejahteraan
pekerja
dan
keluarganya
dengan
tetap
memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha. Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan
umum dari bangsa Indonesia yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah
darah
Indonesia
dan
untuk
memajukan
kesejahteraan
umum
berdasarkan Pancasila untuk terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.15
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dengan
adanya undang-undang ini maka diharapkan hak-hak para tenaga kerja serta
hal lain mengenai tenaga kerja dapat terjamin. Akan tetapi dalam undangundang tersebut terdapat satu pasal yang isinya dirasa cukup merugikan bagi
para tenaga kerja. Yaitu pasal 64 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yang mengatur tentang penyerahan sebagian pelaksanaan
pekerjaan
kepada
perusahaan
lainnya
(Outsourcing).
Pasal
tersebut
menyatakan bahwa “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan
pekerjaan
kepada
perusahaan
lainnya
melalui
perjanjian
pemborongan
pekerjaan atau penyedia jasa pekerja / buruh yang dibuat secara tertulis”.
Pemanfaatan outsourcing sudah tidak dapat dihindari lagi oleh perusahaan
di Indonesia. Berbagai manfaat dapat dipetik dari melakukan outsourcing;
seperti
penghematan
biaya
(cost
saving)
serta
perusahaan
dapat
memfokuskan kepada kegiatan utamanya (core business). Disinlah mulai
terjadi adanya pergeseran mengenai fungsi outsourcing, yang seharusnya
hanya diberikan untuk pekerjaan-pekerjaan bukan inti, seperti cleaning
services
atau
satpam
yangpada
kenyataannya
outsourcing
seringkali
mengurangi hak-hak karyawan yang seharusnya dia dapatkan bila menjadi
14 Lalu Husni. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, hlm 188
15 Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Pedoman Terbaru Outsourcing & Kontrak Kerja : Peraturan
2012 Tentang Outsourcing dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), Pustaka Yustisia:
Yogyakarta, 2012, hlm 8
14
karyawan permanen. Karena dengan adanya outsourcing maka akan menutup
kesempatan karyawan menjadi permanen. Posisi outsourcing selain rawan
secara sosial (kecemburuan antar rekan) juga rawan secara pragmatis
(kepastian
kerja,
kelanjutan
kontrak,
jaminan
pensiun).
Gagasan
awal
berkembangnya outsourcing adalah untuk membagi risiko usaha dalam
berbagai masalah, termasuk masalah ketenagakerjaan. Pada tahap awal,
outsourcing belum diidentifikasi secara formal sebagai strategi bisnis. Hal ini
terjadi karena banyak perusahaan yang semata-mata mempersiapkan diri pada
bagian-bagian tertentu yang bisa mereka kerjakan, sedangkan untuk bagianbagian
yang
tidak
bisa
dikerjakan
secara
internal,
dikerjakan
melalui
outsource.16
Ketentuan yang berlaku untuk karyawan kontrak adalah sebagai berikut:
1. Karyawan kontrak dipekerjakan oleh perusahaan untuk jangka waktu
tertentu saja, waktunya terbatas maksimal hanya 3 tahun.
2. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan kontrak dituangkan
dalam “Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu”.
3. Perusahaan tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan.
4. Status karyawan kontrak hanya dapat diterapkan untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya
akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
5. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya
6. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun ;
a. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
b. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru,
atau
produk
tambahan
yang
masih
dalam
percobaan
atau
penjajakan.
c. Untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat diberlakukan
status karyawan kontrak.
7. Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum
berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja
waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena
terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati
16 Lalu Husni. Op.Cit Hal 187
15
bersama, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan
membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar gaji karyawan
sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.
8. Jika
setelah
kontrak
kemudian
perusahaan
menetapkan
yang
bersangkutan menjadi karyawan tetap, maka masa kontrak tidak
dihitung sebagai masa kerja. Perbedaan pokok antara karyawan tetap
dan kontrak terletak pada batas masa berlakunya hubungan kerja dan
hak pesangon apabila hubungan kerja terputus. Artinya karyawan
yang
selesai
kontrak
tidak
berhak
atas
pesangon,
sedangkan
karyawan tetap yang di-PHK yang memenuhi syarat dan ketentuan
tertentu berhak atas pesangon.17
BAB III
KESIMPULAN
Seseorang
dapat
dikatakan
Freedom
From
Want
apabila
ia
sudah
mendapatkan pekerjaan yang layak dan sudah mendapatkan hak-haknya
sebagai pekerja. Pekerjaan Layak merupakan hal utama dalam upaya-upaya
pengentasan kemiskinan dan merupakan cara untuk mencapai pembangunan
yang setara, inklusif dan berkelanjutan. Pekerjaan layak juga melibatkan
kesempatan atas kerja yang produktif dan memberikan pendapatan yang adil,
memberikan keamanan di tempat kerja dan perlindungan sosial bagi pekerja
dan keluarganya serta memberikan masyarakat kebebasan dalam menyatakan
kekhawatiran mereka, berorganisasi dan terlibat dalam keputusan-keputusan
yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Perlindungan hukum dan hak asasi manusia terhadap pekerja merupakan
pemenuhan
hak
dasar
yang
melekat
dan
dilindungi
oleh
konstitusi
sebagaimana yang diatur dalam pasal 27 ayat (2) UndangUndang dasar negara
republik Indonesia tahun1945 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, Pasal 33 ayat
(1) yang menyatakan bahwa “Pereknomian disusun sebagai usaha bersama
atas kekeluargaan”, dengan demikian pelanggaran terhadap hak dasar yang
dilindungi
oleh
konstitusi
merupakan
pelanggaran
hak
asasi
manusia.
Perlindungan terhadap pekerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar
pekerja
dan
menjamin
kesamaan
kesempatan
serta
perlakuan
tanpa
17 Barzah Latupono, “Perlindungan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Terhadap Pekerja Kontrak
(Outsourcing) Di Kota Ambon”, Jurnal Sasi, Vol.17 No.3, Juli-September 2013, hlm 62
16
diskriminasi
atas
apapun
untuk
mewujudkan
kesejatraan
pekerja
dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia
usaha dan kepentingan pengusaha. Peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan perlindungan bagi pekerja yakni Undang-Undang no 13 Tahun
2003 tentang ketenaga kerjaan dan peraturan pelaksana dari perundangundangan dibidang ketenagakerjaan. Dalam pasal 27 ayat(2) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: Setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari
amanat pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat kita
pahami bahwa tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah menciptakan
lapangan pekerjaan bagi warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang
layak.
Pemehunan hak-hak pekerja untuk perlindungan hukum terhadap pekerja
kontrak (outsourcing) sudah tertera pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 64 Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur tentang penyerahan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya (Outsourcing). Pasal
tersebut menyatakan bahwa “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan
pekerjaan
kepada
perusahaan
lainnya
melalui
perjanjian
pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja / buruh yang dibuat secara
tertulis”.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Adnan B. Nasution. 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indoneisa.
Maimun. 2007. Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta: PT.Pradnya Paramita.
Rozali Abdullah, Syamsir. 2002. Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan
HAM di Inonesia. Jakarta: Ghalian Indonesia.
Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum.Bandung: Citra
aditya bakti.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1985. Penelitian Hukum Normatif
SuatuTinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers.
17
Soerjono Soekanto.1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Naning, Ramdhon. 1983. Cita dan Citra Hak Asasi Manusia di Indonesia,
Jakarta:
Lembaga
Kriminologi
Universitas
Indonesia
Program
Penunjang
Bantuan Hukum Indonesia,
Rhona K. M. Smith dkk. 2008. Hukum HAM. Yogyakarta: PUSHAM UII.
Sendjun
H.
Manulang.
2001.
Pokok-Pokok
Hukum
Ketenagakerjaan
Di
Indonesia. Jakarta: Rhineka Cipta.
Sri Harini Dwiyatmi. 2006. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Lalu Husni. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
B. JURNAL
Edward Richard, “Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Pelanggaran Hak Asasi
Manusia Tenaga Kerja Indonesia”, Jurnal Lex et Societatis, Vol.1 No.5,
September 2013.
(Protection of Irregular Indonesian Workers in Overseas)”, Jurnal Rechts
Vinding, Vol. 1 No. 1, April 2012.
Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Pedoman Terbaru Outsourcing & Kontrak Kerja :
Peraturan 2012 Tentang Outsourcing dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT), Pustaka Yustisia: Yogyakarta, 2012.
Barzah Latupono, “Perlindungan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Terhadap
Pekerja Kontrak (Outsourcing) Di Kota Ambon”, Jurnal Sasi, Vol.17 No.3,
Juli-September 2013.
C. LAIN-LAIN
International Labour Office, hlm v
Adharinalti, “Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular Di Luar
Negeri
18
PRINSIP FREEDOM FROM WANT
Disusun Oleh :
Ranadya Kartika Nadhila Putri
8111416065
Ando Tri Kurniawan
8111416102
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul :
HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN DI INDONESIA BERDASARKAN PRINSIP
FREEDOM FROM WANT. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Hukum dan HAM yang diampu oleh Ridwan Arifin S.h,. LLm.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangannya, sehingga kami mohon maaf sebesarbesarnya. Kami sebagai penulis tentu mengharapkan makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk para pembaca.
2
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Metode Penelitian................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 4
A. Seseorang dapat dikatakan Freedom From Want................................. 4
B. UU yang mengatur hak memperoleh pekerjaan................................... 6
C. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja Kontrak............................ 9
BAB III KESIMPULAN...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia yang
sudah melekat pada dirinya semenjak di dalam kandungan hingga ia mati. Hak
ini bersifat universal dan kodrati karena berlaku untuk semua manusia dan
merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Berbicara tentang Hak Asasi
Manusia, pada pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menjelaskan
bahwa semua manusia dilahirkan merdeka mempunyai martabat dan hak-hak
yang sama. Semua orang dikaruniani akal dan hati, karenanya setiap orang
hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.1 Menurut Prof.
Koentjoro Poerbapranoto, hak asasi adalah hak yang bersifat asasi, artinya hak
yang dimiliki oleh manusia secara kodrat dan tidak dapat dipisahkan dari
manusia itu sendiri sehingga sifatnya suci. Sehingga dapat juga dikatakan
bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang dimiliki oleh seseorang
sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir.
Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Pasal 27 (2) yang berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pada dasarnya
manusia berhak mempunyai pekerjaan karena bekerja merupakan wadah bagi
warga negara untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri serta demi
kelangsungan
kehidupan.
Pemerintah
memiliki
tanggungjawab
untuk
menciptakan lapangan pekerjaan guna mengurangi pengangguran. Lapangan
kerja yang tersedia merupakan bagian kesatuan dari seluruh program
pembangunan.2 Ayat ini memuat pengakuan dan jaminan bagi semua orang
untuk mendapatkan pekerjaan dan mencapai tingkat kehidupan yang layak
bagi
kemanusiaan.
Negara
menjamin
setiap
warga
negaranya
untuk
mendapatkan penghidupan yang layak dengan cara memperoleh pekerjaan
yang layak pula. Maka Undang-undang ini intinya harus memberi perlindungan
warga negara yang akan menggunakan haknya untuk mendapat pekerjaan,
baik di dalam maupun di luar negeri, agar mereka dapat memperoleh
1 Adnan B. Nasution. 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia. Jakarta: Yayasan
Obor Indoneisa, hlm 135
2 Maimun. 2007. Hukum Ketenagakerjaan, PT.Pradnya Paramita: Jakarta, hlm 43
1
pelayanan penempatan tenaga kerja secara cepat dan mudah dengan tetap
mengutamakan
keselamatan
tenaga
kerja
baik
fisik,
moral
maupun
martabatnya.3
Setiap tenaga kerja mempunyai kesempatan yang sama dalam memilih dan
mengisi lowongan pekerjaan di dalam wilayah pasar kerja nasional, untuk
memperoleh pekerjaan, tanpa diskriminasi karena jenis kelamin, suku, ras,
agama, dan aliran politik, sesuai dengan minat, kemampuan tenaga kerja yang
bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap penyandang cacat.
Tidak ada larangan untuk memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan
masing-masing individu.
Jhon Locke menjelaskan bahwa semua individu mempunyai hak yang
melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan yang merupakan miliki mereka
sendiri dan tidak dicabut atau dipereteli oleh negara. Pemikiran John Locke
mengenai hak – hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat yang dikenal dengan Declaration Of Independence Of The
United States. Amanat Presiden Franklin D. Roosevelt tentang “emapat
kebebasan” / “the four freedoms” yang diucapkannya di depan Kongres
Amerika Serikart tanggal 6 Januari 1941 yakni :
1. Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of speech
and expression),
2. Kebebasan
memilih
agama
sesuai
dengan
keyakinan
dan
kepercayaannya (freedom of religion),
3. Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear),
4. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).
Hak memperoleh pekerjaan berdasarkan prinsip Freedom From Want, dapat
dikaitkan karena jika seseorang itu mendapatkan pekerjaan yang layak dan
dapat memenuhi kebutuhan keluarganya maka dapat dijamin mereka tidak
akan kekurangan atau bahkan kelaparan. Jadi seseorang dapat dikatakan
Freedom From Want apabila ia memiliki pekerjaan dan penghidupan yang
layak. Pekerjaan mempunyai makna yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pekerjaan dapat dimaknai sebagai sumber penghasilan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarganya. Dapat juga
3 Edward Richard, “Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Tenaga Kerja Indonesia”, Jurnal Lex et Societatis, Vol.1 No.5, September 2013, hlm 94
2
dimaknai sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri sehingga seseorang
merasa hidupnya menjadi lebih berharga baik bagi dirinya, keluarganya
maupun lingkungannya. Oleh karena itu hak atas pekerjaan merupakan hak
asasi yang melekat pada diri seseorang yang wajib dijunjung tinggi dan
dihormati.4
Pekerjaan Layak merupakan hal utama dalam upaya-upaya pengentasan
kemiskinan dan merupakan cara untuk mencapai pembangunan yang setara,
inklusif dan berkelanjutan. Pekerjaan layak juga melibatkan kesempatan atas
kerja yang produktif dan memberikan pendapatan yang adil, memberikan
keamanan di tempat kerja dan perlindungan sosial bagi pekerja dan
keluarganya serta memberikan masyarakat kebebasan dalam menyatakan
kekhawatiran mereka, berorganisasi dan terlibat dalam keputusan-keputusan
yang mempengaruhi kehidupan mereka.5
Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang dilakukan berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara
Republik
Indonesia
Tahun 1945.
Pembangunan ketenagakerjaan
dilaksanakan dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan
harkat, martabat, dan harga diri serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil,
dan makmur bagi para tenaga kerja. Selain itu, pembangunan terhadap
ketenagakerjaan juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja
serta peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja dan keluarganya sesuai
harkat dan martabat bagi kemanusiaan. Perlindunagn terhadap tenga kerja ini
bertujuan untuk menjamin hak-hak dasar yang dimiliki oleh para tenaga kerja
dan menjamin kesamaan kesempatan yang diperoleh para tenaga kerja serta
perlakuan
tanpa
kesejahteraan
diskriminasi
pekerja
dan
atas
dasar
keluarganya
apapun
dengan
dalam
tetap
mewujudkan
memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha.6
B. Rumusan Masalah
4 Adharinalti, “Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular Di Luar Negeri
(Protection of Irregular Indonesian Workers in Overseas)”, Jurnal Rechts Vinding, Vol. 1 No. 1,
April 2012, hlm 158
5 International Labour Office, hlm v
6 Rozali Abdullah, Syamsir. 2002. Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di
Inonesia. Jakarta. Ghalian Indonesia. Hal : 10
3
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai freedom from want?
2. Apa saja Undang-Undang yang mengatur tentang
hak memperoleh
pekerjaan?
3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak hak pekerja kontrak
(outsourcing)?
C. Metode Penelitian
Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian
masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan
penelitian7
Untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam makalah ini penulis
menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah
pendekatan masalah dengan melihat, menelaah dan menginterpretasikan halhal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa
konsepsi, peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin hukum dan
sistem hukum yang berkaitan. Jenis pendekatan ini menekankan pada
diperolehnya keterangan berupa naskah hukum yang berkaitan dengan objek
yang diteliti.8
Secara oprasional penelitian yuridis normatif dilakukan dengan penelitian
kepustakaan.
Analisis data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu
analisis kualitatif yang dipergunakan untuk aspek-aspek normatif (yuridis)
melalui metode yang bersifat deskriptif analisis, yaitu menguraikan gambaran
dari data yang diperoleh dan menghubungakan satu sama lain untuk
mendapatkan suatu kesimpulan umum. Dari hasil analisis tersebut dapat
diketahui serta diperoleh kesimpulan induktif, yaitu cara berpikir dalam
mengambil kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang
bersifat khusus.9
7 Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra aditya bakti. Bandung. Hlm:112
8 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1985. Penelitian Hukum Normatif SuatuTinjauan Singkat. Rajawali Pers. Jakarta. Hlm:52
9 Soerjono Soekanto.1986. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta Hlm: 112
4
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu mengkaji
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan hak memperoleh pekerjan
berdasarkan prinsip freedom from want.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bagaimana seseorang dapat dikatakan Freedom From Want?
Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Istilah hak asasi manusia merupakan terjemahan dari Droits de L’homme
(Perancis), Human Rights (Inggris), dan mensekelije rechten (Belanda). Di
Indonesia, hak asasi lebih dikenal dengan istilah hak-hak asasi atau juga dapat
5
disebut sebagai hak fundamental. Istilah hak asasi lahir secara monumental
sejak terjadinya revolusi Perancis pada tahun 1789 dalam “Declaration des
Droits de L’hommeet du Citoyen” (hak-hak asasi manusia dan warga negara
Perancis), dengan semboyan Liberte (Kemerdekaan), Egalite (Persamaan) dan
Fraternite (Persaudaraan). Istilah hak mempunyai banyak arti. Hak dapat
dikatakan sebagai sesuatu yang benar, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu, atau dapat juga diartikan sebagai kekuasaan untuk tidak berbuat
sesuatu dan lain sebagainya. Sedangkan asasi berarti bersifat dasar atau
pokok atau dapat juga diartikan sebagai fundamental. Sehingga hak asasi
manusia adalah hak yang bersifat dasar atau hak pokok yang dimiliki oleh
manusia, seperti hak untuk berbicara, hak hidup, hak untuk mendapatkan
perlindungan dan lain sebagainya.10
Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak alam,
seperti hak atas hidup, kebebasan dan milik (life, liberty and property)
mengilhami sekaligus menjadi pegangan bagi rakyat Amerika sewaktu
memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun 1776. Pemikiran John
Locke mengenai hak-hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat yang dikenal dengan Declaration Of Independence Of The
United States.11
Revolusi Amerika Serikat dengan Declaration of Independence-nya tanggal
4 Juli 1776, suat deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh
13 negara bagian, merupakan pula piagam hak-hak asasi manusia karena
mengandung pernyataan “bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan
sama derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua manusia dianugerahi oleh
Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk menikmati
kebahagiaan. John Locke menggambarkan keadaan status naturalis, ketika
manusia telah memiliki hak-hak dasar secara perorangan. Declaration of
Independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika sebagai negara yang
memberi
perlindungan
dan
jaminan
hak-hak
asasi
manusia
dalam
konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah lebih dulu
memulainya sejak masa Rousseau. Kesemuanya atas jasa presiden Thomas
Jeffersin Presiden Amerika Serikat lainnya yang terkenal sebagai “pendekar”
10 Naning, Ramdhon. 1983. Cita dan Citra Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta: Lembaga
Kriminologi Universitas Indonesia Program Penunjang Bantuan Hukum Indonesia,hlm 56
11 Rhona K. M. Smith dkk. 2008. Hukum HAM. PUSHAM UII : Yogyakarta, hlm 1.3
6
hak asasi manusia adlah Abraham Licoln, kemudian Woodrow Wilson dan
Jimmy Carter.
Amanat Presiden Franklin D. Roosevelt tentang “emapat kebebasan” / “the
four freedoms” yang diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikart tanggal
6 Januari 1941 yakni :
1. Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of
speech and expression),
2. Kebebasan
memilih
agama
sesuai
dengan
keyakinan
dan
kepercayaannya (freedom of religion)
3. Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear),
4. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).
Kebebasan- kebebasan tersebut dimaksudkan sebagai kebalikan dari
kekejaman dan penindasan melawan fasisme di bawah totalitarisme Hitler
(Jerman), Jepang, dan Italia. Kebebasan – kebebasan tersebut juga merupakan
hak (kebebasan) bagi umat manusia untuk mencapai perdamaian dan
kemerdekaan yang abadi. Empat kebebasan Roosevelt ini pada hakikatnya
merupakan tiang penyangga hak-hak asasi manusia yang paling pokok dan
mendasar.
Pekerjaan Layak merupakan hal utama dalam upaya-upaya pengentasan
kemiskinan dan merupakan cara untuk mencapai pembangunan yang setara,
inklusif dan berkelanjutan. Pekerjaan layak juga melibatkan kesempatan atas
kerja yang produktif dan memberikan pendapatan yang adil, memberikan
keamanan di tempat kerja dan perlindungan sosial bagi pekerja dan
keluarganya serta memberikan masyarakat kebebasan dalam menyatakan
kekhawatiran mereka, berorganisasi dan terlibat dalam keputusankeputusan
yang mempengaruhi kehidupan mereka. Pada bulan September 2008, ILO
melakukan Pertemuan Tripartit Para Ahli (TME) tentang Pengukuran Pekerjaan
Layak dan sebagai konsekuesinya mengadopsi kerangka Indikator Pekerjaan
Layak yang dipaparkan dalam Konferensi Internasional ke 18 Ahli Statistik
Perburuhan pada bulan Desember 2008. Dewan Pengatur mendorong proposal
untuk menguji kerangka kerja ini di beberapa Negara perintis dengan
mengembangkan Profil Pekerjaan Layak dalam suatu Negara.
Macam-macam hak pekerja meliputi atas :
a. Hak atas pekerjaan :
7
Hak atas pekerjaan merupakan hak asasi manusia karena :
1. Kerja melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktifitas tubuh dank
arena itu tidak bisa dilepaskan atau difikirkan lepas dari tubuh
manusia.
2. Kerja merupakan perwujudan diri manusia, melalui kerja manusia
merealisasikan dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun
hidup dan lingkungannya yang lebih manusiawi. Maka dengan bekerja
manusia menjadi manusia yang seutuhnya, melalui bekerja manusia
dapat menentukan hidupnya sendiri sebagai manusia yang mandiri.
3. Hak atas kerja juga merupakan salah satu hak asasi manusia karena
kerja berkaitan dengan hak atas hidup, bukan tas hidup yang layak.
Ha katas pekerjaan ini tercantum dalam UUD Tahun 1945 pasal 27
ayat 2 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
b. Hak atas upah yang adil
Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima dan dituntut
oleh seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan.
Dengan hak atas upah yang adil sesungguhnya :
1. Bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan upah, artinya setiap
pekerja berhak untuk dibayar.
2. Setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah, ia juga berhak
memperoleh upah yang adil yaitu upah yang sebanding dengan
tenaga yang telah disumbangkannya.
3. Bahwa prinsifnya tidak boleh ada perlakuan yang berbeda atau
diskriminatif dalam soal pemberian upah kepada seluruh pekerja,
dengan
kata
lain
harus
berlaku
prinsip
upah
yang
sama
bagi pekerjaan yang sama.
c. Hak
berserikat
dan
berkumpul
untuk
dapat
memperjuangkan
kepetingannya, khususnya hak atas upah yang adil, pekerja harus diakui
haknya untuk berserikat dan berkumpul. Yang bertujuan untuk bersatu
memperjuangkan hak dan kepentingan semua anggota mereka. Oleh
karena itu serikat pekerja memainkan peran yang penting. Ada dua dasar
moral yang penting dari hak untuk berserikat dan berkumpul :
8
1. Ini merupakan salah satu wujud utama dari hak atas kebebasan yang
merupakan salah satu hak asasi manusia.
2. Dengan hak untuk berserikat dan berkumpul, pekerja dapat bersamasama secara kompak memperjuangkan hak mereka yang lain,
khususnya atas upah yang adil.
Beberapa hal yang perlu dijamin dalam kaitan dengan hak dan
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja :
1. Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas keamanan,
keselamatan dan kesehatan melalui program jaminan atau asuransi
keamanan dan kesehatan yang diadakan perusahaan itu.
2. Setiap pekerja berhak mengetahui kemungkinan resiko yang akan
dihadapinya dalam menjalankan pekerjaannya dalam bidang tertentu
dalam perusahaan tersebut.
3. Setiap pekerja bebas untuk memilih dan menerima pekerja dengan
resiko yang sudah diketahuinya itu atau sebaliknya menolaknya.
d. Hak untuk diproses hukum secara sah.
Hak ini terutama berlaku ketika seorang pekerja dituduh dan diancam
dengan hukuman tertentu karena diduga melakukan pelanggaran atau
kesalahan tertentu. Pekerja tersebut wajib diberi kesempatan untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya dan kalau ternyata ia tidak
bersalah ia wajib diberi kesempatan untuk membela diri.
e. Hak untuk diperlukan secara sama.
Pada prinsipnya semua pekerja harus diperlukan secara sama, secara
fair. Artinya tidak boleh ada diskriminasi dalam perusahaan entah
berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya,
baik dalam sikap dan perlakuan, gaji, maupun peluang untuk jabatan
dipertimbangkan secara rasional. Diskriminasi yang didasarkan pada
jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya adalah perlakuan yang
tidak adil.
f. Hak atas rahasia pribadi.
Pekerja
punya
hak
untuk
dirahasiakan
data
pribadinya,
bahkan
perusahaan harus menerima bahwa ada hal-hal tertentu yang tidak boleh
diketahui oleh perusahaan dan ingin tetap dirahasiakan oleh pekerja. Ha
katas rahasia pribadi tidak mutlak, dalam kasus tertentu data yang
9
dianggap paling rahasia harus diketahui oleh perusahaan atau karyawan
lainnya,
misalnya
pekerja
tersebut
menderita
penyakit
tertentu,
dikhawatirkan apabila sewaktu-waktu penyakit tersebut kambuh dan
akan merugikan banyak orang atau mencelakakan orang lain. Umumnya
yang dianggap sebagai rahasia pribadi dan karena itu tidak perlu
diketahui dan dicampuri oleh perusahaan adalah persoalan yang
menyangkut keyakinan religius, afiliasi dan haluan politik, urusan
keluarga serta urusan sosial lainnya.
g. Hak atas kebebasan suara hati.
Pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu yang
dianggapnya tidak baik, atau mungkin baik menurut perusahaan jadi
pekerja harus dibiarkan bebas mengikuti apa yang menurut suara
hatinya adalah hal yang baik.
Jadi penting sekali bagi pekerja dan pengambil kebijakan khususnya tentang
ketenagakerjaan memahami hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
ini. Sehingga tujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri dan
berkeadilan sosial dapat diwujudkan demi kesejahteraan bersama seluruh
warga negara Indonesia.
B. Apa
saja
Undang-Undang
yang
mengatur
tentang
hak
memperoleh pekerjaan?
Perlindungan hukum dan hak asasi manusia terhadap pekerja merupakan
pemenuhan
hak
dasar
yang
melekat
dan
dilindungi
oleh
konstitusi
sebagaimana yang diatur dalam pasal 27 ayat (2) UndangUndang dasar negara
republik Indonesia tahun1945 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, Pasal 33 ayat
(1) yang menyatakan bahwa “Pereknomian disusun sebagai usaha bersama
atas kekeluargaan”, dengan demikian pelanggaran terhadap hak dasar yang
dilindungi
oleh
konstitusi
merupakan
pelanggaran
hak
asasi
manusia.
Perlindungan terhadap pekerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar
pekerja
dan
diskriminasi
menjamin
atas
kesamaan
apapun
untuk
kesempatan
mewujudkan
serta
perlakuan
kesejatraan
pekerja
tanpa
dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia
usaha dan kepentingan pengusaha. Peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan perlindungan bagi pekerja yakni Undang-Undang no 13 Tahun
10
2003 tentang ketenaga kerjaan dan peraturan pelaksana dari perundangundangan dibidang ketenagakerjaan.
Dalam pasal 27 ayat(2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan
bahwa:
Setiap
warga
negara
berhak
atas
pekerjaan
dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari amanat pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat kita pahami bahwa tujuan
pembangunan ketenagakerjaan adalah menciptakan lapangan pekerjaan bagi
warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Dalam UU No 13
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah mengatur perlindungan terhadap
hak-hak pekerja antara lain:
1. Hak atas upah yang layak.
2. Hak perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk
hak istirahat dan cuti.
3. Hak atas PHK.
4. Hak untuk mogok kerja dan sebagainya.
Dalam Undang-Undang yang baru tentang ketenagakerjaan yaitu UndangUndan Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja juga memberikan
pengertian tentang tenaga kerja yang terdapat dalam Pasal 1 angka 2 bahwa
tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan / atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja tersebut telah menyempurnakan
pengertian tentang tenaga kerja dalam Undang- Undang No. 14 Tahun 1969
tentang Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan.12
Dalam peraturan yang baru mengenai ketenagakerjaan, yaitu UndangUndang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dalam pasal 1 angka 4
memberikan pengertian Pekerja / buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Pengertian ini
lebih luas karena mencakup semua orang yang bekerjapada siapa saja baik
perorangan, persekutuan, badan hukum maupun badan lainnya dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Karena upah selama ini
diidentikkan dengan uang, padahal ada pula buruh / pekerja yang menerima
imbalan dalam bentuk barang.
12 Sendjun H. Manulang. 2001. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia. Jakarta.
Rhineka Cipta. Hlm 3
11
Kehadiran Undang-Udang No.13 Tahun 2003 ini telah memberikan nuansa
baru dalam hukum ketenagakerjaan, yaitu :
1.
istilah buruh / pekerja, istilah majikan diganti dengan pengusaha
dan pemberi kerja agar sesuai dengan Hubungan Industrial
Pancasila.
2. Menggantikan istilah perjanjian perburuhan (labour agrement) atau
Kesepakatan kerja Bersama (KKB) dengan istilah Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) yang berupaya diganti dengan alasan bahwa
perjanjian perburuhan berasal dari negara liberal yang seringkali
dalam pembuatannya menimbulkan benturan kepentingan antara
pihak buruh dengan pihak majikan.
3. Sesuai dengan perkembangan zaman memberikan kesetaraan
antara pekerjaan pria dan wanita, khususnya untuk bekerja pada
malam hari. Bagi buruh / pekerja wanita, berdasarkan undangundang ini tidak lagi dilarang untuk bekerja pada malam hari.
Pengusaha diberikan rambu-rambu yang harus ditaati mengenai
hal ini.
4. Memberikan sanksi yang memadai serta menggunakan batas
minimum dan maksimum, sehingga lebih menjamin kepastian
hukum dalam penegakkannya.
5. Mengatur mengenai sanksi administratif mulai dari teguran,
peringatan
tertulis,
pembatasan
kegiatan
usaha,
pembekuan
kegiatan usaha, pembatalan persetujuan, pembatalan pendaftaran,
penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi, dan
pencabutan izin. Pada undang-undang yang sebelumnya yang
mengatur tentang ketenagakerjaan, sanksi ini tidak diatur.
Seorang pekerja dalam hubungan kerja dengan majikannya menurut
Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 antara lain memeroleh hak-hak sebagai
berikut :
1. Upah,
Merupakan
sejumlah
uang
ataupun
imbalan
lain
yang
disepakati dan jumlahnya tidak boleh dibawah upah minimun yang
telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Upah minimum
ini ditetapkan secara regional, karenanya disebut sebagai UMR (upah
12
minimum regional pada tingkat provinsi) atau UMK (upah minimum
kabupaten / kota).
2. Tunjangan, Tunjangan adalah penerimaan diluar upah yang menjadi
hak dari pekerja.
3. Tunjangan ada beberapa macam, yaitu :
a. Tunjangan pemeliharaan kesehatan, Tunjangan ini perlu diberikan
agar kesehatan pekerja terpelihara sehingga mempunyai stamina
yang baik dan produktif. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan
haruslah diberikan dan menjadi tanggung jawab pemberi kerja atau
majikan. jika pemberi
kerja tidak
menyelenggarakan sendiri
pemeliharaan kesehatan, ia dapat mengikutsertakan pekerjanya
dalam program pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan
oleh badan penyelenggara, yaitu Jamsostek.
b. Tunjangan hari tua, Tunjangan hari tua berupa kumpulan upah yang
diterima pada masa akhir tugas pekerja atau pada masa pensiun.
Tunjangan hari tua tidak harus selalu menjadi tanggung jawab
pemberi kerja, melainkan juga tanggung jawab si pekerja sendiri.
Iuran dari pekerja dan si pemberi kerja dikumpulkan dan diberikan
pada masa akhir tugas yang biasanya pada usia 55 tahun. Namun,
seringkali
pengusaha-pengusaha
tidak
mempunyai
program
jaminan hari tua yang berupa tunjangan hari tua. Kalaupun
pemberi kerja tidak mempunyai program jaminan hari tua, pada
masa kini telah banyak lembaga-lembaga uang bergerak dibidang
tabungan
Keuangan)
hari
tua
sehingga
seperti
dapat
DPLK
(
Dana
membantu
Pensiun
pengusaha
Lembaga
di
dalam
penyelenggaraannya.
c. Tunjangan kecelakaan kerja, Tunjangan ini diberikan dalam rangka
memberikan perlindungan berupa pembiayaan pada saat pekerja
mengalami kecelakaan kerja dalam hubungan kerja. Tunjangan ini
menjadi tanggung jawab pemberi kerja.13
C. Perlindungan
hukum
terhadap
hak
hak
pekerja
(outsourcing)
13 Sri Harini Dwiyatmi. 2006. Pengantar Hukum Indonesia. Penerbit Ghalia Indonesia.
13
kontrak
Outsourcing
diartikan
sebagai
pemanfaatan
tenaga
kerja
untuk
memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan,
melalui perusahaan penyedia / pengerah tenaga kerja.14 Perlindunagn terhadap
tenga kerja ini bertujuan untuk menjamin hak hak dasar yang dimiliki oleh para
tenaga kerja dan menjamin kesamaan kesempatan yang diperoleh para tenaga
kerja serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun dalam mewujudkan
kesejahteraan
pekerja
dan
keluarganya
dengan
tetap
memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha. Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan
umum dari bangsa Indonesia yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah
darah
Indonesia
dan
untuk
memajukan
kesejahteraan
umum
berdasarkan Pancasila untuk terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.15
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dengan
adanya undang-undang ini maka diharapkan hak-hak para tenaga kerja serta
hal lain mengenai tenaga kerja dapat terjamin. Akan tetapi dalam undangundang tersebut terdapat satu pasal yang isinya dirasa cukup merugikan bagi
para tenaga kerja. Yaitu pasal 64 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yang mengatur tentang penyerahan sebagian pelaksanaan
pekerjaan
kepada
perusahaan
lainnya
(Outsourcing).
Pasal
tersebut
menyatakan bahwa “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan
pekerjaan
kepada
perusahaan
lainnya
melalui
perjanjian
pemborongan
pekerjaan atau penyedia jasa pekerja / buruh yang dibuat secara tertulis”.
Pemanfaatan outsourcing sudah tidak dapat dihindari lagi oleh perusahaan
di Indonesia. Berbagai manfaat dapat dipetik dari melakukan outsourcing;
seperti
penghematan
biaya
(cost
saving)
serta
perusahaan
dapat
memfokuskan kepada kegiatan utamanya (core business). Disinlah mulai
terjadi adanya pergeseran mengenai fungsi outsourcing, yang seharusnya
hanya diberikan untuk pekerjaan-pekerjaan bukan inti, seperti cleaning
services
atau
satpam
yangpada
kenyataannya
outsourcing
seringkali
mengurangi hak-hak karyawan yang seharusnya dia dapatkan bila menjadi
14 Lalu Husni. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, hlm 188
15 Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Pedoman Terbaru Outsourcing & Kontrak Kerja : Peraturan
2012 Tentang Outsourcing dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), Pustaka Yustisia:
Yogyakarta, 2012, hlm 8
14
karyawan permanen. Karena dengan adanya outsourcing maka akan menutup
kesempatan karyawan menjadi permanen. Posisi outsourcing selain rawan
secara sosial (kecemburuan antar rekan) juga rawan secara pragmatis
(kepastian
kerja,
kelanjutan
kontrak,
jaminan
pensiun).
Gagasan
awal
berkembangnya outsourcing adalah untuk membagi risiko usaha dalam
berbagai masalah, termasuk masalah ketenagakerjaan. Pada tahap awal,
outsourcing belum diidentifikasi secara formal sebagai strategi bisnis. Hal ini
terjadi karena banyak perusahaan yang semata-mata mempersiapkan diri pada
bagian-bagian tertentu yang bisa mereka kerjakan, sedangkan untuk bagianbagian
yang
tidak
bisa
dikerjakan
secara
internal,
dikerjakan
melalui
outsource.16
Ketentuan yang berlaku untuk karyawan kontrak adalah sebagai berikut:
1. Karyawan kontrak dipekerjakan oleh perusahaan untuk jangka waktu
tertentu saja, waktunya terbatas maksimal hanya 3 tahun.
2. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan kontrak dituangkan
dalam “Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu”.
3. Perusahaan tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan.
4. Status karyawan kontrak hanya dapat diterapkan untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya
akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
5. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya
6. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun ;
a. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
b. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru,
atau
produk
tambahan
yang
masih
dalam
percobaan
atau
penjajakan.
c. Untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat diberlakukan
status karyawan kontrak.
7. Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum
berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja
waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena
terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati
16 Lalu Husni. Op.Cit Hal 187
15
bersama, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan
membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar gaji karyawan
sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.
8. Jika
setelah
kontrak
kemudian
perusahaan
menetapkan
yang
bersangkutan menjadi karyawan tetap, maka masa kontrak tidak
dihitung sebagai masa kerja. Perbedaan pokok antara karyawan tetap
dan kontrak terletak pada batas masa berlakunya hubungan kerja dan
hak pesangon apabila hubungan kerja terputus. Artinya karyawan
yang
selesai
kontrak
tidak
berhak
atas
pesangon,
sedangkan
karyawan tetap yang di-PHK yang memenuhi syarat dan ketentuan
tertentu berhak atas pesangon.17
BAB III
KESIMPULAN
Seseorang
dapat
dikatakan
Freedom
From
Want
apabila
ia
sudah
mendapatkan pekerjaan yang layak dan sudah mendapatkan hak-haknya
sebagai pekerja. Pekerjaan Layak merupakan hal utama dalam upaya-upaya
pengentasan kemiskinan dan merupakan cara untuk mencapai pembangunan
yang setara, inklusif dan berkelanjutan. Pekerjaan layak juga melibatkan
kesempatan atas kerja yang produktif dan memberikan pendapatan yang adil,
memberikan keamanan di tempat kerja dan perlindungan sosial bagi pekerja
dan keluarganya serta memberikan masyarakat kebebasan dalam menyatakan
kekhawatiran mereka, berorganisasi dan terlibat dalam keputusan-keputusan
yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Perlindungan hukum dan hak asasi manusia terhadap pekerja merupakan
pemenuhan
hak
dasar
yang
melekat
dan
dilindungi
oleh
konstitusi
sebagaimana yang diatur dalam pasal 27 ayat (2) UndangUndang dasar negara
republik Indonesia tahun1945 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, Pasal 33 ayat
(1) yang menyatakan bahwa “Pereknomian disusun sebagai usaha bersama
atas kekeluargaan”, dengan demikian pelanggaran terhadap hak dasar yang
dilindungi
oleh
konstitusi
merupakan
pelanggaran
hak
asasi
manusia.
Perlindungan terhadap pekerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar
pekerja
dan
menjamin
kesamaan
kesempatan
serta
perlakuan
tanpa
17 Barzah Latupono, “Perlindungan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Terhadap Pekerja Kontrak
(Outsourcing) Di Kota Ambon”, Jurnal Sasi, Vol.17 No.3, Juli-September 2013, hlm 62
16
diskriminasi
atas
apapun
untuk
mewujudkan
kesejatraan
pekerja
dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia
usaha dan kepentingan pengusaha. Peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan perlindungan bagi pekerja yakni Undang-Undang no 13 Tahun
2003 tentang ketenaga kerjaan dan peraturan pelaksana dari perundangundangan dibidang ketenagakerjaan. Dalam pasal 27 ayat(2) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: Setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari
amanat pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat kita
pahami bahwa tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah menciptakan
lapangan pekerjaan bagi warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang
layak.
Pemehunan hak-hak pekerja untuk perlindungan hukum terhadap pekerja
kontrak (outsourcing) sudah tertera pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 64 Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur tentang penyerahan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya (Outsourcing). Pasal
tersebut menyatakan bahwa “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan
pekerjaan
kepada
perusahaan
lainnya
melalui
perjanjian
pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja / buruh yang dibuat secara
tertulis”.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Adnan B. Nasution. 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indoneisa.
Maimun. 2007. Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta: PT.Pradnya Paramita.
Rozali Abdullah, Syamsir. 2002. Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan
HAM di Inonesia. Jakarta: Ghalian Indonesia.
Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum.Bandung: Citra
aditya bakti.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1985. Penelitian Hukum Normatif
SuatuTinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers.
17
Soerjono Soekanto.1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Naning, Ramdhon. 1983. Cita dan Citra Hak Asasi Manusia di Indonesia,
Jakarta:
Lembaga
Kriminologi
Universitas
Indonesia
Program
Penunjang
Bantuan Hukum Indonesia,
Rhona K. M. Smith dkk. 2008. Hukum HAM. Yogyakarta: PUSHAM UII.
Sendjun
H.
Manulang.
2001.
Pokok-Pokok
Hukum
Ketenagakerjaan
Di
Indonesia. Jakarta: Rhineka Cipta.
Sri Harini Dwiyatmi. 2006. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Lalu Husni. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
B. JURNAL
Edward Richard, “Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Pelanggaran Hak Asasi
Manusia Tenaga Kerja Indonesia”, Jurnal Lex et Societatis, Vol.1 No.5,
September 2013.
(Protection of Irregular Indonesian Workers in Overseas)”, Jurnal Rechts
Vinding, Vol. 1 No. 1, April 2012.
Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Pedoman Terbaru Outsourcing & Kontrak Kerja :
Peraturan 2012 Tentang Outsourcing dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT), Pustaka Yustisia: Yogyakarta, 2012.
Barzah Latupono, “Perlindungan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Terhadap
Pekerja Kontrak (Outsourcing) Di Kota Ambon”, Jurnal Sasi, Vol.17 No.3,
Juli-September 2013.
C. LAIN-LAIN
International Labour Office, hlm v
Adharinalti, “Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular Di Luar
Negeri
18