Hubungan Tingkat Kesenjangan Pendapatan Dengan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1

Landasan teori

2.1.1. Pendapatan
Pendapatan mengacu kepada aliran upah, pembayaran bunga, keuntungan saham dan
hal-hal lain mengenai pertambahan nilai selama periode tertentu (biasanya setahun). Jumlah
dari seluruh pendapatan adalah pendapatan nasional
Lima konsep pendapatan dipandang secara makro (Waluyo, 2007:16) adalah :
1. GNP (Gross National Product),Produk Nasional Bruto
Adalah total suatu negara atau output barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun), yang dihasilkan suatu negara yang dinilai menurut harga pasar.
Tiga komponen GNP menunjukkan :
a. Barang dan jasa yang dikonsumsi yang dihasilkan guna pembelian pihak swasta
(C).
b. Barang-barang investasi yang dihasilkan guna pembelian pihak swasta (I).
c. Konsumsi kedua barang di atas yang dihasilkan guna pembelian pemerintah dalam
perekonomian yang bersangkutan (G).

d. Ekspor-Impor (Ex-Im).
2. NNP (Net National Product), Produk Nasional Neto
Adalah nilai sebuah barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu, setelah dikurangi
penyusutan untuk pemakaian barang-barang modal.
3. NI (National Income), Pendapatan Nasional.
Adalah pendapatan agregat dari pada tenaga kerja dan hak milik yang timbul dari
pada produksi yang berlangsung (Current Production) barang dan jasa yang
dihasilkan dalam perekonomian.

Universitas Sumatera Utara

4. Personal Income, Pendapatan Perorangan Bruto.
Adalah Pendapatan Perorangan Bruto mengandung upah dan gaji yang terdiri dari
pendapatan hak milik serta sewa tanah, deviden dan bunga modal serta pendapatan
transfer.
5. Disposible Income, pendapatan yang siap dibawa pulang untuk dikonsumsi atau
dibelanjakan. Sisa Personal Income setelah dikurangi pajak pendapatan perorangan
dan ditambah dengan transfer atau dapat dikatakan pendapatan masyarakat yang siap
dibawa pulang yang akan dipergunakan untuk konsumsi dan tabungan.


2.1.2. Pendapatan Nasional (National Income),
Pendapatan Nasional dapat diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh suatu negara
dari aktivitas ekonomi yang dilakukan keseluruhan masyarakat dalam berbagai sektor
perekonomian yang biasanya dihitung setiap tahun. Pendapatan nasional yang digunakan
sebagai tolak ukur sampai sejauh mana perkembangan perekonomian mengalami kemajuan
atau sebaliknya kemunduran.
Pendapatan Nasional merupakan pendapatan agregat dari pada tenaga kerja dan hak
milik yang timbul dari pada produksi yang berlangsung (Current Production) barang dan jasa
yang dihasilkan dalam perekonomian.Sukirno (2006:17) menyatakan bahwa pendapatan
nasional atau produk nasional adalah istilah yang menerangkan tentang nilai barang-barang
dan jasa-jasa yang diproduksi sesuatu negara dalam suatu tahun tertentu. Dalam konteks yang
lebih spesifik pengertian pendapatan nasional atau produk nasional di atas dibedakan kepada
dua pengertian : Produk Nasional Bruto (PNB) dan Produk Domestik Bruto (PDB). Produk
nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara suatu negara
dinamakan Produk Nasional Bruto, sedangkan Produk Domestik Bruto adalah produk
nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi dalam negeri (milik warga negara dan

Universitas Sumatera Utara

orang asing) dalam suatu negara. Nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara

pada tahun tertentu. Nilai tersebut dapat dihitung berdasarkan harga berlaku (yaitu pada
harga-harga berlaku pada tahun dimana PDB dihitung) dan menurut harga tetap yaitu pada
harga-harga yang berlaku pada tahun dasar.
Dari arti pengertian PNB dan PDB dapat disimpulkan bahwa kedua-duanya konsep tersebut
pada hakikatnya merupakan ukuran mengenai besarnya kemampuan sesuatu negara untuk
menghasilkan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.
Supriana (2008:17) menyatakan pendapatan nasional menggambarkan tingkat
produksi suatu negara yang dicapai dalam satu tahun tertentu. Pendapatan nasional
merupakan salah satu cara untuk mengukur kemakmuran suatu negara. Pendapatan nasional
mempunyai peranan yang cukup penting dalam menggambarkan kegiatan perekonomian.
Untuk meningkatkan kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara maka pendapatan nasional
negara suatu negara harus ditingkatkan.
Pendapatana nasional dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu Produk Domestik
Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB). Produk Domestik Bruto (PDB) dapat
diartikan sebagai barang dan jasa yang diproduksi (dengan menggunakan faktor produksi
milik warga negara maupun milik warga negara asing yang ada di negara tersebut) dalam
suatu negara pada tahun tertentu.
Produk Nasional Bruto (PNB) adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh warga
negara, negara yang bersangkutan (tidak termasuk warga negara asing) baik yang berada
dalam negeri maupun yang berada dalam luar negeri. Hal ini berarti, pendapatan warga

negara lain yang bekerja di Indonesia dan keuntungan perusahaan multinasional atau
perusahaan lainnya yang berada di Indonesia tidak termasuk kedalam PNB. Sebaliknya
pendapatan warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri termasuk ke dalam PNB.

Universitas Sumatera Utara

T. Diana dkk (2012:17-18) menyatakan bahwa pendapatan nasional dalam
perkembangannya dihitung oleh Biro Pusat Statistik berdasarkan data yang diperoleh dari
lembaga atau dinas terkait sehingga model perhitungannya disebut perhitungan tidak
langsung. Pendapatan nasional dihitung berdasarkan pendekatan pengeluaran dan pendekatan
pendapatan. Namun dalam perkembangannya dewasa ini dapat dilakukan melalui 3
pendekatan :

1. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure approach)
Seluruh pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran keseluruhan sektor rumah tangga
dalam perekonomian. Dalam bentuk formulasi ditulis sebagai:
GNP (Y) = C + I + G + (X - M)
C = consumption spending (house secrtor)
I =investment spending (business sector)
G = goverment spending (government sector)

(X – M) = net export
2. Pendekatan Pendapatan (income approach)
Pendapatan nasional yang diperoleh bersumber dari pemilik sumber daya sebagai
imbalan keikutsertaannya dalam pembentukan produksi nasional.
Dengan menggunakan formulasi sebagai:

w = wage rate

Y=w+r+i+�

r = rent
i = interest rate
� = profit

3. Pendekatan Produksi (production approach)

Universitas Sumatera Utara

Pendapatan nasional sebagai hasil akhir barang-barang dan jasa yang diperoleh dari
sektor kegiatan ekonomi. Dalam formulasi ditulis sebagai :


Dimana:

NI = �� �� + �� �� + ... + �� �� AtauY = ∑��=� �� ��

�� = satuan harga barang

�� = jumlah produk
Pendapatan

nasional

(GDP)

dalam

perhitungannya

di


Indonesia

dalam

perkembangannya berdasarkan klasifikasi lapangan usaha indonesia yang mencakup
beberapa sektor: sektor pertanian, pertambangan, manufaktur, bangunan, utility, perdagangan
dan lainnya. Untuk tingkat regional dinyatakan sebagai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) tingkat I dan PDRB tingkat II Kabupaten/Kota. Perhitungan pendapatan nasional
dapat pula dihitung berdasarkan current market price (harga pasar berlaku) dan constant
price (harga konstan). Perbedaan kedua perhitungan ini, bahwa untuk perhitungan harga
konstan tidak terpengaruh kepada laju inflasi dan harga berlaku tentunya sensitif terhadap
laju inflasi.

3.1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan suatu
ekonomi. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti
perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti
pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan
jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal.
Tetapi dengan menggunakan berbagai jenis data produksi adalah sangat sukar untuk memberi

gambaran kasar mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Oleh sebab itu untuk
memberikan suatu gambaran kasar mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu

Universitas Sumatera Utara

negara, ukuran yang selalu digunakan adalah tingkat pendapatan nasional riil yang dicapai
(Sukirno, 2006:423).
Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi digunakan formula sebagai berikut:

g=
Dimana :

����−����
����

x 100

g
= Tingkat (persentase) pertumbuhan ekonomi
GDP1 = (Gross Domestic Product) atau Produk domestik bruto (PDB) adalah pendapatan nasional

riil yaitu pendapatan nasional yang dihitung pada harga tetap yang dicapai pada suatu tahun
(tahun 1).
GDP0

=Pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.

Asfia Murni (2006:173) menyatakan bahwa istilah pertumbuhan ekonomi digunakan
untuk menggambarkan terjadinya kemajuan atau perkembangan ekonomi dalam suatu negara.
Suatu negara kadang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat dan kadang juga
mengalami pertumbuhan yang pesat. Suatu pertumbuhan ekonomi dikatakan mengalami
pertumbuhan, jika jumlah produk barang dan jasanya meningkat atau dengan kata lain terjadi
perkembangan GNP potensial pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi harus mencerminkan
pertumbuhan output per kapita. Dengan pertumbuhan per kapita, berarti terjadi pertumbuhan
upah riil dan meningkatnya standar hidup. Dengan demikian dapat dikemukakan definisi
pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi terjadinya perkembangan GNP potensial yang
mencerminkan adanya pertumbuhan output per kapita dan meningkatnya standar hidup
masyarakat.
Adanya pertumbuhan ekonomi adalah sangat penting karena dapat mempengaruhi hal-hal
berikut.
1. Tingkat kesejahteraan

Rakyat makin sejahtera jika setidak-tidaknya outputnasional per kapita meningkat.
Tingkat kesejahteraan tersebut meningkat apabila pertumbuhan GNP per kapita harus

Universitas Sumatera Utara

melebihi dari pertumbuhan penduduk. Jika pertambahan penduduk suatu negara adalah 2%
per tahun, maka pertumbuhan GNP harus lebih besar dari 2%.
2. Kesempatan kerja
Terjadinya pertumbuhan ekonomi ditandai dengan naiknya GNP riil. Kondisi ini jelas
sangat membuka kesempatan kerja bagi seluruh faktor produksi. Mengingat manusia adalah
salah satu faktor produksi terpenting dalam proses produksi, maka kesempatan kerja akan
meningkat apabila output nasional meningkat.
3. Distribusi pendapatan
Pertumbuhan ekonomi dapat juga diharapkan untuk memperbaiki distribusi
pendapatan yang lebih merata. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, yang akan ada hanyalah
pemerataan kemiskinan. Upaya pemerataan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dapat berupa:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membuat kebijakan-kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal yang dapat menaikkan daya beli masyarakat.
b. Memperluas kesempatan kerja.

c. Meningkatkan produktivitas.
Dengan meluasnya kesempatan kerja, maka akses masyarakat untuk memperoleh penghasilan
semakin besar (Murni 2006:175).

3.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Murni (2006:180), menyatakan bahwa teori klasik yang dipelopori oleh Adam Smith,
bahwa outputakan berkembang sejalan dengan perkembangan penduduk. Dia memulai
hipotesisnya ketika zaman keemasan. Pada saat itu lahan belum bersifat scarcity, modal
belum ada yang diperhitungkan, hanyalah jumlah tenaga kerja kerja yang diperhitungkan.
Harga dan jumlah produk hanya tergantung pada jumlah tenaga kerja yang tersedia.

Universitas Sumatera Utara

Akibatnya pertambahan penduduk dipandang sebagai faktor yang akan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Teori pertumbuhan ekonomi klasik juga mengemukakan keterkaitan antara
pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk
optimum. Teori ini menyatakan hal-hal berikut.
1. Ketika produksi marginal lebih tinggi daripada pendapatan perkapita, jumlah
penduduk masih sedikit dan tenaga kerja masih kurang. Maka pertambahan penduduk
akan menambah tenaga kerja dan menaikkan pertumbuhan ekonomi.
2. Ketika produksi marginal semakin menurun, pendapatan nasional semakin tumbuh,
tetapi dengan kecepatan semakin lambat. Maka pertambahan penduduk akan
menambah tenaga kerja, tetapi pendapatan per kapita turun dan pertumbuhan ekonomi
masih ada meskipun kuantitasnya semakin kecil.
3. Ketika produksi marginal nilainya sama dengan pendapatan per kapita, artinya nilai
pendapatan per kapita mencapai maksimum dan jumlah penduduk optimal (jumlah
penduduk yang sesuai dengan keadaaan suatu negara yang ditandai dengan
pendapatan per kapita mencapai maksimum). Sehingga pertambahan penduduk akan
membawa pengaruh yang tidak baik terhadap pertumbuhan ekonomi.
Menurut teori neo klasik (Sukirno 2006:437) menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Pertumbuhan ekonomi
hanya akan berlaku apabila pengeluaran agregat melalui investasi bertambah secara terusmenerus. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow faktor
terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah modal dan pertambahan tenaga
kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan
kepakaran tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara

Sumbangan terpenting dari teori pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah dalam
menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi dalam
sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk mengadakan penyelidikan empiris
dalam menentukan peranan sebenarnya dari berbagai faktor produksi untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi.
Murni (2006:183-184) menyatakan beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang
dikategorikan sebagai teori pertumbuhan modern antara lain Rostow, Schumpeter, HaroldDomar.
Menurut Rostow pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai perubahan yaitu
sebagai berikut.
1. Perubahan reorientasi organisasi ekonomi.
2. Perubahan pandangan masyarakat.
3. Perubahan cara menabung atau menanamkan modal dari yang tidak produktif ke yang
lebih produktif.
4. Perubahan pandangan terhadap faktor alam.
Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi antara lain sebagai
berikut.
1. The traditional society (masyarakat tradisional), artinya suatu kehidupan ekonomi
masyarakat yang berkemang secara tradisional dan belum didasarkan pada
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, kadang-kadang cara berpikir yang
primitif dan irasional.
2. The precondition for take off (persyaratan tinggal landas), merupakan masa transisi
masyarakat untuk mempersiapkan dirinya untuk mulai menerima teknik-teknik baru
dan pemikiran-pemikiran baru dari luar kehidupan.

Universitas Sumatera Utara

3. The take off (tinggal landas), artinya pada tahap ini terjadi perubahan-perubahan yang
sangat drastis dalam terciptanya kemajuan yangnpesat dan inovasi (penemuanpenemuan baru) dalam berproduksi.
4. The drive to maturity (menuju kematangan), artinya pada tahap ini masyarakat secara
efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor
produksi dan kekayaan alam.
5. The age of high mass consumption (konsumsi tinggi), artinya pada tahap ini perhatian
masyarakat lebih menekankan pada masalah kesejahteraan dan upaya masyarakat
tertuju untuk menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada
penduduknya dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan melalui sistem
perpajakan yang progresif.
3.1.3. Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditentukan banyak faktor antara lain
faktor-faktor produksi dalam suatu negara. Berdasarkan konsep mikro dalam teori produksi,
jumlah output sangat ditentukan oleh input-input yang terlibat dalam proses produksi. Input
adalah faktor yang terlibat dalam proses produksi.
Faktor-faktor yang dimaksud dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu negara,
yaitu sebagai berikut.
1. Sumber daya manusia
Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan keterampilan angkatan kerja.
Banyak ekonomi meyakini bahwa kualitas input tenaga kerja yaitu keterampilan,
pengetahuan dan disiplin adalah satu-satunya unsur penting dalam pertumbuhan ekonomi.
2. Sumber daya alam
Kekayaan suatu negara meliputi luas dan kesubuiran tanah, keadaan iklim dan cuaca,
jumlah dan jenis hasil hutan, hasil laut, serta jumlah dan hasil kekayaan tambang. Kekayaan

Universitas Sumatera Utara

alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangjan perekonomian suatu negara,
terutama pada masa-masa permulaan proses pertumbuhan ekonomi. Di setiap negara
berkembang peranan barang-barang pertanian dan industri pertambangan minyak yang
diekspor menjadi penggerak utama bagi permulaan pertumbuhan ekonomi terutama di Asia.
3. Sumber daya modal
Sumber daya modal ada yang disebut barang modal dan ada pula yang disebut modal
uang. Barang-barang modal penting peranannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
di bidang ekonomi. Negara-negara yang tumbuh pesat cenderung melakukan investasi sangat
besar dalam pembentukan barang modal baru. Sedangkan uang juga merupakan modal yang
sangat menetukan dan berkontribusi secara langsung dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh
sebab itu, makin banyak uang yang digunakan dalam proses produksi, makin besar
outputyang dihasilkan asalkan penggunaanya dikelolah secara baik dan efisien.
4. Teknologi dan inovasi
Kemajuan ekonomi yang berlaku di berbagai negara secara umum ditimbulkan oleh
kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam
pertumbuhan ekonomi. Efek yang utama adalah :
a. Dapat mempertinggi efisiensi dalam kegiatan produksi.
b. Menimbulkan penemuan barang-barang baru yang belum pernah diproduksi
sebelumnya.
c. Meninggikan mutu barang yang diproduksi tanpa meningkatkan harga.
Disamping faktor-faktor tersebut masih ada faktor lain yang turut berperan dalam
menentukan pertumbuhan ekonomi, yaitu sistem sosial dan sikap masyarakat. Sistem sosial
misalnya adat-istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan
cara berproduksi yang modern. Selain itu juga terdapat sikap masyarakat yang dapat memberi

Universitas Sumatera Utara

dorongan kepada pertumbuhan ekonomi. sikap tersebut anatara lain sikap berhemat, sikap
menghargai kerja keras dalam setiap ekonomi.
Menurut Samuelson (dalam Murni, 2006:179), pertumbuhan ekonomi merupakan
pertumbuhan GNP yang bersumber dari hal-hal berikut :
1. Pertumbuhan dalam tenaga kerja.
2. Pertumbuhan dalam modal.
3. Pertumbuhan inovasi adan teknologi.
3.1.4. Kesenjangan Pendapatan
Dalam Rubiarko (2013), Bigsten mengemukakan bahwa distribusi pendapatan pada
sebuah perekonomian adalah hasil akhir dari seluruh proses ekonomi, yang artinya bahwa
distribusi pendapatan pada prinsipnya harus memperhitungkan semua faktor yang
mempengaruhinya. Adam Smith dan Marx berpendapat bahwa persoalan pokok dari
distribusi pendapatan adalah bagaimana hasil penjulan produk dibagi diantaranya upah, sewa
dan laba. Adelman dan Moris berpendapat bahwa kesenjangan pendapatan di daerah
ditentukan oleh jenis pembangunan ekonomi yang ditunjukkan oleh ukuran negara, sumber
daya alam, dan kebijakan yang dianut.
Todaro (2006:234) menyatakan distribusi pendapatan perorangan (personal
distribution of income)merupakan ukuran yang sering digunakan secara langsung menghitung
jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga. Dengan melihat
besarnya gaji, bunga tabungan, hasil laba, hasil sewa, hadiah maupun warisan.
Untuk memberikan gambaran tentang ketimpangan antar wilayah digunakan indeks
Williamson. Sirojuzilam (2008:36-40), menyatakan pembangunan dilaksanakan secara umum
menyangkut beberapa aspek utama, mulai dari pembangunan di bidang ekonomi, sosial,
kelembagaan dan aspek lingkungan. Akan tetapi di dalam pencapaiannya akan selalu
mengakibatkan terjadinya ketimpangan. Hal ini sekaligus menolak pendapat kaum neoklasik

Universitas Sumatera Utara

yang terlalu optimis menyatakan bahwa pada awal pembangunan memang akan dijumpai
ketidakseimbangan atau ketimpangan, akan tetapi pada akhirnya akan dicapai suatu
keseimbangan yang terjadi antara lain :
a. Distribution Income Disparities
Berbagai macam alat pengukuran banyak dijumpai dalam mengukur tingkat distribusi
pendapatan penduduk. Diantara alat tersebut yang sangat umum digunakan dipergunakan
adalah Gini Indeks.
1. Gini Indeks
Todaro (2006:237-238), menyatakan bahwa koefisien Gini adalah ukuran
ketimpangan agregat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu
(ketimpangan sempurna). Pada prakteknya, koefisien Gini untuk negara-negara yang derajat
ketimpangannya tinggi berkisar antara 0,50 hingga 0,70 sedangkan untuk negara-negara yang
distribusi pendapatannya relatif merata, angkanya berkisar antara 0,20 hingga 0,35.
KoefisienGini

Produk Nasional Bruto Perkapita
Sumber : Pembangunan Ekonomi (2003)
Gambar 2.1 Kurva Koefisien gini

Koefisien Gini tampak seperti kurva berbentuk “U Terbalik”, seiring dengan naiknya PDRB
seperti yang terlihat dari gambar di atas. Koefisien Gini untuk distribusi pendapatan memiliki
rumusan seperti dibawah ini :
Gi = 1 - ∑( ) ( ), 0 ≤ Gi ≤ 1
Dimana :
Pi = % kumulatif jumlah penduduk

Universitas Sumatera Utara

Qi = % kumulatif jumlah pendapatan
Gi = 0, Perfect Equality
Gi = 1,Perfect Inequality

2. Kurva Lorenz
Kurva Lorenz secara umum sering dipergunakan untuk menggambarkan bentuk
ketimpangan yang terjadi terhadap distribusi pendapatan masyarakat. Kurva Lorenz
digambarkan pada sebuah bidang bujur sangkar dengan bantuan garis diagonalnya. Semakin
dekat dengan kurva ini dengan diagonalnya, berarti ketimpangan yang terjadi semakin rendah
dan sebaliknya semakin melebar kurva ini menjauhi diagonal berarti ketimpangan yang
terjadi

semakin

tinggi.

Todaro

(2006:236)

menyampaikan

bahwa kurva

Lorenz

memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara persentase penerima pendapatan dengan
persentase pendapatan total yang benar diterima selama satu tahun.
Gambar 2.2 memperlihatkan pengukuran Rasio Gini dengan Kurva Lorenz. Indeks atau
Rasio Gini adalah menjelaskan kadar kemerataan (ukuran ketimpangan)

distribusi

pendapatan nasional yang angkanya berkisar antara 0
hingga 1.

Koefisien Gini = Bidang A yang diarsir

D

Bidang BCD

Persentase pendapatan
Nasional

A

B

C
Persentase Jumlah Penduduk

Sumber : Pembangunan Ekonomi (2003)

Gambar 2.2 Pengukuran Rasio Gini dengan menggunakan Kurva Lorenz

Universitas Sumatera Utara

Semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya, pertanda semakin baik atu distribusi
yang merata. Sebaliknya, jika nilai koefisiennya semakin tinggi (semakin mendekati satu)
menunjukkan distribusi yang semakin timpang.
3. Kriteria Bank Dunia
Berdasarkan kriteria Bank dunia di dalam menentukan tingkat ketimpangan yang terjadi
dalam distribusi pendapatan pendududuk, maka penduduk dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
1. 20% Penduduk pendapatan tinggi.
2. 40% Penduduk pendapatan sedang
3. 40% Penduduk pendapatan rendah
Dengan kriteria ketimpangan,
1. Tinggi, 40% penduduk menerima pendapatan nasional < 12%.
2. Sedang, 40% penduduk menerima pendapatan nasional 12%-17%.
3. Rendah, 40% penduduk menerima pendapatan nasional > 17%.

b. Regional Income Disparities
Ketimpangan yang terjadi tidak hanya terhadap distribudi pendapatan masyarakat, akan
tetapi juga terjadi terhadap pembangunan antar daerah di dalam suatu wilayah suatu negara.
Ada beberapa alat pengukuran yang umum digunakan untuk melihat ketimpangan yang
terjadi antara lain :
1. Williamson Index (�� )

Jeffrey G. Williamson (1965) meneliti hubungan antara disparitas regional dengan tingkat

pembangunan ekonomi, dengan menggunakan data ekonomi negara yang sudah maju dan
negara yang sedang berkembang. Ditemukan bahwa selama tahap awal pembangunan,
disparitas regional menjadi lebih besar dan pembangunan terkonsentrasi di daerah tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Pada tahap yang lebih matang dilihat dari pembangunan ekonomi, tampak adanya
keseimbangan antar daeran dan disparitas berkurang secara signifikan.
Williamson menggunakan Williamson indeks (Indeks Williamson) untuk mengukur
ketimpangan pembangunan antar wilayah. Indeks Williamson menggunakan PDRB per
kapita sebagai data dasar. Alasannya jelas bahwa yang diperbandingkan adalah tingkat
pembangunan antar wilayah bukan tingkat kesejahteraan antar kelompok.
Formulasi indeks Williamson secara statistik adalah sebagai berikut:

�� =

�(�� − �)�


��


� < �� < 1

Dimana :
�� = Indeks Williamson
Yi = Pendapatan per kapita di kabupaten/kota i
Y = Pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Utara
Pi = jumlah penduduk di kabupaten/kota i
P = jumlah penduduk provinsi
IW = 0 (artinya merata sempurna)
IW = 1 (artinya ketimpangan sempurna)

Angka koefisien Indeks Williamson adalah sebesar 0 < Iw < 1. Jika Indeks Williamson
semakin kecil atau mendekati nol menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil atau
semakin merata dan sebaliknya angka yang semakin besar menunjukkan ketimpangan yang
semakin melebar. Walaupun indeks ini memiliki kelemahan yaitu sensitive terhadap defenisi
wilayah yang digunakan dalam perhitungan. Artinya, apabila ukuran wilayah yang digunakan
berbeda maka akan berpengaruh terhadap hasil perhitungan, namun cukup lazim digunakan
dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah (Muhammad, 2012:16).
2. Poverty (kemiskinan)
Usaha pembangunan yang dilakukan tidak lain bertujuan untuk memperbaiki sekaligus
untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi usaha ini terkadang

Universitas Sumatera Utara

kurang dapat dilaksanakan dengan baik atas beberapa kendala, sehingga menimbulkan
masalah yaitu kemiskinan.
Alat ukur yang digunakan dalam kaitannya dengan kemiskinan antara lain:
a. Head Count Indeks (HCI)
HCI =
Dimana :

��

��

Pi = Populasi penduduk miskin
Pt = Populasi penduduk total

b. Poverty Gap Index (PGI)

�� =
Dimana:



Z − yi
1
��

Z

�=1

n = Jumlah penduduk total
q = Jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan
z = batas garis kemiskinan
yi = rata-rata pengeluaran penduduk dibawah garis kemiskinan

c. Defency Burden =

PendudukUmurTidakProduktif
PendudukUmurProduktif

3. Tipologi Klassen
Analisis yang dipergunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dari setiap
daearah di dalam proses pembangunannya salah satunya adalah dengan Klassen Typologi.
Hipotesis ini dipergunakan untuk melihat daur atau arah perkembangan daerah-daerah, dilihat
dari segi pertumbuhan ekonomi daerahnya. Sebagai alat analisis, maka ada dua variabel yang
menjadi ukuran dari hipotesis ini yaitu:
1. Perbedaan antara laju pertumbuhan pendapatan perkapita daerah dengan
laju pertumbuhan pendapatan perkapita nasional.

Universitas Sumatera Utara

2. Perbandingan antara pendapatan perkapita daerah dengan pendapatan
perkapita nasional dan hasil perbandingan ini selalu bernilai positif.
Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah
yang menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita
daerah dengan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau PDB per kapita (secara
nasional).
Alat analisis Tipologi Klassen dapat digunakan dengan dua pendekatan, yaitu sektoral dan
daerah. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data Pendekatan Domestik Regional
Bruto (PDRB). Tipologi Klassen dengan pendekatan wilayah menghasilkan empat kuadran
dengan karakteristik yang berbeda yang dikemukakan Syafrizal (dalam Muhammad, 2012:67).
1. Daerah yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran
daerah dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan
daearah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki pertumbuhan PDRB per
kapita (gki) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daeara yang
menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan
gki>gk.
2. Daerah maju tapi tertekan (Kuadran II). Daerah yang berada pada kuadran ini memiliki
nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah
yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi memiliki pertumbuhan PDRB per kapita
(gki) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi
acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gigk.
3. Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini
merupakan untuk daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih tinggi dari
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

PDRB per kapita daerah tersebut (gki) lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB
per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa
dilambangkan dengan gi>g dan gkig dan gki>gk.
Kuadaran III
Daerah yang masih dapat berkembang
dengan pesat
gi>g dan gki