Makalah Quantum Learning - Makalah

PENERAPAN
QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN NAHWU
DI PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu Dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh :
Daryono
01420542

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2008


Motto

Hidup Sekali Hidupalah yang Berarti karena
Hidup adalah Aqidah dan Jihad

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Istri dan anak-anaku,
Serta jurusan bahasa arab fakultas tarbiyah UIN Sunan kalijaga
Yogyakarta

vii

ABSTRAK
PENERAPAN
QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN NAHWU

DI PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH
YOGYAKARTA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mendeskripsikan lebih
jauh bagaimana proses penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran Nahwu
di Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta, dan juga untuk menganalisis
sejauh mana keberhasilan penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran
Nahwu di Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta, Hasil yangdicapai satri
dalam mata pelajaran Nahwu, dan faktor pendukung dan penghambat dalam
pembelajaran Nahwu di Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dan pendekatan adalah
pedagogis. Adapun jumlah populasi sebanyak 22 orang yang terdiri dari satu
ustadz nahwu kelas I dan seluruh santri kelas I yang berjumlah 21 orang. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah obserfasi, angket, interview,
dokumentasi, kuesioner dan test.
Analisis data yang digunakan adalah deskriftif analitik dengan metode
kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk untuk menganalisa
data yang tidak berupa angka yaitu dengan metode induktif dan deduktif.
Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk digunakan untuk menganalisa data
yang berupa angka. Rumus yang digunakan adalah rumus distribusi frekwensi

relatif dan rumusnilai rata-rata (mean).
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Penerapan Quantum Learning
sebagai pendekatan dan metode pembelajaran nahwu sudah diterapkan dengan
baik walaupun tidak semua teori dan konsep Quantum Learning diterapkan
sepenuhnya dalam artian hanya menerapkan beberapa konsep diantaranya : Lima
keyakinan yang meningkatkan emosi positif, selain lima keyakinan tersebut juga
diterapkan seperangkat metode dan falsafah belajar yang mengintegrasikan
lingkungan, fisik, suasana, interaksi, metode, dan teknik belajar untuk
mempelajari keterampilan, yang semua aspek tersebut akan melahirkan keyakinan
dan nilai-nilai. (2) Hasil yang dicapai santri dalam belajar nahwu dengan
pendekatan dan metode Quantum Learnig sangat baik (nilai rata-rata kelas = 85).
(3) Faktor pendukung dalam dalam pembelajaran nahwu diantaranya adalah
penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran nahwu yang terbukti berhasil,
adanya semangat ustadz nahwu yang sangat tinngi, adanya motifasi dan antusiame
santri untuk belajar nahwu, adanya kedekatan/persahabatan antara ustadz dangan
santri, serta tersedianya sarana dan media pembelajaran. Adapun faktor
penghambatnya adalah belum adanya kesepakatan sistem untuk menerapkan
Quantum Learning sebagai metode dan pendekatan pembelajaran.

viii


KATA PENGANTAR

ix

3. Bapak Drs. Dudung Hamdun, M. Si. selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Sembodo Ardi Widodo, M. Ag. selaku penasehat akademik
yang banyak memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis selama
studi di Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
5. Semua dosen di Fakultas Tarbiyah khususnya di Jurusan Pendidikan
Bahasa Arab yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah berbagi
segalanya berupa ilmu pengtahuan
6. UPT Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah
memberikan sebagian fasilitasnya dalam pengumpulan bahan penulisan
skripsi ini.
7. Ust. Drs. Ec. Budhi Gunawan. Selaku Ketua Yayasan As Sakinah Pondok
Pesantren Hidayatullah Yogyakarta, yang telah memberikan izin penelitian
dan memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Ust. Syarif Abu Ayyasy, S. Pd. I. Selaku Ustadz Nahwu kelas I, yang telah

banyak membantu memberikan informasi dan data dalam proses penelitian
dan penyelesaian skripsi ini.
9. Semua Ustadz, staf, dan karyawan Pondok Pesantren Hidayatullah
Yogyakarta, yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam
penyelesaian sekripsi ini.
10. Semua santri Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta khususnya kelas
I yang telah bersedia bekerja sama dalam upaya penyelesaian sekripsi ini.

x

Masih banyak sebenarnya yang ingin diucapkan khususnya kepada semua
pihak yang banyak terlibat dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini,
semoga segala bantuan dan jasanya menjadi amal saleh yang diterima dan
mendapat pahala di sisi Allah Suhanahu Wata’ala, dan mendapatkan balasan yang
jauh lebih banyak dan lebih baik. Amiin.
Hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala jualah penulis haturkan rasa
syukur dan terima kasih atas segala hidayah dan karunia yang telah diberikan
sehingga penulis mampu menyelesaikan studi, penelitian, dan skripsi ini.

Yogyakarta 5 Mei 2008 M

Penulis

Daryono
NIM. 01420542

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

i

HALAMA PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................

ii

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................

iii


HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

iv

HALAMAN MOTTO .....................................................................................

v

HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................

vi

ABSTRAKSI ..................................................................................................

vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................

ix


DAFTAR ISI ...................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................

xv

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................

1

A. Penegasan Istilah .........................................................................

1

B. Latar Belakang Masalah .............................................................

3


C. Rumusan Masalah ......................................................................

7

D. Tujuan Penelitian .......................................................................

7

E. Manfaat Penelitian .....................................................................

7

F. Metode Penelitian .......................................................................

8

G. Telaah Pustaka ...........................................................................

11


H. Kerangka Teoritik ......................................................................

13

I. Sistematika Penulisan ................................................................

22

xi

BAB II GAMBARAN UMUM PP. HIDAYATULLAH .............................

24

A. Letak Geografis ..........................................................................

24

B. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya ......................................


25

C. Tujuan berdirinya .......................................................................

29

D. Kurikulum ..................................................................................

33

E. Struktur organisasi .....................................................................

38

F. Sarana dan prasarana ..................................................................

44

G. Keadaan Asatidz/Guru dan Santri ..............................................

46

BAB

III

PENERAPAN

QUANTUM

LEARNING

DALAM

PEMBELAJARAN NAHWU ..........................................................

49

A. Tujuan Pembelajaran Nahwu .....................................................

49

B. Guru Bahasa Arab/Nahwu .........................................................

51

C. Materi Pembelajaran ..................................................................

55

D. Model-model Pembelajaran .......................................................

57

E. Penerapan Quantum learning dalam Pembelajaran Nahwu .......

58

F. Evaluasi Pembelajaran ...............................................................

79

G. Prestasi Hasil Belajar ..................................................................

80

H. Analisisa Proses Penerapan Quantum Learning ........................

83

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PELAJARAN
NAHWU SERTA CARA MENGATASINYA ..............................

86

A. Faktor Pendudung ......................................................................

86

B. Faktor Penghambat dan Penyelesaiannya ..................................

88

xii

BAB V PENUTUP.........................................................................................

90

A. Kesimpulan ...............................................................................

90

B. Saran-saran .................................................................................

93

C. Kata Penutup ..............................................................................

94

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

95

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................

.96

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL I

: TUJUAN SANTRI DALAM MEMPELAJARI NAHWU.....................50

TABEL II

: PENILAIAN SANTRI TENTANG PENGUASAAN MATERI NAHWU
BAGI USTADZ ......................................................................................52

TABEL III

: PENILAIAN SANTRI TENTANG KEMAMPUAN USTADZ DALAM
MENYAMPAIKAN MATERI NAHWU ...............................................53

TABEL IV

:TANGGAPAN SANTRI DALAM MENGIKUTI PELAJARAN
NAHWU .................................................................................................55

TABEL V

: PENILAIAN SANTRI TENTANG METODE YANG DITERAPAKAN
GURU DALAM MENGAJAR NAHWU ..............................................62

TABEL VI

:TANGGAPAN SANTRI TENTANG PEMANFAATAN
LINGKUNGAN SEKITAR PESANTREN .............................................63

TABELVII

:PENILAIAN SANTRI TENTANG PENGATURAN RUANG
BELAJAR/KELAS ..................................................................................64

TABEL VIII :TANGGAPAN SANTRI TENTANG PEMANFAATAN MEDIA
AUDIO VISUAL DALAM PELAJARAN..............................................65
TABEL IX

: PENILAIAN SANTRI TENTANG METODE YANG DITERAPAKAN
GURU DALAM MENGAJAR NAHWU................................................70

TABEL X

: PENILAIAN SANTRI TENTANG SIAPAKAH YANG PALING
BERPERAN DALAM PENGAJARAN NAHWU.................................71

TABEL XI

:PENILAIAN SANTRI TENTANG KENDALA YANG DIHADAPI
DALAM PENGAJARAN NAHWU........................................................73

TABEL XII

:PENILAIAN SANTRI TENTANG PENYBAB TIMBULNYA
KENDALA DALAM MEMAHAMI MAKNA KATA...........................73

TABEL XIII : PENILAIAN SANTRI TENTANG BELAJAR NAHWU .....................74
TABEL XIV :TANGGAPAN SANTRI DALAM MENGIKUTI PELAJARAN
NAHWU...................................................................................................74
TABEL XV

: TANGGAPAN SANTRI TENTANG PEMBERIAN MOTIVASI OLEH
USTADZ SEBELUM MEMULAI PELAJARAN..................................76

TABEL XVI : TANGGAPAN SANTRI TENTANG PEMBERIAN PENDALAMAN
MATERI DILUAR JAM FORMAL OLEH USTADZ...........................76
TABEL XVII : TANGGAPAN SANTRI TENTANG POLA HUBUNGAN SANTRI
DENGAN USTADZ................................................................................77
TABEL XVIII : TANGGAPAN SANTRI TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN/
HADIAH DARI USTADZ......................................................................78
TABEL XIX : TANGGAPAN SANTRI TENTANG PEMBERIAN PELAKSANAAN
SUPERCAMP .........................................................................................79
TABEL XX

: DAFTAR NILAI UJIAN AKHIR SEMESTER I KELAS I WUSTHO
PP. HIDAYATULLAH YOGYAKARTA ( Juli 2007)...........................81

TABEL XXI : DATA TUNGGAL NILAI NAHWU KELAS I WUSHTO PONDOK
PESANTREN HIDAYATULLAH YOGYAKARTA.............................82

BAB I
PENERAPAN QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN NAHWU

DI PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH YOGYAKARTA
A. PENEGASAN ISTILAH
Istilah-istilah dalam judul skripsi ini mungkin saja menimbulkan
makna yang berbeda-beda dikalangan pembaca. Maka perlu suatu penegasan
dan pembatasan istilah yang menyangkut pemahaman sebelum memasuki
pembahasan selanjutnya. Adapun penegasan istilah itu adalah sebagai berikut:
1. Penerapan
Penerapan adalah mempraktekan, proses atau cara.1 Jadi penerapan
yang dimaksud adalah proses mempraktekan konsep Quantum Learning
dalam pembelajaran nahwu di Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta.
2. Quantum Learning
Quantum Learning memiliki definisi sebagai "interaksi-interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya".2 Belajar adalah kegiatan seumur
hidup yang dapat dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil. Jadi yang
penulis maksud adalah penerapan pendekatan dan metode belajar yang
dinamis, interaktif, nyaman dan menyenangkan dengan mengacu pada
konsep Quantum Learning.
3. Pembelajaran

1

Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus
BesarBahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2001, hlm.1180.
2
Bobbi De Porter & Mike Hernacki. Quantum Learning, Bandung, Kaifa, 2001 hlm. 16.

1

Menurut H Malik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsure-unsur manusia, material, fasilitas perlengkapan
dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran , manusia yang terlibat dalam system pembelajaran terdiri
dari siswa, guru,

serta tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku,

majalah, papan tulis, slide dan yang lainnya. Fasilitas meliputi ruang
kelas, perlengkapan audio. Prosedur yang meliputi jadwal kegiatan,
metode yang digunakan, ujian dan lain-lain..3
4. Nahwu
Nahwu adalah pengetahuan tentang hal ihwal kalimat-kalimat
Bahasa Arab baik dari segi mu’rab dan mabniyah maupun dari kedudukan
dan baris akhir kalimat tersebut seperti rafa, jazm, nashab dan jar4.
Sedangkan Nahwu yang dimaksud dalam dalam skripsi ini adalah suatu
bidang studi yang membahas tentang hal-ihwal Bahasa Arab tersebut di
atas. Yang disajikan berdasarkan sumber belajar yang dipilih. Adapun
sumber belajar Ilmu Nahwu di Pesantren Hidayatullah Yogyakarta yaitu
buku an Nahwul Wadhih karangan Ali Al Jarimi dan Mutafa Amin.
5. Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarata
Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarata adalah lembaga
pendidikan Islam yang mengembangkan pendidikan berkualitas

yang

3

Tim Penyusun Buku Pedoman Bahasa Arab Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam, IAIN, Jakarta,
1997, Hlm. 88.
4

Mustafa al Ghailani, Jami’ud Durusul Lughah al ‘Arabiyah, Beirut : Darul Ilmi, 1987

hlm 11.

2

mengutamakan ilmu-ilmu agama sebagai materi pendidikan akan tetapi
dilengkapi juga dengan ilmu-ilmu umum. Lembaga ini memiliki
kepedulian kepada kalangan miskin, atau yang terkenal dengan istilah “
lembaga pendidikan berkualitas dengan membanggakan sikaya dan
membahagiakan simiskin”. Lembaga ini terletak di desa Donoharjo,
kecamatan Ngaglik, kabupaten Sleman, Provinsi DI. Yogyakarta.
Dari penegasan judul diatas, makam pengertian yang dikehendaki
penulis adalah suatu penelitian lapangan tentang Penerapan Quantum
Learning dalam Pembelajaran Nahwu yang dilaksanakan di Pondok
Pesantren Hidayatullah Yogyakarta.

B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pengajaran bahasa Asing (bilingual) khususnya bahasa Arab di tingkat
sekolah menengah pertama dalam kurun waktu terakhir ini dinilai belum
membawakan keberhasilan yang diharapkan, ketika belajar bahasa Arab maka
yang terbesit adalah bagaimana rumitnya susunan tata bahasa yang sulit dan
ruwet, sehingga bahasa Arab di sekolah-sekolah seakan menjadi momok yang
menakutkan. Padahal dari rasa takut dan tidak nyaman tersebut dapat
menghambat kemahiran berbahasa5.
Banyak faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan pengajaran
bahasa Arab, mulai dari faktor internal siswa yang menganggap bahasa Arab
adalah pelajaran yang menakutkan, kurangnya media yang mendukung
5
Muljanto Sumardi, Pengembangan Pemikiran dalam Pengajaran Bahasa. Makalah
disampaikan pada Pengukuhan Guru Besar Tetap Ilmu Linguistic di Fakultas Tarbiyah IAIN
Syarif Hidayatullah, Jakarata

3

terhadap pembelajaran bahasa itu sendiri, juga tak kalah pentingnya adalah
faktor guru atau pengajar yang menjadi penyampai materi.
Faktor-faktor di atas hanya sebagian kecil saja dari penyebab
ketidakberhasilan pengajaran bahasa Arab di sekolah-sekolah khususnya
tingkat menengah pertama. Namun menurut penulis sendiri hal yang paling
dominan yang mempengaruhi ketidakberhasilan pengajaran bahasa Arab itu
sendiri adalah model pembelajaran yang cenderung monoton, menyerupai
bentuk dan gaya pabrik dimana titik tekannya pada mekanisasi, standarisasi
dan pengontrolan yang menyebabkan siswa menjalani kehidupan yang kering
tanpa kreativitas dan variasi serta kebosanan dalam belajar, karena siswa
tidak dilibatkan sepenuhnya dalam kegiatan belajar mengajar, tidak diberi
lingkungan yang positif seperti adanya rasa kebutuhan, keamanan, minat dan
kegembiraan, tidak adanya kebersamaan, mereka dibentuk sebagai individu
yang berdiri sendiri dan saling bersaing, padahal menurut penelitian yang
dilakukan oleh Stanford University menemukan bahwa bimbingan belajar
oleh teman sebaya hasilnya empat kali lebih efektif, untuk meningkatkan
prestasi di bidang matematika dan membaca dibandingkan jika jumlah murid
di dalam kelas dikurangi atau waktu waktu pengajaran diperpanjang,
kemudian juga dalam pengajaran tidak adanya variasi pilihan belajar yang
memungkinkan siswa memanfaatkan seluruh indranya dalam menerapkan
gaya belajar yang mereka sukai.
Sistem pembelajaran seperti itulah yang menurut penulis dapat
melemahkan bahkan mematikan kreativitas siswa. Seperti disebutkan oleh

4

Dave Meier tentang penyakit pendidikan Barat yang secara langsung diikuti
oleh pendidikan kita di Indonesia yaitu puritanisme. Belajar bagi kaum
puritan adalah indoktrinasi, tanpa kegembiraan dan hanya bersifat hapalan6
Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses dari belajar dapat ditunjukan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
laku, juga kecakapan dan perubahan pada kemampuannya, karena belajar
adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.
Pembelajaran bahasa merupakan usaha disadari untuk menguasai
kaidah-kaidah kebahasaan. Keberhasilan suatu proses pembelajaran bahasa
sangat ditentukan oleh keaktifan siswa dalam proses komunikasi antar
sesamanya.
Usaha-usaha pembaharuan terhadap cara dan bentuk pembelajaran
bahasa (termasuk bahasa Arab) pada perkembangannya, menurut penulis
semakin berkembang. Banyak para pakar pendidikan yang mendesain
berbagai format pembelajaran tentunya agar materi yang disampaikan lebih
mudah dipahami dan menyenangkan bagi anak didiknya. Munculnya
kurikulum berbasis kompetensi bukti dari pengembangan pembelajaran,
dimana titik tekannya pada (1), tercapainya kompetensi siswa bukan pada
penuntasan materi. (2), pemanfaatan berbagai sumber belajar bukan hanya
guru dan buku saja yang menjadi sumber edukatif. (3), sistem penilaian
6

Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook, Terj. Rahmani Astuti (Bandung :
Kaifa 2002), Hlm 62.

5

tekanannya pada proses bukan pada hasil, (4), kebiasaan belajar sepanjang
hayat meliputi belajar mengetahui, melakukan dan belajar menjadi diri
sendiri7.
Tentunya hal di atas berdampak juga pada perubahan model
pembelajaran bahasa asing tak terkecuali bahasa Arab. Hal ini menjadi
perhatian penulis mengenai proses belajar mengajar bahasa Arab di Pondok
Pesantren Hidayatullah Yogyakarta yang difokouskan pada siswa/santri kelas
I wustho yang kajiannya di fokuskan pada pembelajaran Nahwu, penulis
memperhatikan pada umumnya dalam pembelajarannya masih berpusat
kepada Teacher Orientied siswa masih menjadi pendengar yang pasif,
walaupun sesekali juga diminta untuk mengikuti apa yang diucapkan guru,
atau memberikan contoh dalam sebuah kalimat akan tetapi minat siswa
menurun karena tidak diberi kebebasan dalam proses pembelajaran, ditambah
lagi dengan suasana kelas yang cenderung formal, anak-anak debelakang
sedangkan guru di depan, seolah olah anak ibarat benda mati yang akan
dibentuk sesuai kehendak guru. Hal inilah yang menjadi dorongan untuk
meneliti mengenai penerapan Quantum Learning pada pembelajaran nahwu
pada kelas I wustho Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta.
Quantum Learning memiliki definisi sebagai "interaksi-interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya8". Belajar adalah kegiatan seumur hidup
yang dapat dilakukan dengan menyenagkan dan berhasil.

7

E. Mulyasa , Kurikulum Bebasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan
Implementasinya ( Bandung; Remaja Rosda Karya, 2003) Hlm 42
8

Bobbi De Porter & Mike Hernacki. Op. Cit hlm 16

6

Konsep Quantum Learning ini mampu melejitkan prestasi belajar bagi
peserta didik, sehingga konsep ini banyak menarik perhatian kaum akademisi
yang intens memperhatikan persoalan pendidikan.
Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk meneliti dan
medeskripsikan sejauh mana keberhasilan dari Quantum Learning itu sendiri
diterapkan di lembaga pendidikan pesantren, tentunya dengan referensi yang
tersedia dan penulis dapatkan dari literatur-literatur yang ada serta
keterbatasan penulis sendiri.

C. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang coba penulis angkat adalah :
1. Bagaimana proses penerapan Quantum Learning dalam pengajaran Nahwu
di Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta.

D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mendeskripsikan lebih jauh bagaimana proses penggunaan
Quantum Learning dalam pembelajaran Nahwu di Pondok Pesantren
Hidayatullah Yogyakarta.
2. Untuk menganalisis sejauh mana keberhasilan penggunaan Quantum
Learning dalam pembelajaran Nahwu di Pondok Pesantren Hidayatullah
Yogyakarta.

7

E. MANFAAT PENELITIAN
Ada beberapa manfaat yang mendasari penulis sehingga melakukan
penelitian ini, antara lain:
1. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan kajian yang berkaitan
dengan pembelajaran bahasa Arab (nahwu) pada lembaga pendidikan.
2. Quantum Learning merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran
yang saat ini masih diteliti tentang keberhasilannya oleh para pakar
pendidikan, lebih khusus lagi pembelajaran bahasa Arab (nahwu).
3. Masih banyaknya lembaga pendidikan khususnya pesantren yang
menerapkan system pembelajaran Teacher Orientied, sehingga menjadi
tantangan tersendiri dalam membahas pengguanaan Quantum Learning
dalam pembelajaran Bahasa Arab.
4. Sebagai bahan kajian kritis terhadap lembaga-lembaga pendidikan yang
masih banyak menerapkan model pengajaran sepihak tanpa terlalu peduli
dengan siswa.
5. Sebagai bahan kajian dalam metodologi pembelajaran khususnya
pembelajaran bahasa Arab, yang perlu mendapatkan perhatian dari para
pemerhati bahasa Arab khususnya bagi lembaga yang di teliti juga bagi
para akademisi yang intens dengan pengajaran bahasa Arab.

F. METODE PENELITIAN
Dalam skripsi ini metode yang digunakan Deskriptif Analitik terhadap
proses pembelajaran bahasa Arab Di Pondok Pesantren Hidayatullah

8

Yogyakarta yaitu suatu metode yang digunakan untuk mendeskrifsikan data
yang sudah dihimpun dan akan ditelaah secara kritis melalui penelusuran
sumber yang digunakan, kemudian data tersebut diproses dan dikelompokkan
sesuai dengan sifat spasifikasinya masing-masing.
1. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik

pengumpulan

data

dalam

penelitian

ini

penulis

menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
a. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati suatu fenomna yang diteliti, misalnya perilaku
seseorang, bahasa yang diucapkan seseorang, dan sebagaimya9.
Observasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data selain dengan
mengadakan pengamatan secara teliti diikuti pula dengan pencatatan
secara sistematis10. Metode ini digunkan untuk mengumpulkan data
tentang keadaan lingkungan pesantren, dan proses pembelajaran
nahwu di Pondok Pesantren Hidatatullah Yogyakarta.
b. Dokumentasi, yaitu dengan mengambil data dari bahan tertulis seperti
majalah, buku-buku, arsip-arsip dan artikel yang terkait dan relevan
dengan penelitian, kemudian melakukan interfretasi pada data tersebut
secara mendalam terhadap hubungan-hubungannya11.
9

Sudaryanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa : Suatu Pengantar Dan
Pedoman Singkat Dan Praktis, (Yogakarta, 1999), Hlm 41
10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Renika
Cipta, 1993) Hlm 107
11
Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek ( Jakarta; PT
Rineika Cipta, 2002), hlm 206-207.

9

c. Wawancara, yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana keduanya bisa bertatap muka dan
mendengarkan secara langsung informasi-informasi dan keterangan
yang berkaitan dengan penelitian12. Dalam penelitian ini wawancara
akan dilakukan pada pimpinan peantren, guru bidang studi bahasa
Arab, para siswa dan siapa saja yang diperlukan untuk memperoleh
data-data

yang

menunjang

proses

penelitian,

seperti

proses

pembelajaran dikelas, serah peantren, struktur organisasi, keadaan
guru/asatidz dan karyawan, keadaan siswa/santri, dan sarana prasarana
yang ada di pesantren.
d. Angket, yaitu suatu tehnik pengumpulan data yang biasa juga disebut
sebagai angket, yaitu alat untuk mengumpulkan data secara tertulis
yang diberikan kepada responden, yang didalamnya terdapat
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
diungkap oleh peneliti13. Kuesioner dalam penelitian ini akan
dilakukan pada siswa/santri untuk memperolh data tentang penerapan
Quantum

Learning

dalam

proses

pembelajaran

nahwu

dan

pengaruhnya.
e. Tes, adalah alat atau proedur yang digunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian.14 Teknik ini digunakan penulis untuk

12

Cholid Narbuko Metodologi Penelitian (Jakarta ; Bumi Aksara 1999) Hlm 83

13

Suharsimi Arikunto Op cit. Hlm 202.

14

Anas Sudjono, Tehnik Evaluai Pendidikan Suatu Pengantar, Yogyakarta : Udrama
1992 hlm 36

10

menilai penguasaan santri terhadap ilmu nahwu. Tes ini dilakukan
dengan memanfaatkan evaluasi yang dilaksanakan oleh Pesantren. Tes
evaluasi yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Hidatatullah
Yogyakarta adalah tes evaluasi harian, bulanan, ujian pertengahan
semester, dan ujian akhir semester, dan apabila diperlukan penulis
akan melaksanakan tes evaluasi terpisah untuk menjaga obyektifitas
hasil yang dicapai.
2. Metode Analisa Data
Analisa data bertujuan untuk mengelompokan ,mengorganisasi dan
membuat suatu sistematika serta menyingkatkan data sehingga dapat
dibaca dan dipahami oleh orang lain dengan mudah. Adapun yang penulis
gunakan dalam tulisan ini menggunakan metode Deskriptif Analitik
terhadap proses pembelajaran nahwu di Pondok Pesantren Hidayatullah
Yogyakarta. Kemudian untuk mengambil kesimpulan pada setiap akhir
analisa penulis menggunakan metode :
a. Deduktif, ialah suatu cara yang dilakukan seseorang yang berangkat
dari pemikiran yang bersifat umum untuk menilai suatu kejadian
khusus15.
b. Induktif, suatu cara yang dilakukan dengan berangkat dari fakta-fakta
khusus, peristiwa yang kongkrit kemudian ditarik kesimpulan secara
umum16.

15

Sutrisno Hadi Metode Researc ( Yogyakarta : Andi Offset jilid I 1995), Hlm 36

.
16

Ibid, hlm 49

11

G. TELAAH PUSTAKA
Sejauh

pengamatan

penulis,

skripsi

yang

membahas

tentang

pendekatan pembelajaran dengan menggunakan teori–teori Quantum sudah
banyak dilakukan tetapi yang secara khusus membahas pengguaan Quantum
Learning pada pembelajaran Nahwu belum ditemukan baik itu berupa jurnal
ataupun makalah-makalah. Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk
melakukan penelitian terhadap pembelajaran Nahwu dengan menggunakan
Quantum Learning.
Di antara tulisan-tulisan yang memiliki kemiripan bahasan adalah
skripsi mahasiswa jurusan bahasa Arab yang berjudul Pengajaran Insya
Menurut Quantum Learning, yang ditulis oleh Amalia Delis Rosita dimana
fokus kajiannya pada kemampuan menulis atau Insya dengan metode
pendekatan Quantum Learning. Kemudian juga skripsi yang ditulis oleh
Mahasiswa Kependidikan Islam dengan judul Quantum Learning Dan
Relevansinya Dengan Pendidikan Islam, yang ditulis oleh Nurul Iqomah
bahasanya mencakup dasar filosofi falsafah Quantum Learning dengan konsep
pendidikan islam, kemudian juga skripsi yang ditulis oleh Khaerul Anwar
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab dengan judul Pengajaran
Kemahiran Berbicara (muhadatsah) Dengan Quantum Learning fokus
kajiannya menelaah tentang pengajaran kemahairan berbicara.
Dengan berbagai literatur yang ada tentunya ini membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menjadikan semuanya sebagai bahan

12

acuan untuk mengetahui tentang penerapan Quantum Learning dalam proses
pembelajaran.
Banyak referensi yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini
tentunya ini menjadi sumber data primer diantaranya adalah buku Quantum
Learning karya Bobbi De Porter dan Mike Hernacki terbitan Kaifa Bandung,
The Learning Refolution karya Gordon Dryden, buku Metodologi Pengajaran
Agama Bahasa Arab karya Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, buku metodologi
pengajaran bahsa Arab karangan Ahmad Fuad Effendy serta buku-buku lain
yang mendukung terhadap penelitian ini.

H. KERANGKA TEORI
Setelah penulis memaparkan berbagi rumusan masalah. Untuk langkah
selanjutnya akan dipaparkan berbagai landasan teori yang akan dibangun
sebagai pijakan judul skripsi ini.
1. Quantum Learning
Metode Quantum Learning diartikan sebagai interaksi-interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya, belajar adalah kegiatan seumur
hidup yang dapat dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil. Yang
dimaksud dengan interksi-interaksi adalah proses interaksi, komunikasi
dan hubungan timbal balik antara santri, ustadz, metode, media, sarana,
materi, dan lingkungan dalam pembelajaran, seluruh pribadi adalah akal,
fisik, dan emosi/pribadi. Kehormatan yang tinggi adalah material penting
dalam membentuk pelajar yang sehat dan bahagia. Maka untuk

13

mendukung dasar falsafah tersebut dimulai dengan lingkungan fisik yang
diperindah dengan tanaman, seni dan musik. Ruangan harus terasa pas dan
nyaman untuk kegiatan belajar.
Energi yang akan dirubah adalah potensi positif yang dimiliki oleh
komponen-komponen belajar yang ada, sehingga menghasilkan cahaya
keberhasilan dalam belajar, hasil belajar yang dimakasud adalah
keberhasilan dalam bentuk kognitif, afektif dan psikomotorik.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program
neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak
mengatur informasi. Program ini mengatur hubungan antara bahasa dan
perilaku dan dapat digunakan untuk menjalin pengertian antara guru dan
siswa, para pendidik dengan NLP mengetahui bagaimana menggunakan
bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan positif yang merupakan
faktor penting untuk merangsang fungsi otak.
Konsep Quantum Learning ini mampu melejitkan prestasi belajar
bagi siswa, sehingga konsep ini banyak menarik perhatian kaum akademisi
yang intens dengan persoalan pendidikan.
Istilah lain yang dapat dijabarkan dengan suggestologi adalah
pemercepatan belajar (Accelerated Learning), yang dapat diartikan sebagai
memungkinkan siswa untuk belajar dengan percepatan yang mengesankan,
dengan upaya yang normal juga dibarengi dengan kegembiraan. Cara ini
menyatukan unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai
persamaan hiburan, permainan, warna serta kebugaran fisik.

14

Penataan konteks merupakan latar atau panggung belajar kelas
yang merupakan rumah tempat siswa belajar. Di dalam ruangan ternyata
semua berbicara. Suasana ruangan yang ada akan sangat mempengaruhi
emosi siswa. Oleh karenanya penataan konteks sangat dipertimbangklan
dalam pross belajar.
Dalam Quantum Learning untuk pengajaran ada lima keyakinan
yang dapat meningkatkan emosi positif, yaitu:
a. Segalanya berbicara, segala dari lingkungan kelas hingga bahasa
tubuh, dari kertas yang ada dan rancangan belajar semuanya mengirim
pesan tentang belajar.
b. Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam proses interaksi
mempunyai tujuan akan perubahan kearah yang lebih baik.
c. Pengalaman sebelum pemberian nama, otak kita akan berkembang
pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakan
rasa ingin tahu, oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi
ketika siswa mengalami informasi sebelumnya apa yang mereka
pelajari.
d. Akui semua usaha, apapun yang peserta didik lakukan perlu
mendapatkan pengakuan atas pengakuan dan kecakapan serta
kepercayaan diri mereka.
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan, perayaan adalah
sarapan pelajar juara, perayaan memberikan umpan mengenai
kemajuan dan meningkatkan asosiasi positif.

15

Selain lima keyakinan diatas Quantum Learning juga merupakan
seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua
umur yang mengintegrasikan lingkungan, fisik, suasana, interaksi, metode,
dan teknik belajar untuk mempelajari keterampilan, yang semua aspek
tersebut akan melahirkan keyakinan dan nilai-nilai.
2. Keberhasilan penerapan Quantum Learning pada pembelajaran
Bahasa
Ada sebuah contoh tentang keberhasilan penerapan model
Quantum Learning pada pembelajaran bahasa antara lain diungkapkan
oleh Dr. Dhority seorang guru bahasa jerman yang sangat berhasil,
sebelum mempelajari suggstopedia Lozanov, dia mencoba menguji dan
membandingkannya secara terukur dengan yang tidak memakai system
cepat, kemudian seluruh bahasa kursus disiapkan dan diteliti sesuai dengan
petunjuk

Lazanov,

perangkat-perangkat

termasuk

poster,

musik,

permainan, lagu, aktivitas telah disiapkan. Hasilnya didokumentasikan
secara ilmiah.
Group kontrol terdiri dari 11siswa mempelajari dasar-dasar bahasa
Jerman dengan system cepat selama 108 jam efektif (18 hari). Group
pembandingnya terdiri dari 34 siswa–tidak diajar oleh Dr. Dhority- sama –
sama belajar dasar bahasa Jerman secara teratur selama 360 jam efektif
(12 minggu).
Hasil perbandingan mencatat berbagai tingkatan kemampuan
mendengar, memahami, membaca, dan berbicara, kemudian mereka

16

diperikasa oleh Dr Lelle –profesor Pendidikan Universitas Negeri
Winnona-. Mereka menemukan bahwa 29 % siswa kursus regular 360 jam
hanya menempati level satu dalam mempelajari dasar-dasar bahasa
Jerman. sementara siswa dengan sistem belajar cepat 120 jam meraih 73
% pemahaman lewat mendengarkan dan 64 % pemahaman dalam
membaca.17 Bukan Cuma itu saja keberhasilan dari pengujian system ini,
tetapi juga berarti penghematan sangat besar dalam hal waktu dan biaya
instruktur, biaya harian untuk peserta, serta waktu diluar jam bekerja.
3. Pembelajaran Bahasa Arab
Menurut H Malik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas perlengkapan
dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran , manusia yang terlibat dalam system pembelajaran terdiri
dari siswa, guru,

serta tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku,

majalah, papan tulis, slide dan yang lainnya. Fasilitas meliputi ruang
kelas, perlengkapan audio. Prosedur yang meliputi jadwal kegiatan,
metode yang digunakan, ujian dan lain-lain.
Pembelajaran bahasa Arab memiliki pengertian

suatu proses

kegiatan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, membina
kemampuan bahasa Arab secara aktif maupun fasif dalam rangka
memahami ajaran-ajaran islam

yang bersumber dari Al-Qur'an dan

Hadist.
17

Drayden Gordon & Dr. Jeannete The Learning Revolution " Revolusi Belajar"
(bandung ; Kaifa 2000) analisis tertulis dari Dr. Dhoorty, diberikan oleh Dr Palmer. Hlm 515

17

Dari pengertian di atas dapat disimppulkan bahwa rumusan belajar
tidak terfokus hanya di dalam kelas saja tetapi dimana saja asalkan
membawa kepada perubahan yang positif bagi siswa yang semula tidak
tahu menjadi mengerti.
Dengan demikian pembelajaran bahasa Arab dimaksudkan sebagai
usaha guru membelajarkan bahas Arab sehingga membawa pengaruh
kepada siswa yang belum terdidik menjadi manusia terdidik, dan proses
belajarnya berlangsung dengan mudah dan diharapkan terwujud dalam
pemahaman

dan

penguasaan

bahasa

Arab

secara

mudah

dan

menyenangkan bagi peserta didik.
Seorang pengajar bahasa Arab yang baik seyogyanya mengetahui
dengan pasti tujuan yang hendak dicapai oleh pengajaran bahasa itu
sendiri, mengetahui apa yang hendak diajarkan untuk mencapai tujuan itu,
mengetahui bagaimana membawakannya di depan kelas sehingga tujuan
itu bisa tercapai pada waktu yang telah ditentukan dalam kurikulum.
Dengan perkataan lain tujuan pengajaran bahasa Arab akan menentukan
materi yang harus diajarkan dan menentukan pula system dan metode yang
hendak dipergunakan.18
4. Pembelajaran Nahwu
Pembelajaran berbeda dengan pengajaran, menurut Brown seperti
yang dikutip oleh Drs. Suwarna Pringgawidagda M. Pd, bahwa
pembelajaran adalah proses memperoleh atau mendapatkan tentang
18
Tim Penyusun Buku Pedoman Bahasa Arab Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam, IAIN, (Jakarta,
1997), Hlm. 88.

18

subyek atau keterampilan yang dipelajari, pengalaman, atau intruksi.
Selain itu Brown juga merinci bahwa karakteristik sebuah pembelajaran
adalah :
a. “Mendapatkan” secara disadari.
b. Retensi informasi atau pengetahuan.
c. Retensi menggunakan simpanan, memori, organisasi kognitif.
d. Mencakup keaktifan, berfokus pada kesadaran dan reaki terhadap
peristiwa-peristiwa diluar organime.
e. Relatif permanen tetapi pembelajar dapat lupa.
f. Mencakup beberapa bentuk praktis, mungkin penguatan secara praktis.
g. Mengubah prilaku.
Mirip dengan pengertian pertama proses pengajaran didefinisikan
dengan proses menunjukan atau membantu seorang untuk belajar
bagaimana mengerjakan sesuatu, memberikan pengetahuan, menyebabkan
seseorang menjadi tahu dan mengetahui.19
Sekilas definisi kedua istiah agak tumpang tindih. Hal ini
menunjukan eratnya pengertian konsep pembelajaran dan pengajaran.
Dalam proses pemelajaran mengandung makna bahwa subyek belajar
harus

dibelajarkan,

bukan

diajarkan

.

sedangkan

dalam

istilah

pembelajaran mengandung makna bahwa guru mempunyai otoritas yang
lebih dalam prose belajar dimana guru mengajar dan siswa belajar. Siswa

19

Suwarna Priggawidagda, Op. Cit hlm 20

19

lebih banyak “diam” mendengarkan, memperhaikan dan mencatat
penjelasan guru.
Dalam pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia terapa dua macam
pendekatan, yaitu pendekatan yang disebut Nadzariyatul Furu’ (Sparated
System) dan Nadzariyatil Wahdah (Itegrated System). Dr. Syamuddin
Ayrofi dalam sebuah makalahnya yang berjudul “Pengajaran bahasa Arab
Di

Perguruan

Tinggi

Agama

(Telaah

Kritis

dalam

Persfektif

Metodologis)” (1998), Menyebutkan bahwa:
Nadzariyatul Furu’ adalah sebuah pendekatan yang memandang bahasa
terdiri dari berbagai unsur-unsur seperti gramatika, morfologi, sintaksis,
sematik, leksikal dan stalitik. Oleh karena itu pengajaran dalam
pendekatan iniharus diajarkan secara terpisah-pisah sesuai dengan cabangcabang bahasa tersebut. Sedangkan Nadzriyatul Wahdah sebaliknya,
pendekatan ini menganggap bahasa sebagai suatu kesatuan yang utuh
sehingga dalam pembelajaranahasa tidak perlu dipisah-pisahkan.20

Pembelajaran Ilmu Nahwu merupakan salah satu bentuk dari
aplikasi

pembelajaran

berbahasa

yang

mempunyai

pendekatan

Nadzariyatu Furu’. Pembelajaran Ilmu Nahwu adalah salah satu
pembelajaran Bahasa Arab yang dipisah-pisahkan.
Pembelajaran kaidah kebahasaan (Ilmu Nahwu) dapat dilakukan
secara induktif dan deduktif.
1. Penyajian secara induktif
Pembelajaran dengan cara induktif ini biasanya dengan
langkah-langkah sebagai berikut ;

20

Syamsuddin Asyrofi, 1998, Pengajaran Bahasa Arab Di Perguruan Tinggi Agama
(Telaah Kritis dalam Persfektif Metodologis)

20

a. Pendahuluan, yaitu Tanya jawab tentang pengajaran yang telah
lewat.
b. Memperhatikan contoh contoh yang ditulis di papan tulis atau
dalam buku yang dijadikan sumber belajar. Kemudian guru
menyuruh murid untuk membaca dan memahaminya.
c. Memperbandingkan dan mendikusikan contoh-contoh tersebut.
Murid disuruh mendiskusikan dan mengkaji contoh-contoh
tersebut.
d. Mengambil kesimpulan berupa kaidah bahasa.
e. Menerapkan kaidah tersebut dengan mengadakan latihan.
Direct method (metode langsung) merupakan salah satu metode
pengajaran

yang

priggawidagda

menggunakan

pembelajaran

cara

dengan

ini.

Menurut

metode

Suwarna

langsung

maka

kaidaktatabahasa dipelajari secara induktif dengan cara membuat
generalisasi contoh-contoh.21
2. Penyajian secara deduktif
Dalam cara ini kaidah disajkan terlebih dahulu kemudian
diikuti contoh-contoh. Cara ini merupakan cara lama yang digunakan
dalam pembelajaran Ilmu Nahwu.22
Didalam sebuah pendidikan tentunya diperlukan sebuah sistem
pembelajaran yang bagus. Sistem pembelajaran adalah suatu
kombinasi terorganisasi meliputi unsur manusiawi, materil, fasilitas,
21

Suwarna Priggawidagda, Op. Cit hlm 70
Ibrahim Muhamad Atha’, Thuruqu Tadris al Lughah al Arabiyah wa at Tarbiya ad
Diniyah, Kairo : Maktabah an Nahdah al Mishiriyah, Jilid II hlm 85
22

21

perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai tujuan.
Sesuai dengan rumusan tersebut orang yang terlibat dalam sistem
pembelajaran antara lain siswa, guru dan tenaga lainnya. Material
meliputi buku-buku, papan tulis, fotografi, slide, film, audio dan video
tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan
audiovisual, bahkan komputer. Prosedur meliputi jadwal, metode
penyampaian, informasi penyediaan untuk praktek, belajar, pegetesan,
penetuan tingkat dan lain sebagainya.23 Semua komponen ini harus
serasi dan seimbang untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Ada beberapa prinsip-prinsip pembelajaran bahasa termasuk
pembelajaran ilmu Nahwu, karena pembelajaran Ilmu Nahwu menurut
pembelajaran baasa yang mempunyai pendekatan Nadzariyatul Furu’
termasuk sebagai bagian untuk belajar suatu bahasa khusunya bahasa
Arab. Prinsip-prinsip ini merupakan pedoman untuk mencapai tujuan
pembelajaran disamping memperoleh hasil pembelajaran atau prestasi
yang baik bagi peserta didik. Prinsip-prinsip ini telah didenifikasikan
oleh Scarino, Vale dan Clark (dalam madya, 1994) mereka adalah
pakar-pakar dari barat namun prinip-prinsip ini dapat diterapkan di
Indonesia, Prinsip-prinsip yang mereka ajarkan yaitu :
Prinsip I

Prinsip II

: Pembelajar akan belajar secara optimal apabila
mereka
diperlakukan secara individu dengan
kebutuhan serta minitnya sendiri-sendiri.
: Pembelajar akan belajar secara optimal apabila
mereka diberikan kesempatan aktif menggunakan

23

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajr Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta
2002 hlm 119

22

Prinsip III

:

Prinsip IV

:

Prinsip V

:

Prinsip VI

:

Prinsip VII

:

Prinsip VIII

:

bahasa target untuk berkomunikasi dalam kegiatan
beajar mengajar
Pembelajar akan belajar secara optimal apabila
mereka benyak diaktifkan dengan bahasa target
yang digunakandalam proses komunikasi, baik
secara lisan maupun tulisan.
Pembelajar akan belajar secara optimal apabila
mereka dihadapkan pada aspek sruktur verbal
bahasa taget dan mengkaji makna budaya yang
terkandung dalam bahasa target. Verbalime dapat
menimbulkan salah komunikasi, terutama pada
bahasa yang penuh klise.
Pembelajar akan belajar secara optimal apabila
ditunjukan pada aspek sosial budaya penutur asli
bahasa target dan pengalaman langsung dalam
budaya bahasa target.
Pembelajar akan belajar secara optimal apabila
mereka menyadari peranan dan sifat dasar bahasa
dan budayanya
Pembelajar akan belajar secara optimal apabila
mereka diberi balikan yang efektif tantang
kemajuan belajarnya secara berkelanjutan
Pembelajar akan belajar secara optimal apabila
mereka deberi keempatan untuk mengelola
belajarnya sendiri24

Pada dasarnya semua prinsip ini menginginkan bahwa dalam
sebuah proses pembelajaran yang baik untuk mencapai hasildan tujuan
yang maksimal keaktifan peserta didik harus di utamakan disamping
faktor-faktor lainya yang sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan
belajar-mengajar seperti fasilitas, metode, media, situasi dan lain-lain.
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk gambaran pembahasan dalam skripsi ini secara menyeluruh dan
sistematik, maka penulisan skripsi dibagi dalam beberapa bab, dan setiap bab
terdiri dari sub-sub bab.

24

Suwarna Priggawidagda, Op. Cit hal 28-33

23

Pada bab pertama, yaitu bab pendahuluan yang terdiri dari, latar
belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian,
telaah pustaka, kerangka teori, serta sistematika pembahasan.
Pada bab kedua, berisi gambaran umum Pondok Pesantren
Hidayatullah yaitu tentang letak geografis, sejarah berdirinya, dasar dan tujuan
berdirinya, struktur organisasinya, keadaan guru/asatidz dan siswa/santri,
sarana dan prasarana, kurikulum pesantren dan ekstrakurikuler.
Bab ketiga, akan membahas tentang pembelajaran bahasa Arab
khususnya Nahwu di Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta yang terdiri
dari tujuan pembelajaran, guru bahasa Arab, materi pembelajaran, ModelModel pembelajaran, serta penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran
bahasa Arab, serta analisis proses pelaksanaan pembelajaran Nahwu di
Pondok Pesantren Hidayatullah.
Bab keempat, akan membahas faktor-faktor apa saja yang menjadi
penghambat dan pendukung dalam proses pembelajaran Nahwu di pondok
Pesantren Hidayatullah dengan menggunaan Quantum Learning
Bab kelima, atau bab terakhir, yang terdiri dari kesimpulan saran-saran
dan kata penutup.

24

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan penelitian dan menganalisa hasil penelitian,
maka dapat penulis simpulkan bahwa (1) Penerapan Quantum Learning sebagai
pendekatan dan metode pembelajaran nahwu sudah diterapkan dengan baik
walaupun tidak semua teori dan konsep Quantum Learning diterapkan
sepenuhnya dalam artian hanya menerapkan beberapa konsep saja diantaranya :
Lima keyakinan yang meningkatkan emosi positif, selain lima keyakinan tersebut
juga diterapkan seperangkat metode dan falsafah belajar yang mengintegrasikan
lingkungan, fisik, suasana, interaksi, metode, dan teknik belajar untuk
mempelajari keterampilan, yang semua aspek tersebut akan melahirkan keyakinan
dan nilai-nilai positif. (2) Hasil yang dicapai santri dalam proses pembelajaran
nahwu dengan pendekatan dan metode Quantum Learnig sangat baik, hal ini
dibuktikan dari hasil UAS Semester, nilai terendah 70 dan tertinggi 100 (nilai
rata-rata kelas = 85). Hal ini menunjukan bahwa ada korelasi antara penerapan
konsep Quantum Learnig dalam pembelajaran nahwu di Pondok Pesantren
Hidayatullah membuahkan keberhasilan dari sisi nilai hasil balajar.
Selain keberhasilan nilai yang berupa angka, keberhasilan yang menurut
penulis lebih penting yang di capai yaitu tumbuhnya keharmonisan, persahabatan,
motivasi,

semangat

belajar,

dan

kenyamanan

dalam

mengikuti

proses

pembelajaran, sehingga pelajaran nahwu dan ustadz nahwu selalu ditunggutunggu pelaksanaannya oleh para santri.
Setelah memperhatikan dan menganalisa hasil penelitian yang penulis
laksanakan, maka penulis mnyatakan bahwa penerapan Quantum Learning dalam
pembelajaran nahwu di Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta telah
dilaksanakan dengan baik, proses pembelajaran nahwu dilaksanakan sesuai
dengan konsep belajar yang ada pada teori Quantum Learning, sehingga mampu
mengasilkan prestasi belajar berupa nilai yang baik, menumbuhkan motivasi
belajar yang tinggi, suasana belajar mengajar yang asyik dan dinamis, dan
menghasilkan prestasi belajar yang baik, hai ini menunjukan adanya korelasi
antara penerapan Quantum Learnig dalam pembelajaran nahwu dengan prestasi
belajar santri.
Gambaran keberhasilan diatas menurut penulis tidak semata-mata
pengaruh dari penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran nahwu, karena
masih terdapat kekurangan dalam penerapannya yaitu tidak diterapkan secara
total. Hal ini disebabkan karena ustadz nahwu juga menerapkan juga beberapa
teori dan pendekatan yang lain, walaupun relevan dengan Quantum Learning.
B. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
1. Faktor-faktor pendukung dalam pengajaran nahwu di kelas I Pondok
Pesantren Hidayatullah adalah:
a. Adanya semangat ustadz nahwu yang sangat tinggi.

b. Adanya kemampuan dan motifasi santri kelas I Pondok Pesantren
Hidayatullah yang besar dalam mempelajari nahwu.
c. Adanya penerapan pendekatan dan metode pembelajarang yang relevan.
2. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat dalam pengajaran nahwu di kelas
I Pondok Pesantren Hidayatullah adalah:
a. Belum lengkapnya sarana dan presarana yang mendukung penerapan
Quantum Learning dalam proses pembelajaran khusunya nahwu.
b. Belum adanya kesepakatan sistem dalam penetapan dan penerapan model
dan metode pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien.

C. SARAN-SARAN
Agar pembelajaran nahwu di Pondok Pesantren Hidayatullah menjadi
lebih efektif dan prestasi hasil belajar santri mencapai hasil yang lebih optimal,
maka penulis ingin menyumbangksn pemikiran-pemikiran kepada:
1. Kepala Madrasah
a. Pimpinan Pesantren sebagai superfisor harus dapat mengatur, menstimulir,
memotifasi,

memimbing

serta

mendorong

para

ustadz

untuk

mengembangkan metode, disamping itu kepala madrasah juga harus dapat
mengorganisasikan madrasah untu