Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1

Kinerja Manajerial SKPD
SKPD adalah unit kerja Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas

mengelola anggaran dan barang daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala
Satuan Kerja dan bertanggung jawab atas aktivitas entitasnya. Penelitian Putra
(2013:4) menyatakan “kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu
organisasi”. “Kinerja manajerial adalah seberapa jauh seorang manajer
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen” (Putri, 2013:4). Kinerja manajerial itu
sendiri berhubungan dengan seberapa besar kemampuan setiap level manajemen
dalam meningkatkan kinerja, baik dari segi kinerja kualitas sumber daya manusia
maupun kinerja keuangan.
Bastian (2006) dalam Pratiwy (2013:2), “Indikator kinerja adalah ukuran
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator masukan

(inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak
(impacts)”.Variabel kinerja manajerial diukur dengan menggunakan instrumen
self rating dan setiap responden diminta untuk mengukur kinerja sendiri ke dalam
delapan dimensi, yaitu perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi,
pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan, serta satu dimensi

9
Universitas Sumatera Utara

pengukuran kinerja seorang kepala dinas, kepala bagian, dan kepala bidang secara
keseluruhan.
Adapun Menurut Mahoneydalam Putra (2013:4) “kinerja manajerial
adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial
antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, pengaturan staf, negosiasi, dan
lain-lain”. Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu
menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan
umumnya yang bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan
kompleks manajer menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat dan
kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada di dalam daerah
wewenangnya. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan keefektifan organisasi.
1. Perencanaan, adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan
untukselanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu
sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan
pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur,
penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan.
2. Investigasi, merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui
pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan,
pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran
hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.

10
Universitas Sumatera Utara

3. Koordinasi, menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi
dengan orang-orang dalam unit organisasi lainya, guna dapat berhubungan
dan menyesuaikan program yang akan dijalankan.
4. Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana
yang telah dibuat dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil

kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang
diperlukan.
5. Pengawasan, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan
dilaporkan

atau

kemampuan

untuk

mengarahkan,

memimpin,

membimbing, menjelaskan segala aturan yang berlaku, memberikan dan
menagani keluhan pelaksanaan tugas bawahan.
6. Pemilihan Staff, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam
suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan
mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya.

7. Negosiasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal
pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.
8. Perwakilan, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan
kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok
bisnis dan konsultasi dengan kantor-kantor lain.
Menurut Indrianto dan Soepomo dalam Nasution (2013:15), “kinerja
dinyatakan efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan mendapatkan
kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran
serta memotivasi bawahan, mengidentifikasi dan melakukan negosiasi dengan
atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan
melaksanakanya sehingga dapat menghindarkan dampak negatif anggaran
yaitu faktor kriteria, sistem penganggaran (reward) dan konflik”.

11
Universitas Sumatera Utara

2.1.2

Partisipasi Penyusunan Anggaran
Menurut Freeman (2003), anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan


organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya
pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas” (Nordiawan, Putra, Rahmawati
2007:19) “Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh
dua pihak atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pembuat dan
penerima keputusan dan mengarah kepada seberapa besar tingkat keterlibatan
aparat pemerintah daerah serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran
tersebut” (Bangun, 2009:12).Partisipasi merupakan suatu proses pengambilan
keputusan bersama oleh dua atau lebih dimana keputusan tersebut akan memiliki
dampak di masa depan.
Menurut Brownell dalam Nasution (2013:2) “partisipasi penyusunan
anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh seseorang dalam proses
penyusunan anggaran. Partisipasi merupakan perilaku, pekerjaan, dan aktivitas
yang dilakukan oleh manajer selama aktivitas berlangsung.” Adapun Menurut
Ardilla (2015:19) “Partisipasi penyusunan anggaran adalah suatu proses
pengambilan keputusan bersama antara manjer disemua level dan sebarapa besar
pengarauh dari keterlibatan para manajer tersebut dalam proses penyusunan
anggaran dan penetapan kinerja dan tujuan yang akan dicapai”. Nurcahyani
(2010) dalam Ardilla (2015:19) mendefenisikan partisipasi anggaran secara
terperinci sebagai berikut:

1. Keterlibatan
Merupakan sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para pengurus.

12
Universitas Sumatera Utara

2. Kebijakan
Alasan-alasan pihak manajer pada saat anggaran dalam proses revisi serta
seberapa besar pengaruh kebijakan terhadap penetapan anggaran.
3. Saran
Keinginan memberikan usulan atau pendapat anggaran kepada pihak atasan
tanpa diminta.
4. Komitmen
Sejauh mana manajer mempunyai pengaruh dalam mengarahkan bawahan
dalam peningkatan motivasi serta komitmen terhadap anggaran akhir.
5. Kontribusi
Kepentingan

manajer


dalam

kontribusinya

terhadap

anggaran

dan

mengefektifkan anggaran.
6. Kepuasan
Anggaran didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer pusat
pertanggungjawaban pada saat anggaran disusun dan mencapai target sesuai
dengan tepat sasaran.
Anthony dan Govindarajan (2005:86) dalam Sitepu (2015:21) menyatakan
bahwa “terdapat dua pendekatan dalam penyusunan anggaran, yaitu pendekatan
dari atas ke bawah (top down approach) dan pendekatan dari bawah ke atas
(bottom up approach). Selain itu, terdapat satu pendekatan lain yang merupakan
penggabungan


dari

kedua

pendekatan

tersebut,

yaitu

pendekatan

partisipasi”.Dalam pendekatan bersifat dari atas ke bawah (top down approach),
manajemen senior menetapkan anggaran bagi tingkat yang lebih rendah sehingga

13
Universitas Sumatera Utara

pelaksana anggaran hanya melakukan apa saja yang telah disusun. Tapi

pendekatan ini jarang berhasil karena mengarah kepada kurangnya komitmen dari
sisi pembuat anggaran dan hal ini membahayakan keberhasilan rencana anggaran.
Dalam pendekatan bersifat dari bawah ke atas (bottom up approach),
anggaran sepenuhnya disusun oleh bawahan dan selanjutnya, diserahkan kepada
atasan untuk mendapatkan pengesahan. Dalam pendekatan ini, manajer tingkat
yang

lebih

rendah

berpartisipasi

dalam

menentukan

besarnya

anggaran.Pendekatan dari bawah ke atas dapat menciptakan komitmen untuk

mencapai tujuan anggaran, tetapi apabila tidak dikendalikan dengan hati-hati
dapat menghasilkan jumlah yang sangat mudah atau tidak sesuai dengan tujuan
keseluruhan perusahaan.Dalam pendekatan kombinasi top down dan bottom up
approach, menekankan perlunya interaksi antara atasan dan bawahan secara
bersama-sama

untuk

menetapkan

anggaran

yang

terbaik

bagi

perusahaan.Pendekatan ini biasa disebut dengan partisipasi penyusunan anggaran.
Penelitian Marpaung (2010) menyatakan:

Sebenarnya, proses penyusunan anggaran yang efektif mengabungkan
pendekatan ”atas-ke-bawah’ atau dari ”bawah-ke-atas”. Pembuat anggaran
mempersiapkan draft pertama anggaran untuk bidang tanggung-jawab mereka,
yang merupakan pendekatan dari bawah-ke-atas, tetapi mereka melakukan hal
tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan di tingkat yang lebih tinggi,
yang merupakan pendekatan dari atas-ke-bawah. Manajer senior meninjau dan
mengkritik anggaran yang diusulkan. Proses persetujuan yang keras membantu
untuk memastikan bahwa pembuat anggaran tidak ”main-main” dengan system
penyusunan anggaran. Tetapi,proses peninjauan, sebaiknya harus dipandang
adil, jika atasan mengubah jumlah anggaran, dia harus mencoba untuk
meyakinkan pembuat anggaran bahwa perubahan itu wajar.

14
Universitas Sumatera Utara

Ikhsan dan Ishak(2005:175) dalam Ardilla (2015:19), menguraikan manfaat
partisipasi penyusunan anggaran, sebagai berikut:
1. Partisipasi dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebih besar
pada semua tingkat manajemen
2. Meningkatkan rasa kesatuan kelompok, yang pada gilirannya cenderung untuk
meningkatkan kerjasama antaranggota kelompok dalam penetapan tujuan
3. Menurunkan tekanan dan kegelisahan yang berkaitan dengan anggaran
4. Menurunkan ketidakadilan yang dipandang ada dalam alokasi sumber daya
organisasi antar subunit organisasi, serta reaksi negatif yang dihasilkan dari
persepsi semacam itu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat
partisipasi penyusunan anggaran, yaitu: meningkatkan moral dan mendorong
inisiatif, meningkatkan rasakesatuan kelompok, menurunkan tekanan dan
kegelisahan dalam anggaran, danmenurunkan ketidakadilan dalam alokasi sumber
daya organisasi antar subunit organisasi, serta reaksi negatif yang dihasilkan dari
persepsi semacam itu. (Ardilla, 2015:20)
2.1.3

Kejelasan Sasaran Anggaran
“Anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor

publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimiliki pada kebutuhan –
kebutuhan yang tidak terbatas” (Pratiwy 2013:4). Locke dan Lathan dalam
Pratiwy (2013:4) menyatakan bahwa sasaran adalah apa yang hendak dicapai oleh
karyawan. Jadi kejelasan sasaran anggaran akan mendorong manajer lebih efektif
dan melakukan yang terbaik dibandingkan sasaran yang tidak jelas. “Kejelasan

15
Universitas Sumatera Utara

sasaran anggaran adalah adanya sasaran anggaran yang jelas akan memudahkan
individu untuk menyusun target-target anggarannya. Selanjutnya, target-target
anggaran yang disusun akan sesuai dengan anggaran yang ingin dicapai
organisasi, hal ini berimplikasi pada penurunan senjangan anggaran” (Nasution,
2013:9).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai rencana kerja
pemerintah daerah merupakan desain teknis pelaksanaan strategi untuk mencapai
tujuan daerah.Jika kualitas anggaran pemerinatah daerah rendah, maka kualitas
fungsi-fungsi pemerintah daerah cenderung lemah. Anggaran daerah seharusnya
tidak hanya berisi mengenai informasi pendapatan dan penggunaan dana
(belanja), tetapi harus menyajikan informasi mengenai kondisi kinerja yang ingin
dicapai. “Anggaran pemerintah daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian
kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran pemerintah daerah harus
bisa menggambarkan sasaran kinerja secara jelas.” (Bangun, 2009:15).
Kenis dalam Pratiwy (2013:3) mengatakan terdapat beberapa karakteristik
anggaran, salah satunya adalah kejelasan sasaran anggaran. Pada konteks
pemerintah daerah, kejelasan sasaran anggaran tercakup dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Perangkat
Daerah (RKPD). Menurut Steers dan Porter dalam Putra (2013:6) bahwa dalam
menentukan sasaran anggaran mempunyai karakteristik utama yaitu:
1. Sasaran harus spesifik, bukan samar – samar
2. Sasaran harus menantang namun dapat dicapai.

16
Universitas Sumatera Utara

Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas
organisasi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan
pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang, dan tidak puas dalam bekerja.
Hal ini menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak pasti.Pada konteks
pemerintah daerah, kejelasan sasaran anggaran berimplikasi pada aparat, untuk
menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai instansi pemerintah.
“Aparat akan memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan
secara tepat. Selanjutnya, hal ini akan menurunkan perbedaan antara anggaran
yang disusun dengan estimasi terbaik bagi organisasi” (Suhartono dan
Mochammad, 2006 dalam Sitepu, 2015:24).
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kejelasan sasaran
anggaran menggambarkan seberapa luas suatu sasaran anggaran yang dinyatakan
secara jelas dan spesifik serta dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab
terhadap pencapaiannya. Sasaran anggaran yang tidak jelas dapat menyebabkan
kebingungan, tekanan, dan ketidakpuasan dari karyawan sehingga akan
berdampak buruk terhadap kinerja manajerial (Sitepu, 2015:24).
2.1.4

Akuntabilitas Publik
Menurut Mardiasmo (2002:20) “Akuntabilitas publik adalah kewajiban

pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, pelaporan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang

17
Universitas Sumatera Utara

memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut”.
Akuntabilitas terdiri dari dua macam, yaitu: (1) akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan (2) akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Pertanggungjawaban

vertikal

(vertical

accountability)

adalah

pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah
pusat kepada MPR. Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability)
adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. “Dalam konteks organisasi
pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan disclosureatas
aktivitas

dan

kinerja

financial

pemerintah

kepada

pihak-pihak

yang

berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah pusat maupun daerah harus
bisa menjadi subjek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik”
(Mardiasmo, 2002:21).
Akuntabilitas (accountability) merupakan konsep yang lebih luas dari
stewardship.Stewardship mengacu pada pengelolaan atas suatu aktivitas secara
ekonomis dan efisien tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan
accountability

mengacu

pada

pertanggungjawaban

oleh

seorang

steward(pengelola modal) kepada pemberi tanggung jawab. “Akuntabilitas
merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit mewujudkannya daripada
memberantas

korupsi”

(Turner

and

Hulme,

1997)

dalam

Mardiasmo

(2002:21).Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi
sektor publik.

18
Universitas Sumatera Utara

Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga–lembaga sektor
publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal (horizontal
accountability)

bukan

hanya

pertanggungjawaban

vertical

(vertical

accountability).Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan
keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor publik
(Mardiasmo 2002:21) Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi
sektor publik terdiri atas beberapa dimensi. Ellwood(1993) dalam Mardiasmo
(2002:21) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi
oleh organisasi sektor publik, yaitu:
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hokum (accountability for
probity and legality)
2. Akuntabilitas proses (process accountability)
3. Akuntabilitas program (program accountability)
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
1.

Akuntabilitas Hukum dan Peraturan
Terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power)
sedangkan akuntabilitas hukum (legal accountability) terkait dengan jaminan
adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan
dalam penggunaan sumber daya publik.

2.

Akuntabilitas proses
Terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas
sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem
informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses

19
Universitas Sumatera Utara

termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif,
dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan
akuntabilitas proses dapat dilakukan misalnya dengan memeriksa ada
tidaknya mark-up dan pungutan-pungutan lain diluar yang ditetapkan, serta
sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan yang menyebabkan mahalnya
biaya pelayanan publik dan kelambanan pelayanan. Pengawasan dan
pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait dengan pemeriksaan terhadap
proses tender untuk melaksanakan proyek-proyek publik. Yang harus
dicermati dalam pemberian kontrak tender adalah proses tender telah
dilakukan secara fair melalui compulsory competitive tendering (CCT)
ataukah dilakukan melalui pola korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
3. Akuntabilitas program
Terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai
atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang
memberikan hasil yang optimal dan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas kebijakan
Terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah
atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah, baik pusat maupun daerah
atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPRD dan
masyarakat luas.
Jadi, suatu entitas (organisasi) yang accountable adalah entitas yang
mampu menyajikan informasi secara terbuka mengenai keputusan –
keputusan yang telah diambil selama beroperasinya entitas tersebut,

20
Universitas Sumatera Utara

memungkinkan pihak luar (legislatif, auditor, masyarakat luas) mereview
informasi tersebut, serta bila dibutuhkan harus ada kesediaan untuk
mengambil tindakan korektif. (Ulum 2008:45)
2.2

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013) dengan judul Pengaruh

Akuntabilitas Publik dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja
Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah Kota Padang).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Akuntabilitas Publik dan Kejelasan Sasaran Anggaran berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja Manajerial SKPD.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) dengan judul Pengaruh
Akuntabilitas, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap
Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Empiris pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Buleleng). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Akuntabilitas, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran
berpengaruh positif dan singnifikan terhadap Kinerja Manajerial SKPD baik
secara simultan maupun parsial.
Marpaung (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Di Pemerintah
Kabupaten Toba Samosir”.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi
penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
manajerial Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir.

21
Universitas Sumatera Utara

Penelitian yang dilakukan oleh Bangun (2009) Pengaruh Partisipasi dalam
Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Struktur Desentralisasi
terhadap Kinerja Manajerial SKPD dengan Pengawasan Internal sebagai Variabel
Moderating (Studi Kasus pada Kabupaten Deli Serdang). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran
Anggaran, Struktur Desentralisasi, dan Pengawasan Internal berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kinerja Manajerial SKPD.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2013) dengan judul Pengaruh
Kejelasan Sasaran Anggaran dan Pengendalian Akuntansi terhadap Kinerja
Manajerial di Perusahaan Panin Sekuritas.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Kejelasan Sasaran Anggaran dan Pengendalian Akuntansi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja Manajerial di Perusahaan Panin Sekuritas baik secara
simultan dan parsial.
Penelitian yang dilakukan oleh Ardilla (2015) dengan judul Pengaruh
Partisipasi Penganggaran terhadap Kinerja Manajerial pada Dinas Pertanian
Provinsi Sumatera Utara.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Partisipasi
Penganggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Manajerial
pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu
NO

Variabel

1.

Hasil Penelitian

Independen :

Partisipasi

dalam

Penyusunan

Partisipasi dalam

Anggaran,

Kejelasan

Penyusunan Anggaran,

Anggaran,

Bangun
Sasaran

2009
Struktur

22
Universitas Sumatera Utara

Kejelasan Sasaran

Desentralisasi, dan Pengawasan

Anggaran dan Struktur

Internal berpengaruh positif dan

Desentralisasi

signifikan

terhadap

Kinerja

Manajerial SKPD
Dependen :
Kinerja Manajerial SKPD
Kabupaten Deli Serdang

Moderating :
Pengawasan Internal
2.

Independen :
Akuntabilitas Publik dan
Kejelasan Sasaran

Akuntabilitas
Publik
dan
Kejelasan Sasaran Anggaran
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap Kinerja
Manajerial SKPD

Anggaran
Putra
2013
Dependen :
Kinerja Manajerial Satuan
Kerja Perangkat Daerah
Kota Padang
3.

Independen :

Partisipasi penyusunan anggaran

Partisipasi Penyusunan

berpengaruh

Anggaran

signifikan

positif

dan

Marpaung
terhadap

kinerja

2010
manajerial Pemerintah Daerah
Dependen :

Kabupaten Toba Samosir

23
Universitas Sumatera Utara

Kinerja Manajerial Di
Pemerintah Kabupaten
Toba Samosir
4.

Nasution

Independen :

Kejelasan Sasaran Anggaran dan

Kejelasan Sasaran

Pengendalian

Anggaran dan

berpengaruh

Pengendalian Akuntansi

signifikan

2013

Akuntansi
positif
terhadap

dan
Kinerja

Manajerial di Perusahaan Panin
Dependen :

Sekuritas baik secara simultan

Kinerja Manajerial di

dan parsial

Perusahaan Panin Sekuritas
5.

Independen :

Akuntabilitas, Kejelasan Sasaran

Akuntabilitas, Kejelasan

Anggaran

Sasaran Anggaran dan

Anggaran

Partisipasi Anggaran

dan singnifikan terhadap Kinerja

dan

Partisipasi

berpengaruh

positif

Sari, Sinarwati,
Manajerial SKPD baik secara
Sujana
Dependen :

simultan maupun parsial

2014
Kinerja Manajerial Satuan
Kerja Perangkat Daerah
(Studi Empiris pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Buleleng)

24
Universitas Sumatera Utara

6.

Independen :

Partisipasi

Partisipasi Penganggaran

berpengaruh
signifikan

Penganggaran
positif
terhadap

dan
Kinerja

Ardilla
Dependen :

Manajerial pada Dinas Pertanian

Kinerja Manajerial pada

Provinsi Sumatera Utara

2015

Dinas Pertanian Provinsi
Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian pustaka dan penelitian

terhadulu maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :
Partisipasi Penyusunan
A

(

)

Kinerja

Kejelasan Sasaran Anggaran (X2)

Manajerial

Akuntabilitas Publik (X3)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual pada gambar 2.1 menunjukkan
hubungan pengujian pengaruh: 1) variabel partisipasi penyusunan anggaran (X1)
secara parsial terhadap kinerja manajerial (Y); 2) variabel kejelasan sasaran
anggaran (X2) secara parsial tehadap kinerja manajerial (Y); 3) variabel
akuntabilitas publik (X3) secara parsial terhadap kinerja manajerial (Y), dan juga
menunjukkan adanya pengaruh variabel partisipasi penyusunan anggaran (X1),

25
Universitas Sumatera Utara

kejelasan sasaran anggaran (X2), dan akuntabilitas publik (X3) secara simultan
terhadap kinerja manajerial (Y).
2.4

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :
H1 : Apakah Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1) berpengaruh terhadap
Kinerja Manajerial (Y) di SKPD Kota Medan?
H2: Apakah Kejelasan Sasaran Anggaran (X2) berpengaruh terhadap Kinerja
Manajerial (Y) di SKPD Kota Medan?
H3:Apakah Akuntabilitas Publik (X3) berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial
(Y) di SKPD Kota Medan?
H4:Apakah Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1), Kejelasan Sasaran Anggaran
(X2), dan Akuntabilitas Publik (X3) berpengaruh terhadap Kinerja
Manajerial (Y) di SKPD Kota Medan?

26
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial (Survei pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Cimahi)

7 39 32

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

1 6 99

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH.

0 2 16

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH.

0 5 15

PENGARUH AKUNTABILITAS, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KOTA DENPASAR.

1 1 45

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

0 0 13

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

0 1 3

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

0 0 8

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

0 1 3

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

0 1 17