Sistem Pakar Hama dan Penyakit Tanaman R

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penelitian
Posisi Indonesia yang terletak pada sabuk tropis menjadikan Indonesia

sebagai salah satu kawasan dengan keragaman tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan. Di seluruh dunia terdapat 40.000 jenis tanaman
obat, 30.000 diantaranya tersebar di negeri ini, dan hampir 7.000 diantaranya telah
diidentifikasi dan digunakan untuk kepentingan medis. Karena itu, tidaklah salah
jika Indonesia disebut “Negeri Tanaman Obat” (Pusat Studi Biofarmaka LPPM
IPB & Gagas Ulung, 2014). Tidak hanya kaya akan tanaman obat, Indonesia juga
kaya akan rempah dan juga aromatik. Hal ini tercatat dalam sejarah indonesia,
yaitu wilayah Maluku yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah. Oleh
penjajah, Maluku disebut sebagai Spice Islands. Bahkan pada abad pertengahan
(sekitar 1600 Masehi) cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling
popular dan mahal di Eropa, melebihi harga emas.
Tanaman rempah, obat dan aromatik merupakan tanaman berkhasiat
multiguna, baik sebagai rempah-rempah, pangan fungsional, obat, penyedap,

penyegar, kosmetik, parfum dan beragam kebutuhan industri lainnya. Sedangkan
bentuk tanaman rempah yang diperdagangkan cukup beragam, mulai dari bahan
makanan dalam bentuk segar, simplisia kering, biji, dan minyak atsiri serta
produksi jadi seperti jamu, makanan, minuman, kosmetik dan produksi jadi
lainnya. Tanaman rempah, obat dan aromatik juga menjadi sumber penghasil

1

2

devisa negara dari sektor perkebunan rakyat.

Dimana tanaman rempah

menempati posisi ke-9 sebagai komoditi ekspor terbesar indonesia. Sedangkan
pada tanaman obat menempati posisi ke-3 sebagai komoditi ekspor terbesar dan
pada tanaman aromatik terdapat minyak atsiri yang menempati posisi ke-5 sebagai
komoditi ekspor terbesar indonesia (kementrian perdagangan republik indonesia).
Tanaman Rempah yang paling banyak dibudidayakan adalah lada. Dimana
persebarannya terdapat di Lampung, Bangka, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggra, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Aceh, Bengkulu, Sumatera Barat, Jawa Barat dan Jawa Timur. Untuk
Tanaman Obat yang paling banyak dibudidayakan adalah jahe. Dimana
persebaran tanaman jahe terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan

Kalimantan Utara.

Untuk tanaman aromatik yang yang paling banyak dibudidayakan adalah nilam
sebagai penghasil minyak atsiri. Dimana persebaran tanaman aromatik terdapat di
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Tetapi masih banyak permasalahan yang dihadapi petani dalam
membudidayakan tanaman rempah, obat dan aromatik. Kendala produksi jahe di
Indonesia adalah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang utama
adalah penyakit bercak daun dan banyak pula ditemukan penyakit layu bakteri
yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum yang dapat mengakibatkan
kerugian cukup nyata karena tanaman yang diserang daun-daunnya rusak
sehingga proses fotosintesis tidak berjalan normal (Manohara. Et al, 2011). Dan
pada tanaman lada kendala yang dihadapi adalah hama penggerek buah


3

(Lophobaris piperis) dan penyakit busuk pangkal batang (Phytophthora capsici
Lionian) yang menyerang seluruh bagian tanaman. Hal ini dapat menyebabkan
rendahnya produktivitas bahkan dapat menyebabkan gagal panen dengan
persentase 80%. Sedangkan masalah utama yang dihadapi tanaman nilam adalah
rendahnya produktivitas dan mutu minyak.

Hal ini terlihat pada statistika

produktivitas nilam pada tahun 2004 sebesar 103,42 kg/ha dan pada tahun 2008
turun menjadi 83,05 kg/ha. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya
produktivitas dan mutu tanaman aromatik Indonesia. Berdasarkan data Ditjenbun
tahun 2009 (199 kg/ha/tahun) bahwa rendahnya produktivitas dan mutu minyak
nilam disebabkan oleh serangan penyakit tanaman, terutama layu bakteri dan
budok yang dapat menurunkan kadar produksi dan dapat menimbulkan kerusakan
hingga sebesar 60 – 95 % (Hadipoentyanti, E. Et al, 2008).
Hal ini juga dipengaruhi oleh minimnya informasi dan pengetahuan petani
dalam menangani permasalahan yang ada. Para petani mengalami kesulitan dalam
mendeteksi dini kemungkinan hama dan penyakit yang menyerang, dan juga

mereka mengalami kesulitan mendeteksi dan menangani hama dan penyakit yang
telah timbul pada komoditas perkebunan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi
penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. (Sujiyanto, Balitro)
Dari hasil penelitian Balitro, dibutuhkan pengidentifikasian, pencegahan
dan penanganan khusus dari pakar komoditas rempah, obat dan aromatik. Balitro
telah mengumpulkan banyak informasi untuk menangani permasalahan tersebut.
Tetapi balitro terkendala dalam menyebarkan informasi yang ada. Sejauh ini

4

penyebarannya hanya melalui buku, jurnal dan seminar-seminar. Hal ini dirasa
masih kurang optimal oleh Balitro sendiri (Sujiyanto, Balitro).
Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi yang mengakomodasi sebuah sistem
yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun serta menyertakan pengetahuan
pakar dalam bidang tertentu. Salah satu sistem yang dapat mengatasi
permasalahan berdasarkan pakar dalam bidang tertentu adalah sistem pakar.
Sistem pakar adalah sebuah sistem komputer yang berbasis pengetahuan
(knowledge-based system) terpadu yang memiliki kemampuan untuk memecahkan
berbagai masalah dalam bidang tertentu secara cerdas dan efektif sebagaimana
layaknya pakar.


Seorang pakar yang dimaksud dalam sistem pakar adalah

seseorang yang mempunyai kemampuan khusus dalam memecahkan masalah
yang biasanya tidak dapat diselesaikan oleh orang awam. Dan salah satu teknologi
yang dapat diakses dimanapun dan kapanpun adalah website.
Web adalah halaman yang ditampilkan di internet yang memuat informasi
tertentu, web pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992. Hal ini sebagai hasil
usaha pengembangan yang dilakukan CERN di Swiss. Internet dan web adalah
dua hal yang berbeda. Internet yaitu yang daapat menampilkan web-nya,
sedangkan web adalah yang ditampilkannya yang berupa susunan dari halamanhalaman yang menggunakan teknologi web dan saling berkaitan satu sama lain
(Fazri, 2013).
Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah Sistem
Konsultasi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kubis (Brassica Oleracea )
Berbasis Web. Namun demikian, belum ditemukan adanya penelitian sistem

5

Pakar Hama dan Penyakit Tanaman Rempah, Obat dan Aromatik Berbasis Web,
yang dapat memudahkan petani dalam mengakses informasi untuk mendeteksi

hama dan penyakit tanaman rempah, obat dan aromatik sehingga dapat menekan
angka tingkat kehilangan hasil, maka dari itu penelitian ini perlu dilakukan.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian
untuk membangun sistem pakar hama dan penyakit tanaman rempah, obat dan
aromatik. Hasil penelitian ini kemudian disusun sebagai laporan skripsi dengan
judul “Sistem Pakar Hama dan Penyakit Tanaman Rempah, Obat dan
Aromatik Berbasis Web”.

1.2.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian di atas, maka dapat

disimpulkan beberapa masalah seperti di bawah ini :
1.

Minimnya pengetahuan dan informasi petani untuk mendeteksi dan
menangani hama dan penyakit tanaman rempah, obat dan aromatik.

2.


Belum tersedianya media berbasis IT yang dapat memudahkan petani
tanaman rempah, obat dan aromatik untuk mengatasi permasalahan hama
dan penyakit tanaman rempah, obat dan aromatik

1.3.

Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian
Adapun maksud dari penelitian ini adalah memanfaatkan perkembangan
teknologi komputer sebagai media untuk mengakses lebih banyak informasi dan

6

untuk konsultasi mengenai hama dan penyakit tanaman rempah, obat dan
aromatik berbasis web.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.


Membantu petani tanaman rempah, obat dan aromatik dalam menyediakan
informasi dan pengetahuan untuk menangani hama dan penyakit tanaman
rempah, obat dan aromatik dengan menggunakan teknologi.

2.

Membangun sistem pakar hama dan penyakit tanaman rempah, obat dan
aromatik berbasis web.

1.4.

Batasan Masalah
Guna menghindari melebarnya pembahasan dalam penyususan laporan

penelitian ini, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1.

Sumber informasi hama dan penyakit tanaman rempah, obat dan aromatik
yang disajikan dalam sistem ini berpatokan pada buku referensi, hasil

penelitian para pakar dan penjelasan dari pakar pakar terkait di Balai
Penelitian Tanaman Rempah Obat dan Aromatik (BALITRO) Bogor.

2.

Sistem pakar yang dibangun hanya berfokus pada hama dan penyakit
tanaman rempah, obat dan aromatik pada komoditas jahe, lada dan nilam.

3.

Jenis hama dan penyakit yang dikelola dalam sistem ini terbatas pada 2
(dua) jenis penyakit dari masing-masing tanaman, yaitu pada tanaman jahe
adalah layu bakteri dan bercak daun, lalu pada tanaman lada adalah busuk

7

pangkal batang dan hama penggerek batang sedangkan pada tanaman
nilam membahas tentang budog dan layu bakteri .
4.


Sistem yang dibangun menampilkan pertanyaan seputar indikasi dan
gejala, pengguna menjawab dengan ya atau tidak kemudian pada
pertanyaan terakhir sistem akan menampilkan diagnosa penyakit dengan
sistem skorsing beserta dampak pada tanaman, penanganan serta
pencegahan.

1.5.

Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1.

Manfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, sebagai bahan referensi dan
menambah khasanah dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
dibidang teknologi informasi.

2.

Manfaat bagi penulis, sebagai sarana mengimplementasikan atau

menerapkan ilmu dari setiap teori-teori yang telah dipelajari, menambah
wawasan dan pengalaman dalam mengembangkan ilmu dan teknologi dari
berbagai disiplin ilmu, dan juga merangsang penulis untuk berfikir kreatif,
inovatif dan dinamis.

3.

Manfaat bagi Pengguna, membantu petani dalam mendeteksi dini,
menangani dan melakukan pencegahan terhadap serangan hama dan
penyakit tanaman serta meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman
rempah, obat dan aromatik

8

4.

Manfaat bagi Balai, sebagai penyedia sarana untuk mempermudah petani
tanaman rempah, obat dan aromatik yang ada dalam pengawasan balitro
maupun tidak, agar bisa berkonsultasi mengenai hama dan penyakit
tanaman rempah, obat dan aromatik yang timbul berdasarkan masingmasing komoditas.

1.6.

Kerangka Pemikiran
Indonesia merupakan salah satu kawasan yang tidak hanya kaya akan

tanaman yang berkhasiat obat. Namun Indonesia juga kaya akan tanaman rempah
dan tanaman aromatik yang beragam dan berkhasiat multiguna, juga menjadi
sumber penghasil devisa negara dari sektor perkebunan rakyat.

Adapun

sebarannya hampir merata di seluruh Indonesia, meskipun terdapat sentra-sentra
produksi utamanya.

Salah satu dari komoditas tanaman rempah, obat dan

aromatik yang cukup penting, baik dilihat dari segi manfaatnya juga dilihat dari
perannya sebagai sumber penghasil devisa negara adalah lada, jahe dan nilam.
Akan tetapi, petani mengalami kesulitan dalam proses pembudidayaannya,
akibat dari gangguan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan.

Hal ini

dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki.
Maka dari itu diperlukan sebuah sistem yang akan menjembatani petani
untuk lebih mudah memperoleh informasi bagaimana mendeteksi dan menangani
masalah yang timbul di sektor perkebunan mereka.

9

1.7.

Metodologi Penelitian
Metode penelitian ini merupakan proses pemecahan suatu masalah

mengambil data-data untuk memudahkan suatu penelitian dengan objek yang
dituju. Adapun metode yang digunakan adalah:
1.7.1. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan pada pengumpulan data untuk penelitian

ini

diantaranya adalah sebagai berikut :
1.

Observasi
Observasi memiliki ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan metode

yang lain. Karena observasi tidak hanya berkomunikasi dengan manusia, tetapi
juga dengan objek-objek yang lain. Metode ini cocok bila digunakan untuk
meneliti prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamatinya tidak terlalu besar (Sugiyono, 2008, 145).
2.

Wawancara
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan

dapat dilakukan melalui tatap muka (face-to-face) maupun menggunakan telepon
(sugiyono, 2008, 138).
Wawancara adalah sebuah dialog atau aktivitas tanya jawab antara
pewawancara

(interviewer )

dengan

terwawancara

(narasumber)

untuk

memperoleh keterangan. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah
yang diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden.

10

3.

Kepustakaan
Dalam perancangan sistem ini, penulis juga menggunakan metode

pengumpulan data dengan cara studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan datadata dari buku-buku referensi, jurnal penelitian, literatur dan teori yang berkaitan
dengan masalah dalam penyusunan laporan skripsi ini.
1.7.2. Model Proses Pengembangan Sistem
Dalam pembangunan Sistem Pakar Hama dan Penyakit Tanaman Rempah,
Obat dan Aromatik ini, penulis menggunakan model proses dengan paradigma
waterfall (Satzinger, 2007).

Waterfall model merupakan pendekatan SDLC

(system development life cycle) prediktif yang mengasumsikan berbagai tahapan
pekerjaan yang dapat diselesaikan secara berurutan, dimana satu tahap membawa
(turun) ke tahap berikutnya.

Gambar 1.1. Pendekatan SDLC dengan metode waterfall (Satzinger et al.,
2007:40).
Dibawah ini adalah tahapan-tahapan dari waterfall model, yaitu:
1.

Tahap perencanaan (project planning)
Tujuan utama dari tahap perencanaan ini adalah mengidentifikasi lingkup

sistem baru dengan memastikan bahwa pekerjaan ini layak, mengalokasikan
waktu kerja, merencanakan sumber daya, dan menentukan jumlah staf kerja serta

11

biaya yang diperlukan. Tahap ini menjadi prioritas utama untuk memutuskan
perlu atau tidaknya pembangunan dan pengembangan sistem informasi.
2.

Tahap analisis (analysis)
Tujuan

utama

dari

tahap

analisis

adalah

memahami

dan

mendokumentasikan kebutuhan bisnis dan menentukan pemrosesan sistem baru.
Analisis pada dasarnya merupakan proses penemuan. Kata kunci yang mendorong
kegiatan selama analisis adalah penemuan dan pemahaman. Enam kegiatan utama
yang di anggap sebagai bagian dari fase ini di antaranya: mengumpulkan
informasi, menentukan kebutuhan sistem, membangun prototipe dari penemuan
berdasarkan kebutuhan, analisis sistem requirement (input, output, proses,
storage, dan kontrol).

3.

Tahap Rancangan (design)
Tujuan utama dari tahap desain untuk merancang sistem solusi berdasarkan

ketentuan yang ditetapkan dan pengambilan keputusan yang dibuat selama
analisis. Tujuh kegiatan utama yang harus dilengkapi pada tahap desain:
merancang dan mengintegrasikan jaringan, merancang arsitektur aplikasi,
merancang antar muka pengguna, merancang antar muka sistem, merancang dan
mengintegrasikan

database,

merancang

prototipe,

merancang

dan

mengintegrasikan sistem kontrol.
4.

Tahap Implementasi (implementation)
Tujuan dari tahap ini tidak hanya dapat menghasilkan suatu SI handal yang

berfungsi penuh, tetapi juga memastikan bahwa pengguna telah mampu
menggunakan sistem sesuai dengan kebutuhan. Aktivitas dalam kegitan ini

12

diantaranya: membangun komponen perangkat lunak, memverifikasi dan menguji,
mengkonversi data, melatih pengguna dan dokumen sistem, dan menginstal
sistem.
5.

Tahap Dukungan (support)
Tujuan pada tahap ini adalah untuk menjaga sistem berjalan produktif

selama masa waktu hidup sistem. Dukungan ini dapat dilakukan dengan
pemeliharaan sistem dalam hal memperbaiki kesalahan yang tidak terdeteksi
dalam pengujian sistem, menjaga kemutakhiran sistem, dan meningkatkan sistem
sebagai saran yang nantinya diteruskan kepada spesialis informasi untuk
memodifikasi sistem.
1.7.3. Metode Pendekatan Pengembangan Sistem
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan berbasis objek
dengan model dokumentasi UML (Unified Modelling Language).

UML

merupakan himpunan standar model konstruksi dan notasi yang didefinisikan oleh
Object

Management

Group

(OMG)

sebuah

organisasi

standar

untuk

pengembangan sistem dengan menggunakan UML analisis dan pengguan akhir
dapat menggambarkan dan memahami berbagai diagram khusus yang digunakan
dalam proyek pengembangan sistem (Satzinger, 2012, 46). Menurut Donald Bell
(2003 : 2) komponen-komponen UML yang sangat berguna diantaranya Use-Case
Diagram, Class Diagram, Sequence Diagram, Activity Diagram.

13

1.8.

Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pernyataaan (Sugiyono, 2009). Dari penelitian ini, dugaan sementara yang dapat
diambil adalah meningkatnya pengetahuan dan informasi petani untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Dan dapat menurunkan angka tingkat kehilangan hasil.

1.9.

Lokasi dan Waktu Penelitian

1.9.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil objek atau data dari Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor yang berlokasi di Jln. Tentara Pelajar No. 3
Bogor 16111, Telp : (0251) 8321879; Faks : (0251) 8327010, E-mail :
balitro@telkom.net,

balitro@litbang.deptan.go.id;

http://balitro.litbang.deptan.go.id.

Website

:

1.9.2. Waktu Penelitian
Tabel. Waktu Penelitian
MEI
URAIAN KEGIATAN
I.

TAHAP PERENCANAAN (Project
Planning)

II.

TAHAP ANALISIS (Analysis)

1

2

3

JUNI
4

1

1). Pendefinisian Sistem, Survey dan
Pengambilan data
2). Analisis Kebutuhan Sistem
3). Evaluasi dan Perlengkapan data
III. TAHAP PERANCANGAN (Design)
1). Desain Sistem
IV. TAHAP IMPLEMENTASI
(Implementation)
1). Implementasi Aplikasi Program
V. TAHAP DUKUNGAN (Support)
1). Uji Coba Aplikasi Program

14

2

3

JULI
4

1

2

3

AGUSTUS
4

1

2

3

SEPTEMBER
4

1

2

3

4

15