Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2010-2014

OKTAVIANI DEWI MASITHO
Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: oktvndm@gmail.com
Pembimbing
Tony S. Chendrawan, S.T., S.E., M.Si

Abstrack
The purpose of this study was to analyze whether the variable Gross Domestic Product
(GDP) and inflation affect the amount of Money Demand (M2) in Indonesia. The data used
is quantitative. Data quarterly time series from 2010-2014, which some data has been
processed by author. Data from each of the variables obtained from the official website of
Badan Pusat Statistik (BPS) and the Ministry of Trade Republic of Indonesia. This study
used multiple linear analysis by using SPSS application. And the results of his research that
the Gross Domestic Product has significantly influence to Money Demand (M2), while
inflation negatively affect Money Demand.
Keywords: Gross Domestic Bruto (GDP), Money Demand, Inflation.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Uang merupakan sesuatu benda yang diterima secara umum oleh masyarakat, sehingga
untuk melakukan transaksi ekonomi tidak mengalami kesulitan, karena salah satu fungsi
dari uang adalah sebagai standar nilai, maka seluruh barang atau jasa dinilai dengan satuan
uang. Uang merupakan unsur terpenting dalam suatu sistem perekonomian modern.
Kehadiran uang sudah melembaga dalam masyarakat, sehingga segala aktivitas masyarakat
dipengaruhi, diukur dan banyak ditentukan oleh uang. Dengan adanya uang, transaksi yang
dilakukan oleh manusia menjadi lebih mudah, cepat, dan tidak terlalu dibatasi lagi.
Peranan uang dalam perekonomian antara lain dapat meningkatkan efisiensi baik bagi
produsen, konsumen dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Uang yang beredar pada
masyarakat yaitu uang kartal, uang giral, dan uang kuasi. Dalam perkembangannya, jumlah
uang yang beredar yang ada di Indonesia tidak tertutup kemungkinan untuk mengalami
kenaikan atau penurunan jumlah uang beredar.
Pengertian permintaan uang dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jumlah uang yang
ingin dipegang oleh masyarakat dan perusahaan. Dalam kajian mengenai teori permintaan
uang, ada beberapa golongan yang berpendapat. Pertama golongan kaum Klasik, golongan
ini menganggap bahwa uang tidak memiliki pengaruh terhadap sektor riil, suku bunga,
kesempatan kerja dan pendapatan nasional. Uang hanya berpengaruh terhadap harga barang.

Bertambahnya uang beredar akan mengakibatkan kenaikan harga saja, sedangkan jumlah
output yang dihasilkan tidak berubah. Teori permintaan uang Klasik dikenal dengan teori
kuantitas uang yang dirumuskan oleh Irving Ficher dan dikembangkan oleh Marshall.
Analisis permintaan uang merupakan suatu analisis tentang besaran-besaran ekonomi
yang dibutuhkan untuk mendukung kebijakan dibidang moneter. Bank Indonesia sebagai
otoritas moneter di Indonesia melakukan kebijakan moneter dengan tujuan untuk mencapai
tujuan stabilitas moneter. Besaran-besaran ekonomi tersebut yang menjadi faktor penentu
suatu kebijakan. Dengan demikian variabel menjadi suatu yang sangat penting dalam
analisis permintaan uang.
Dalam penelitian ini, akan digunakan 2 besaran ekonomi atau variabel yang di uji
untuk mengetahui apakah berpengaruh terhadap permintaan uang (M2) atau tidak. Variabel
tersebut adalah Produk Domestik Bruto dan Inflasi.

Tabel 1.1
Jumlah data PDB, Inflasi dan Permintaan Uang tahun 2010-2014 (Triwulan)
PDB
(Milyar)

Inflasi
(%)


Permintaan
Uang (M2)
(Milyar)
2010

Triwulan 2010
2010
I
559.683,4 I
3,65 I
II
574.712,8 II
4,37 II
III
594.250,6 III
6,15 III
IIII
585.812 IIII
6,32 IIII

2011
2011
2011
I
595.721,8 I
6,84 I
II
612.500,6 II
5,89 II
III
632.823,9 III
4,67 III
IIII
623.519,8 IIII
4,12 IIII
2012
2012
2012
I
633.400,1 I

3,73 I
II
651.326,8 II
4,49 II
III
672.108,7 III
4,48 III
IIII
662.096,4 IIII
4,41 IIII
2013
2013
2013
I
671.320,3 I
5,26 I
II
688.526,6 II
5,65 II
III

709.679,8 III
8,6 III
IIII
699.526,3 IIII
8,36 IIII
2014
2014
2014
I
705.934,3 I
7,76 I
II
723.411,8 II
7,09 II
III
745.151,4 III
4,35 III
IIII
734.684 IIII
6,47 IIII

Sumber: www.bps.go.id , www.kemendagri.go.id , diolah penulis, 2015

284.156,67
301.738
315.164
332.616
345.411,67
355.016
359.734,67
395.803,67
412.639,67
449.830,67
457.246,33
467.651
468.327,33
502.692
500.018,33
491.493,33
468.518
532.820,67

505.424,56
539.012,07

Dari data diatas, jumlah permintaan uang rata-rata cenderung meningkat setiap
tahunnya. Sedangkan laju inflasinya mengalami fluktuasi yang tidak stabil. Hanya pada
triwulan ke II dan III tahun 2012 inflasi mengalami fluktuasi yang stabil, pada tahun

sebelum dan sesudahnya cenderung berfluktuasi tidak stabil atau mengalami penurunan dan
peningkatan yang cukup tinggi. Sedangkan tingkat PDB rata-rata juga cenderung stabil
walaupun masih ada penurunan di beberapa triwulan, tapi tidak terlalu jauh dari tahun
sebelumnya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap Permintaan Uang?
2. Apakah Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh terhadap Permintaan Uang?
3. Apakah Inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh terhadap
Permintaan Uang?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh Inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap
Permintaan Uang.

1.3.2. Kegunaan Penelitian
Dapat memberikan pengetahuan lebih tentang hubungan serta pengaruh Inflasi dan
Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Permintaan Uang di Indonesia khususnya
periode 2010 hingga 2014.

BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uang dan Permintaan Uang




Uang adalah barang yang memiliki fungsi diantaranya:
Alat tukar (medium of exchange)
Barang yang diberikan pembeli kepada penjual ketika mereka ingin membeli barang
maupun jasa.
Satuan hitung (unit of account)
Ukuran untuk menetapkan harga-harga dan catatan hutang
Penyimpan aset atau kekayaan (store of value)
Alat yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mentransfer daya beli dari masa

sekarang ke masa depan.

Beberapa definisi lain yang dilihat dari tingkat likuiditasnya, biasanya uang
didefinisikan sebagai berikut:
 M1 : uang kertas, logam ditambah dengan simpanan dalam bentuk rekening
 M2 : M1 + tabungan + deposito berjangka (time deposit) pada bank umum
 M3 : M2 + tabungan + deposito berjangka pada lembaga keuangan non-bank
(Nopirin, 1992:3).
Pengertian permintaan uang dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jumlah uang yang
ingin dipegang oleh masyarakat dan perusahaan (Sadono Sukirno:2000). Dalam kajian
mengenai teori permintaan uang, ada beberapa golongan yang berpendapat. Pertama
golongan kaum Klasik, golongan ini menganggap bahwa uang tidak memiliki pengaruh
terhadap sektor riil, suku bunga, kesempatan kerja dan pendapatan nasional. Uang hanya
berpengaruh terhadap harga barang. Bertambahnya uang beredar akan mengakibatkan
kenaikan harga saja, sedangkan jumlah output yang dihasilkan tidak berubah. Teori
permintaan uang Klasik dikenal dengan teori kuantitas uang yang dirumuskan oleh Irving
Ficher dan dikembangkan oleh Marshall.
2.1.1. Teori Klasik
Menurut Rahardja dan Manurung, bahwa pandangan ekonom Klasik, fungsi uang
hanyalah sebagai alat tukar. Karena jumlah uang yang diminta berbanding proporsional

dengan tingkat output atau pendapatan. Bila tingkat output meningkat, maka
permintaan uang meningkat, begitu juga sebaliknya. Jumlah uang yang dipengang oleh
masyarakat bukanlah semata-mata nilai nominalnya tetapi juga daya belinya, yaitu nilai
nominalnya dibandingkan dengan tingkat harga (real money balances).

2.1.2. Teori Keyness
Menurut teori Keynes dalam Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2004),
ada 3 motivasi orang memegang uang, yaitu untuk transaksi (transaction motive),
berjaga-jaga (precautionary motive), dan memperoleh keuntungan (speculative
motive).
A. Motif Transaksi (Transaction Motive)
Permintaan uang untuk transaksi dalam teori Keynes adalah sama dengan
permintaan uang dalam teori Klasik. Masyarakat memengang uang (holding money)
dalam rangka mempermudah kegiatan transaksi sehari-hari. Permintaan uang
untuk transaksi berhubungan positif dengan tingkat pendapatan. Bila pendapatan
meningkat, maka kebutuhan uang untuk transaksi meningkat.
B. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)
Hal lain yang juga memotivasi orang memengang uang adalah persiapan untuk
menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan atau tak terduga, misalnya sakit atau
mengalami kecelakaan. Permintaan uang untuk berjaga-jaga juga berhubungan
positif dengan tingkat pendapatan. Jika pendapatan meningkat, permintaan uang
untuk berjaga-jaga juga meningkat.
C. Motif Memperoleh Keuntungan (Speculative Motive)
Permintaan akan uang untuk motif transaksi dan berjaga-jaga tidak
menyimpang dari teori Klasik, yang memandang kebutuhan akan uang dari
fungsinya sebagai “medium of exchange”. Yang merupakan pembaharuan dalam
teori moneter dari Keynes adalah unsur yang ketiga dari permintaan akan uang,
yaitu permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. Yang dimaksud dengan
spekulasi disini adalah spekulasi dalam surat-surat berharga khususnya surat
obligasi. Dengan ini spekulan berharap memperole keuntungan atas obligasi yang
dimilikinya.

Tabel 2.1
Alasan Masyarakat Memegang Uang
Motivasi

Beberapa Karakteristik

Kebutuhan Transaksi

Untuk memenuhi kebutuhan sehari hari
Sebagai alat tukar
Berhubungan positif dengan pendapatan
Berhubungan negatif dengan perkiraan inflasi

Berjaga-jaga

Untuk menghadapi kondisis darurat/tak terduga
Sebagai alat tukar
Sebagai penyimpanan nilai
Berhubungan positif dengan pendapatan
Berhubungan negatif dengan perkiraan inflasi

Mendapatkan keuntungan

Sebagai penyimpan nilai
Sebagai salah satu bentuk asset
Berhubungan negatif dengan tingkat bunga
Berhubungan nilai dengan perkiraan inflasi

2.2. Inflasi
Menurut Boediono (1994:155) definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari
harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak disebut inflasi. Syarat adanya kecenderungan menarik yang terus-menerus
juga perlu digaris-bawahi. Kenaikan harga-harga karena, misalnya, musiman, menjelang
hari raya, bencana, dan sebagainya, yang sifatnya hanya sementara tidak disebut inflasi.
2.2.1. Teori Inflasi Klasik
Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang
beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang,
serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan
barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi
menurut Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit

dibandingkan dengan volume transaksi maka obarnya adalah membatasi jumlah uang
beredar dan kredit. Pendapat Klasik tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Inflasi = f ( Jumlah uang beredar, Kredit )
2.2.2. Teori Inflasi Keyness
Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full
employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat
permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat
kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik.
Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi,
dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan mencegah pertambahan
permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.
Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep
inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah
yang ditimbulkan oleh pengeluaran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan
peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Dengan
demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi:
Inflasi = f (Jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi)
2.2.3. Teori Kuantitas
Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi. Teori ini
menyoroti peranan dalam proses inflasi dari (a) jumlah uang yang beredar, dan (b)
psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectation). Inti dari
teori ini adalah sebagai berikut:
(a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar (uang
kartal atau uang giral). Penambahan jumlah uang ibarat “bahan bakar” bagi api inflasi.
Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun
sebab musabab awal terjadinya inflasi.
(b) Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh
psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.

2.3. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto atau GDP (Gross Domestic Bruto) merupakan statistika
perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik
mengenai kesejahteraan masyarakat. Hal yang mendasarinya karena GDP mengukur dua
hal pada saat bersamaan: total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total
pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan GDP
dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu
perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti dengan pengeluaran (Mankiw, 2006:5).
(a) GDP Rill (real GDP) mengukur jumlah produksi yang tidak dipengaruhi oleh
perubahan harga dengan kata lain menilai produksi barang dan jasa pada harga tetap.
(b) GDP Nominal mengukur produksi barang dan jasa yang dinilai denga harga-harga di
masa sekarang.
2.3.1. Komponen-komponen dan Perhitungan PDB

Y = C + I + G + NX
Persamaan ini merupakan persamaan identitas - sebuah persamaan yang pasti
benar dilihat dari bagaimana variabel-variabel persamaan tersebut dijabarkan.
Komponen tersebut ialah:
1.
2.

Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan rumah tangga untuk barang dan jasa.
Investasi (investment) adalah pembelian barang yang akan digunakan pada masa depan
untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak.
3. Belanja Pemerintah (government purchases) yaitu pengeluaran untuk barang dan jasa
yang dilakukan oleh pemerintah (mencakup upah pegawai negeri dan pengeluaran
untuk pekerjaan umum)
4. Ekspor Neto (net exports) sama dengan pembelian barang produksi domestik oleh
warga asing (ekspor) dikurangi dengan pembelian barang asing oleh warga domestik
(impor).

2.4. Kerangka Pemikiran

Inflasi

Permintaan Uang

Produk Domestik Bruto
(PDB)

2.5. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah dipaparkan maka dapat
disajikan hipotesis yaitu diduga:
1. H0 = β1 = β2 = 0 : Tidak ada pengaruh Inflasi dan PDB terhadap Permintaan Uang
2. H1 = β1 ≠ β2 ≠ 0 : Ada pengaruh Inflasi dan PDB terhadap Permintaan Uang

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang Analisis Permintaan Uang ini menggunakan model statistika
dengan menggunakan analisis regresi. Ruang lingkup dalam penelitian ini
menggunakan satu variabel terikat (dependent variable) dan dua variabel bebas
(independent variable). Variabel dependen yang digunakan yaitu Permintaan Uang,
sementara dua variabel independen yaitu Inflasi dan Pendapatan Domestik Bruto
(PDB).
3.2. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode time series. Teknik
pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh berdasarkan informasi yang disusun dan dipublikasikan oleh instansi
tertentu. Dalam penelitian ini data Inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB) diperoleh
dari website Badan Pusat Statistik (BPS) dan untuk memperoleh Permintaan Uang
yaitu dari website Kementrian Perdagangan.
3.3. Metode Yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Regresi Linear
Berganda (Multiple Regression) dengan program SPSS 22.0 (software) sebagai alat
bantunya. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas (Independent Variable) terhadap variabel terikat (Dependent Variable).
3.4. Metode Analisis Data
3.4.1. Uji Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik
seperti normalitas data, autokorelasi, heterokedastisitas dan asumsi-asumsi klasik
lainnya. Adapun asumsi-asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut:
A. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametik, asumsi yang

harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara
normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan
mengikuti bentuk distribusi normal (Santosa & Ashari, 2005:231).
B. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel pengganggu
mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas mempunyai suatu
keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain
berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya
Heterokedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi
menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya.
Heterokedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linear,
yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan atau disebut
homokedastisitas. (Gujarati dalam Elmasari, 2010:53)
C. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal (Ghozali,
2007:91).
D. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel
dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan diri
sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai
variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai periode sesudahnya
(Santosa & Ashari, 2005:240).
3.4.2. Pengujian Hipotesis
A. Pengujian Secara Parsial (Uji T)
Uji T adalah jenis pengujian statistika untuk mengetahui apakah ada
perbedaan dari nilai yang diperkirakan dengan nilai perhitungan statistika. Uji T
pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara
individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.

B. Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Analisis korelasi berganda ini berkenaan dengan hubungan tiga atau lebih
variabel. Sekurang-kurangnya dua variabel bebas dihubungkan dengan variabel
terikatnya. Dalam korelasi ganda koefisien korelasinya dinyatakan dalam R.
Analisis ini digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel bebas atau
lebih yang secara bersama-sama dihubungkan dengan variabel terikatnya, sehingga
dapat diketahui besarnya sumbangan seluruh variabel bebas yang menjadi obyek
penelitian terhadap variabel terikatnya.
C. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan
dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi
akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa
dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain (Santosa & Ashari,
2005:125).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Normalitas
Untuk menganalisis hasil Uji Normalitas, kita lihat pada baris "Asymp. Sig. (2-tailed)"
baris paling bawah. Bila nilai tiap variabel lebih dari ( > 0,05 ) maka uji normalitas bisa
terpenuhi.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = Data berdistribusi tidak normal
Jika nilai signifikasi
Jika nilai signifikasi

> 0.05 maka H0 diterima
< 0.05 maka H0 ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N
Normal Parametersa,b

20
Mean
Std.
Deviation

,0000000
,05395819

Most Extreme

Absolute

,156

Differences

Positive

,091

Negative

-,156

Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)

,156
,200c,d

Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2015
Dari tabel diatas, bisa dilitat nilai “Asymp. Sig. (2-tailed)” bernilai 0,200, lebih besar
dari 0.05. Maka dari hasil tersebut H0 diterima yang artinya data terdistribusi normal.

4.2. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik
Plot antara nilai prediksi variabel terikat (Dependent Variable) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Dasar analisisnya adalah sebagai berikut:
 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
 Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2015
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sebab tidak
ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
sehingga dapat dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi.

4.3. Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, dapat dilihat dari Value Inflation Factor
(VIF). Apabila nilai VIF > 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10, tidak
terjadi multikolinearitas (Wijaya, 2009:119).
Coefficientsa
Model

Collinearity Statistics
Tolerance

1

VIF

(Constant)
PDB

,845

1,183

Inflasi

,845

1,183

Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2015
Dari hasil output data didapatkan bahwa nilai semua nilai VIF < 10 ini berarti tidak
terjadi multikolonieritas. Dan menyimpulkan bahwa uji multikolonieritas terpenuhi.
4.4. Uji Autokorelasi
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
 Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
 Angka DW diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
 Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Model Summaryb
Model

R

1

,964a

R Square
,929

Adjusted R

Std. Error of

Square

the Estimate

Durbin-Watson

,05704

1,507

,921

Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2015
Dari tabel diatas didapatkan nilai Durbin-Watson (DW hitung) sebesar 1,507.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, DW hitung berada diantara -2 sampai +2.
Sehingga kesimpulannya adalah tidak terdapat Autokorelasi.

4.5. Pengujian Secara Parsial (Uji T)
Uji T digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Derajat signifikansi yang
digunakan adalah 0,025. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka
kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen
secara parsial mempengaruhi variabel dependen.
Coefficientsa
Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Model
B
1

(Constant)

Std. Error

-17,823

2,175

PDB

2,302

,165

Inflasi

-,034

,054

t

Sig.

Beta
-8,195

,000

,980

13,952

,000

-,044

-,631

,536

Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2015
1. PDB (X1) terhadap Permintaan Uang (Y)
Hipotesis:
H0 = PDB berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang
H1 = PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang
Terlihat pada kolom Coefficients terdapat nilai sig 0,000. Nilai sig lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,025, atau nilai 0,000 < 0,025, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Variabel X1
mempunyai T-hitung yakni 13,952 dengan T-tabel = 2,42311654 . Jadi T-hitung > T-tabel
dapat disimpulkan bahwa variabel X1 memiliki kontribusi terhadap Y. Nilai T positif
menunjukkan bahwa variabel X1 mempunyai hubungan yang searah dengan Y. Jadi dapat
disimpulkan PDB memiliki pengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang.
2. Inflasi (X2) terhadap Permintaan Uang (Y)
Hipotesis:
H0 = Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang
H1 = Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang

Terlihat pada kolom Coefficients terdapat nilai sig 0,536. Nilai sig lebih besar dari nilai
probabilitas 0,025, atau nilai 0,536 > 0,025, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel X2
mempunyai T-hitung yakni 0,631 dengan T-tabel = 2,42311654 . Jadi T-hitung < T-tabel
dapat disimpulkan bahwa variabel X2 tidak memiliki kontribusi terhadap Y. Nilai T negatif
menunjukkan bahwa X2 mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan Y. Jadi dapat
disimpulkan Inflasi memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Permintaan Uang.
4.6. Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat kepercayaan yang
digunakan adalah 0,025. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F
menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
ANOVAa
Sum of
Model
1

Squares

Mean
df

Square

Regression

,724

2

,362

Residual

,055

17

,003

Total

,780

19

F
111,280

Sig.
,000b

a. Dependent Variable: Permintaan_Uang
b. Predictors: (Constant), Inflasi, PDB
Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2015
Hipotesis:
H0 = Inflasi dan PDB berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang
H1 = Inflasi dan PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang
Pengujian secara simultan X1 dan X2 terhadap Y:
Dari tabel diperoleh nilai Fhitung sebesar 111,280 dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000.
Nilai Fhitung (111,280) > Ftabel (4,461255496), dan nilai sig lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,025 atau nilai 0,000 < 0,025; maka H0 diterima, berarti secara bersama-sama
(simultan) Inflasi dan PDB berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang.

4.7. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari
beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan
menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh
perubahan atau variasi pada variabel yang lain (Santosa & Ashari, 2005:125).
Nilai koefisien ini antara 0 dan 1, jika hasil lebih mendekati angka 0 berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel amat terbatas.
Tapi jika hasil mendekati angka 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Model Summaryb
Adjusted R
Model

R

1

,964a

R Square

Square

,929

,921

Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
,05704

1,507

a. Predictors: (Constant), Inflasi, PDB
b. Dependent Variable: Permintaan_Uang
Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2015
Berdasarkan Tabel ”Model Summary” dapat disimpulkan bahwa PDB dan Inflasi
berpengaruh sebesar 92,9% terhadap Risiko Sistematis, sedangkan 7,1% dipengaruhi
variabel lain yang tidak diteliti. Karena nilai R Square (0,929) cenderung mendekati nilai 1
maka dapat disimpulkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel tidak terbatas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan uang di Indonesia tahun 2010-2014 didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Vaiabel Produk Domestik Bruto (PDB) mempunyai hubungan yang positif dan
berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang (M2).
Variabel Inflasi mempunyai hubungan negatif sehingga berpengaruh tidak signifikan
atau tidak berkontribusi terhadap Permintaan Uang (M2).
Menurut Koefisien Determinasi (R-square) sebesar 0,929 berarti 92,9% maka
keragaman Permintaan Uang dapat dijelaskan oleh variabel Produk Domestik Bruto
(PDB) dan Inflasi secara bersama-sama.
Sedangkan dari hasil Uji F secara bersama-sama (simultan) Inflasi dan PDB
berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang (M2).

5.2. Saran
Berdasarkan evaluasi analisis dari penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan
di atas, maka perlu mengajukan saran-saran sebagai usaha untuk memecahkan
permasalahan yang ditentukan dalam analisis serta diharapkan dapat berguna bagi masukan
pihak-pihak yang terkait. Dengan berpengaruh secara positifnya Produk Domestik Bruto
(PDB) terhadap Permintaan Uang, diharapkan pemerintah dapat memberikan akses dan
fasilitas bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan pendapatan. Dengan meningkatnya
pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan uang pula sehingga dengan
meningkatnya variabel tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, www.bps.go.id
Boediono. 1994. Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5.
Yogyakarta: BPFE.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika (Buku 1, edisi ke-5). Jakarta:
Salemba Empat.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, www.kemendagri.go.id
Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro (Edisi 3). Jakarta: Salemba Empat.
Manurung, Mandala, dan Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan dan Ekonomi
Moneter. Kajian Kontekstual Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Nopirin. Ekonomi Moneter II. 1992. Yogyakarta: BPFE.
Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Santosa & Ashari. 2005. Analisis Statistic Dengan Microsoft Excel & SPSS. Yogyakarta:
Andy Offset.
Wijaya, T. 2009. Analisis Data Penelitian menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121