Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter (1)

Pengertian, Tujuan, dan Macam-Macam
Kebijakan Fiskal
Pengertian, Tujuan,dan Macam-Macam Kebijakan Fiskal|Kali ini kita akan membahas yang
pertama pengertian kebijakan fiskal lalu tujuan fiskal dan macam-macam atau jenis-jenis
kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal biasa disebut dengan politik fiskal, Dalam pengertian kebijakan
fiskal (fiskal policy) adalah implementasi dari bentuk operasional kebijakan anggaran yang
dilakukan pemerintah dalam mengatur keuangan negara. Arah kebijakan ditekankan
pengalokasian pengeluaran negara dan penerimaan negara terkhusus pada perpajakan,
contohnya saja tinggi rendahnya pajak, atau bahkan pembebasan pajak dalam pengendalian
perekonomian untuk mencapai tujuan nasional. Dalam menjalankan kebijakan sangat efektif
apalagi dibarengi dengan kebijakan moneter. Adapun tujuan dilakukannya kebijakan fiskal
dan macam-macam kebijakan fiskal adalah sebagai berikut....
1.Tujuan Kebijakan Fiskal
Adapun tujuan-tujuan dari terjadinya dan berlangsungnya kebijakan fiskal antaralain sebagai
berikut..


Mencapai stabilitas perekonomian




Memacu dan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi



Memperluas dan menciptakan lapangan kerja



Menciptakan terwujudnya keadilan sosial bagi masyarakat



Mewujudkan pendistribusian dan pemerataan pendapatan.



Mencegah pengangguran dan menstabilkan harga

Permasalahan umum dalam kegiatan ekonomi adalah inflasi. Inflasi adalah jumlah uang beredar
dimasyarakat yang besar dibandingkan jumlah barang dan jasa akan menyebabkan kenaikan

harga-harga barang. Cara-cara dalam menghadapi inflasi melalui kebijakan fiskal antara lain
sebagai berikut..
Cara Alternatif Dalam menganggulangi Inflasi melalui Kebijakan Fiskal


Bank Indonesia sebagai bank sentral yang memiliki otoritas keuangan akan berusaha
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat sampai terciptanya keseimbangan
dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia.



Mengupayakan peningkatan produksi sehingga nantinya jumlah barang atau jasa di
masyarakat bertambah yang selanjutnya akan tercapai keseimbangan antara jumlah
barang/jasa dengan jumlah uang yang beredar

Keputusan Mengatasi Inflasi melalui Kebijakan Fiskal


Mengurangi anggaran pengeluaran pemerintah dengan mengoptimalkan pos-pos vital.




Meningkatkan perolehan pajak melalui upaya peningkatan kesadaran pajak masyarakat
serta pengenaan tarif pajak yang tinggi untuk beberapa komponen pajak yang dianggap
perlu.



Melakukan pinjaman pemerintah guna menutup kekurangan yang ada. Tetapi sifat dari
pinjaman yang dilakukan pemerintah hanyalah sebagai pelengkap dalam proses
pembangunan.

2. Macam-Macam Kebijakan Fiskal
Macam-macam kebijakan fiskal terbagi atas 2 bagian yakni macam-macam kebijakan fiskal
berdasarkan segi teori dan macam-macam kebijakan fiskal berdasarkan jumlah penerimaan dan
dan pengeluran, antara lain berikut ini..
a. Macam-macam Kebijakan Fiskal Berdasarkan Sigi Teorinya


Pembiayaan Fungsional (Functional Finance) : Pembiayaan fungsional adalah

kebijakan yang mengatur dan mempertimbangkan pengeluaran pemerintah dari berbagai
akibat tak langsung pada pendapatan nasional dan bertujuan dalam peningkatan
kesempatan kerja.



Pengelolaan Anggaran (The Managed Budget Approach) : Pengelolaan anggaran
adalah mengatur pengeluaran pemerintah, hutang dan perpajakan dalam mencapai
ekonomi yang stabil.



Stabilisasi Anggaran Otomatis (The Stabilizing budget) : Stabilisasi anggaran adalah
kebijakan yang mengatur segala pengeluaran pemerintah dengan pertimbangan manfaat
dan besarnya biaya dari berbagai pengeluaran dan program-program pemerintah.
tujuannya adalah penghematan anggaran pemerintah.

b. Macam-macam Kebijakan Fiskal Bedasarkan Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran



Kebijakan Anggaran Seimbang : kebijakan anggaran seimbang adalah kebijakan yang
menyusun jumlah penerimaan dan pengeluaran sama besar, jadi penerimaan yang
diterima pemerintah harus sama dengan pengelurannya dan begitupun sebaliknya.
Keuntungan kebijakan ini adalah tidak perlu adanya lagi pinjaman baik dari dalam negeri
dan luar negeri, sedangkan kerugiannya adalah jika perekonomian negara dalam
keadaan kurang baik akan mengakibatkan ekonomi semakin memburuk



Kebijakan Anggaran Surplus : kebijakan anggaran surplus adalah kebijakan yang
disusun dengan pendapatan/penerimaan harus lebih besar dari pada pengeluaran atau
pengeluaran dengan sedikit tetapi pendapatan/penerimaan banyak. ini digunakan untuk
mencegah inflasi.



Kebijakan Anggaran Defisit : kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan yang disusun
dengan cara pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan/pendapatan. Ini berupakan
kebalikan dari kebijakan anggaran surplus. Kebijakan anggaran defisit dilakukan untuk
mengurangi depresi dan kelesungan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi

menyebabkan kekurangan anggaran.



Kebijakan Anggaran Dinamis : kebijakan anggaran dinamis adalah kebijakan yang
disusun dengan cara jumlah pengeluaran dan penerimaan sama besar dan lama
kelamaan jumlahnya makin bertambah. kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi
kebutuhan yang terus bertambah sehingga dibutuhkan jumlah yang besar.

Sekian pembahasan tentang Pengertian, Tujuan, dan Macam-Macam Kebijakan Fiskal dan
lihat juga berbagai macam artikel-artikel di Artikelsiana.com. Semoga artikel Pengertian,
Tujuan, dan Macam-Macam Kebijakan Fiskal dapa bermanfaat bagi kita semua khusunya
para pembaca budiman. Amin

Kebijakan fiskal
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi
suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal

berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara
mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal
adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran
pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:


Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi



Pola persebaran sumber daya



Distribusi pendapatan

Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian atau dengan perkataan lain, dengan kebijakan fiskal pemerintah berusaha

mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang diinginkannya. Dengan melalui

kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, dapat
mempengaruhi kesempatan kerja, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional, dan
dapat mempengaruhi distribusi penghasilan nasional.

Kebijakan Anggaran (Fiskal)
Kebijakan Fiskal - Teori Kebijakan Fiskal muncul ketika kebijakan moneter tidak
sanggup menanggulangi depresi yang melanda banyak negara di dunia pada tahun
1930-an. Teori ini didasarkan pada gagasan pemikiran John M Keynes dalam buku
"The General Theory Of Employment of Interest And Money". Pada awalnya
kebijakan ini hanya diarahkan untuk menghadapi masalah pengangguran, tetapi
kemudian dipergunakan juga untuk mengatasi inflasi. Nah, pada kesempatan kali
ini Zona Siswaakan membahas tentang Kebijakan Fiskal secara lengkap. Semoga
bermanfaat. Check this out!!!

A. Pengertian Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal ini adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan
cara memanipulasi anggaran pendapatan dan belanja negara artinya pemerintah
dapat meningkatkan atau menurunkan pendapatan negara dan belanja negara
dengan tujuan untuk memengaruhi tinggi rendahnya pendapatan nasional.


Pada umumnya pemerintah akan berusaha menentukan target belanja negara,
kemudian menentukan tingkat pendapatannya paling tidak dapat menutup seluruh
anggaran belanja yang telah ditetapkan tersebut. Hanya saja menurut kebiasaan

yang terjadi sangat sulit bagi negara untuk bisa menyesuaikan belanja negara
terhadap pendapatannya. Hal ini disebabkan oleh adanya kebutuhan untuk
menyediakan barang dan jasa serta membelanjai keperluan lain terlalu besar
sedang pendapatan negara relatif sangat rendah.

B. Tujuan Kebijakan Fiskal

Secara umum kebijakan fiskal ditujukan untuk memelihara stabilitas ekonomi
sehingga pendapatan nasional dapat ditingkatkan sesuai dengan penggunaan
sumber daya dan efektifitas kegiatan masyarakat tanpa harus mengabaikan
redistribusi pendapatan dan upaya kesempatan kerja.

Secara garis besar tujuan kebijakan fiskal dapat digolongkan menjadi tiga bagian
yaitu:


1.

Pertumbuhan kesempatan kerja penuh
Dengan cara mempertahankan kesempatan kerja penuh maka pemerintah dapat
mencegah laju peningkatan angka pengangguran. meluasnya pengangguran dapat
menyebabkan timbulnya gejolak sosial, menghambat laju pertumbuhan ekonomi
hingga akhirnya pendapatan nasional targetnya tidak tercapai.

2.

Stabilitas harga
Stabilitas barang dan jasa harus tetap dijaga agar tidak terjadi fluktuasi secara
drastis. Penurunan harga yang terus menerus dapat mematikan sektor bisnis dalam
arti perusahaan banyak yang tutup sehingga menyebabkan peningkatan angka
pengangguran. Kenaikan harga yang terus menerus akan menyulitkan masyarakat
banyak dan hanya menguntungkan segelintir pelaku bisnis saja.

3.

Laju pertumbuhan potensial

Laju pertumbuhan yang lebih tinggi memerlukan modal dan tingkat kecenderungan
menabung marginal yang lebih tinggi pada tingkat kesempatan kerja penuh. Dan
sebagai akibatnya terjadi tingkat konsumsi secara besar-besaran.

C. Jensi-jenis Kebijakan Fiskal

Jika ditinjau dari sisi teori, ada tiga macam kebijakan anggaran yaitu:

1.

Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional finance)
Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional finance) adalah kebijakan
yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat berbagai akibat tidak
langsung terhadap pendapatan nasional dan bertujuan untuk meningkatkan
kesempatan kerja.

Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach)

2.

Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach) adalah kebijakan
untuk

mengatur pengeluaran

pemerintah, perpajakan, dan pinjaman

untuk

mencapai stabilitas ekonomi yang mantap.

3.

Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget)
Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget) adalah kebijakan
yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat besarnya biaya dan
manfaat dari berbagai program. Tujuan kebijakan ini adalah agar terjadi
penghematan dalam pengeluaran pemerintah.

Selanjutnya, jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah
pengeluaran, kebijakan fiskal/anggaran dapat dibedakan menjadi empat jenis.

1.

Kebijakan Anggaran Seimbang
Kebijakan

anggaran

seimbang,

adalah

kebijakan

anggaran

yang

menyusun

pengeluaran sama besar dengan penerimaan. Ini berarti jumlah pengeluaran yang
disusun pemerintah tidak boleh melebihi jumlah penerimaan yang didapat.
Sehingga negara tidak perlu berhutang, baik berhutang dari dalam negeri maupun
ke luar negeri.

2.

Kebijakan Anggaran Defisit
Kebijakan anggaran defisit yaitu kebijakan anggaran dengan cara menyusun
pengeluaran lebih besar daripada penerimaan. Karena pengeluaran lebih besar
daripada penerimaan maka negara mengalami defisit (kekurangan) anggaran. Pada
umumnya, kebijakan anggaran defisit ditempuh pemerintah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan Anggaran Surplus

3.

Kebijakan anggaran surplus, yaitu kebijakan anggaran dengan cara menyusun
pengeluaran lebih kecil dari penerimaan. Kebijakan ini umumnya dilakukan
pemerintah untuk mencegah inflasi (kenaikan harga akibat terlalu banyak jumlah
uang

yang

beredar).

Dengan

memperkecil

jumlah

pengeluaran

(belanja),

diharapkan jumlah permintaan terhadap barang dan jasa tidak meningkat. Jika
permintaan terhadap barang dan jasa tidak meningkat, maka harga barang dan jasa
juga tidak akan naik, ini berarti inflasi bisa dicegah.

4.

Kebijakan Anggaran Dinamis
Kebijakan anggaran dinamis, yaitu kebijakan anggaran dengan cara terus
menambah jumlah penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin lama semakin
besar (tidak statis). Anggaran yang dinamis diperlukan karena semakin hari
semakin banyak kegiatan rutin dan kegiatan pembangunan yang harus dibiayai
negara, yang membutuhkan dana lebih besar.

Terima

kasih

sudah

berkenan

berkunjung

dan

membaca

artikel

di

atas

tentang Kebijakan Fiskal, semoga bisa menambah pengetahuan Sobat sekalian
dan tentunya dapat bermanfaat. Apabila ada kesalahan baik berupa penulisan
maupun pembahasan, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk
kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share ya Sobat. ^^ Maju Terus Pendidikan
Indonesia ^^

Kebijakan moneter
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai
tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan
moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin
requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha
terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat
dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan
dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil. [1]
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Daftar isi
[sembunyikan]


1 Jenis-jenis Kebijakan Moneter



2 Tujuan Kebijakan Moneter



3 Lihat pula



4 referensi

Jenis-jenis Kebijakan Moneter[sunting sumber]
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu: [2]


Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga
kebijakan moneter longgar (easy money policy)


Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat
(tight money policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu
antara lain : [3]


Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang
beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang
yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.


Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat
bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang
sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang.


Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah
uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar,
pemerintah menaikkan rasio.


Imbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan
memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi
kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah
uang beredar pada perekonomian.

Tujuan Kebijakan Moneter[sunting sumber]
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan
ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. [4]
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap hargaharga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun
2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran
utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar
yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai
stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan
kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk
mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan
moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga)
dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara
operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumeninstrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing,
penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau

pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter
berdasarkan Prinsip Syariah.

Pengertian, Jenis, Tujuan dan Instrumen
Kebijakan Moneter
Pengertian, Jenis, Tujuan dan Instrumen Kebijakan Moneter| Banyak dari para ahli yang
telah mendefinisikan pengertian kebijakan moneter. Sedangkan Pengertian Kebijakan Moneter
Secara Umum adalah langkah-langkah yang diambil penguasa moneter (Bank Sentral atau
Bank Indonesia) untuk memengaruhi jumlah uang yang beredar dan daya beli uang. Kebijakan
berasal dari kata bijak, ditambah dengan imbuhan ke-an. Kebijakan artinya kepandaian atau
kemahiran. Moneter artinya keuangan atau mengenai keuangan. Jadi, menurut artinya katanya
kebijakan
moneter
adalah
kepandaian
mengenai
keuangan.
Caranya dengan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti operasi pasar
terbuka, kebijakan diskonto, rasio cadangan minimum, batas maksimum pemberian kredit, dan
moral suasion. Melalui instrumen-instrumen tersebut akan terjadi perubahan jumlah uang yang
beredar. Perubahan jumlah uang ini pada akhirnya akan memengaruhi kestabilan moneter agar
lebih kondusif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Keberhasilan kebijakan moneter
biasanya diukur dari peningkatan kesempatan kerja, perbaikan neraca pembayaran, dan
kestabilan
tingkat
harga.

1.

Jenis-Jenis

Kebijakan

Moneter

Kebijakan moneter dibagi atas dua macam atau jenis. Jenis-Jenis kebijakan moneter adalah
sebagai berikut....


Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary expansive policy) : Kebijakan moneter
ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli
masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau
depresi. Kebijakan moneter ekspansif juga disebut dengan kebijakan moneter longgar
(easy money policy).



Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy) :Kebijakan moneter
kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan moneter
kontraktif disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

2.

Tujuan

Kebijakan

Moneter

Secara garis besar, tujuan kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ekonomi yang ditandai

dengan gairah dunia usaha dan meningkatnya kesempatan kerja. Jika dirinci tujuan kebijakan
moneter adalah sebagai berikut..


Menjaga Stabilitas Ekonomi : Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan perekonomian
yang berjalan sesuai dengan harapan, terkendali, dan berkesinambungan. Artinya,
pertumbuhan arus uang yang beredar seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan
jasa yang tersedia.



Menjaga Stabilitas Harga : Kebijakan moneter selalu dihubungkan dengan jumlah uang
beredar dan jumlah barang dan jasa. Interaksi jumlah uang beredar dengan jumlah
barang dan jasa akan menghasilkan harga. Ada kalanya harga naik atau turun tidak
beraturan, sehingga perubahan harga dapat memengaruhi kegiatan ekonomi
masyarakat. Apabila harga cenderung naik terus-menerus, orang akan membelanjakan
semua uangnya yang mengakibatkan terjadinya gejala ekonomi yang disebut inflasi.



Meningkatkan Kesempatan Kerja : Jika jumlah uang beredar seimbang dengan jumlah
barang dan jasa, maka perekonomian akan stabil. Pada keadaan ekonomi stabil,
pengusaha akan mengadakan investasi. Investasi akan memungkinkan adanya
lapangan pekerjaan baru. Adanya lapangan pekerjaan baru atau perluasan usaha berarti
meningkatkan kesempatan kerja.



Memperbaiki Posisi Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran : Kebijakan
moneter dapat memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Jika
negara mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang asing, harga-harga barang ekspor
akan menjadi lebih murah, sehingga memperkuat daya saing dan meningkatkan jumlah
ekspor. Peningkatan jumlah ekspor akan memperbaiki neraca perdagangan dan neraca
pembayaran.

3.

Instrumen

Kebijakan

Moneter

Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentra menggunakan instrumen-instrumen
kebijakan moneter seperti berikut...


Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) : Operasi pasar terbuka
adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral untuk mengurangi atau
menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menjual sertifikat
Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga di pasar modal.



Kebijakan Diskonto (Discount Policy): Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau
menambah jumlah uang beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika
bank sentral memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala
inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga. Dengan
menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk menabung.



Kebijakan Cadangan Kas : Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan
atau menurunkan cadangan kas (cas ratio). Bank umum, menerima uang dari nasabah
dalam bentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, dan jenis tabungan lainnya.

Ada persentase tertentu dari uang yang disetorkan nasabah yang tidak boleh
dipinjamkan.


Kebijakan Kredit Ketat : Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus
benar-benar didasarkan pada syarat 5C, yaitu Character, Capability, Collateral, Capital,
dan Condition of Economy. Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang yang beredar
dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat ekonomi sedang
mengalami gejala inflasi.



Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion) : Bank sentral dapat juga memengaruhi
jumlah uang beredar dengan berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan
pada bank umum dan pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato dan edaran
dapat berupa ajakan atau larangan untuk menahan pinjaman tabungan ataupun
melepaskan pinjaman.

Demikianlah informasi yang bertemakan Pengertian, Jenis, Tujuan dan Instrumen Kebijakan
Moneter. Semoga teman-teman menerima point dari berbagai uraian di tema tersebut seperti
pengertian kebijakan moneter, jenis-jenis atau macam-macam kebijakan moneter, instrumen
kebijakan moneter. Sekian dan terima kasih. "Salam Berbagi Teman-Teman".

KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL
Moh Hari Rusli 14:02 Add Comment Ilmu Sosial

1. Kebijakan Moneter

Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dalam
bentuk pengendalian terhadap banyaknya jumlah uang yang beredar untuk mencapai
perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Kegiatan perekonomian yang
dimaksud adalah kestabilan perekonomian makro yang tercermin dalam kestabilan harga
(rendahnya laju inflasi), membaiknya perkembangan out put riil (pertumbuhan ekonomi)
serta cukup luasnya kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan moneter yang dimaksud
di atas adalah bagian integral dari kebijakan ekonomi makro yang pada umumnya
dilakukan dengan mempertimbangkan siklus ekonomi, sifat perekonomian suatu negara
(terbuka atau tertutup) serta faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya.
Tujuan Kebijakan Moneter, meliputi :
• Memelihara stabilitas harga
Kebijakan moneter mempunyai sasaran untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan uang agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan uang yang dapat
berakibat pada keguncangan harga
• Mendukung pertumbuhan ekonomi yang rill dan mantap
Mantapnya kegiatan investasi dan usaha peningkatan produksi merupakan prasyarat
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang mantap. Pertumbuhan ekonomi yang ingin
dicapai adalah pertumbuhan rill yakni pertumbuhan dalam ukuran jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan bukan pertumbuhan dalam hitungan uang semata-mata.
• Mendukung tercapainya tingkat pengangguran yang rendah
Pengangguran yang tinggi merupakan musuh setiap perekonomian. Setiap negara
berusaha melakukan kebijakan untuk menguranginya, antara lain dengan kebijakan
moneter.
Kebijakan moneter yang dilakukan dalam rangka pengendalian jumlah uang beredar
(JUB), dapat dilakukan melalui beberapa instrumen. Adapun instrumen kebijakan
moneter di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
a) Kebijakan Moneter Kualitatif adalah kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dalam bentuk himbauan moral kepada para pemimpin bank-bank umum agar
ikut mengamankan apa yang menjadi kebijakan Bank Indonesia. Wujud kebijakan
moneter kualitatif ini antara lain: bujukan moral (moral suasion); kredit selektif dan
lainnya.
b) Kebijakan Moneter Kuantitatif adalah kebijakan moneter dalam rangka
pengendalaian jumlah uang yang beredar melalui pengendalian besaran moneter yang
berujud angka-angka atau kuantitatif. Ujud kebijakan moneter kuantitatif antara lain:
- Politik diskonto adalah kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi jumlah uang yang
beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan tingkat menurunkan tingkat bunga
pada bank. Tingkat bunga yang dapat diatur pemerintah adalah tingkat bunga pinjaman
dari bank sentral kepada bank-bank umum.
- Politik operasi pasar terbuka adalah kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi
jumlah uang yang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik
negara.
- Kebijakan syarat cadangan kas pada bank adalah kebijakan pemerintah untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan cara menetapkan jumlah minimum
cadangan kas yang harus ada pada setiap bank.
Kebijakan moneter memiliki peran dan fungsi. Adapun peran dan fungsi kebijakan
moneter adalah sebagai berikut :
Peran Kebijakan Moneter
1. Mempertahankan iklim investasi
Dengan tingkat inflasi yang rendah, maka iklim investasi akan tetap hidup. Jika inflasi
rendah, suku bunga bank juga cenderung rendah. Rendahnya suku bunga bank akan
mendorong orang untuk melakukan investasi atau usaha baru.
2. Memperluas kesempatan kerja
Kebijakan moneter dapat menciptakan iklim kondusif bagi berlangsungnya berbagai
kegiatan ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan tenaga kerja. Adanya

kegiatan ekonomi berarti pula memperluas kesempatan kerja.
3. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Keadaan ekonomi yang kondusif memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Adanya kestabilan nilai kurs mata uang serta kestabilan harga barang dan jasa sangat
dibutuhkan para investor atau pengusaha dalam menjalankan kegiatan ekonomi.
Kegiatan ekonomi yang berjalan baik menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
4. Memperbaiki kondisi neraca pembayaran
Neraca pembayaran nasional dikatakan baik jika mengalami surplus atau nilai ekspor
melebih nilai impor. Untuk mencapai kondisi tersebut, kebijakan moneter yang terkait
dengan mata uang atau nilai kurs sangat diperlukan. Kebijakan moneter dapat
mempertahankan stabilitas kurs maupun menurunkan ke tingkat yang diinginkan.
Dengan suatu tingkat kurs tertentu, diharapkan barang-barang produksi dalam negeri
akan bisa lebih murah dibanding produk dari negara lain. Kondisi ini meningkatkan daya
saing produk dalam negeri sehingga pada akhirnya akan memperbesar volume ekspor
(menciptakan neraca pembayaran yang surplus).
5. Menjaga kestabilan nilai kurs mata uang
Untuk menjaga agar nilai kurs mata uang stabil sesuai yang diharapkan, maka Bank
Indonesia melakukan kebijakan moneter berupa operasi pasar terbuka. Dalam keadaan
apabila nilai kurs mata uang rupiah merosot tajam dibanding dollar Amerika Serikat,
maka Bank Indonesia melakukan intervensi pasar dengan menjual dollar.
6. Menjaga kestabilan harga barang dan jasa
Masyarakat membutuhkan keadaan dimana harga barang dan jasa tetap stabil sehingga
dapat menjalankan usahanya. Untuk menciptakan keadaan seperti itu, maka Bank
Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter berupa menaikkan atau menurunkan suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tujuan kebijakan ini adalah untuk menurunkan
atau menaikkan jumlah uang yang beredar (JUB). Apabila harga barang dan jasa naik
terus-menerus (tidak stabil) maka Bank Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia agar jumlah uang yang beredar berkurang sehingga laju kenaikan harga
barang dan jasa dapat dikurangi.
7. Menurunkan laju inflasi
Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter
untuk menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB). Untuk menurunkan jumlah uang
yang beredar, kebijakan moneter yang diambil dapat berupa menaikkan atau
menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau pun dengan kebijakan
moneter lainnya yaitu reserve requirements. Untuk menurunkan laju inflasi berarti
jumlah uang yang beredar harus dikurangi. Untuk itu, dengan kebijakan reserve
requirements, Bank Indonesia menetapkan kenaikan cadangan minimum dari bank-bank
umum.
Fungsi Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter berfungsi sebagai instrumen/cara untuk mempengaruhi
perekonomian. Kebijakan moneter sebagai sebuah cara, dipergunakan untuk mencapai
tujuan/sasaran ekonomi yang diharapkan, di antaranya adalah untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi, mengatasi pengangguran, memperbaiki neraca pembayaran
yang defisit, dan menjaga stabilitas nilai uang.

2. Kebijakan Fiskal

Pengertian kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan cara
menaikkan atau menurunkan pendapatan negara atau belanja negara dengan tujuan
untuk mempengaruhi tingkat pendapatan nasional. Menurut J.M Keynes, kebijakan fiskal
sangat penting untuk mengatasi pengangguran yang relatif serius. Melalui kebijakan
fiskal, pengeluaran agregat dapat ditambah sehingga akan meningkatkan pendapatan
nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja.
Kebijakan fiskal atau kebijakan anggaran juga diterjemahkan sebagai kebijakan
pemerintah yang berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran negara (APBN),
agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga diharapkan akan

meningkatkan penciptaan lapangan kerja. Pada dasarnya, kebijakan fiskal atau kebijakan
anggaran dapat dinilai dari dua aspek, yaitu :
a) Aspek kuantitatif, artinya berhubungan dengan jumlah uang yang harus ditarik dan
dibelanjakan.
b) Aspek kualitatif, artinya berhubungan dengan peningkatan jenis-jenis pajak,
pembayaran, dan subsidi.
Macam-macam kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal sering disebut juga sebagai kebijakan anggaran, karena mengakibatkan
perubahan angka-angka yang ada dalam APBN. Jika dilihat dari perbandingan jumlah
penerimaan dengan jumlah pengeluaran, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi:
1. Kebijakan anggaran seimbang
Kebijakan ini merupakan kebijakan anggaran yang menyusun pengeluaran sama besar
dengan penerimaan. Hal ini berarti bahwa jumlah pengeluaran yang disusun tidak boleh
melebihi jumlah penerimaan yang didapat. Dengan demikian, negara tidak perlu
berutang, baik dari dalam maupun luar negeri. Anggaran ini tidak tepat digunakan dalam
masa depresi (kelesuan ekonomi), karena bisa memperburuk keadaan ekonomi. Pada
masa depresi, penerimaan negara sangat rendah sehingga perlu mendapat pinjaman
untuk memperbaiki perekonomian. Oleh sebab itu, negara tidak bisa melakukan
kebijakan anggaran seimbang. Adapun kebijakan anggaran yang tepat digunakan pada
masa depresi adalah kebijakan anggaran defisit.
2. Kebijakan anggaran surplus
Merupakan kebijakan anggaran yang menyusun pengeluaran lebih kecil daripada
penerimaan. Kebijakan ini pada umumnya dilakukan pemerintah untuk mencegah
inflasi (kenaikan harga akibat terlalu banyak jumlah uang yang beredar). Kebijakan
anggaran surplus dilakukan dengan cara menyusun pengeluaran lebih kecil dari
penerimaan. Dengan memperkecil jumlah pengeluaran (belanja), diharapkan jumlah
permintaan terhadap barang dan jasa tidak meningkat. Jika permintaan terhadap barang
dan jasa tidak meningkat, maka harga barang dan jasa juga tidak akan naik, ini berarti
inflasi bisa dicegah.
3. Kebijakan anggaran defisit
Kebijakan anggaran ini menyusun jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.
Kebijakan anggaran ini biasa digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena pengeluaran lebih besar daripada penerimaan, maka negara mengalami
defisit (kekurangan) anggaran. Pada umumnya, kebijakan anggaran defisit ditempuh
pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ibaratnya, seorang pengusaha
yang kekurangan modal untuk memajukan usaha dan ekonominya, berutang pada pihak
lain untuk memperoleh tambahan modal sehingga dapat memajukan usaha dan
ekonominya. Asalkan bekerja dan berusaha dengan jujur, tidak boros, tidak dikorupsi
oleh para pegawai, tentu usahanya itu bisa maju. Demikian halnya dengan Indonesia,
walaupun negara melakukan kebijakan anggaran defisit, asalkan tidak dikorupsi,
Indonesia pasti mampu memajukan perekonomiannya.
4. Kebijakan anggaran dinamis
Kebijakan ini merupakan kebijakan anggaran dengan cara terus menambah jumlah
penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin lama semakin besar (tidak statis).
Anggaran yang dinamis diperlukan karena semakin hari semakin banyak kegiatan rutin
dan kegiatan pembangunan yang harus dibiayai negara, yang membutuhkan dana lebih
besar.
Kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah antara lain :
1. Kebijakan fiskal stabilisator otomatis
Kebijakan fiskal ini biasa ditemui di negara-negara maju, dimana kebijakan fiskalnya
memiliki stabilisator otomatis, yaitu pajak dan pengeluaran yang dikategorikan dalam
transfer payment.
2. Kebijakan fiskal diskresioner
Kebijakan ini merupakan langkah-langkah pemerintah untuk mngubah pengeluaran atau
pemungutan pajaknya untuk mengatasi masalah ekonomi yang sedang dihadapi. Dalam
menjalankan kebijakan fiskal ini, pemerintah menggunakan beberapa alat berikut:
a. Membuat perubahan atas pengeluaran pemerintah

Pada saat tingkat pengangguran tinggi, pemerintah akan meningkatkan kegiatan
perekonomian dan pengeluaran agregat. Untuk itu, dapat dilakukan beberapa alternatif
berikut:
- Menaikkan pengeluaran, tetapi tidak membuat perubahan apa pun atas pajak yang
dipungutnya.
- Mempertahankan tingkat pengeluaran tetapi menurunkan pajak yang dipungut.
- Menaikkan pengeluaran dan menurunkan pajak yang dipungutnya.
- Pengeluaran pemerintah dan pajak dinaikkan dengan kenaikan yang sama besarnya
agar pendapatan dan pengeluaran pemerintah tetap seimbang.
Sebaliknya, ketika perekonomian mengalami inflasi, langkah yang dapat dilakukan:
- Mengurangi pengeluaran.
- Menaikkan pajak.
- Mengurangi pengeluaran sekaligus menaikkan pajak yang dipungut.
- Mengurangi pengeluaran dan pajak yang dipungut dengan jumlah yang sama besar.
b. Membuat perubahan sistem pemungutan pajak
Pada saat tingkat pengangguran tinggi, salah satu langkah yang bisa diambil pemerintah
adalah dengan mengurangi pajak pendapatan. Caranya adalah dengan menaikkan
pendapatan tidak kena pajak untuk orang pribadi. Pengurangan pajak ini akan
menambah kemampuan masyarakat dalam membeli barang/jasa sehingga
meningkatkan pengeluaran agragat.
Jika ditinjau dari sisi teori, ada tiga macam Kebijakan Fiskal, yaitu :
1) Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional finance) adalah
kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat berbagai akibat tidak
langsung terhadap pendapatan nasional dan bertujuan untuk meningkatkan kesempatan
kerja.
2) Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach) adalah
kebijakan untuk mengatur pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk
mencapai stabilitas ekonomi yang mantap.
3) Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget) adalah
kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat besarnya biaya dan
manfaat dari berbagai program. Tujuan kebijakan ini adalah agar terjadi penghematan
dalam pengeluaran pemerintah.
Kebijakan fiskal memiliki peran dan fungsi, serta tujuan dalam mengatur kestabilan
perekonomian. Adapun peran dan fungsi serta tujuan kebijakan fiskal adalah sebagai
berikut.
Peran Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal berperan memengaruhi keadaan perekonomian agar berjalan dengan
lebih baik. Hal ini dilakukan dengan cara memperbesar atau pun memperkecil
pengeluaran pemerintah (G), penerimaan pajak (Tx) dan jumlah transfer oleh pemerintah
(Tr). Peranan kebijakan fiskal antara lain sebagai berikut.
1) Menurunkan tingkat inflasi
Untuk menurunkan tingkat inflasi, pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal berupa
tindakan memperkecil pengeluaran pemerintah. Untuk memperkecil pengeluaran,
tindakan yang dapat diambil oleh pemerintah adalah dengan menunda atau
membatalkan proyek-proyek pemerintah yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan
pembatalan atau penundaan tersebut, maka jumlah uang yang beredar di masyarakat
tidak bertambah banyak sehingga laju inflasi dapat dikurangi/diturunkan. Kebijakan fiskal
lainnya adalah dengan mengurangi atau meniadakan transfer pemerintah (Tr). Yang
dimaksud transfer pemerintah adalah pengeluaran tanpa balas jasa langsung, misalnya
bantuan bencana alam, beasiswa pelajar, bantuan kepada rakyat miskin dan subsidi.
Dengan mengurangi atau meniadakan transfer pemerintah (Tr), maka laju pertambahan
uang yang beredar di masyarakat dapat dikendalikan sehingga laju inflasi juga dapat
dikurangi.
2) Meningkatkan produk domestik bruto
Untuk meningkatkan produk domestik bruto, pemerintah dapat mengambil kebijakan
fiskal yaitu memperbesar pengeluaran pemerintah (G). Untuk memperbesar pengeluaran
pemerintah (G), dapat dilakukan dengan merencanakan dan melaksanakan proyek-

proyek pembangunan yang didanai APBN. Dengan adanya proyek-proyek tersebut maka
terjadi permintaan barang dan jasa. Adanya permintaan barang akan mendorong adanya
produksi oleh masyarakat. Selain itu, kebijakan fiskal lainnya yang dapat meningkatkan
produk domestik bruto adalah peningkatan transfer pemerintah (Tr). Transfer pemerintah
(Tr) berupa bantuan bencana alam, beasiswa pelajar, bantuan kepada rakyat miskin dan
subsidi dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang pada gilirannya meningkatkan
permintaan barang maupun jasa, yang akhirnya mendorong kegiatan produksi oleh
pengusaha.
3) Mengurangi tingkat pengangguran
Untuk mengurangi tingkat pengangguran, pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal,
yaitu memperbesar pengeluaran pemerintah (G) dan memperbesar transfer pemerintah
(Tr) berupa subsidi kepada pengusaha, pengurangan pajak terhadap pengusaha dan
sebagainya. Pengeluaran pemerintah untuk mendanai proyek-proyek pembangunan
membutuhkan jasa tenaga kerja, dengan demikian pengangguran dapat dikurangi.
Proyek-proyek tersebut membutuhkan beraneka macam barang misalnya batu, pasir,
batu bata, semen, peralatan, dan sebagainya. Semua kebutuhan tersebut disediakan
oleh masyarakat (pengusaha) yang pastinya menggunakan tenaga kerja.
4) Meningkatkan pendapatan masyarakat
Pengeluaran pemerintah (G) misalnya proyek pembangunan jalan, jembatan, gedung
pemerintah, pembelian barang berupa peralatan kantor, rumah sakit, militer
memberikan pendapatan kepada masyarakat karena semuanya itu melibatkan tenaga
kerja serta memberikan keuntungan pada pengusaha. Penyedia (supplier) bahan
bangunan mendapat keuntungan saat dilaksanakan proyek pembangunan jalan,
jembatan, dan gedung pemerintah. Pedagang peralatan kantor, peralatan rumah sakit
dan peralatan militer mendapat keuntungan saat pemerintah melakukan pembelian
barang.
Fungsi Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan dalam mengelola keuangan negara yaitu yang
terdapat pada pos penerimaan dan pos pengeluaran negara dalam APBN. Dalam pasal 3
ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa APBN
mempunyai sejumlah fungsi, yakni :
• Fungsi otorisasi
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
tahun yang bersangkutan.
• Fungsi perencanaan
Anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan
pada tahun yang bersangkutan.
• Fungsi pengawasan
Anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
• Fungsi alokasi
Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
• Fungsi distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
• Fungsi stabilisasi
Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
Tujuan Kebijakan Fiskal
Secara lebih terperinci, tujuan kebijakan fiskal ialah :
• menciptakan stabilitas ekonomi;
• menciptakan lapangan kerja;
• menciptakan pertumbuhan ekonomi tinggi;
• menciptakan keadilan dalam mendistribusikan pendapatan.
Untuk mengatasi defisit anggaran antara lain dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.

a) Kemungkinan Penciptaan Uang Baru
Untuk membiayai pengeluaran, pemerintah dapat menciptakan uang baru, dengan cara
mengeluarkan uang kertas baru melalui pinjaman dari Bank Sentral berupa kredit kepada
pemerintah, atau sering dikatakan Anggaran Defisit Spending. Risiko yang timbul adalah
terjadinya inflasi, yaitu meningkatkan harga barang secara umum, karena bertambahnya
jumlah uang yang beredar.
b) Kemungkinan untuk Pinjaman
Untuk membiayai pengeluaran, pemerintah dapat memperoleh dana melalui pinjaman
dengan cara menerbitkan obligasi dan surat-surat berharga. Mulai tahun 2000, format
dan struktur dalam APBN menggunakan anggaran defisit, artinya jumlah pengeluaran
lebih besar daripada penerimaannya dan dibiayai dengan sumber-sumber pembiayaan
dari dalam juga luar negeri. Selain itu, diupayakan pula untuk menghemat pengeluaran
rutin serta meningkatkan pengeluaran terkaitan pembangunan pada bidang kegiatan
produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional.
Untuk mencapai kebijakan fiskal, maka penyusunan APBN harus berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
• Anggaran berimbang yang dinamis, maknanya penerimaan diusahakan meningkat
melalui tabungan pemerintah.
• Penentuan skala prioritas yang tepat, artinya pengeluaran harus disesuaikan
dengan kepentingannya.
• Dana-dana pembangunan dalam negeri yang makin besar, artinya penerimaan
dalam negeri selalu ditingkatkan, sedangkan penerimaan pembangunan (yang berasal
dari utang luar negeri) diupayakan diperkecil.
• Bekerja atas dasar program terpadu, artinya pelaksanaan program yang dapat
menjamin terpeliharanya stabilitas kehidupan ekonomi hingga mampu mendorong
pembangunan secara mantap.
[End]