PERGESERAN WAKTU MUSIM HUJAN AKIBAT PEMA

MAKALAH
METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI LAUT
PERGESERAN WAKTU MUSIM HUJAN AKIBAT PEMANASAN GLOBAL
YANG BERPENGARUH PADA IKLIM WILAYAH TROPIS

Oleh :
Amirotul Bahiyah

26020214130055

Arya Muhammad

26020214140065

Muhammad Faith Hidayatullah

26020212120012

Tri Gustiar Sinaga

26020214140074


yoppik disma girindra putra

26020214140083

Oseanografi B
Dosen Pengampu:
Agus Anugroho Dwi Suryoputro

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

I.

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pemanasan global merupakan peristiwa yang pada akhir-akhir abad ini sedang banyak
dibicarakan oleh para ilmuan di seluruh dunia, peristiwa Ini merupakan fenomena alam yang
tidak hanya terjadi pada suatu kawasan saja melainkan terjadi di seluruh dunia. menurut
Ramlan (2002) Pemanasn global atau global worming adalah suatu keadaan dimanaterdapat
unsur CO dan CO2 yang menumpuk di udara dan akan menghasilkan efek seperti rumah kaca
terhadap cahaya matahari yang akan masuk ke Bumi dan Bumi seolah-olah dilapisi oleh
kedua gas tadi. Akibatnya, bumi terasa lebih panas dari biasanya. Global worming terjadi
akibat adanya penambahan atau pengurangan gas-gas yang berada di atmosfer. Kusmana
(2010) berkata bahwa Dewasa ini meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca disebabkan
oleh beberapa gas diantaranya CO2, CH4, CFC, HFC, N2O. Selain dengan gas pencemar
udara, global worming ini juga dipengaruhi oleh sinar matahari dan keadaan atmosfer sendiri.
Atmosfer merupakan lapisan paling luar yang pertama kali terkena sinar matahari.
Menurut Syaikhudin.J.N (2008) Atmosfer merupakan suatu lapisan gas yang menyelimuti
bumi. Gas ini terbentuk atas beberapa lapisan penyusun atmosfer, diantaranya lapisan
Troposfer (0 - 10 km), Stratosfer (10 - 50 km), Mesosfer (50 - 80 km), Termosfer (80 - 400
km), Eksosfer (400 km lebih). Lapisan-lapisan inilah yang menjadi pelindung pertama bumi
dari sengatan sinar matahai. Selain itu pada lapisan troposfer merupakan tempat terjadinya
peristiwa cuaca, sehingga adanya perubahan komposisi gas di atmosfer juga akan
mempengaruhi cuaca dan iklim pada bumi. Seperti halnya pada pemanasan global yang

terjadi, peristiwa ini berdampak banyak pada cuaca dan iklim, yakni penyinaran
matahari,suhu udara, kelembaban, tekanan, angin, awan, curah hujan yang merupakan unsurunsur dari cuaca dan iklim. Akibatnya banyak terjadi pergeseran waktu iklim yang telah
terdata sebelumnya, serta terjadinya perubahan periode pada musim-musim seperti semakin
lamanya musim hujan yang tidak bertempat pada bulan seperti kebiasaanya.
Pergeseran musim hujan yang berada pada kawasan tropis seperti di Indonesia
merupakan dampak hasil dari pemanasan global. Harmoni.A.(2005) berkata bahwa Beberapa
model proyeksi iklim memperkirakan bahwa efek rumah kaca akan mempengaruhi siklus

hidrologi yang berakibat pada tingginya Curah hujan yang akan langsung berpengaruh
terhadap meluasnya daerah genangan banjir di dataran rendah.
Berdasarkan uraian diatas, pada paper kali ini diambillah tema “ PERGESERAN
WAKTU MUSIM HUJAN AKIBAT PEMANASAN GLOBAL YANG BERPENGARUH
PADA IKLIM WILAYAH TROPIS “ yang pada BAB selanjutnya akan dibahas leih detail
lagi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab dari peristiwa global worming?
2. Apa pengaruh tekanan udara dengan pergeseran waktu musim hujan?
3. Bagaimana proses hujan dengan adanya pemanasan global?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa mampu mengetahui peristiwa global warming;

2. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh tekanan udara dengan pergeseran waktu musim
hujan;
3. Mahasiswa mengetahui proses terjadinya hujan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemanasan Global
Matahari merupakan sumber energi terbesar yang terus mengalir secara kontinyu. Energi ini
sampai ke bumi dengan menempuh jarak 150 juta km atau 93 juta mil. Dari seluruh energi
matahari yang sampai ke atmosfer bumi, tidak semua energinya langsung diserap oleh atmosfer
atau awan namun hanya sebagian saja, yakni 25% diserab awan, 45% diadsorbsi kepermukaan
bumi dan 5% dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke atmosfir berupa sinar infra merah.
Sebagian lagi yaitu sekitar 25% langsung di pantulkan ke luar angkasa oleh awan sebelum
memasuki bumi. Energi surya yang terus mengalir ke bumi sangat mempengaruhi 99,97% iklim
dan cuaca yang ada di atmosfer. Sistem dari bumi sendiri tidak bertambah panas ataupun
bertambah dingin untuk menghasilkan iklim atau cuaca.Energi yang masuk ke permukaan bumi
haruslah sama dengan energi yang keluar dari bumi atau menghilang ke angkasa. Namun dari
energi yang masuk ke permukaan bumi, terdapat bagian tertentu dari bumi yang mendapatkan

energi lebih banyak atupun sebaliknya lebih sedikit yang dapat menyebabkan terjadinya transfer
energi dari bagian yang menerima banyak energi ke tempat yang memiliki lebih sedikit energi,
transfer tersebut merupakan bagian integral dari proses-proses yang kemudian melahirkan cuaca
(Glenn, 1995).
Beberapa wilayah dari seluruh dunia memiliki iklim yang berbeda-beda. Perbedaan iklim ini
sesuai dengan intensitas cahaya matahari yang diterima oleh bagian wilayah tersebut. Sehingga
terbentuk beberapa zona sesuai dengan pembagian wilayah iklim, diantaranya (Glenn, 1995):
-

Zona tropis dalam
Zona tropis luar (pinggiran tropis)
Zona subtropis (kering)
Zona subtropis hujan musim dingin
Zona temperatur basah
Zona boreal
Zona subpolar
Zona kutub

Pembagian zonasi iklim atmosfir bumi didasarkan pada kebiasaan angin, temperatur, tekanan
dan uap air, curah hujan, turunya salju serta evaporasi di permukaan yang berlangsung secara

terus menerus dengan periode yang sama setiap tahunnya. Iklim ini terjadi pada lapisan atmosfir
yang sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari atau energi matahari, perbedaan atau

penambahan ataupun pengurangan zat yang berada di atmosfer akan mempengaruhi penyerapan
energi matahari oleh atmosfer atau awan yang kemudian juga berimbas pada keteraturan sistem
yang saling berkaitan di Bumi. Salah satu peristiwa tersebut yang menyebabkan bertambah dan
berkurangnya senyawa gas-gas pada atmosfir bumi adalah global worming(Glenn, 1995).
Menurut Ramlan (2002) bahwaglobal worming merupakan fenomena alam yang disebabkan
adanya pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan unsur CO dan CO 2 yang menumpuk di
udara dan akan menghasilkan efek seperti rumah kaca terhadap cahaya matahari yang akan
masuk ke bumi. Bumi seolah-olah dilapisi oleh kedua gas tersebut dan akibatnya, bumi terasa
lebih panas dari biasanya. Gas-gas yang menyebabkan pemanasan global disebut sebagai emisi,
yaitu hasil kegiatan umat manusia yang meningkatkan konsentrasi gas-gas greenhouse effect
seperti: carbon dioxide, methane, chlorofluoro carbon dan nitron oxide. Gas-gas ini biasanya
didapatkan dari hasil kegiatan manusia seperti industri pabrik dan asap dari kendaraan bermotor.
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba di
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini
berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap

terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap
air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus
sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi
sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di
atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Menurut Ramlan (2002) fenomena alam ini dimulai pada abad 18 yakni, terjadinya revolusi
industri antara lain dengan dibuatnya pabrik-pabrik, pembangkit listrik, kendaraan transportasi
dan pertanian. Dua ratus tahun kemudian, negara-negara industri baru bermunculan baik di
Eropa, Amerika bahkan di Asia. Industri memang membuat wajah dunia tampak semakin maju,
misalnya kendaraan bermotor sebagai salah satu produk industri. Namun di sisi lain berdampak
negatif terhadap lingkungan hidup manusia. Mesin-mesin kendaraan itu menggunakan bahan
bakar dari bumi. Hasil pembakaran bahan bakar tersebut menghasilkan unsur CO dan CO 2. Gas-

gas inilah yang dapat menyebabkan lapisan atmosfer terkikis khususnya pada lapisan ozon.
Proses terjadinya pemanasan global adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1. Efek rumah kaca
Harmoni (2005) menyatakan bahwa efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala

makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.
Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), Bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)
dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan
menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah
berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

Gambar 1.2. Grafik perubahan suhu tahun 1870 - 2010
Pemanasan global ini sangat mempengaruhi perubahan suhu pada permukaan bumi yang
nantinya juga akan berpengaruh banyak pada iklim dan cuaca. Menurut Harmoni (2005) model
iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka
perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas
rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air
laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas
rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.Meningkatnya suhu
global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya
permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan
jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya
hasil pertanian,punahnya berbagai jenis hewan dan hilangnya gletser yaitu, akan bertambah tipis

dan cairnya es di kutub utara dan selatan serta daerah-daerah es lainnya sehingga menyebabkan
permukaan air laut naik. Bertambah panasnya cuaca di bumi dapat mengakibatkan cepat
menguapnya air laut sehingga cepat terjadinya hujan. Pada iklim yang tidak stabil

akanmenciptakan cuaca yang ganas serta dapat menyebabkan terjadinya hujan yang sangat lebat,
kebakaran hutan, banjir mendadak, angin topan secara tiba-tiba.
2.2 Pengaruh Suhu
Pengaruh yang dirasakan oleh bumi akibat radiasi langsung oleh matahari adalah perubahan
suhu dari suatu daerah ke daerah lain. Perubahan suhu tersebut terjadi akibat dari beberapa factor
yaitu (Ford, 2005):
1. Sudut datang sinar matahari
Sudut yang dibentuk oleh arah datangnya sinar matahari dengan permukaan bumi. Semakin
tegak sudut dating sinar, semakin kuat intensitas penyinaran matahari dan semakin tinggi pula
suhu udara di daerah tersebut. Sebaliknya, semakin miring sudut dating sinar, semakin lemah
intensitas penyinarannya dan semakin rendah suhu udaranya. Karena bumi berbentuk oval, maka
setiap daerah mempunyai sudut dating matahari yang berbeda dan juga di pengaruhi oleh rotasi
bumi (siang-malam), maka dari itu terjadi perubahan suhu di berbagai dareah dan di berbagai
waktu.
2. Tinggi Rendahnya Tempat
Semakin tinggi suatu daerah dari permukaan laut, semakin rendah suhu udara. Begitu juga

sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu tempat, temperature udara akan semakin tinggi.
Perbedaan ini disebut amplitudo. Garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai tekanan udara sama disebut garis isotherm. Salah satu sifat khasudara yaitu bila kita
naik 100 meter, suhu udara akan turun 0,6°C. Hal tersebut yang menyebabkan suhu di
pegunungan dan di pesisir berbeda.
3.

Lama Penyinaran Matahari
Semakin lama penyinaran matahari semakin tinggi suhu udara di suatu tempat. Seperti

dikawasan Indonesia yang beriklim tropis, dimana periode waktu siang dan malam senantiasa
relatifsama yaitu sekitar 12 jam, perbedaan suhu saat musim panas dan dingin tidak terlalu
mencolok. Akan tetapi di daerah-daerah lintang sedang dan tinggi dimana perbedaan panjang
waktu siang dan malam pada periode musim panas dan dingin sangat mencolok, perbedaan suhu
udara antara kedua musim pun sangat tinggi.

4.

Letak Geografis Wilayah
Bagi daerah-daerah di Indonesia yang wilayahnya merupakan kepulauan yang dikelilingi


laut, perbedaan suhu udara (amplitudo suhu) harian tidak begitu tinggi. Hal ini disebabkan oleh
sifat fisika air (perairan) yang lambat menerima (menyerap) panas, tetapi lambat pula
melepaskannya. Fenomena ini berbeda dengan wilayah-wilayah yang lokasinya di tengah benua
(daratan) yang jauh dari laut, seperti daerah Asia Tengah (misalnya di Gurun Gobi dan Tibet), dan
Gurun Sahara. Perbedaan suhu udara antara siang dan malam sangat mencolok. Siang hari suhu
udara sangat tinggi, sedangkan pada malam hari sangat rendah bahkan sampai di bawah 0°C.
2.3 Tekanan Udara
Udara adalah campuran berbagai gas yang mempunyai sifat meluas dan juga dapat ditekan.
Tekanan tersebut diberikan oleh berat udara yang diberikan ke segala arah, baik dari bagian atas,
bawah, dan samping. Tekanan udara akan berkurang dengan bertambahnya ketinggian tempat
(elevasi atau ketinggian). Hal ini dapat terjadi karena massa udara semakin ke atas semakin tipis,
kerapatan udara makin kecil dan kolom udaranya makin pendek. Untuk mengukur tekanan udara
di suatu tempat dapat digunakan alat, yaitu barometer. Mekanisme alat ini, ketika tekanan udara
naik maka mercury yang ada di dalam pipa naik. Tekanan udara diukur berdasarkan tekanan gaya
pada permukaan yang mempunyai luas tertentu. Satuan yang digunakan dalam pengukuran
tekanan udara adalah atmosfer (atm), milimeter kolom air raksa (mmHg) atau milibar (mbar)
(Nicholson, 2005).
Dengan adanya faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan suhu pada setiap daerah, juga
akan berpengaruh pada tekanan. Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi iklim dan cuaca.
Tekanan udara berperan dalam menggerakan suatu masa udara, tekanan sangat dipengaruhi oleh
densitas atau kerapatan massa udara. Setiap wilayah memiliki kerapatan massa udara yang
berbeda-beda,hal ini disebabkan oleh perbedaan suhu dari setiap wilayah, suhu mempengaruhi
kerapatan massa udara, tingginya suhu menyebabkan udara memuai dan menjadi renggang,
namun sebaliknya semakin rendah suhu menyebabkan udara semakin rapat. Oleh karena itu suhu
berbanding terbalik dengan tekanan dan perbedaan suhu sangat mempengaruhi perubahan
tekanan di udara (Nicholson, 2005). Ditambahkan oleh Saikhudin (2008) tekanan udaya yang
diukur dengan barometer menunjukkan bahwa semakin tinggi suatu tempat tekanan udaranya
semakin berkurang, karena lapisan udara makin tipis.

Sebaran tekanan udara suatu daerah digambarkan kedalam tampilan peta dengan ditunjukan
oleh garis isobar. Isobar adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai
tekanan udara yang sama pada saat yang sama pula. Pada peta, wilayah yang memiliki tekanan
udara paling tinggi dibandingkan dengan daerah daerah tekanan tinggi, biasanya digunakan
simbol (+). Wilayah yang memiliki tekanan udara paling rendah dibandingkan dengan daerahdaerah lain di sekitarnya dinamakan daerah pusat tekanan minimum atau tekanan rendah,
biasanya digunakan simbol (-) (Nicholson, 2005).
Perubahan tekanan udara juga menyebabkan arah angin, yaitu massa udara yang bergerak
karena perbedaan tekanan, seperti hukum Boys Ballot yang berbunyi “Bahwa udara mengalir dari
daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah”. Angin adalah salah satu faktor
dalam dinamika cuaca yang mempengaruhi iklim (Bennet, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa
perbedaan suhu dan tekanan udara yang menyebabkan pergerakan angin sangat berpengaruh
terhadap cuaca dan iklilm.
2.4 Pengaruh Angin dan Kecepatan Angin
Angin merupakan salah satu unsur cuaca yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca yang
lain seperti suhu, kelembaban udara maupun pergerakan awan. Arah datangnya angin akan
berpengaruh terhadap kandungan uap air yang dibawanya. Ketika angin banyak mengandung air
maka akan terbentuk awan. Hal ini terjadi pada saat awal musim hujan. Selain itu, angin yang
banyak mengandung uap air akan meningkatkan kelembaban udara dan dapat pula menurunkan
suhu udara(Bennet, 2007).
Dalam mengukur kecepatan angin terdapat istilah kecepatan angin rata-rata. Kecepatan angin
rata-rata adalah jumlah seluruh kecepatan angin pada saat pengamatan di bagi dengan jumlah
pengamatan tanpa memperhatikan arah angin. Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut
anemometer. Kecepatan angin dapat diukur dalam satuan meter per detik, kilometer per jam, atau
knot (1 knot atau sekitar 0,5 m/s). Arah angin diukur dalam satuan derajat yaitu Utara 360,
Selatan 180, Timur 90, Barat 270, dan seterusnya. Beberapa contoh angin yang diberi nama
sesuai dengan arah datangnya angin yaitu angin darat adalah angin yang datang dari darat menuju
lautan dan angin laut, yaitu angin yang menuju darat dari lautan(Bennet, 2007).

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Angin
Menurut Handoko (1995),faktor yang mempengaruhi tekanan angin diantaranya adalah:
1. Adanya perbedaan horizontal dalam tekanan udara.Angin selalu bergerak dari tempat
yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Jika tidak ada lagi gaya lain
yang mempengaruhi, maka angin bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi
ke udara bertekanan rendah. Jika tidak ada perbedaan udara di suatu tempat atau
mendekati nol, maka yang tejadi adalah angin yang tenang.
2. Pemanasan yang tidak sama dari permukaan bumi. Pada dasarnya mekanisme angin atau
bergeraknya udara disebabkan oleh peristiwa penimbunan, pelenyapan, dan alih panas
dari matahari.
3. Adanya perbedaan tekanan, efek coriolis, dan friksi. Perputaran bumi pada sumbunya,
akan menimbulkan gaya yang berpengaruh pada arah gerakan angin. Pengaruh perputaran
bumi terhadap arah angin disebut pangaruh Coriolis. Pengaruh coriolis menyebabkan
angin bergerak searah jarum jam mengitari daerah bertekanan rendah di belahan bumi
selatan dan sebaliknya, bergerak berlawanan arah jarum jam mengitari daerah bertekanan
rendah di belahan bumi utara.
Pergerakan arah angin juga dipengaruhi oleh adanya gesekan. Angin permukaan pada
umumnya menderita gaya gesek karena adanya kekasaran permukaan bumi. Jika permukaan
datar dan halus, maka gaya gesek kecil dan jika permukaan kasar, tertutup oleh tanaman, maka
gaya gesek besar. Gaya gesek ini dapat memperlambat pergerakan udara yang mengubah arah
angin, memperlambat kecepatan angin.Pada sistem angin regional, angin berhembus dari suhu
rendah ke suhu tinggi. Pada siang hari di daerah pantai suhu permukaan tanah meningkat lebih
cepat dibanding dengan permukaan air di lautan sehingga terjadilah angin laut. Sedangkan pada
malam hari, suhu tanah pada daratan turun lebih cepat dibanding dengan suhu permukaan laut
sehingga terjadi angin darat (Handoko, 1995).
Jika saja tidak ada faktor yang mempengaruhi, udara akan selalu bergerak ke tempat yang
memiliki tekanan udara lebh rendah. Namun, kenyataannya perputaran bumi pada porosnya
menghasilkan gaya yang berpengaruh terhadap arah pergerakan angin. Pengaruh perputaran bumi
terhadap gerak arah angin dikenal dengan istilahPengaruh Coriolis (Coriolis Effect) (Handoko,
1995).

Pengaruh Coriolis menyebabkan angin bergerak searah jarum jam mengitari daerah
bertekanan udara rendah di belahan bumi selatan, sebaliknya bergerak berlawanan dengan arah
jarum jam mengitari daerah bertekanan udara rendah di belahan bumi utara (Handoko, 1995).
Menurut Campbell (1986), sifat angin yang dapat dirasakan langsung oleh setiap manusia
adalah sebagai berikut:
-

Angin menyebabkan tekanan terhadap permukaan yang menentang arah angin tersebut.
Angin mempercepat pendinginan benda yang panas.
Angin memiliki kecepatan yang beragam antar tempat dan antar waktu.

Namun, fungsi angin yang sangat penting, meskipun tidak dapat dirassakan oleh manusia
adalah dalam mencampur lapisan udara. Sebagai contoh, angin mencampur massa udara panas
dengan dingin, udara lembap dengan udara kering, dan udara yang kandungan karbondioksidanya
tinggi dengan udara yang kandungan karbondioksidanya rendah. Karena fungsinya tersebut,
siklus hidrologi dapat berlangsung dan keracunan karbondioksida dari kawasan industri dapat
dihindari (Campbell, 1986).
2.6 Sistem Angin
Sirkulasi udara di lapisan atmosfer bumi memiliki pola tertentu. Angin yang bergerak
mengikuti pola sirkulasi udara ini disebut prevailing windk dan setiap tempat memiliki pola
sendiri-sendiri. Pola sirkulasi udara tersebut terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara yang
relatif statis pada tempat-tempat tertentu di permukaan bumi. Oleh karena itu, angin memiliki
sistem sendiri-sendiri sesuai dengan tempatnya dan diberi nama sesuai dengan arah datangnya
angin.Priana(2008) menyatakan, Sistem angin di bumi dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu
angin yang bersifat umum/tetap, dangin periodik, dan angin lokal.
a. Angin Umum/Tetap
Angin bersifat umum/ tetap adalah angin yang arah hembusannya tetap sepanjang tahun
dan meliputi wilayah yang luas di permukaan bbumi. Termasuk dalam angin bersifat tetap
adalah angin barat, angin timur/kutub, angin pasat, dan angin antipasat.

1. Angin Barat.
Angin barat bertiup dari lintang bertekanan tinggi (lintang 40°LU/LS) menuju lintang
bertekanan rendah (66,5°LU/LS). Karena pegaruh rotasi bumi (pengaruh coriolis), angin
barat mengalami pembelokan. Di daerah beriklim sedang (temperate zone) belahan bumi
selatan angin berhembus dari arah barat laut, sedangkan untuk belahan bumi utara angin
berhembus dari arah barat daya.
2. Angin Timur/Kutub
Angin timur berhembus dari daerah bertekanan udara tinggi di sekitar kutub (90°LU/LS)
ke arah daerah tekanan rendah (66,5°LU/LS). Di belahan bumi utara, angin berhembus
dari arah timur laut menjadi angin timur laut, sedangkan di belahan bumi selatan
berhembus dari arah tenggata menjadi angin tenggara.
3. Angin Pasat.
Angin pasat berhembus dari daerah subtropis, yaitu lintang 40°LU/LS menuju daerah
khatulistiwa atau tropis (lintang 0°LU/LS). Angin pasat terjadi karena adanya ruang
kosong di daerah khatulistiwa akibat pengembangan udara oleh sinar matahari. Ruang
kosong tersebut selanjutnya terisi udara dari daerah subtropis yang bertekanan tinggi.
Karena pengaruh coriolis, di belahan bumi utara udara yang bergerak ke khatulistiwa
berbelok ke kanan sehingga disebut angin pasat timur laut. Adapun di belahan bumi
selatan udara yang bergerak ke khatulistiwa berbelok ke kiri sehingga disebut angin pasat
tenggara. Di Indonesia, angin pasat timur laut berlangsung pada bulan Januari, sedangkan
angin pasat tenggara berlangsung pada bulan Juli. Akibat kenaikan massa udara, wilayah
khatulistiwa

terbebas

dari

angin

topan

sehingga

senantiasa

tenang

dan

dinamakandoldrum atau teduh khatulistiwa. Doldrum merupakan Daerah Konvergensi
Antar Tropik (DKAT). Oleh karena itu, letaknya tidak tetap karena mengikuti gerak semu
marahari ke arah utara atau selatan dan suhu di daerah ini selalu tinggi. Pada daerah
pertemuan antara angin pasat tenggara dan timur laut sering terbentuk awan
kumulonimbus dan menghasilkan hujan dengan intensitas yang besar. Hal ini dikarenakan
kedua angin pasat ini membawa banyak uap air yang terakumulasi pada atmosfer dimana
kedua angin ini bertemu.

4. Angin Antipasat
Adanya pengembangan udara di khatulistiwa mengakibatkan massa udara selalu ringan.
Udara yang ringan tersebut akan bergerak naik ke atas khatulistiwa dan di lapisan atas
mengalir secara ke wilayah subtropis. Inilah yang disebut angin antipasat. Selanjutnya,
angin antipasat turun sebagai angin kering di daerah lintang 40°LU/LS dan menyebabkan
terbentuknya gurun-gurun di daerah subtropis.
b. Angin Periodik
Angin periodik adalah angin yang pada periode-periode tertentu akan mengubah arahnya.
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya angin periodik adalah gerak semu matahari yang
mengakibatkan matahari kadangkala berada di belahan bumi utara atau selatan. Angin
periodik yang terjadi di Indonesia sering disebut dengan angin musim/muson/monsun. Ada
dua angin musim yang terjadi di Indonesia selama 1 tahun, yaitu angin muson barat/barat laut
dan angin muson timur/tenggara. Kedua angin ini akan bergantian setiap setengah tahun.
1. Angin musim merupakan angin regional yang bertiup di daerah tropis, tetapi terbatas pada
letak astronomis tertentu, yaitu antara 35°LU sampai 25°LS dan 30°BB sampai 170°BT.
Berdasarkan batasan tersebut, jelaslah bahwa Indonesia termasuk dalam cakupan wilayah
angin musim.
2. Angin muson timur/tenggara. Pada tanggal 22 Maret hingga 22 September, matahari
seolah-olah berada di belahan bumi utara sehingga belahan bumi utara lebih banyak
menerima sinar matahari dan lebih panas dibandingkan belahan bumi selatan. Dengan
demikian menyebabkan tekanan di belahan bumi utara lebih rendah dibandingkan di
belahan bumi selatan. Kemudian udara akan mengalir dari Australia yang berada di
belahan bumi selatan ke arah Asia di belahan bumi utara. Angin ini dinamakan angin
muson timur/tenggara. Sifat dari angin ini kering karena hanya sedikit membawa uap air
hasil penguapan dari sedikit perairan yang dilewatinya. Karena sifatnya yang kering,
angin muson timur/tenggara menyebabkan musim kemarau di Indonesia.
3. Angin muson barat/barat laut. Pada tanggal 23 September hingga 21 Maret, matahari
seolah-olah berada di belahan bumi selatan sehingga belahan bumi selatan lebih banyak
menerima sinar matahari dan lebih panas dibandingkan belahan bumi utara. Dengan
demikian menyebabkan tekanan di belahan bumi selatan lebih rendah dibandingkan di
belahan bumi utara. Kemudian udara akan mengalir dari Asia yang berada di belahan

bumi utara ke arah Australia di belahan bumi selatan. Angin ini dinamakan angin muson
barat/barat laut. Sifat dari angin ini lembap dan basah karena membawa banyak uap air
hasil penguapan dari banyak perairan yang dilewatinya. Karena sifatnya yang basah dan
lembap, angin muson barat/barat laut menyebabkan musim penghujan di Indonesia.
c. Angin Lokal
Angin bersifat lokal adalah angin yang terjadi pada daerah-daerah tertentu karena
pengaruh kondisi setempat. Temasuk dalam angin lokal adalah angin laut dan darat, angin
gunung dan lembah, angin jatuh/fohn, serta angin siklon dan antisiklon.
1.

Angin Laut dan Darat, Lakitan (1997) menyatakan bahwa Angin laut dan angin darat
berhubungan dengan sifat daratan dan lautan dalam menerima dan melepaskan panas.
Daratan cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan panas. Sedangkan lautan
lambat menerima panas dan lambat pula melepaskan panas. Selain itu angin darat dan
angin laut dapat terjadi karena adanya perbedaan sifat fisik darat dengan laut, antara lan

-

sebagai berikut.
Laut memiliki kapasitas panas lebih besar daripada darat.
Laut lebih banyak memantulkan sinar matahari daripada darat.
Energi matahari dapat memasuki laut sampai dalam dengan bantuan arus laut, sedangkan

di darat hanya mencapai beberapa sentimeter saja.
2. Angin Gunung dan Lembah
Pada siang hari, matahari lebih banyak mengenai daerah puncak gunung (karena lebih
dekat ke matahari) daripada lembah yang letaknya tersembunyi. Hal ini menyebabkan
suhu di puncak gunung lebih tinggi dibandingkan suhu di lembah. Dengan demikian
tekanan di lembah lebih tinggi dibandingkan tekanan di gunung sehingga mengalirlah
udara dari lembah ke gunung yang dinamakan angin lembah.Pada malam hari, suhu di
gunung lebih dingin karena lebih cepat menyesuaikan diri dengan suhu di sekitarnya.
Sedangkan daratan masih menyimpan panas yang ia peroleh sedikit-sedikit saat siang dan
melepaskannya perlahan-lahan saat malam sehingga suhu panasnya masih bertahan.
Dengan demikian puncak gunung memiliki tekanan yang lebih tinggi dibandingkan
lembah sehingga mengalirlah udara dari gunung ke lembah yang dinamakan angin
gunung.
3. Angin Jatuh/Fohn, Angin jatuh atau Fohn merupakan angin yang awalnya bergerak
menuju puncak gunung yang tinggi kemudian dari puncak gunung terjun dengan

kecepatan tinggi ke arah kaki gunung dan sekitarnya. Jika angin berhembus melintasi
pegunungan, udara yang dibawa angin setelah melintasi pegunungan tersebut akan
menerima tekanan karena turun dari elevasi (ketinggian) tinggi ke elevasi rendah sehingga
suhunya meningkat. Oleh karena itu, angin ini akan bersifat kering dan panas. Angin
inilah yang disebut angin fohn atau angin terjun.
Nama angin Fohn dikenal di Austria dan Jerman yang menjadi tempat terjadinya
angin ini, yaitu di lereng udara Pegunungan Alpen. Angin Fohn berhembus dari arah
selatan pada musim dingin dan awal musim semi. Jenis angin Fohn juga terjadi di banyak
tempat, tetapi penamaannya berbeda-beda. Contohnya, angin yang berhembus di lereng
timur pegunungan Rocky di Amerika Serikat dinamakan chinook dan yang berhembus di
Kalifornia Selatan dinamakan Angin Santa Ana.
Hadori (2012) menyatakan bahwa, Di Indonesia, angin jenis fohn yang sering
terjadi antara lain sebagai berikut.
- Angin Bohorok di Deli dan Medan, Sumatera Utara. Angin ini merusak perkebunan
tembakau.
- Angin Kumbang di Tegal, Cirebon, dan Brebes. Bagi daerah tersebut angin kumbang
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman bawang karena di daerah sekitarnya menjadi
tidak lembap.
- Angin Gending di Pasuruan dan Probolinggo, Jawa Timur.
- Angin Barubu di Sulawesi Selatan.
- Angin Wambrau di Biak, Papua
4. Angin Siklon dan Antisiklon, Jika dua jenis massa udara yang bertentangan bertemu, arus
udara yang mengalir sepanjang gelombang udara tersebut biasanya bergerak dengan arah
yang berlawanan. Rotasi bumi menyebabkan arus udara membentuk lengkungan,
selanjutnya membentuk pusaran yang sangat besar. Arus udara tersebut berbentuk spiral
dan bergerak ke pusat arus udara yang bertekanan rendah. Arus udara inilah yang
disebut angin siklon. Pengaruh coriolis menyebabkan arah angin mengalami pembelokan.
Menurut Hadori (2012), angin siklon yang terjadi di belahan bumi utara berputar
berlawanan dengan arah putaran jarum jam, biasanya terjadi pada bulan-bulan Mei hingga
Desember. Angin siklon sangat besar sering terjadi pada bulan April hingga Desember di

sebelah Timur hingga Tenggara perairan Samudera Pasifik, Laut Cina Selatan, Laut
Andaman dan sebelah utara Samudera Hindia. Massa dari gerakan angin ini sangat
dahsyat, dan karenanya dikenal dengan sebutan “great wind”, diambil dari dalam
terminologi bahasa Cina, Tai Fung (Typhoon). Sedangkan angin siklon yang terjadi di
belahan bumi selatan berputar searah dengan putaran jarum jam biasanya terjadi pada
bulan-bulan Desember hingga Maret dan April.
Angin yang bertiup dari daerah bertekanan udara tinggi pada pusat massa udara
membentuk lengkungan. Akibat pengaruh rotasi bumi terbentuk sistem angin rotasi bumi
yang dikenal sebagai angin antisiklon. Angin antisiklon berputar sangat cepat berlawanan
dengan angin siklon. Angin antisiklon yang terjadi di belahan bumi utara berputar searah
jarum jam. Angin antisiklon yang terjadi di belahan bumi selatan berputar berlawanan
dengan putaran jarum jam (Hadori, 2012).
2.5 Pergeseran Musim Hujan
Kita mengetahui Indonesia terdiri dari dua musim, yaitu musim hujan dam musim kemarau.
Setiap musim ini mempunyai jangka waktu . Dalam setahun di Indonesia dapat berganti musim
dengan jangka maksimumnya enam bulan sekali. Tetapi kita terkadang biasa salah memprediksi
kapan datangnya musim hujan dan kapan datangnya musim kemarau,itu diakibatkan karena
setiap pergantian musim tidaklah seperti yang sudah di tentukan. Ada beberapa factor dibalik
terjadinya pergeseran musim hujan dan musim kemarau. Faktornya yaitu (Glenn, 1995):





Letak lintang
Rotasi bumi
Daerah bertekanan rendah dan tinggi
Laut dan benua

Keempat faktor diatas yang dapat mengubah musim hujan dan musim kemarau tidak sesuai
dengan prakiraan yang sudah di tentukan. Kita akan membahas satu per satu faktor yang
mempengaruhi pergeseran waktu musim hujan tersebut (Glenn, 1995).

1. Letak lintang
Kita tahu Indonesia terletak pada posisi garis lintang 6° LU - 11° LS dan dilalui garis
khatulistiwa. Karena letaknya pada garis lintang maka Indonesia sendiri merupakan negara

tropis. Akibatnya, sudut datang sinar matahari selalu tinggi dengan titik kulminasi matahari
terendah 54.5°, hal ini berakibat suhu udara rata-rata tinggi dengan tekanan udara rendah.
Angin pasat berhembus dari daerah subtropika menuju daerah minimum equator. Di wilayah
Indonesia bagian selatan ekuator berhembus angin pasat tenggara, sedangkan utara ekuator
berhembus angin pasat timur laut yang bersifat basah karena banyak mengandung uap air.
Sehingga daerah yang dilalui oleh angin pasat tenggara dominan mengalami hujan yang
dihasilkan oleh kandungan uap air yang di bawa oleh angin pasat itu sendiri.
2. Rotasi bumi
Bumi dari arah barat ke timur bergerak dengan cepat sehingga berpengaruh pada udara
yang membelok kekiri di belahan bumi bagian selatan dan kekanan di belahan bumi bagian
utara. Karena Indonesia berada di belahan bumi bagian utara dan di selatan gerakan angin
yang diterima berbeda, angin yang berasal dari tenggara belahan bumi selatan akan berubah
menjadi angin barat daya di belahan bumi utara, sedangkan yang berasal dari timur laut
belahan bumi utara akan berubah menjadi angin pasat laut di belahan bumi selatan. Angin
tenggara bersifat basah, dan angin barat bersifat kering. Maka pada daerah yang di lalui oleh
angin tenggara kemungkinan terjadi hujan walaupun di daerah tenggara sedang mengalami
musim kemarau. Daerah bertekanan rendah dan tinggi Secara geografis Indonesia terletak
antara dua benua dan dua samudera. Terjadinya perbedaan tekanan udara di kedua benua,
yaitu Benua Australia dan Asia yang terjadi setiap enam bulan sekali menyebabkan terjadinya
gerakan udara bolak-balik yang berlawanan arah antara kedua benua tersebut. Karena
terjadinya enam bulan sekali, maka angin tersebut disebut dengan angin muson. Selain itu ada
juga faktor yang memicu karena adanya pergerakan semu tahunan matahari antara garis balik
utara dan garis balik selatan. Di Indonesia sendiri angin muson terjadi pada bulan oktober
sampaiapril, sedangkan pada kawasan Asia Timur terjadi pada bulan agustus sampai dengan
bulan mei.

3. Lautdanbenua
Wilayah Indonesia terdiri atas daratan dan lautan. Wilayah Indonesia memiliki lautan
yang luas dibandingkan daratannya, dengan perbandingan 1 daratan 3 lautan (1:3). Hal ini

akan berpengaruh langsung terhadap kondisi udara di Indonesia, yaitu kondisi udara yang
lembap. Kelembapan udara tersebut akan berpengaruh terhadap amplitudo (perbedaan suhu
udara) bulanan dan tahunan sangat kecil, yaitu antara 2° C sampai dengan 3° C, serta
sebagian besar wilayah Indonesia memiliki banyak curah hujan dalam setiap tahunnya.
Berdasarkan terjadinya hujan dibedakan menjadi (Glenn, 1995):


Hujan siklonal
Hujan siklonal merupakan hujan yang terjadi karena adanya udara panas dan naik disertai
angin berputar. Hujan ini sering terjadi pada musim kemarau yang kepanjangan, karena
dapat diketahui pada saat musim kemarau cuaca sangat terik dan panasnya seperti
membakar disertai hembusan angin yang kering. Maka dari itu pergeseran musim hujan
tidaklah merata, dan juga pada saat memasuki musim hujan tidak sama seperti pada saat



memasuki musim yang baru.
Hujan zenithal
Hujan zenithal merupakan hujan yang sering terjadi di ekuator, akibat pertemuan Angin
Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Angin tersebut naik dan membentuk
gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan
turunlah hujan. Maka pada daerah ekuator atau daerah yang sering sebagai tempat
pertemuan antara angin pasat timur laut dengan angin pasat tenggara, kebanyakan
mengalami musim hujan di bandingkan dengan musim kemarau. Apabila terjadi
pertemuan angin pasat tenggara dan angin pasat timur laut maka akan membuat
pergeseran musim hujan pada daerah ekuator makin berbeda pada setiap tahunnya dan
begitu juga dengan musim kemaraunya yang bisa dikatakan musim kemarau sering di



selangi dengan musim hujan.
Hujan orografis
Hujan orografis merupakan hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air
yang bergerak horisontal. Hujan orografis juga terjadi akibat penguapan yang terjadi di
laut sehingga suhu daerah laut menghangat karena banyak mengandung uap air. Udara
tersebut kemudian bergerak ke kawasan pegunungan. Setelah sampai di atas,
udara tersebut mengalami pendinginan dan mengembun menjadi awan. Embun-embun
tersebut kemudian menjadi titik-titik air yang akhirnya jatuh di kawasan pegunungan
sebagai hujan. Hujan orografis jatuh di lereng gunung tempat datangnya angin. Lereng
tempat jatuhnya hujan tersebut kemudian disebut daerah hujan. Sedang lereng gunung
yang ada di sekitar daerah hujan, namun tidak mendapat hujan, disebut sebagai

daerah bayangan hujan. Oleh karena itu hujan ini hanya terjadi di pegunungan sehingga
membuat musim kemarau di daerah pegunungan lebih singkat dari pada saat musim


hujan.
Hujan frontal
Hujan frontal yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan
massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front.
Beratmassa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering



terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
Hujan muson
Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin
Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu
tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan
muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi
bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim
penghujan dan musim kemarau.

III.

PENUTUP

Di Indonesia musim hujan terjadi akibat adanya angin muson barat. Udara yang dibawa
angin muson barat memiliki karakteristik yang lembab. Hal ini disebabkan karena banyaknya uap
air yang terbawa oleh angin muson barat. Angina muson barat yang terjadi antara bulan Oktober

hingga Maret menyebabkan musim hujan di Indonesia, karena uap air yang terbawa olehnya
mengembun dan timbul hujan.
Adanya pemanasan global atau dalam bahasa Inggris kita lebih mengenal Global
Warming mengakibatkan bertambahnya suhu dunia. Namun, pertambahan suhu ini tidak merata
di setiap tempat. Hal ini mengacu pada beberapa faktor. Sebagai contoh kenaikan suhu di Alaska
berbeda dengan kenaikan suhu di Indonesia. Hal ini terjadi karena beberapa hal. Pertama,
perbedaan lintang menyebabkan perbedaan intensitas cahaya matahari sehingga akibat dari
kurangnya intensitas cahaya matahari di Alaska membuat kenaikan suhu disana lebih kecil dari
Indonesia. Lalu kondisi lingkungan, Indonesia merupakan negara dengan keadaan lingkungan
yang buruk. Illegal logging menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang dapat menagkal
sinar UV, banyaknya industri yang tidak memenuhi standar pembuangan limbah, dan lain-lain.
Dari hal yang terjadi berikut akhirnya membuat Indonesia menjadi semakin panas.
Dalam paper kali ini yang akan dibahas adalah mengenai pergeseran musim hujan untuk
Indonesia.
Peningkatan suhu bumi memicu serangkaian fenomena yang berurutan. Peningkatan suhu
akan menimbulkan perbedaan tekanan udara di setiap tempat di dunia. Perubahan tekanan ini
berpengaruh pada sistem angin yang telah ada. Berubahnya pola angin akan memberikan
pengaruh besar pada iklim dunia, karena angin merupakan salah satu parameter penting dalam
menciptakan iklim.
Cuaca dan iklim di Indonesia banyak ditentukan oleh adanya angina muson timur dan
barat. Untuk musim penghujan seharusnya terjadi pada musim barat. Akibat adanya perubahan
suhu terjadi perubahan waktu hembusan angin. Lalu dari perubahan waktu hembusan ini pada
akhirnya menyebabkan berubahnya waktu musim hujan di Indonesia akibat perubahan waktu
hembusan angin muson barat yang biasanya membawa uap air sebagai alat terbentuknya musim
hujan.

DAFTAR PUSTAKA

Handoko.1995.Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Hadori dan Udia Haris. 2012. Diktat Kuliah Meteorologi dan Klimatologi. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta
Lakitan dam Benyamin. 1997. Dasar-dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Priana dan Yuli.2008.Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Fakultas Geografi UMS,
Surakarta.
Glenn.T.T dan Lyle.H.H.1995.Pengantar Iklim Edisi Kelima.Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Harmon.A.2005.Dampak Sosial Ekonomi Perubahan Iklim.
Kusmana,.C.2010.Respon Mangrove Terhadap Perubahan Iklim Global:
Aspek Biologi Dan Ekologi Mangrov, Jakarta
Ramlan.2015.Pemanasan Global (Global Warming).Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 1,
Halaman : 30-32

Dokumen yang terkait

ALOKASI WAKTU KYAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI YAYASAN KYAI SYARIFUDDIN LUMAJANG (Working Hours of Moeslem Foundation Head In Improving The Quality Of Human Resources In Kyai Syarifuddin Foundation Lumajang)

1 46 7

ANALISA PENGGUNAAN TUNED MASS DAMPER PADA STRUKTUR GEDUNG DALAM MEREDUKSI RESPONS DINAMIK AKIBAT BEBAN GEMPA

11 97 14

STUDI PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN PAMEKASAN

5 158 1

FRAKSIONASI DAN KETERSEDIAAN P PADA TANAH LATOSOL YANG DITANAMI JAGUNG AKIBAT INOKULASI JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR DAN BAKTERI PELARUT FOSFAT (Pseudomonas spp.)

2 31 9

HUBUNGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU (TIME BUDGET PRESSURE) TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL STAF AUDITOR

1 63 13

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN PERKAWINAN AKIBAT ADANYA HUBUNGAN NASAB (Studi Putusan No. 1136/Pdt.G/2006/PA.Lmj) STUDY JURIDICAL TO MARRIAGE ANNUALMENT CONSEQUENCE OF EXISTENCE LINEAGE (Study of Decision No. 1136/Pdt.G/2006/PA.Lmj)

1 45 18

PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN KOTA BANDAR LAMPUNG PERIODIC AND STOCHASTIC MODELING OF RAINFALL FROM BANDAR LAMPUNG

1 25 57

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA SUBUR DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

3 52 58

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA MUSIM TANAM KETIGA

2 27 50

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DAN MANAJEMEN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

11 108 89