SOP PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
1. Fungsi
• Untuk memenuhi amanat UU Republik Indonesia Nomor 32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
• Mengolah limbah cair sampai memenuhi baku mutu yang
telah ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup melalui
Kepmen Nomor : KEP-51/MENLH/10/1995, Tanggal 23 Oktober
1995
NO
Parameter
Kadar Max
Beban Pencemaran
2.
P
(mg/l)

Max (kg/ton)
e
1.
BOD5
100
0.25
n
2.
COD
350
0.88
g
3.
TSS
250
0.63
o
4.
Minyak & Lemak
25

0.063
l
5.
N-Total
50
0.125
a
6.
pH
6-9
6-9
h
7.
Debit : 2,5 m3/ton
a
n Limbah Cair Sistem Ponding.
Cooling Tower
Inlet limbah cair berasal dari bak Fat pit dialirkan melalui
Cooling Tower. Pada umumnya temperatur sludge yang dihasil
dari proses pabrik berkisar 60⁰C-70⁰C. Cooling Tower

berfungsi untuk menurun temperatur sludge menjadi 35⁰C 40⁰C sehingga aktivitas mikroorganisme dalam mengurai
senyawa-senyawa organik dapat beradaptasi dengan suhu
limbah cair.
Seeding Pond
Untuk menampung sirkulasi dari An aerobic II sebagai bibit
bakteri yang akan mendekomposisi senyawa-senyawa organik
air limbah yang masuk dari V-notch. Dari kolam ini limbah cair
mengalir ke anaerobic pond secara gravitasi.
Kedalaman = 3 m dengan retention time 4 hari
Anaerobic pond I dan II
Untuk menguraikan butiran-butiran minyak yang masih tersisa
atau senyawa-senyawa organik yang kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana
dengan bantuan mikroorganisme anaerob. Kolam Anaerob
dapat menghasilkan
CH4 (gas methan), CO2 dan endapan
solid. pH Limbah cair >6 dan ketebalan scum 3 m (dari kedalaman awal 5,5
m) agar aktivitas bakteri tidak menurun. Retention time ≥ 80
hari


Facultative Pond I dan II
Untuk merombak senyawa organik yang masih tersisa dari
kolam an-aerobic dengan bantuan bakteri aerob dan anaerob.
pH 7,6-7,8.
Dari kolam ini limbah cair mengalir ke aerobic pond secara
gravitasi.
Kedalaman kolam = 3 m dengan retention time 25 hari
Aerobic Pond
Untuk proses degradasi dengan bantuan bakteri aerob sehingga
diperlukan injeksi udara (yang dibutuhkan O 2-nya) ke dalam air
limbah dengan bantuan Aerator yang harus dioperasikan terus
menerus.
Dari kolam ini limbah cair mengalir ke sedimentation pond
secara gravitasi.
Kedalaman ≤2 meter sehingga sinar matahari masuk sampai ke
dasar kolam dengan retention time ≥ 50 hari.
Sedimentation Pond.
Untuk mengendapkan hasil penguraian butiran minyak dan
padatan lain yang berasal dari kolam aerobic. Limbah cair dari
bagian atas dari kolam ini limbah cair mengalir menuju v-notch

secara gravitasi.
Kedalaman harus dipertahankan >3 m (dari kedalaman awal 5,5
m) dengan RT ≥ 80 hari.
Trouble Shooting
a.Jika kadar minyak pada outlet Seeding pond >0,5% terhadap
contoh, kemungkinan disebabkan:
- Banyak kebocoran minyak di stasiun klarifikasi
- Lossis minyak disludge separator >0,5% terhadap contoh
- Pengutipan minyak di stasiun klarifikasi dan bak fat-pit
tidak efektip
- Jika pH 10cm di Anaerobic pond,
berarti proses perombakan lemak oleh mikroorganisme
berlangsung tidak sempurna. Kemungkinan disebabkan
sirkulasi dari bak Anaerobic Pond ke Seeding pond kurang
volumenya.
b.Jika pH pada Facultative Pond 7.5)
d. Sirkulasi untuk membantu menstabilkan pH dan menjaga
kecukupan substrat.
e. Membuang scum yang mengambang di kolam fakultative
dan kolam anaerobik secara berkala.

f. Membuang solid yang terakumulasi di sekitar inlet dan outlet
setiap kolam.
g. Memeriksa inlet dan outlet kolam secara rutin untuk
mencegah penyumbatan.
h. Pemeliharaan rutin konstruksi kolam dan memperbaiki
segera setiap kerusakan dan erosi pada dinding kolam.

Pengolahan
Lumpur Aktif

Limbah

Cair

Sistem

Bak Ekualisasi
Limbah cair berasal dari outlet Ponding System dialirkan dan
ditampung pada bak ekualisasi dan dinetralkan pada pH 6-9,
optimalnya 7. Kondisi bak harus dalam keadaan bersih, bebas

kotoran/sampah. Limbah cair ini dialirkan dengan pompa ke
kolam aerasi
V-notch inlet
Sama seperti ponding system
Bak Aerasi
Limbah cair dicampur-adukkan dengan biakan bakteri aerob.
Bakteri dipelihara dalam jumlah yang cukup dan sehat
dengan cara menjaga dan memenuhi kebutuhan makanan
serta oksigen secara seimbang. Makanan diharapkan dapat
terpenuhi dari zat-zat organik pencemar dalam air limbah
oksigen dengan cara menginjeksikan udara secara terusmenerus dengan menggunakan blower. pH 6-9. Temperatur
27-33 OC. Perbanding-an CNP 100:20:5. SV-30 = 300-500.
Partikel endapan harus kasar. Massa campuran akan mengalir
ke bak sedimentasi secara gravitasi
Bak Sedimentasi
Massa lumpur aktif akan mengendap ke dasar kolam. Proses
pengendapan harus berjalan tenang, jangan turbulensi aliran.
Massa lumpur aktif semakin lama semakin menebal sehingga
harus dikeluarkan dengan menggunakan air lift pump kembali
ke bak aerasi melalui v-notch lumpur balik. Saat lumpur aktif

berlebih (ditandai dengan SV- 30 > 500) maka lumpur di alirkan
ke bak saringan pasir. Bagian yang jernih diatas akan
mengalir secara gravitasi ke bak kontrol.
Pompa Lumpur Balik

Untuk memompa kembali massa lumpur aktif ke bak aerasi
melalui v-notch
inlet atau ke bak saringan pasir. Pompa
biasanya menggunakan jenis air lift pump, bisa juga dengan
pompa lumpur biasa.
V-notch Lumpur Balik
Untuk mengukur debit lumpur balik yang dikembalikan ke bak
aerasi
Bak Saringan Pasir
Untuk menyaring lumpur berlebih dari bak sedimentasi.
Lumpur yang tersaring akan mengering dapat digunakan
sebagai pupuk organik (kompos). Air yang melalui saringan
pasir dikembalikan lagi bak aerasi melalui v-notch inlet.
Bak kontrol
Untuk mengukur tingkat kejernihan (tansparancy) limbah

cair yang akan dibuang ke badan air.

V-Notch Oulet
Volume limbah cair yang dibuang ke badan air harus diukur
debitnya setiap hari dengan menggunakan alat ukur V-Notch
dilengkapi dengan tabel konversi. Lokasi v-notch ini harus
diukur titik koordinat buminya dengan alat GPS sekaligus
menjadi titik sampling outlet PKS.

Fenomena Abnormal Pada Proses Lumpur
Aktif
Proses lumpur aktif merupakan sistem pembersihan air
limbah bukan dengan bahan kimia tetapi dengan reaksi
biologis mikroba, sehingga jika kondisi lingkungan untuk
mikroba beraktivitas tidak terpenuhi, maka proses yang
normal tidak dapat berlangsung dan kondisi proses menjadi
abnormal. Berikut gejala abnormal yang timbul dalam sistem
lumpur aktif dan penyebabnya serta cara penanganannya.
Air Proses menjadi putih keruh
Gejala :

 Air proses bercampur dengan lumpur halus terlihat
putih keruh
 Tidak tercapai efisiensi pengurangan BOD diatas 90%
Penyebab :
 Konsentrasi, Volume, fluktuasinya besar sehingga
kondisi proses tidak stabil.
 Beban BOD lumpur tinggi
 DO rendah
 Nitrogen, fosfat, dan sumber nutrisi tidak cukup
 pH tidak dalam range yang sesuai
Penanganan :
 Cegah fluktuasi volume air limbah

 Naikkan konsentrasi MLSS. Cek kembali hubungan
kolam aerasi dan volume air proses.
 Buat keseimbangan sumber nitrisi.
- Busa pada kolam Aerasi
Gejala :
 Pada kolam aerasi timbul buih yang lengket.
 Pada kolam aerasi timbul buih kecil warna putih.

Penyebab :
 BOD Load Naik, pada bakteri muncul zat yang lengket
 Nutrisi kurang sehingga cel tidak dapat bersintesa
 Muncul buih karena pemakaian zat pengaktif antar fasa.
Penanganan :
 Turunkan Beban BOD Lumpur
 Seimbangkan nutrisi
 Turunkan jumlah pemakaian zat pengaktif antar fasa
- Lumpur menjadi Hitam
Gejala :
 Lumpur kolam aerasi menjadi hitam
 Pada kolam aerasi timbul bau busuk
Penyebab :
 DO rendah
Penanganan :
 Periksa apakah ada masalah pada peralatan suplai
oksigen. Naikkan volume suplai oksigen

- Lumpur mengapung pada kolam pengendapan
Gejala :
 Lumpur yang telah membusuk dan besar warna hitam
naik keatas
 Tidak ada perubahan warna lumpur, banyak lumpur
kecil mengapung.
Penyebab :
 Lumpur menimbun di tempat yang sama dalam waktu
lama sehingga gas berbau busuk muncul dan naik
mengapung
 Pada kolam pengendapan timbul fenomena pelepasan
nitrogen dan gas N₂ yang menempel pada lumpur dan
akan mengangkat lumpur naik keatas.
Penanganan :
 Pada sudut-sudut kolam aerasi tempat lumpur
menumpuk dihilangkan
 Turunkan konsentrasi NO₃₃̄ air yang masuk ke kolam
pengendapan (dibawah 3 ppm)
 Naikkan volume air sirkulasi
- Lumpur menjadi Putih
Gejala :
 Lumpur kolam aerasi menjadi putih
Penyebab :

 Timbul banyak mikroba bentuk benang
 Timbul banyak bekteri cilia
Penanganan :
 Lakukan penanganan untuk bulking
 Periksa apakah BOD load lumpur maupun DO dalam
batas yang sesuai.