Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Peleburan Besi Baja di PT. Gunung Gahapi Sakti Medan Tahun 2017

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1

Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya. Keselamatan kerja adalah
sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat
kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi
keamanan tenaga kerja Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi
dan distribusi, baik barang maupun jasa (Suma’mur, 2014).
Keselamatan

merupakan


sarana

utama

untuk

mencegah

terjadinya

kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/cidera,
cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan perawatan/mesin, dan
lingkungan secara luas. Tujuan keselamatan kerja agar tenaga kerja dan setiap
orang lain yang berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan
sehat, sumber-sumber produksi dapat dipakai, dan digunakan secara efisien dan
proses produksi dapat berjalan secara aman tanpa hambatan apapun (Tarwaka,
2012)
2.1.2

Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran

beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun

9
Universitas Sumatera Utara

10

sosial

dengan

usaha

preventif

dan


kuratif,

terhadap

penyakit-

penyakit/gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 2014).
Menurut Buntarto (2015), kesehatan kerja merupakan suatu kondisi
kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setingi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial dengan usaha pencegahan
dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan,
lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Kesehatan Kerja adalah suatu ilmu yang penerapannya untuk mengetahui,
menilai dan mengendalikan faktor-faktor bahaya lingkungan kerja yang dapat
menimbulkan

gangguan


kesehatan

maupun

penyakit

akibat

kerja.

Tujuan

Kesehatan Kerja yaitu, (1) meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
tenaga kerja setinggitingginya baik fisik, mental dan sosial di semua lapangan
pekerjaan; (2) mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan kerja; (3)

melindungi tenaga kerja dari bahaya yang


ditimbulkan akibat pekerjaan; (4) menempatkan tenaga kerja pada lingkungan
kerja yang sesuai dengan kondisi fisik, faal tubuh dan mental psikologis tenaga
kerja yang bersangkutan; (5) menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman
dan sehat tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya
mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja.

Universitas Sumatera Utara

11

2.1.3

Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1.

Mencegah

dan

mengurangi kecelakaan,


bahaya

peledakan dan

kebakaran.
2.

Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja.

3.

Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan.

4.

Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja
lainnya.

5.


Meningkatkan produktivitas.

6.

Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal.

7.

Menjamin tempat kerja yang aman.

8.

Memperlancar,

meningkatan,

mengamankan

sumber,


dan

proses

produksi.
2.2 Alat Pelindung Diri
2.2.1

Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan

oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan
adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).
Alat pelindung haruslah enak dipakai, tidak mengggangu kerja dan
memberikan perlindungan yang efektif. Pakaian kerja harus dianggap suatu alat
perlindungan terhadap bahaya

kecelakaan. Pakaian pekerja pria yang bekerja


melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau
punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan atau pun kerutan yang mungkin

Universitas Sumatera Utara

12

mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala atau ikat
rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasaan. Pakaian kerja sintetis
hanya baik terhadap bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan
kerja dengan bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis (Suma’mur,
2014).
Suma’mur (2014) menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemakaian alat pelindung diri, yaitu:
1) Pengujian mutu
Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk
menjamin bahwa APD akan memberikan perlindungan sesuai dengan yang
diharapkan. Semua APD sebelum dipasarkan harus diuji lebih dahulu
mutunya.

2) Pemeliharaan APD
Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan
kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar benar-benar
dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja.
3) Ukuran harus tepat
Adapun untuk memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga kerja,
maka ukuran APD harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan
gangguan pada pemakaiannya.
4) Cara pemakaian yang benar
Sekalipun

APD

disediakan oleh perusahaan,

alat-alat ini tidak

akan

memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak benar.


Universitas Sumatera Utara

13

2.2.2 Kriteria Alat Pelindung Diri
Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas, maka perlu diperhatikan pula
beberapa kriteria dalam pemilihan APD, yaitu :
1.

Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada
pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi ditempat kerja.

2.

Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya.

3.

Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu memakainya.

4.

Tidak

menimbulkan

gangguan

kepada

pemakainya,

baik

karena jenis

bahayanya maupun kenyamanan dan pemakiannya.
5.

Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

6.

Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta gangguan
kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam wktu yang cukup lama.

7.

Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda peringatan.

8.

Suku cadang APD yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran.

9.

Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang ditetapkan.
(Tarwaka, 2008)
2.2.3 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri
Jenis-jenis APD berdasarkan fungsinya terdiri dari beberapa macam. APD
yang digunakan tenaga kerja sesuai dengan bagian tubuh yang dilindungi, antara
lain :

Universitas Sumatera Utara

14

1. Alat Pelindung Kepala
Digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan
untuk melindungi kepala dari terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan
benda atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif, panas
sinar matahari. Jenis alat pelindung kepala antara lain :
a) Topi Pelindung (Safety Helmets)
Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh
dan terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak
mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak menghantarkan arus
listrik. Topi pelindung dapat terbuat dari plastik serta gelas (fiberglass) maupun
metal. Topi pelindung dari bahan bakelite enak dipakai karena ringan tahan
terhadap

benturan dan benda keras serta tidak menyalurkan arus listrik.

Sedangkan topi pelindung biasanya dilengkapi dengan anyaman penyangga yang
berfungsi untuk menyerap keringat dan mengatur pertukaran udara.
b) Tutup Kepala
Berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas
atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi,
kulit dan kain tahan air.
c) Topi (Hats/cap)
Berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu atau
mesin yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dari kain katun.

Universitas Sumatera Utara

15

2.

Alat Pelindung Mata
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan

bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas
atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektronik,
panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras.
a) Kacamata (Spectacles)
Berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi
gelombang elektromagnetik.
b) Goggle
Berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap dan percikan larutan bahan
kimia. Goggle biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis
kobalt untuk bahaya radiasi gelombang elektromagnetik mengion.
3. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas yang masuk
kedalam telinga.
a) Sumbat Telinga (Ear Plug)
Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Ear plug
yang terbuat dari kapas, spon malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali
pakai (disposieble). Sedangkan yang terbuat dari bahan dan plastik yang dicetak
dapat digunakan berulang kali.
b) Tutup Telinga (Ear Muff)
Alat pelindung jenis ini terdiri dari 2 (dua) buah tutup telinga dan sebuah
headband. Isi dari tutup telinga ini berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk

Universitas Sumatera Utara

16

menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang cukup lama,
efektivitas ear muff dapat menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan
mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada
permukaan kulit. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara 30 dB(A) dan juga
dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan
bahan api.
4. Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari
resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau
yang bersifat rangsangan. Secara umum, jenis alat pelindung pernafasan yang
banyak digunakan di perusahaan-perusahaan antara lain :
a.

Masker
Digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang

lebih besar masuk ke dalam saluran pernafasan.
b.

Respirator
Digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap

logam, asap dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini adalah :
1. Chemical Respirator
Merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan toksisitas
rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan silicagel.
Sedangkan canister digunakan untuk mengabsorbsi khlor dan gas atau uap zat
organik.

Universitas Sumatera Utara

17

2.

Mechanical Respirator

Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat padat, debu,
kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang
berfungsi untuk menangkap debu dan kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak
terlalu tinggi atau partikel yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini
terbuat dari fiberglass atau wol dan serat sintetis yang dilapisi dengan mesin untuk
memberi muatan pada partikel.
Beberapa kriteria berikut ini perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis
respirator yang tepat untuk masing- masing tempat kerja, antara lain:
1. Identifikasi kontaminan ditempat kerja
2. Perkiraan konsentrasi maksimal kontaminan
3. Kenyamanan pemakai respirator
4. Kesesuaian denga jenis dan tugas kerja
Kesesuaian dengan besar/bentuk muka individu pemakai untuk mencegah adanya
celah yang terbuka (Harrianto, 2012).
5.

Alat Pelindung Tangan
Digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari dari benda

tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus
listrik. Sarung tangan terbuat karet untuk melindungi kontaminasi terhadap bahan
kimia dan arus listrik; sarung tangan dari kain/katun untuk melindungi kontak
dengan panas dan dingin. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
sarung tangan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

18

a) Potensi bahaya yang ada di tempat kerja, apakah berupa bahan kimia korosif,
benda panas, dingin, tajam atau benda keras.
b) Daya tahan bahan terhadap bahan kimia, seperti sarung tangan karet alami tidak
tepat pada paparan pelarut organik, karena karet alami larut dalam pelarut organik.
c) Kepekaan objek yang digunakan, seperti pekerjan yang halus dengan
memberikan benda-benda halus lebih tepat menggunakan sarung tangan yang
tipis.
d) Bagian tangan yang dilindungi, apakah hanya bagian jari saja, tangan, atau
sampai bagian lengan.
6.

Alat Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda

keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus
listrik. Menurut jenis pekerjaan yang dilakukan sepatu keselamatan dibedakan
menjadi :
a) Sepatu pengaman pada pengecoran baja
Sepatu ini terbuat dari bahan kulit yang dilapisi krom atau asbes dan tingginya
sekitar 35 cm. Pada pemakaian sepatu ini, celana dimasukkan ke dalam sepatu
lalu dikencangkan dengan tali pengikat.
b) Sepatu pengaman pada pekerjaan yang mengandung bahaya peledakan
Sepatu ini tidak boleh memakai paku-paku yang dapat menimbulkan percikan
bunga api.
c) Sepatu pengaman untuk pekerjaan yang berhubungan dengan listrik

Universitas Sumatera Utara

19

Sepatu ini terbuat dari karet anti elektronik, tahan terhadap tegangan listrik
sebesar 10.000 volt selama 3 menit.
d) Sepatu pengaman pada pekerjaan bangunan konsentrasi.
Sepatu ini terbuat dari bahan kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujung
depannya.
7.

Pakaian Pelindung
Digunakan untuk melindungi seluruh atau bagian tubuh dari percikan api,

suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia. Pakaian pelindung dapat berbentuk
apron yang menutupi sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai daerah dada sampai
lulut atau overall yaitu menutupi suluruh bagian tubuh. Apron dapat terbuat dari
kain dril, kulit, plastik PVC/polyethyline, karet, asbes atau kain yang dilapisi
alumunium. Apron tidak boleh digunakan di tempat-tempat kerja dimana terdapat
mesin-mesin yang berputar.
2.3 Alat Pelindung Diri pada Pabrik Besi Baja
Menurut ILO (2005) alat pelindung diri yang digunakan pada pabrik besi
baja, meliputi:
1. Pelindung kepala
Helm yang digunakan dalam industri besi dan baja harus dikenai
pengujian ketahanan terhadap percikan logam cair. Bila helm yang telah
mengalami pukulan berat, meski tidak ada tanda kerusakan yang jelas, harus
dibuang. Jika pecah atau retak muncul, atau jika helm menunjukkan tanda-tanda
kerusakan, helm harus dibuang. Bila ada bahaya kontak dengan bagian konduktor

Universitas Sumatera Utara

20

yang terbuka, hanya helm yang terbuat dari bahan non-konduktor yang harus
digunakan. Helm untuk orang yang bekerja di atas harus dilengkapi dengan tali
kepala dagu.
Selain keamanan, pertimbangan juga harus diberikan pada aspek fisiologis
yaitu kenyamanan bagi pemakainya. Helm harus seringan mungkin, fleksibel dan
tidak

boleh mengganggu atau melukai pemakainya dan sweatband harus

digabungkan. Semua pelindung kepala harus dibersihkan dan diperiksa secara
teratur.
2. Perlindungan wajah dan mata
Pelindung mata digunakan untuk melindungi dari partikel, asap, debu dan
bahaya kimia. Pelinung wajah harus digunakan dalam operasi tungku dan
pekerjaan panas lainnya yang melibatkan paparan sumber radiasi suhu tinggi.
Perlindungan juga diperlukan untuk melawan percikan api atau benda terbang
yang panas. Goggles, helm atau pelindung wajah harus dipakai oleh operator.
Perhatian dalam penggunaan pelindung wajah dan mata harus diberikan
terutama kenyamanan dan efisiensi yang besar. Pelindung harus dipasang dan
disesuaikan

oleh

orang

yang

telah

menerima

pelatihan dalam tugas ini.

Kenyamanan sangat penting dalam pelindung jenis helm karena dapat menjadi
panas yang hampir tak tertahankan selama penggunaan. Pelindung wajah dan
mata harus memberikan perlindungan yang memadai setiap saat.

Universitas Sumatera Utara

21

3. Perlindungan anggota tubuh bagian atas dan bawah
Sarung tangan yang tepat dan pakaian pelindung yang sesuai dapat
melindungi anggota tubuh bagian atas dan bawah, sesuai kebutuhan, harus dipakai
saat terkena radiasi panas atau saat menangani zat panas, berbahaya atau zat lain
yang dapat menyebabkan luka pada kulit. Tangan dan kaki harus dilindungi dari
bahaya fisik, kimia dan bahaya lainnya. Pada tungkai bawah dari logam cair,
percikan api atau bahan kimia korosif pada industri besi dan baja dapat
menyebabkan luka bakar.
Safety shoes dan perlindungan kaki lainnya yang digunakan harus sesuai.
Tinggi alas kaki pengaman meliputi pergelangan kaki, lutut atau paha tergantung
pada bahaya, meskipun kenyamanan dan pergerakan harus dipertimbangkan.
Sepatu atau sepatu bot harus tanpa tutp dan kaki celana harus ditarik dari atas
sepatu dan tidak diselipkan di dalamnya. Sifat resistansi slip harus diperhitungkan
saat memilih alas kaki. Pelindung lutut mungkin diperlukan. Semua pelindung
anggota tubuh bagian atas dan bawah harus tetap bersih dan kering bila tidak
digunakan dan harus diganti sesegera mungkin.
4. Alat pelindung pernapasan
Dalam memilih respirator, ukuran dan model yang sesuai harus tersedia.
Ukuran dan model yang berbeda harus tersedia untuk mengakomodasi berbagai
jenis wajah. Pekerja harus fit-test untuk respirator. Respirator harus dibersihkan
secara berkala. Respirator yang ditujukan untuk penggunaan darurat harus
dibersihkan dan disterilkan setiap kali digunakan.

Universitas Sumatera Utara

22

Respirator harus disimpan dengan benar. Kerusakan dapat terjadi jika
tidak terlindungi dari bahan fisik dan kimia seperti getaran, sinar matahari, panas,
dingin yang ekstrim, kelembapan yang berlebihan atau bahan kimia yang
merusak. Setiap respirator yang digunakan harus paham tentang keterbatasannya,
berdasarkan sejumlah faktor seperti tingkat dan lamanya pemaparan, karakteristik
kimia dan masa pakai respirator.
5. Pelindung pendengaran
Bila rekaya teknik

yang efektif tidak

dapat

dilakukan atau saat

diimplementasikan atau dievaluasi, perlindungan pendengaran harus digunakan
untuk

melindungi

kesehatan

pekerja.

Penggunaan

pelindung

pendengaran

memberikan hasil terbaik bagi pengguna yang mengetahui risiko dan terlatih
penggunaannya dengan baik. Jika penyumbat telinga digunakan, perhatian khusus
harus diberikan pada teknik pemasangan yang tepat. Pelindung pendengaran harus
nyaman, dan pengguna harus dilatih untuk menggunakannya dengan benar.
Perhatian khusus harus diberikan pada kemungkinan peningkatan risiko
kecelakaan karena penggunaan pelindung pendengaran. Earmuffs mengurangi
frekuensi sumber suara dan mencegah sinyal peringatan tidak terdengar. Tidak
ada model yang cocok untuk semua orang. Mereka yang memakai pelindung
pendengaran harus bisa memilih produk yang memenuhi kriteria peredam.
Pelindung pendengaran harus tersedia di pintu masuk area yang bising dan harus
diletakkan sebelum memasuki area yang bising. Pemeliharaan yang baik terdiri

Universitas Sumatera Utara

23

dari pembersihan, penggantian bagian yang dapat diganti seperti bantal, dan
pemantauan keseluruhan keadaan pelindung pendengaran.
6. Pakaian kerja
Pakaian kerja yang terkontaminasi dengan zat kimia atau zat harus dicuci
(jika dapat digunakan kembali) atau dibuang di tempat kerja. Sebelum membeli
kembali pakaian,
pembersihan,

perusahaan harus menyediakan tempat untuk

desinfeksi

dan

pemeriksaan

pakaian

pelindung

pencucian,
yang

telah

digunakan dan mungkin terkontaminasi oleh bahan-bahan yang berbahaya bagi
kesehatan.
Perusahaan

harus

memastikan

bahwa

pekerja

melepaskan

pakaian

pelindung sebelum meninggalkan area terpapar atau tempat kerja yang terkena
debu asbes, atau zat lain yang dapat menimbulkan risiko di luar area terpapar.
Pakaian yang terkontaminasi harus dibuang dengan aman. Inspeksi pakaian
pelindung harus dilakukan oleh pengguna sebelum digunakan.
2.4

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemakaian APD.
Menurut Wentz dalam Linggasari (2008) faktor-faktor yang memengaruhi

pekerja menggunakan APD antara lain:
1. Manajemen telah memberi contoh dengan menggunakan APD yang benar
2. Mudah, nyaman, dan kesenangan menggunakan APD
3. Mengerti akan kegunaan APD
4. Berkurangnya masalah ekonomi dan kedisiplin karena menggunakan APD
5. Diterima oleh pekerja lain.

Universitas Sumatera Utara

24

Persyaratan umum penyediaan APD tercantum dalam Personal Protective
Equipment at work Regulation 1992. APD yang efektif harus :
1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.
2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut.
3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya.
4. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas.
5. Memiliki konstruksi yang sangat kuat.
6. Tidak mengganggu APD yang lain yang sedang dipakai secara bersamaan.
7. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya.
Alat

pelindung diri harus disediakan secara gratis,

diberikan satu

perorangan atau jika tidak, harus dibersihkan setelah digunakan, dan hanya
digunakan sesuai peruntukannya. Dijaga dalam kondisi baik, diperbaiki atau
diganti jika mengalami kerusakan, dan disimpan ditempat yang sesuai ketika tidak
digunakan.
Menurut teori Lawrance Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya
perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan
dan sikap.
2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup tersedia atau tidak
tersedianya

fasilitas-fasilitas

atau

sarana-sarana

keselamatan

kerja,

misalnya ketersediaan APD dan kenyamanan APD.

Universitas Sumatera Utara

25

3. Faktor penguat (reinforcing factor), faktor-faktor ini meliputi pengawasan
dan rekan kerja.
2.4.1
2.4.1.1

Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pencaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmojdo,
2003).
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)

Universitas Sumatera Utara

26

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus,

metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
merencanakan,

dapat

meringkaskan,

Misalnya dapat menyusun, dapat

dapat

menyesuaikan,

dan

sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

Universitas Sumatera Utara

27

6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
2.3.1.2

Sikap
Sikap menurut Thurston dalam Winarsunu (2008) adalah taraf positif dan

negatif dari efek terhadap suatu obyek yang menyatakan bahwa sikap merupakan
konstruk hipotetik yang tidak dapat diukur secara langsung, oleh karenanya harus
disimpulkan dari respon-respon pengukuran yang dapat diamati. Respon sikap
dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Respon
kognitif adalah respon yang menggambarkan persepsi dan informasi tentang
obyek sikap. Respon afektif adalah respon yang menggambarkan penilaian dan
perasaan

terhadap

obyek

sikap.

Sedangkan respon

konatif merupakan

kecenderungan perilaku, intensi, komitmen, dan tindakan yang berhubungan
dengan obyek sikap. Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap terhadap
keselamatan kerja adalah taraf kognitif, afektif, dan konatif seseorang pekerja
terhadap keselamatan kerja.
Frank E. Bird, Jr., Direktur ekskutif dari

International Loss Control

Indtitute mendata ada 6 konflik kebutuhan yang dapat menentukan sikap
seseorang terhadap keselamatan kerja, yaitu konflik antara kebutuhan-kebutuhan
berikut :

Universitas Sumatera Utara

28

1. Safety Versus Saving Time. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih
banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang
tidak aman, untuk menghemat waktu. Kebutuhan untuk menghemat waktu
menyebabkan tindakan-tindakan yang tidak selamat.
2.

Safety Versus Saving Effort. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih

banyak pekerjaan dari pada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara
yang tidak aman, untuk menghemat tenaga atau usaha. Seseorang akan memilih
cara yang aman atau selamat yang melibatkan banyak pekerjaan hanya jika resiko
yang ada pada cara yang mudah lebih besar dari pada yang aman, atau mereka
menghendaki tidak ada masalah dengan pimpinannya.
3. Safety Versus Comfort. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman dibandingkan
dengan cara-cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara-cara yang tidak
aman, untuk menghindari ketidaknyamanan.
4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik lebih
banyak perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara yang
tidak aman.
5. Safety Versus Independence. Jika cara-cara yang tidak aman memberikan lebih
banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan oleh atasan dari pada cara-cara
yang aman, maka seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk
memanfaatkan kebebasan tersebut.
6. Safety Versus Group Acceptance. Jika cara-cara yang tidak aman lebih diterima
atau direstui oleh kelompok dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih

Universitas Sumatera Utara

29

cara-cara yang tidak aman, untuk memperoleh atau memelihara penerimaan
kelompok.
2.3.2 Faktor Pemungkin
2.3.2.1 Ketersediaan APD
Dalam

suasana

kerja,

kenyamanan

tempat

kerja

dan

juga

fasilitas/ketersediaan APD akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga
kerja. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan
kerja yang di pakai dapat menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya
sehingga pekerja bekerja secara optimal.
Dalam UU No. 1 tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan bahwa pengurus
(pengusaha) diwajibkan untuk
perlindungan

diri

yang

menyediakan secara cuma-cuma semua alat

diwajibkan

pada

pekerja

yang

berada

dibawah

pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
kerja tersebut,

disertai dengan petunjuk-petunjuk

yang diperlukan menurut

petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.
APD harus tersedia sesuai dengan risiko bahaya yang ada di tempat kerja.
Contohnya, pada proses pengelasan risiko bahaya yang ada seperti infra merah
dan radiasi, maka APD yang harus digunakan adalah face shield dan goggles
untuk perlindungan mata dan wajah.
2.3.2.2 Kenyamanan APD
Banyak alasan pekerja enggan menggunakan APD salah satunya adalah
karena faktor kenyamanan. Contohnya safety shoes yang terlalu kebesaran atau
kekecilan, tidak akan melindungi pekerja secara efektif namun tidak menutup

Universitas Sumatera Utara

30

kemungkinan untuk muncul kejadian baru karena memakai safety shoes yang
tidak sesuai ukuran.
Untuk memberikan perlindungan yang baik maka pakaian harus pas dan
sesuai. APD biasanya didesain berdasarkan rata-rata ukuran orang Amerika atau
Eropa, dan akan menjadi masalah jika digunakan oleh pekerja yang ukurannya
berada diatas atau dibawah ukuran tersebut.
Perlindungan yang efektif hanya dapat dicapai melalui kecocokan alat,
kesesuaian alat, perawatan APD dan digunakan dengan tepat. Yang menjadi
masalah lain dalam penggunaaan APD adalah keterbatasan pergerakan dan
penglihatan serta penambahan beban dari berat APD yang dibawa (Mokhtar,
1992).
2.3.3 Faktor Penguat
2.3.3.1 Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Agar pengawasan berhasil
maka manajer harus melakukan kegiatan pemeriksaan, pengecekan, inspeksi,
pengendalian,

bahkan bilamana perlu mengatur dan mencegah sebelumnya

terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya yang mungkin terjadi.
Sejalan dengan terlaksananya kegiatan produksi dengan baik tentunya
harus memerhatikan keselamatan pekerja saat bekerja. Salah satu kegiatan yang
dapat dilakukan untuk keselamatan pekerja yaitu pengawasan dalam pemakaian
APD. Pengawasan perusahaan

ini dilakukan secara teratur dan sepenuhnya

menyelidiki alasan pekerja yang tidak memakai APD di tempat kerja. Hal-hal

Universitas Sumatera Utara

31

yang diperlukan dalam melakukan pengawasan adalah memastikan tim pengawas
yang telah ditunjuk untuk melakukan pemantauan secara teratur bahwa pekerja
memakai APD yang disyaratkan, APD berfungsi dengan baik dan dipelihara, dan
kasus mengenai APD ditangani dengan baik dan benar.
Perilaku pekerja terhadap pemakaian APD sangat dipengaruhi oleh
perilaku dari manajemen. Pengawas harus menjadi contoh yang pertama dalam
memakai APD. Harus ada program pelatihan dan pendidikan ke pekerja dalam hal
menggunakan dan merawat APD dengan benar. (Sarwoto, 1991).
2.3.3.2 Rekan Kerja
Rekan kerja berperan dalam komunikasi sesama karyawan maupun dari
pimpinan terhadap pemakaian APD. Peran rekan kerja berupa ajakan untuk
memakai APD. Komunikasi antara pekerja sangat berpengaruh dalam pemakaian
APD disebabkan karena faktor bahaya yang telah diketahui. Pekerja ini dapat
mengingatkan sesama temannya untuk memakai APD guna mencegah ataupun
mengurangi efek kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara

32

2.5

Kerangka Konsep

Variabel Bebas
Variabel Bebas
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
Variabel Terikat

2. Sikap

Faktor Pemungkin
1. Ketersediaan APD

Pemakaian APD

2. Kenyamanan APD

Faktor Penguat
1. Pengawasan Perusahaan
2. Rekan Kerja

Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini didasarkan pada teori Green, menyatakan bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor
pemungkin, dan faktor penguat. Faktor predisposisi yang memengaruhi perilaku
yaitu pengetahuan dan sikap. Faktor pemungkin mencakup ketersediaan APD dan
kenyamanan APD, sedangkan faktor penguat mencakup pengawasan perusahaan
dan rekan kerja.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja "Stimulasi" di Unit Penderesan PT. Socfin Indonesia Tanah Besih Tahun 2014

9 102 115

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

9 51 136

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA DI PT SUMATERA TROPICAL SPICES BATANG ANAI PADANG PARIAMAN TAHUN 2013.

0 2 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT. LEMBAH KARET PADANGTAHUN 2014.

1 11 10

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Peleburan Besi Baja di PT. Gunung Gahapi Sakti Medan Tahun 2017

0 1 19

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Peleburan Besi Baja di PT. Gunung Gahapi Sakti Medan Tahun 2017

0 1 2

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Peleburan Besi Baja di PT. Gunung Gahapi Sakti Medan Tahun 2017

0 4 8

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Peleburan Besi Baja di PT. Gunung Gahapi Sakti Medan Tahun 2017 Chapter III VI

0 1 52

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Peleburan Besi Baja di PT. Gunung Gahapi Sakti Medan Tahun 2017

0 4 3

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Peleburan Besi Baja di PT. Gunung Gahapi Sakti Medan Tahun 2017

2 3 72