Prosedur Pengawasan Inspektorat Propinsi Sumatera Utara Dalam Peningkatan Pendayagunaan Aparatur Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005

BAB II
PENGAWASAN INSPEKTORAT DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN PEERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 79 TAHUN 2005

D. Pengertian Pengawasan Inspektorat dalam Peningkatan Pendayagunaan
Aparatur.
Terciptanya good government, maka penting adanya efektivitas dan
efesiensi dari setiap lembaga pemerintahan. Untuk itu, diperlukan partisipasi dari
seluruh anggota masyarakat, khususnya lembaga pengawasan guna melakukan
pengawasan dan pembinaan terhadap instansi pemerintah. Pengawasan yang
merupakan unsur penting dalam proses manajemen pemerintahan, memiliki peran
yang sangat strategis untuk terwujudnya akuntabilitas publik dalam pemerintahan
dan pembangunan. Melalui suatu kebijakan pengawasan yang komprehensif dan
membina, maka diharapkan kemampuan administrasi publik yang saat ini
dianggap lemah, terutama di bidang kontrol pengawasan, dapat ditingkatkan
kapasitasnya dalam rangka membangun infrastruktur birokrasi yang lebih
kompetitif.
Ketetapan Nomor IX/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Negara yang
bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, maka Pengawasan merupakan
aspek penting dalam manajemen kepegawaian, melalui Sosialisasi Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP/46/M.PAN/4/2004, tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintah ditegaskan
bahwa pengawasan merupakan salah satu unsur terpenting dalam rangka

Universitas Sumatera Utara

peningkatan Pendayagunaan Aparatur Negara dalam melaksanakan tugas-tugas
umum pemerintah dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintah yang bersih
dan berwibawa.
Menurut Victor M. Sitomorang dan Jusuf Juhir maksud pengawasan
adalah untuk : 23
1. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak
2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan
pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau
timbulnya kesalahan yang baru.
3. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana
terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan.
4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat
pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam

planning, yaitu standard.
Tahapan-tahapan pengawasan yaitu: 24
1. Tahap Penetapan Standar
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi

23
24

M. Victor Sitomorang dan Jusuf Juhir, Op.Cit, hlm.22.
Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia. (Jakarta : Sinar Grafika, 2007),

hlm.16.

Universitas Sumatera Utara

Pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi yang melekat pada
seorang leader atau top manajemen dalam setiap organisasi, sejalan dengan fungsfungsi dasar manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan. 25 Demikian

halnya dalam organisasi pemerintah, fungsi pengawasan merupakan tugas dan
tanggung jawab seorang kepala pemerintahan, seperti di lingkup pemerintah
Propinsi merupakan tugas dan tanggung jawab gubernur sedangkan di pemerintah
kabupaten dan kota merupakan tugas dan tanggung jawab bupati dan walikota.
Namun karena katerbatasan kemampuan seseorang, mengikuti prinsip-prinsip
organisasi, maka tugas dan tanggung jawab pimpinan tersebut diserahkan kepada
pembantunya yang mengikuti alur distribution of power sebagaimana yang
diajarkan dalam teori-teori organisasi modern.
Maksud pengawasan itu dalam rumusan yang sederhana adalah untuk
memahami dan menemukan apa yang salah demi perbaikan di masa mendatang.
Hal itu sebetulnya sudah disadari oleh semua pihak baik yang mengawasi maupun
pihak yang diawasi termasuk masyarakat awam. Sedangkan tujuan pengawasan
itu adalah untuk meningkatkan pendayagunaan aparatur negara dalam
melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan menuju
terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih (good govenment and clean
government)
Seiring dengan semakin kuatnya tuntutan dorongan arus reformasi
ditambah lagi dengan semakin kritisnya masyarakat dewasa ini, maka rumusan
pengawasan yang sederhana itu tidaklah cukup dan masyarakat mengharapkan


25

Ibid, hlm.18

Universitas Sumatera Utara

lebih dari sekedar memperbaiki atau mengoreksi kesalahan untuk perbaikan
dimasa datang, melainkan terhadap kesalahan, kekeliruan apalagi penyelewengan
yang telah terjadi tidak hanya sekedar dikoreksi dan diperbaiki akan tetapi harus
diminta pertanggungjawaban kepada yang bersalah.
Secara naluri kegerahan masyarakat itu sebetulnya dapat dipahami, namun
berbicara tentang pengawasan sebenarnya bukanlah tanggung jawab institusi
pengawas semata melainkan tanggung jawab semua aparatur pemerintah dan
masyarakat pada semua elemen. Karena sebetulnya institusi pengawas seperti
Inspektorat Daerah, bukannya berdiam diri, tidak berbuat, tidak inovatif, dan
sebagainya tetapi jauh dari anggapan itu, insan-insan pengawas di daerah telah
bertindak sejalan dengan apa yang dipikirkan masyarakat itu sendiri.
Langkah pro aktif menuju pengawasan yang efektif dan efisien dalam
memenuhi tuntutan itu telah dilakukan seperti melakukan reorganisasi, perbaikan
sistem, membuatan pedoman dan sebagainya, namun kondisinya sedang berproses

dan hasilnya belum signifikan dan terwujud seperti yang diinginkan oleh
masyarakat tersebut.
Guna mewujudkan keinginan tersebut diperlukan langkah-langkah
pragmatis yang lebih realistis dan sistematis dalam penempatan sumberdaya
manusia pada lembaga pengawas daerah, mulai dari pimpinannya sampai kepada
staf/pejabat yang membantu dan memberikan dukungan untuk kesuksesan seorang
pimpinan lembaga pengawas tersebut.
Seorang pimpinan organisasi akan memberikan pewarnaan terhadap
organisasi tersebut, dan akan berfungsi sebagai katalisator dalam organisasinya,

Universitas Sumatera Utara

sehingga untuk itu harus punya integritas, moralitas dan kapabilitas serta
kompetensi yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.

Sehingga dengan

demikian, tugas pengawasan yang dilaksanakan merupakan bagian dari solusi, dan
bukan bagian dari masalah.
Pengawasan fungsional sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan
Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah khususnya pada Pasal 3 ayat (1) dan
(2) ditentukan bahwa pengawasan atas penyelenggaran pemerintahan daerah
dilaksanakan oleh Pejabat Pengawas Pemerintah dan dikoordinasikan oleh
Inspektur Jenderal. Kembali ditegaskan bahwa pelaksanaan pengawasan funsional
tersebut dilakukan oleh sebuah badan yang merupakan bagian dari perangkat
daerah yang termasuk dalam kategori lembaga teknis daerah dan salah satu tugas
lembaga teknis daerah itu adalah pengawasan seperti ketentuan dalam Pasal 12
ayat (1), (2), (3) dan (5) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah.
Adapun azas-azas yang harus dipatuhi dalam melakukan pengawasan
antara lain sebagai berikut : 26
1. Azas legalitas, yaitu pelaksanaan pengawasan haruslah berdasarkan pada suatu
kewenangan yang diatur menurut Peraturan Perundang-undangan.
2. Azas pengawasan terbatas, yaitu pengawasan yang dibatasi pada sasaran yang
telah dijadikan pedoman pada waktu kewenangan tersebut diberikan.

26

SF. Marbun., Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta :

UII Press, 2001), hlm. 261

Universitas Sumatera Utara

3. Azas motivasi, yaitu bahwa alasan-alasan untuk melaskanakan pengawasan
harus dapat mendukung keputusan yang diambil berdasarkan pengawasan tadi
dan keputusan tersebut haruslah dimotivasi oleh masyarakat luas.
4. Azas kecermatan, yaitu dalam melakukan pengawasan harus bersifat hati-hati
dan teliti.
5. Azas kepercayaan, yaitu bahwa hasil pengawasan itu harus dapat
dipertanggungjawabkan pada pihak manapun.
Setiap kekuasaan sekecil apapun cenderung untuk disalahgunakan. Oleh
sebab itu, dengan adanya keleluasan bertindak dari aparatur negara dalam lingkup
pemerintahan yang memasuki semua sektor kehidupan masyarakat, yang kadangkadang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Maka sangat
wajar apabila timbul suatu keinginan untuk mengadakan suatu sistem pengawasan
terhadap jalannya pemerintahan, yang merupakan jaminan agar jangan sampai
keadaan negara menjerumus ke arah diktator, dengan tanpa batas melaksanakan
kewenangannya yang bertentangan dengan ciri negara hukum. 27 Oleh karena itu,
sistem pengawasan memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:
g. Agar terciptanya jaminan perlindungan hukum bagi masyarakat agar

pemerintah tidak melakukan tindakan yang sewenang-wenang dalam
pelaksanaan tugasnya. 28
h. Agar juga ada perlindungan hukum bagi pemerintah dalam bertindak yang
berarti segala tindakan pemerintah sesuai dengan aturan hukum dan tidak
melakukan perbuatan yang salah menurut hukum. 29

27

Ibid., hlm. 262
Ibid
29
Ibid, hlm.263
28

Universitas Sumatera Utara

i. Pengawasan itu sendiri menilai suatu pelaksanaan tugas secara de facto. 30
j. Tujuan dari pengawasan hanya terbatas pada pencocokan apakah kegiatan
yang dilaksanakan telah sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan
sebelumnya (dalam hal ini berwujud dalam suatu rencana). 31

Pengawasan selalu terkait dengan sistem manajemen apalagi jika
dihubungkan dengan sistem manajemen pemerintahan, maka oleh karena itu
pengawasan akan selalu diperlukan untuk menjamin pelaksanaan, perencanaan,
dan tugas-tugas pemerintah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Apabila
dihubungkan dengan pemerintahan yang dalam hal ini mempunyai tugas salah
satunya menjalankan serta menciptakan iklim usaha atau kondisi yang baik pada
negara untuk kepentingan pembangunan, dan dalam rangka proses menciptakan
pembangunan yang kondusif itu maka peranan pengawasan pun akan sangat
penting.
Hal ini sejalan dengan pendapat Ismail Saleh yang menyebutkan bahwa:
Pengawasan sebagai faktor pengaman pembangunan tidak boleh diabaikan,
bahkan ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembangunan itu
sendiri. Tanpa adanya pengawasan pembangunan akan terjadi banyak kebocoran,
dan kebocoran itu pada dasarnya mampu menggagalkan pembangunan.
Sehubungan dengan hal itu, maka seiring dengan lajunya pembangunan maka
pengawasan pun tidak boleh surut. Semakin meningkatnya pembangunan maka
pengawasan pun semakin tidak boleh surut. Dan tujuan pengawasan yang utama

30


Nimatul Huda., Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah dan Problematika, (Jakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), hlm. 68
31
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

adalah ikut berusaha memperlancar roda pembangunan, serta mengamankan hasilhasil pembangunan. 32
Dapat dikatakan bahwa untuk menjamin hasil optimal yang diharapkan
dari kegiatan aparatur pemerintahan dalam mengemban tugas pembangunan,
diperlukan pengawasan secara berkesinambungan dan berlangsung terus-menerus
sesuai sesuai dengan tingkat perkembangan pembangunan dan rencana yang telah
ditetapkan.
Menurut M. Manulang, bahwa

tujuan pengawasan adalah agar

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi yang sekaligus dapat diambil
tindakan-tindakan perbaikan. 33

Josef Riwu Kaho menyebutkan tujuan dari pengawasan: 34
1. Untuk mengetahui apakah pelaskanaan pemerintahan telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan atau belum
2. Untuk mengetahui kesulitan apa yang dijumpai oleh para pelaksana sehingga
dengan demikian dapat diambil langkah-langkah guna perbaikan dikemudian
hari
3. Mempermudah atau meringankan tugas-tugas pelaksanaan karena pelaksanaan
tidak mungkin dapat melihat kemungkinan-kemungkinan kesalahan yang
dibuatnya karena kesibukan-kesibukan sehari-hari.
4. Pengawasan bukanlah mencari-cari kesalahan, akan tetapi untuk memperbaiki
kesalahan
32

Ismail Saleh., Ketertiban dan Pengawasan, (Jakarta : Haji Mas Agung, 2008), hlm. 1-2
M. Manullang., Op. cit., hal. 68.
34
Josep Riwo M Kaho., Analisa Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indoensia,
(Jakarta : Bina Aksara, 2002), hlm. 30
33

Universitas Sumatera Utara

Soewarno Handayaningrat mengatakan bahwa pengawasan bertujuan,
”Agar hasil pelaskanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan
berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan”. 35
Secara garis besarnya bahwa tujuan pengawasan itu adalah: 36
1. Agar terciptanya aparatur pemerintah

yang berwibawa, bersih dan

bertanggung jawab yang didukung oleh situasi system manajemen
pemerintahan yang berdaya guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh
partisipasi masyarakat yang terkonstruktif dan terkendali dalam wujud
pengawasan masyarakat yang objektif, sehat serta bertanggung jawab
2. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparatur pemerintah
serta menumbuhkan disiplin kerja yang sehat.
3. Agar terdapat kelugasan dalam menjalankan peranan, tugas, fungsi atau
kegiatan yang tumbuh budaya malu dari dalam diri masing-masing aparatur,
rasa bersalah dan berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang
tercela terhadap masyarakat dan jajarannya.
Mendapatkan pengawasan yang efektif dan efisien tentunya tidak terlepas
dari prinsip-prinsip yang yang menjadi landasan dan terkandung dalam
pengawasan itu sendiri. Adapun prinsip-prinsip yang terkandung dalam
melakukan pengawasan tersebut adalah sebagai berikut: 37
1. Objek yang menghasilkan fakta. Pengawasan harus objektif dan harus dapat
menemukan fakta atau bukti konkrit tentang pelaksanaan pekerjaan dan
berbagai faktor yang mempengaruhinya.

35

Soewarno Hadayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta
: Gunung Agung, 2001), hlm. 71
36
Sujamto, Op.Cit, hlm.25
37
Ibid, hlm.28

Universitas Sumatera Utara

2. Pengawasan berpedoman pada kebijakan yang berlaku. Untuk mengetahui dan
menilai ada tidaknya indikasi penyimpangan dan kesalahan, haruslah bertolak
pangkal dari keputusan pimpinan yang tercantum dalam: 1) Peraturanperaturan yang telah ditetapkan:
a. Pedoman kerja yang telah digariskan.
b. Rencana kerja yang telah ditetapkan
c. Tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
3. Preventif. Pengawasan harus bersifat mencegah sedini mungkin terjadinya
penyimpangan atau kesalahan. Oleh karena itu pengawasan harus dilakukan
dengan menilai rencana yang akan dilakukan.
4. Pengawasan bukan tujuan. Pengawasan hendaknya tidak dijadikan tujuan,
namun hanya sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pencapaian suatu tujuan organsiasi.
5. Efisiensi. Pengawasan harus dilakukan secara efisien, bukan justru
menghambat efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
6. Menemukan apa saja yang salah. Pengawasan terutama harus ditujukan
mencari apa yang salah, penyebab kesalahan dan bagaimana sifat kesalahan
tersebut.
7. Hasil temuan dari hasil pengawasan berupa pemeriksaan haruslah diikuti
dengan tindak lanjut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007
tentang pedoman tata cara pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
bahwa pengawasan fungsional menurut Pasal 9 adalah kegiatan pengawasan

Universitas Sumatera Utara

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh Pejabat Pengawas dilakukan melalui
kegiatan pemeriksaan, monitoring dan evaluasi. Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan disebutkan, “Aparat pengawas intern pemerintah melakukan
pengawasan sesuai fungsi dan kewenangannya melalui : 38
1. Pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan kepala daerah.
2. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaan terpadu.
3. Pengujian tehadap laporan berkala dan/ atau sewaktu-waktu dari unit/ satuan
kerja.
4. Pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya
penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme.
5. Penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program dan
kegiatan.
6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan
pemerintahan desa.
Pasal 44 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005
disebutkan bahwa pemerintah memberikan penghargaan kepada pemerintahan
daerah, kepala daerah dan/ atau wakil kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, kepala desa,
perangkat desa, dan anggota badan permusyawaratan desa. Disamping hal
tersebut, pemerintah dapat memberi sanksi yaitu dapat berupa : 39

38

Pasal 28 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
39
Pasal 45 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Universitas Sumatera Utara

1. Penataan kembali suatu daerah otonom.
2. Pembatalan pengangkatan pejabat
3. Penangguhan dan pembatalan suatu kebijakan daerah
4. Administratif.
5. Finansial.
Inspektorat merupakan instansi pemerintah yang memiliki fungsi sebagai
lembaga pengawasan di daerah. Inspektorat merupakan unsur penunjang
Pemerintah Daerah di bidang pengawasan yang dipimpin oleh seorang kepala
badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah
(Gubernur/ Bupati/ Walikota) melalui Sekretaris Daerah. Inspektorat mempunyai
tugas

melaksanakan

pengawasan

fungsional

terhadap

penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha
Daerah lainnya.
Inspektorat Propinsi merupakan unsur pengawas penyelenggaraan
pemerintahan daerah, yang dipimpin oleh seorang Inspektur yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada gubernur dan secara teknis administratif
mendapat pembinaan dari sekretaris daerah. Adapun tugas pokoknya adalah
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan, pelaksanaan
pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan Propinsi.

E. Tugas, Fungsi dan Kewenangan Inspektorat Sebagai Pengawas Internal.
Tata

aturan

pemerintahan

dikenal

adanya

lembaga

pengawasan

pembangunan, baik pengawasan internal maupun eksternal. Untuk tingkat
kementrian dikenal adanya Irjen (Inspektoratral Jendral), sebagai pengawas

Universitas Sumatera Utara

internal sedangkan pengawas eksternal adalah BPK dan BPKP. Pemerintah
Propinsi dan Kabupaten pengawasan internal dilakukan oleh Inspektorat Daerah
yang merupakan unsur pengawas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Inspektorat Daerah dipimpin oleh Inspektur dan dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab langsung kepada Gubernur atau Bupati dan secara teknis
administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah,

diangkat dan

diberhentikan oleh Gubernur atau Bupati sesuai ketentuan/peraturan perundangundangan.
Inspektorat Daerah mempunyai fungsi perencanaan program pengawasan,
perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan,
pengujian dan penilaian tugas pengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan tugas
lain yang diberikan oleh Bupati di bidang pengawasan.
Inspektorat daerah terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

40

1. Inseptorat Wilayah Propinsi adalah instansi pengawasan yang melakukan
pengawasan terhadap akativitas pemerintah Propinsi. Instansi ini bertanggung
jawab kepada Gubernur. Instansi ini mempunyai tugas melakukan pengawasan
umum atas aktivitas pemerintah daerah, baik yang bersifat rutin maupun yang
bersifat pembangunan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melakukan pengawasan
terhadap tugas Departemen Dalam Negeri di Propinsi.
2. Inspektorat Wilayah Kabupaten atau Kotamadya adalah instansi yang
melakukan pengawasan terhadap aktivitas Pemerintah Daerah. Termasuk
40

https://inspektoratkab.wordpress.com/2012/02/13/peran-inspektorat-daerah-sebagaipengawas-internal/diakses tanggal 07 September 2016 Pukul 11.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

Kecamatan, Kelurahan atau Desa selain itu Inspektorat Wilayah Kabupaten
atau Kotamadya juga melakukan pengawasan terhadap tugas departemen
Dalam Negeri di Kabupaten atau Kotamadya.
Inspektorat Daerah mempunyai fungsi perencanaan program pengawasan,
perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan,
pengujian dan penilaian tugas pengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan tugas
lain yang diberikan oleh Gubernur/Bupati di bidang pengawasan.
Untuk menyelenggarakan fungsi, Inspektorat mempunyai tugas : 41
1. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan.
2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan perekonomian.
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan kesejahteraan sosial.
4. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan keuangan dan asset.
5. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan.
Inspektorat Daerah sebagai aparat pengawas internal Pemerintah Daerah
memiliki peran dan posisi yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek fungsifungsi manajemen maupun dari segi pencapaian visi dan misi serta programprogram pemerintah. Dari segi fungsi-fungsi dasar manajemen mempunyai
kedudukan yang setara dengan fungsi perencanaan atau fungsi pelaksanaan.
Sedangkan dari segi pencapaian visi, misi dan program-program pemerintah,
Inspektorat daerah menjadi pilar yang bertugas sebagai pengawas sekaligus
pengawal dalam pelaksanaan program yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.

41

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Inspektorat Daerah sebagai pengawas internal bekerja dalam organisasi
pemerintah daerah tugas pokoknya dalam arti yang lain adalah menentukan
apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak (Kepala
Daerah) telah dipatuhi dan berjalan sesuai dengan rencana, menentukan baik atau
tidaknya pemeliharaan terhadap kekayaan daerah, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur dan kegiatan pemerintah daerah, serta yang tidak kalah
pentingnya adalah menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai
Unit/Satuan Kerja sebagai bagian yang integral dalam organisasi Pemerintah
Daerah. Dari penjelasan itu dapat dikatakan bahwa Inspektorat Daerah sebagai
pengawas internal memiliki karakteristik yang spesifik, dan ia memiliki ciri antara
lain adalah: 42
1. Alat dalam organisasi Pemerintah Daerah yang menjalankan fungsi quality
assurance.
2. Pengguna laporan pengawas internal adalah top manajemen (Kepala Daerah)
dalam organisasi Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
3. Dalam pelaksanaan tugas seperti halnya pengawas eksternal dapat
menggunakan prosedur pemeriksaan bahkan harus memiliki prosedur yang
jelas.
4. Kegiatan pemeriksaan bersifat pre-audit atau build-in sepanjang proses
kegiatan berlangsung.
5. Fungsi pemeriksaan yang dilakukan lebih banyak bersifat pembinaan dan
dalam praktiknya memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah,
ia tidak berwenang untuk menghakimi apalagi menindak.

42

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Inspektorat Propinsi berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada gubernur dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari
sekretaris daerah Propinsi. 43 Inspektorat Propinsi mempunyai tugas melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Propinsi,
pelaksanaan

pembinaan

atas

penyelenggaraan

pemerintahan

daerah

kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota. 44
Inspektorat Propinsi dan inspektorat kabupaten/kota dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 menyelenggarakan fungsi : 45
1. Perencanaan program pengawasan
2. Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan
3. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan
Inspektorat Daerah mempunyai fungsi perencanaan program pengawasan,
perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan,
pengujian dan penilaian tugas pengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan tugas
lain yang diberikan oleh Kepala Dearah dibidang pengawasan. Untuk
menyelenggarakan fungsi, Inspektorat mempunyai tugas :
1. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan
2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan perekonomian
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan kesejahteraan sosial
4. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan keuangan dan asset;

43

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Propinsi Dan Kabupaten/Kota
44
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Propinsi Dan Kabupaten/Kota
45
Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Teknis Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Propinsi Dan Kabupaten/Kota

Universitas Sumatera Utara

5. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan.
Fungsi Inspektorat Propinsi, meliputi : 46
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengawasan fungsional
2. Pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
oleh Perangkat Daerah dan pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah dan Usaha
Daerah lainnya
3. Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat
Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya
4. Pelaksanaan pengusutan dan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan
atau penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan temuan hasil pemeriksaan
maupun pengaduan atau informasi dari berbagai pihak
5. Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat
Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya
6. Pelaksanaan pengusutan dan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan
atau penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan temuan hasil pemeriksaan
maupun pengaduan atau informasi dari berbagai pihak
7. Pelaksanaan tindakan awal sebagai pengamanan diri terhadap dugaan
penyimpangan yang dapat merugikan daerah
8. Pelaksanaan fasilitasi dalam penyelenggaraan otonomi daerah melalui
pemberian konsultasi;Sedangkan Inspektorat kabupaten/kota mempunyai
kedudukan, tugas pokok dan fungsi yang hampir sama tapi dalam konteks
kabupaten/kota masing-masing, yang diatur dan ditetapkan dengan Perda
46

https://inspektoratkab.wordpress.com/2012/02/13/peran-inspektorat-daerah-sebagaipengawas-internal/Op.Cit.

Universitas Sumatera Utara

masing-masing kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
9. Pelaksanaan koordinasi tindak lanjut hasil pemeriksaan. Aparat pengawasan
Fungsional Pemerintah (APFP)
10. Pelaksanaan pelayanan informasi pengawasan kepada semua pihak
11. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan pihak yang berkompeten
dalam rangka menunjang kelan-caran tugas pengawasan
12. Pelaporan hasil pengawasan disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan
kepada DPRD
13. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh Gubernur;
Inspektorat Propinsi merupakan unsur pengawas penyelenggaraan
pemerintahan daerah, yang dipimpin oleh seorang Inspektur yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada gubernur dan secara teknis administratif
mendapat pembinaan dari sekretaris daerah. Adapun tugas pokoknya adalah
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan, pelaksanaan
pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan Propinsi.
F. Standar Pengawasan Inspektorat Terhadap Kinerja Aparatur Negara
Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting
dalam penyelenggaraan pemerintahan.

47

Melalui pengawasan intern dapat

diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai
dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan
rencana, kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan

47

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

:

Universitas Sumatera Utara

intern atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk mendorong
terwujudnya good governance dan clean

government dan mendukung

penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel serta
bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pengawasan intern di lingkungan Departemen, Kementerian dan Lembaga
Pemerintah Non Departemen (selanjutnya disebut LPND) dilaksanakan oleh
lnspektorat Jenderal dan lnspektorat Utama/lnspektorat untuk kepentingan
Menteri/Pimpinan LPND dalam upaya pemantauan terhadap kinerja unit
organisasi yang ada dalam kendalinya. Pelaksanaan fungsi lnspektorat Jenderal
dan lnspektorat Utama/lnspektorat tidak terbatas pada fungsi audit tapi juga fungsi
pembinaan terhadap pengelolaan keuangan negara. Pengawasan intern di
lingkungan Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Inspektorat
Pemerintah Propinsi/ Kabupaten/Kota untuk kepentingan Gubernur/Bupati/
Walikota dalam melaksanakan pemantauan terhadap kinerja unit organisasi yang
ada di dalam kepemimpinannya. Sedangkan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (selanjutnya disebut BPKP) yang berada di bawah Presiden
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Keberadaan beberapa unsur Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(selanjutnya disebut APIP) seperti disebutkan di atas perlu didukung dengan
pedoman dan peraturan perundang-undangan tentang pengawasan intern
pemerintah yang merumuskan ketentuan-ketentuan pokok dalam bidang
pengawasan intern pemerintah dalam rangka menjamin terlaksananya pengawasan
intern pemerintah yang efektif dan efisien. Mengingat sampai saat ini belum

Universitas Sumatera Utara

seluruh APIP mempunyai standar yang seragam, untuk itu perlu disusun standar
audit yang berlaku bagi seluruh APlP.
APIP adalah instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
melakukan pengawasan, dan terdiri atas: 48
1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang bertanggung
jawab kepada Presiden;
2. Inspektorat Jenderal (Itjen)/Inspektorat Utama (Ittama)/Inspektorat yang
bertanggung jawab kepada Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND)
3. Inspektorat Pemerintah Propinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur,
dan;
4. Inspektorat Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab kepada
Bupati/Walikota.
Tujuan standar audit APIP adalah untuk: 49
1. Menetapkan prinsip-prinsip dasar yang merepresentasikan praktik-praktik
audit yang seharusnya.
2. Menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit
intern yang memiliki nilai tambah.
3. Menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit.
4. Mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses organisasi.
5. Menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan audit.
6. Menjadi pedoman dalam pekerjaan audit.

48
49

Ibid
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

7. Menjadi dasar penilaian keberhasilan pekerjaan audit.
Standar Audit berfungsi sebagai ukuran mutu minimal bagi para auditor
dan APIP dalam: 50
1. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang dapat merepresentasikan
praktik-praktik audit

yang seharusnya, menyediakan kerangka kerja

pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit yang memiliki nilai tambah serta
menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;
2. Pelaksanaan koordinasi audit oleh APIP;
3. Pelaksanaan perencanaan audit oleh APIP;
4. Penilaian efektifitas tindak lanjut hasil pengawasan dan konsistensi penyajian
laporan hasil audit.
Kegiatan utama APIP meliputi audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan
kegiatan pengawasan lainnya berupa sosialisasi, asistensi dan konsultansi, namun
peraturan ini hanya mengatur mengenai Standar Audit APIP. Kegiatan audit yang
dapat dilakukan oleh APIP pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga
jenis audit berikut ini: 51
1. Audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan opini atas
kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum.
2. Audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan dan rekomendasi
atas pengelolaan instansi pemerintah secara ekonomis, efisien dan efektif.

50
51

Ibid.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

3. Audit dengan tujuan tertentu yaitu audit yang bertujuan untuk memberikan
simpulan atas suatu hal yang diaudit. Yang termasuk dalam kategori ini adalah
audit investigatif, audit terhadap masalah yang menjadi fokus perhatian
pimpinan organisasi dan audit yang bersifat khas.
Ruang lingkup kegiatan audit yang diatur dalam Standar Audit ini meliputi
audit kinerja dan audit investigatif, sedangkan audit atas laporan keuangan yang
bertujuan untuk memberi opini atas kewajaran penyajian laporan keuangan wajib
menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Standar pelaksanaan pekerjaan audit kinerja mendeskripsikan sifat
kegiatan audit kinerja dan menyediakan kerangka kerja untuk melaksanakan dan
mengelola pekerjaan audit kinerja yang dilakukan oleh auditor. Dalam setiap
penugasan audit kinerja, auditor harus menyusun rencana audit. Rencana audit
dimaksudkan untuk menjamin bahwa tujuan audit tercapai secara berkualitas,
ekonomis, efisien dan efektif. Dalam merencanakan auditnya, auditor menetapkan
sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya. Selain itu, auditor
perlu mempertimbangkan berbagai hal termasuk sistem pengendalian intern dan
ketaatan auditi terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan
ketidakpatutan (abuse). Auditor harus mendokumentasikan rencana untuk setiap
penugasan audit.
Auditor dalam merencanakan pekerjaan audit kinerja harus mempertimbangkan berbagai hal, termasuk sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan

Universitas Sumatera Utara

auditi terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan ketidakpatutan
(abuse). Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah: 52
1. Laporan hasil audit sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang
material dan berkaitan dengan sasaran audit yang sedang dilaksanakan
2. Sasaran audit dan pengujian-pengujian yang diperlukan untuk mencapai
sasaran audit tersebut
3. Kriteria-kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi organisasi,
program, aktivitas atau fungsi yang diaudit
4. Sistem pengendalian intern auditi, termasuk aspek-aspek penting lingkungan
tempat beroperasinya auditi
5. Pemahaman tentang hak dan kewajiban serta hubungan timbal balik antara
auditor dengan auditi, dan manfaat audit bagi kedua pihak
6. Pendekatan audit yang paling efisien dan efektif
7. Bentuk, isi dan pengguna laporan hasil audit.

52

Ibid.

Universitas Sumatera Utara