Analisis Pengaruh Penghindaran Pajak Terhadap Nilai Perusahaan dengan Transparansi Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar melakukan
pembangunan di berbagai sektor. Pembangunan nasional ini bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Namun, apabila pemerintah dan rakyat
tidak dapat bekerjasama maka akan sulit untuk mencapai tujuan tersebut.Salah
satu sumber pembiayaan untuk pembangunan tersebut berasal dari pajak yang
dibayar rakyat kepada negara.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Definisi tersebut menegaskan bahwa pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Pajak memiliki manfaat sebagai
sumber dana bagi pemerintah yang digunakan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran negara (fungsi budgetair) dan sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (fungsi
regulator). Oleh karena itu, pemerintah selalu menaikkan target penerimaan dari
sektor perpajakan. Perpajakan Indonesia sendiri dikelola pemerintah melalui
Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah Departemen Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 memperlihatkan realisasi penerimaan negara Indonesia dari
tahun 2012 sampai 2015.
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Negara (Milyaran Rupiah) 2012-2015
Sumber Penerimaan
2012
I. Penerimaan Dalam Negeri
1.332.322
Penerimaan Perpajakan
980.518
Pajak Dalam Negeri
930.861
Pajak Penghasilan
465.069
Pajak Pertambahan Nilai
337.584
Pajak
Bumi
dan
28.968
Bangunan
Bea Perolehan Hak atas
0
Tanah dan Bangunan
Cukai
95.027
Pajak Lainnya
4.210
Pajak
Perdagangan
49.656
Internasional
Bea Masuk
28.418
Pajak Ekspor
21.237
Penerimaan Bukan Pajak
351.804
Penerimaan Sumber Daya
225.844
Alam
Bagian Laba BUMN
30.798
Penerimaan Bukan Pajak
73.458
Lainnya
Pendapatan
Badan
21.704
Layanan Umum
II.Hibah
5.786
Jumlah
1.338.109
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia 2015
2013
1.432.058
1.077.306
1.029.850
506.442
384.713
2014
1.545.456
1.148.865
1.103.217
546.180
409.181
2015
1.758.330
1.489.255
1.439.998
679.370
576.469
25.304
23.476
26.689
0
0
0
108.452
4.937
118.085
6.293
145.739
11.729
47.456
43.648
49.256
31.621
15.835
354.751
32.319
11.329
398.590
37.203
12.053
269.075
226.406
240.848
118.919
34.025
40.314
36.956
69.671
87.746
90.109
24.648
29.681
23.090
6.832
1.438.891
5.034
1. 550490
3.311
1.761.642
Berdasarkan tabel 1.1 tampak bahwa penerimaan dari sektor pajak dalam
realisasi penerimaan negara dari tahun 2012 sampai 2015 selalu meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Ketergantungan penerimaan negara dari sektor pajak mencapai sekitar 84,5 persen
pada tahun 2015(www.pajak.go.id). Sebagai sumber utama penerimaan negara,
pemerintah terus melakukan upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak agar
dapat digunakan untuk membiayai pembangunan demi kepentingan rakyat.
Pemerintah menyusun berbagai kebijakan dalam bentuk intensifikasi dan
ekstensifikasi dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.
Salah satu kebijakan yang sedang dilakukan oleh pemerintah yaitu tax amnesty
(pengampunan pajak). Tax amnesty adalah program pengampunan yang diberikan
oleh pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya
terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan sanksi
pidana di bidang perpajakan atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan
sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh
tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan. Kebijakan amnesty
pajak merupakan terobosan kebijakan dan bagian reformasi perpajakan menuju
sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta meningkatkan penerimaan pajak
yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan. Pemerintah menargetkan
penerimaan pajak dari tax amnesty sebesar Rp 165 triliun (www.kemenkeu.go.id).
Upaya pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak ternyata
berlawanan dengan kepentingan para wajib pajak pribadi maupun badan yang
sebisa mungkin untuk menghindari pembayaran pajak. Perusahaan sebagai salah
satu wajib pajak memandang pajak sebagai beban bagi perusahaan. Hal ini
disebabkan pajak perusahaan dapat mempengaruhi posisi keuangan perusahaan,
kinerja keuangan, likuiditas, hasil operasi, dan arus kas. Bagi perusahaan, pajak
Universitas Sumatera Utara
yang dikenakan terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh dapat dianggap
sebagai biaya atau beban dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu, perusahaan
cenderung untuk mengurangi beban pajak dalam memperbaiki kinerja perusahaan.
Perusahaan melakukan berbagai cara untuk meminimalkan beban pajak
yang akan dibayar, salah satunya yaitu dengan manajemen pajak. Menurut
Lumbantoruan (1996), manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi
kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang harus dibayar dapat
ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan penghematan pajak secara
legal. Salah satu bentuk manajemen pajak adalah penghindaran pajak (tax
avoidance).
Penghindaran pajak (tax avoidance) tidak sama dengan penggelapan pajak
(tax evasion). Secara garis besar perbedaan utama terletak pada sisi legalitas.
Penggelapan pajak menggunakan cara yang tidak diperkenankan oleh ketentuan
undang-undang yang berlaku. Sedangkan penghindaran pajak adalah upaya
penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena
tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, dimana metode dan teknik yang
digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahanyang terdapat dalam
undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah
pajak yang terutang. Hal tersebut diharapkan dapat menaikkan laba perusahaan
dan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.
Kasus penghindaran pajak yang terjadi salah satunya adalah kedai kopi
asal Amerika Serikat, Starbucks. Dalam laporan keuangannya, Starbucks
Universitas Sumatera Utara
menyatakan kerugian sebesar 112 juta pounds selama 2008-2010 dan tidak
membayar Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) pada 2011. Namun, dalam
laporan ke investor, Starbucks menyatakan omset selama 2008-2010 dengan nilai
1,2 miliar pounds atau Rp 18 triliun. Kasus kedua, laporan pajak perusahaan
internet search engine, Google berbasis di USA. Perusahaan ini meraih untung di
Inggris senilai 398 juta pounds pada 2011, tapi hanya membayar pajak senilai 6
juta pounds. Keuntungan perusahaan cabang Inggris kemudian ditransfer ke
cabang Irlandia, Belanda, dan berakhir di Bermuda.Perusahaan multinasional
lainnya yang melakukan praktik penghindaran pajak yaitu Apple, Facebook,
Oracle, Microsoft, IBM, Johnson&Johnson, Yahoo, Pfizer, Abbott Laboratories,
dan HSBC (BBC news, 2012).
Di Indonesia, salah satu kasus yang terkenal yaitu penghindaran pajak
yang dilakukan perusahan Asian Agri. Penghindaran pajak Asian Agri pada
prinsipnya dilakukan secara terencana dan sistematis oleh para direktur dan
manajer Asian Agri. Perusahan membuat sebuah kebijakan untuk memperkecil
pajak (tax planning-meeting). Modus-modus yang digunakan yaitu menciptakan
biaya fiktif, mengecilkan penjualan dengan menggunakan jasa anak perusahaan
dan hedging fiktif. Penghindaran pajak Asian Agri menyebabkan negara
mengalami kerugian sebesar 1,3 triliun (Kompas, 2013).
Penghindaran pajak telah terjadi sekian lama yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahan besar di dunia. Berbagai cara yang dilakukan antara lain
melakukan investasi di negara tax haven, dimana negara yang tergolong dalam
kategori ini memiliki kemudahan untuk tidak membayar pajak untuk jangka
Universitas Sumatera Utara
waktu yang tidak terbatas, atau tarif yang rendah, pengawasan yang tidak ketat
atas valas, dan jaminan kerahasiaan bank. Praktik thin capitalization juga dinilai
memiliki andil dalam penghindaran pajak perusahaan. Teorinya, perusahaan
dibiayai dengan jumlah hutang yang lebih banyak daripada jumlah modal sendiri,
sehingga
perusahaan
menanggung
beban
pinjaman
yang
tinggi
yang
mengakibatkan perusahaan terlihat seperti memiliki banyak hutang dengan pihak
lain. Transfer pricing juga merupakan salah satu mekanisme dalam melakukan
penghindaran pajak dengan cara menaikkan harga beli atau menurunkan harga
jual pada anak perusahaan, sehingga induk perusahaan tampak seolah-olah
mengalami kerugian.
Peningkatan nilai perusahaan merupakan tujuan perusahaan yang dapat
dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen, dimana suatu keputusan yang
diambil akan mempengaruhi keputusan lainnya dan nantinya akan berdampak
pada nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dapat terlihat pada kenaikan
harga saham perusahaan.Nilai perusahaan yang tinggi akan menjadi sinyal positif
yang dapat meningkatkan kesejahteraan bagi investor untuk menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut. Salah satu keputusan manajemen adalah
penghindaran pajak (tax avoidance) yang diharapkan dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Namun, disisi lain investor bertentangan dengan penghindaran pajak
tersebut dan merasa dirugikan. Investor sebagai principal menganggap
penghindaran pajak adalah tindakan yang tidak patuh terhadap undang-undang
perpajakan dan timbulnya biaya di kemudian hari seperti biaya yang timbul akibat
adanya pemeriksaaan pajak. Sedangkan manajer sebagai agen memandang
Universitas Sumatera Utara
kebijakan penghindaran pajak adalah cara untuk meminimumkan beban pajak
secara legal dengan memanfaatkan celah-celah dari peraturan perpajakan sehingga
dapat meningkatkan laba perusahaan yang berpengaruh positif pada nilai
perusahaan. Timbulnya konflik kepentingan ini terjadi karena adanya asimetri
informasi sehingga mengakibatkan adanya perbedaan persepsi antara investor dan
manajer tentang kebijakan penghindaran pajak.
Untuk mengatasi masalah agensi tersebut sangat relevan dalam
mempertimbangkan transparansi informasi sebagai moderasi hubungan antara
penghindaran pajak dan nilai perusahaan. Menurut Wang (2010), transparansi
informasi merupakan ketersediaan informasi spesifik perusahaan kepada
pemegang saham luar yang mempengaruhi nilai perusahaan. Transparansi menjadi
alat untukmengawasi setiap tindakan manajer sehingga mengurangi kecemasan
investor terhadap biaya agensi tersembunyi terkait penghindaran pajak. Biaya
agensi merupakan biaya yang timbul karena tindakan manajer yang berbeda dari
tindakan untuk memaksimumkan kepentingan pemegang saham. Adanya
transparansi diharapkan mengurangi perilaku oportunistik manajer dan resiko
yang timbul dalam melakukan penghindaran pajak dapat terdeteksi.
Penelitian-penelitian sebelumnya tentang hubungan antara penghindaran
pajak, nilai perusahaan, dan transparansi informasi menghasilkan simpulan yang
berbeda-beda. Chen et al. (2010) menemukan adanya pengaruh negatif dari
penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan dan penghindaran pajak dapat
berpengaruh positif pada perusahaan yang transparan. Penelitian dari Wang
(2010) menyatakan bahwa penghindaran pajak berpengaruh positif terhadap nilai
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dan perusahaan yang memiliki informasi transparan cenderung
melakukan penghindaran pajak. Menurut Chasbiandani dan Martani (2012),
penghindaran pajak jangka panjang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian penghindaran pajak juga pernah dilakukan oleh Desai dan Dharmapala
(2009) yang menemukan hubungan positif dan signifikan antara penghindaran
pajak dan nilai perusahaan untuk perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan
institusional yang tinggi. Hasil yang berbeda didapat oleh Simarmata (2012) yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan penghindaran pajak
terhadap nilai perusahaan. Perbedaan hasil dari penelitian-penelitian tentang
pengaruh penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan menjadi motivasi
penelitian ini. Selain itu penelitian ini memfokuskan sampel penelitian pada salah
satu sektor kelompok perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),
yaitu perusahaan manufaktur. Alasan pemilihan perusahaan manufaktur karena
perusahaan tersebut melakukan aktivitas usaha secara menyeluruh mulai dari
pembelian bahan baku hingga menjadi barang jadi dan siap untuk dijual ke
pasaran sebagian usahanya terkait dengan aspek perpajakan. Perusahaan
manufaktur juga memiliki jumlah perusahaan yang paling banyak dibandingkan
jenis usaha lain yang terdiri dari beberapa industri. Perusahaan sektor manufaktur
juga merupakan penyumbang penerimaan pajak terbesar (dilihat dari per sektor
usaha) dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 316,49 triliun di
tahun 2012 dan 333,73 triliun di tahun 2013 (Inside Tax ed.18, 2013:34 dalam
Mulyani, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pengaruh Penghindaran Pajak Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan TransparansiSebagai Variabel Moderating Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah penghindaran pajak berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2013-2015?
2. Apakah transparansi dapat memoderasi hubungan antara penghindaran
pajak terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah penghindaran pajak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2013-2015.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui apakah transparansimampu memoderasi hubungan
antara penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 20132015.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan
wawasan peneliti khususnya mengenai pengaruh penghindaran pajak
terhadap nilai perusahaan dengan transparansi informasi sebagai variabel
pemoderasi.
2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi di dalam melakukan penelitian sejenis mengenai nilai
perusahaandan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan memberikan pertimbangan bagi
perusahaan untuk menyajikan laporan tahunan yang lebih transparan dan
dapat diandalkan. Karena laporan keuangan yang transparan menjadi salah
satu pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya.
4. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk melakukan investasi.
5. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi
pemerintah untuk dapat menentukan kebijakan yang tepat dalam
mengatasi praktik penghindaran pajak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar melakukan
pembangunan di berbagai sektor. Pembangunan nasional ini bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Namun, apabila pemerintah dan rakyat
tidak dapat bekerjasama maka akan sulit untuk mencapai tujuan tersebut.Salah
satu sumber pembiayaan untuk pembangunan tersebut berasal dari pajak yang
dibayar rakyat kepada negara.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Definisi tersebut menegaskan bahwa pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Pajak memiliki manfaat sebagai
sumber dana bagi pemerintah yang digunakan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran negara (fungsi budgetair) dan sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (fungsi
regulator). Oleh karena itu, pemerintah selalu menaikkan target penerimaan dari
sektor perpajakan. Perpajakan Indonesia sendiri dikelola pemerintah melalui
Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah Departemen Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 memperlihatkan realisasi penerimaan negara Indonesia dari
tahun 2012 sampai 2015.
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Negara (Milyaran Rupiah) 2012-2015
Sumber Penerimaan
2012
I. Penerimaan Dalam Negeri
1.332.322
Penerimaan Perpajakan
980.518
Pajak Dalam Negeri
930.861
Pajak Penghasilan
465.069
Pajak Pertambahan Nilai
337.584
Pajak
Bumi
dan
28.968
Bangunan
Bea Perolehan Hak atas
0
Tanah dan Bangunan
Cukai
95.027
Pajak Lainnya
4.210
Pajak
Perdagangan
49.656
Internasional
Bea Masuk
28.418
Pajak Ekspor
21.237
Penerimaan Bukan Pajak
351.804
Penerimaan Sumber Daya
225.844
Alam
Bagian Laba BUMN
30.798
Penerimaan Bukan Pajak
73.458
Lainnya
Pendapatan
Badan
21.704
Layanan Umum
II.Hibah
5.786
Jumlah
1.338.109
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia 2015
2013
1.432.058
1.077.306
1.029.850
506.442
384.713
2014
1.545.456
1.148.865
1.103.217
546.180
409.181
2015
1.758.330
1.489.255
1.439.998
679.370
576.469
25.304
23.476
26.689
0
0
0
108.452
4.937
118.085
6.293
145.739
11.729
47.456
43.648
49.256
31.621
15.835
354.751
32.319
11.329
398.590
37.203
12.053
269.075
226.406
240.848
118.919
34.025
40.314
36.956
69.671
87.746
90.109
24.648
29.681
23.090
6.832
1.438.891
5.034
1. 550490
3.311
1.761.642
Berdasarkan tabel 1.1 tampak bahwa penerimaan dari sektor pajak dalam
realisasi penerimaan negara dari tahun 2012 sampai 2015 selalu meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Ketergantungan penerimaan negara dari sektor pajak mencapai sekitar 84,5 persen
pada tahun 2015(www.pajak.go.id). Sebagai sumber utama penerimaan negara,
pemerintah terus melakukan upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak agar
dapat digunakan untuk membiayai pembangunan demi kepentingan rakyat.
Pemerintah menyusun berbagai kebijakan dalam bentuk intensifikasi dan
ekstensifikasi dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.
Salah satu kebijakan yang sedang dilakukan oleh pemerintah yaitu tax amnesty
(pengampunan pajak). Tax amnesty adalah program pengampunan yang diberikan
oleh pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya
terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan sanksi
pidana di bidang perpajakan atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan
sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh
tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan. Kebijakan amnesty
pajak merupakan terobosan kebijakan dan bagian reformasi perpajakan menuju
sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta meningkatkan penerimaan pajak
yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan. Pemerintah menargetkan
penerimaan pajak dari tax amnesty sebesar Rp 165 triliun (www.kemenkeu.go.id).
Upaya pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak ternyata
berlawanan dengan kepentingan para wajib pajak pribadi maupun badan yang
sebisa mungkin untuk menghindari pembayaran pajak. Perusahaan sebagai salah
satu wajib pajak memandang pajak sebagai beban bagi perusahaan. Hal ini
disebabkan pajak perusahaan dapat mempengaruhi posisi keuangan perusahaan,
kinerja keuangan, likuiditas, hasil operasi, dan arus kas. Bagi perusahaan, pajak
Universitas Sumatera Utara
yang dikenakan terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh dapat dianggap
sebagai biaya atau beban dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu, perusahaan
cenderung untuk mengurangi beban pajak dalam memperbaiki kinerja perusahaan.
Perusahaan melakukan berbagai cara untuk meminimalkan beban pajak
yang akan dibayar, salah satunya yaitu dengan manajemen pajak. Menurut
Lumbantoruan (1996), manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi
kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang harus dibayar dapat
ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan penghematan pajak secara
legal. Salah satu bentuk manajemen pajak adalah penghindaran pajak (tax
avoidance).
Penghindaran pajak (tax avoidance) tidak sama dengan penggelapan pajak
(tax evasion). Secara garis besar perbedaan utama terletak pada sisi legalitas.
Penggelapan pajak menggunakan cara yang tidak diperkenankan oleh ketentuan
undang-undang yang berlaku. Sedangkan penghindaran pajak adalah upaya
penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena
tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, dimana metode dan teknik yang
digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahanyang terdapat dalam
undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah
pajak yang terutang. Hal tersebut diharapkan dapat menaikkan laba perusahaan
dan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.
Kasus penghindaran pajak yang terjadi salah satunya adalah kedai kopi
asal Amerika Serikat, Starbucks. Dalam laporan keuangannya, Starbucks
Universitas Sumatera Utara
menyatakan kerugian sebesar 112 juta pounds selama 2008-2010 dan tidak
membayar Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) pada 2011. Namun, dalam
laporan ke investor, Starbucks menyatakan omset selama 2008-2010 dengan nilai
1,2 miliar pounds atau Rp 18 triliun. Kasus kedua, laporan pajak perusahaan
internet search engine, Google berbasis di USA. Perusahaan ini meraih untung di
Inggris senilai 398 juta pounds pada 2011, tapi hanya membayar pajak senilai 6
juta pounds. Keuntungan perusahaan cabang Inggris kemudian ditransfer ke
cabang Irlandia, Belanda, dan berakhir di Bermuda.Perusahaan multinasional
lainnya yang melakukan praktik penghindaran pajak yaitu Apple, Facebook,
Oracle, Microsoft, IBM, Johnson&Johnson, Yahoo, Pfizer, Abbott Laboratories,
dan HSBC (BBC news, 2012).
Di Indonesia, salah satu kasus yang terkenal yaitu penghindaran pajak
yang dilakukan perusahan Asian Agri. Penghindaran pajak Asian Agri pada
prinsipnya dilakukan secara terencana dan sistematis oleh para direktur dan
manajer Asian Agri. Perusahan membuat sebuah kebijakan untuk memperkecil
pajak (tax planning-meeting). Modus-modus yang digunakan yaitu menciptakan
biaya fiktif, mengecilkan penjualan dengan menggunakan jasa anak perusahaan
dan hedging fiktif. Penghindaran pajak Asian Agri menyebabkan negara
mengalami kerugian sebesar 1,3 triliun (Kompas, 2013).
Penghindaran pajak telah terjadi sekian lama yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahan besar di dunia. Berbagai cara yang dilakukan antara lain
melakukan investasi di negara tax haven, dimana negara yang tergolong dalam
kategori ini memiliki kemudahan untuk tidak membayar pajak untuk jangka
Universitas Sumatera Utara
waktu yang tidak terbatas, atau tarif yang rendah, pengawasan yang tidak ketat
atas valas, dan jaminan kerahasiaan bank. Praktik thin capitalization juga dinilai
memiliki andil dalam penghindaran pajak perusahaan. Teorinya, perusahaan
dibiayai dengan jumlah hutang yang lebih banyak daripada jumlah modal sendiri,
sehingga
perusahaan
menanggung
beban
pinjaman
yang
tinggi
yang
mengakibatkan perusahaan terlihat seperti memiliki banyak hutang dengan pihak
lain. Transfer pricing juga merupakan salah satu mekanisme dalam melakukan
penghindaran pajak dengan cara menaikkan harga beli atau menurunkan harga
jual pada anak perusahaan, sehingga induk perusahaan tampak seolah-olah
mengalami kerugian.
Peningkatan nilai perusahaan merupakan tujuan perusahaan yang dapat
dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen, dimana suatu keputusan yang
diambil akan mempengaruhi keputusan lainnya dan nantinya akan berdampak
pada nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dapat terlihat pada kenaikan
harga saham perusahaan.Nilai perusahaan yang tinggi akan menjadi sinyal positif
yang dapat meningkatkan kesejahteraan bagi investor untuk menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut. Salah satu keputusan manajemen adalah
penghindaran pajak (tax avoidance) yang diharapkan dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Namun, disisi lain investor bertentangan dengan penghindaran pajak
tersebut dan merasa dirugikan. Investor sebagai principal menganggap
penghindaran pajak adalah tindakan yang tidak patuh terhadap undang-undang
perpajakan dan timbulnya biaya di kemudian hari seperti biaya yang timbul akibat
adanya pemeriksaaan pajak. Sedangkan manajer sebagai agen memandang
Universitas Sumatera Utara
kebijakan penghindaran pajak adalah cara untuk meminimumkan beban pajak
secara legal dengan memanfaatkan celah-celah dari peraturan perpajakan sehingga
dapat meningkatkan laba perusahaan yang berpengaruh positif pada nilai
perusahaan. Timbulnya konflik kepentingan ini terjadi karena adanya asimetri
informasi sehingga mengakibatkan adanya perbedaan persepsi antara investor dan
manajer tentang kebijakan penghindaran pajak.
Untuk mengatasi masalah agensi tersebut sangat relevan dalam
mempertimbangkan transparansi informasi sebagai moderasi hubungan antara
penghindaran pajak dan nilai perusahaan. Menurut Wang (2010), transparansi
informasi merupakan ketersediaan informasi spesifik perusahaan kepada
pemegang saham luar yang mempengaruhi nilai perusahaan. Transparansi menjadi
alat untukmengawasi setiap tindakan manajer sehingga mengurangi kecemasan
investor terhadap biaya agensi tersembunyi terkait penghindaran pajak. Biaya
agensi merupakan biaya yang timbul karena tindakan manajer yang berbeda dari
tindakan untuk memaksimumkan kepentingan pemegang saham. Adanya
transparansi diharapkan mengurangi perilaku oportunistik manajer dan resiko
yang timbul dalam melakukan penghindaran pajak dapat terdeteksi.
Penelitian-penelitian sebelumnya tentang hubungan antara penghindaran
pajak, nilai perusahaan, dan transparansi informasi menghasilkan simpulan yang
berbeda-beda. Chen et al. (2010) menemukan adanya pengaruh negatif dari
penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan dan penghindaran pajak dapat
berpengaruh positif pada perusahaan yang transparan. Penelitian dari Wang
(2010) menyatakan bahwa penghindaran pajak berpengaruh positif terhadap nilai
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dan perusahaan yang memiliki informasi transparan cenderung
melakukan penghindaran pajak. Menurut Chasbiandani dan Martani (2012),
penghindaran pajak jangka panjang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian penghindaran pajak juga pernah dilakukan oleh Desai dan Dharmapala
(2009) yang menemukan hubungan positif dan signifikan antara penghindaran
pajak dan nilai perusahaan untuk perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan
institusional yang tinggi. Hasil yang berbeda didapat oleh Simarmata (2012) yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan penghindaran pajak
terhadap nilai perusahaan. Perbedaan hasil dari penelitian-penelitian tentang
pengaruh penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan menjadi motivasi
penelitian ini. Selain itu penelitian ini memfokuskan sampel penelitian pada salah
satu sektor kelompok perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),
yaitu perusahaan manufaktur. Alasan pemilihan perusahaan manufaktur karena
perusahaan tersebut melakukan aktivitas usaha secara menyeluruh mulai dari
pembelian bahan baku hingga menjadi barang jadi dan siap untuk dijual ke
pasaran sebagian usahanya terkait dengan aspek perpajakan. Perusahaan
manufaktur juga memiliki jumlah perusahaan yang paling banyak dibandingkan
jenis usaha lain yang terdiri dari beberapa industri. Perusahaan sektor manufaktur
juga merupakan penyumbang penerimaan pajak terbesar (dilihat dari per sektor
usaha) dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 316,49 triliun di
tahun 2012 dan 333,73 triliun di tahun 2013 (Inside Tax ed.18, 2013:34 dalam
Mulyani, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pengaruh Penghindaran Pajak Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan TransparansiSebagai Variabel Moderating Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah penghindaran pajak berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2013-2015?
2. Apakah transparansi dapat memoderasi hubungan antara penghindaran
pajak terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah penghindaran pajak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2013-2015.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui apakah transparansimampu memoderasi hubungan
antara penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 20132015.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan
wawasan peneliti khususnya mengenai pengaruh penghindaran pajak
terhadap nilai perusahaan dengan transparansi informasi sebagai variabel
pemoderasi.
2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi di dalam melakukan penelitian sejenis mengenai nilai
perusahaandan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan memberikan pertimbangan bagi
perusahaan untuk menyajikan laporan tahunan yang lebih transparan dan
dapat diandalkan. Karena laporan keuangan yang transparan menjadi salah
satu pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya.
4. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk melakukan investasi.
5. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi
pemerintah untuk dapat menentukan kebijakan yang tepat dalam
mengatasi praktik penghindaran pajak tersebut.
Universitas Sumatera Utara