LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA-I
Nama/NIM
: Muhamad syaiful ampri / 652015011
Kelompok
: 1 (siang)
Tgl. Praktikum : 26 Oktober 2016
JUDUL
: Kinetika Reaksi Pemutihan Pewarna Krital Violet
DASAR TEORI
Pewarna tekstil seperti bahan-bahan yang lain, tidak melekat / menempel
untuk selamanya. Pakaian yang masih baru dengan warna cerah setelah terkena udara
luar, sinar matahari, keringat, detergen serta pemutih/pengelantang ; akan banyak
kehilangan warna aslinya bahkan akan menjadi pudar.Hal ini di karenakan pewarna
merupakan bahan organik tak jenuh yang dapat diserang oleh senyawa kimia yang
reaktif dan di ubah menjadi produk yang tidak berwarna. Pemutih merupakan
spesifikasi agen oksidasi yang kuat untuk menghancurkan molekul organik dari
pewarna dengan mengoksidasi ikatan rangkapnya.
Pada percobaan kali ini, kita akan mempelajari reaksi dari pewarna yang
sering disebut Crystal Violet (CV+). Pewarna ini memiliki struktur yang hampir mirip
dengan pewarna lain seperti Malachite Green ( MG+) dan Metil Violet Struktur.
Crystal Violet dan Metil Violet merupakan bahan pewarna yang biasanya ada
sebagai kation ( ion positif ) di gunakan sebagai indikator asam-basa, pewarna tekstil
dan sebagai agen anti bakteri. Ion hidroksidasi pada kosentrasi tinggi akan menyerang
kation dari Crystal Violet pada atom karbon pusat dimana ketiga cincinnya akan
diikat. Ketika ion OH- berikatan / terikat pada atom karbon, produk tidak berwarna
akan terbentuk.
CV+ + OHViolet
CV – OH
tidak berwarna
Kita dapat memonitor kosentrasi dari Crystal Violet dengan melakukan
pengukuran serapannya menggunakan spektrofotometer, selama kation dari Crystal
Violet menunjukan warna yang kuat.
Reaksi dari Crystal Violet dengan Sodium Hidroksida ( NaOH )mengikuti
persamaan / hukum kecepatan secara umum, yaitu :
Kecepatan = k [ CV+ ]x [OH]y
Pada persamaan di atas, k disebut konstanta kecepatan. Nilai ini konstan hanya pada
tekanan dan temperatur tertentu. [CV+] merupakan konsetrasi dari CV+ dalam mol per
liter. Eksponen x dan y menunjukan bergantungnya kecepatan terhadap konsetrasi
dari senyawa [CV+] dan [OH-] secara berturut turut.
Jumlah dari x + y merupakan orde kinetik dari suatu reaksi. Nilai x dan y tidak dapat
diprediksikan secara umum dengan reaksi stokiometri tetapi harus ditentukan melalui
percobaan.
Dengan melakukan percobaan dimana dilakukan pencampuran antara CV+dan
OH- yang memiliki konsetrasi yang berbeda. Kita dapat mengukur kecepatan awal
dari suatu reaksi dan menurunkan hukum kecepatan serta konstanta kecepatan k
Absorbabsi
dari
CV+
sebagai
fungsi
waktu
akan
diukur
dengan
spektrofotometer pada panjang yang telah ditetapkan. Hukum Beer di gunakan untuk
menentukan hubungan antara konsetrasi terhadap absorbansi dan hasil plot A terhadap
waktu sebenarnya menunjukan hubungan konsetrasi terhadap waktu atau kemiringan
(slope ) dari kecepatan reaksi.
Slope / kemiringan :
- A
waktu
=
- konsetrasi
waktu
Spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi suatu zat
dialam larutan berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada panjang
gelombang tertentu. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar yang
telahdiketahui konsentrasinya. Larutan standarnya terdiri dari beberapa tingkat
konsentrasi tinggi. (Khopkar, 2003)
Fungsi
alat
spektrofotometer
dalam
laboratorium
adalah
mengukur
transmitans atau absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi panjang
gelombang. Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik
maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk
akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai
yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena
memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Studi spektrofotometri dianggap
sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari absorbsi energi.
Hukum
Beer
menyatakan
absorbansi
cahaya
berbanding
lurus
dengan
dengankonsentrasi dan ketebalan bahan/medium (Miller J.N 2000)
TUJUAN
1. Menentukan hukum laju reaksi pemutihan kristal violet
2. Manentukan orde reaksi dengan menggunakan metode grafis
3. Menentukan pengaruh ion dalam proses pemutihan
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan:
1. NaOH
4. NaNO3
2. Crystal Violet
5. Spektrofotometer
3. Etanol
6. Aquades
Metode:
Pembuatan Larutan
1. Crystal Violet 0,0025 % dari 0,05 %
M1 x V1
= M2 x V2
0,05 % x V1
= 0,0025 % x 100
V1 = 5 ml
Diambil 5 ml crystal violet kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100
ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
Diencerkan 10 kali
Diambil 5 ml crystal violet kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100
ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
Diambil 5 ml larutan diatas dan ditambahkan hingga 50 ml.
2.
NaOH 0,008 M dan 0,016 M
M=
massa
1000
Mr × volume
0,016 =
massa
1000
40
× 100
massa = 0,0064 gram
Jadi diambil 0,0064 gram NaOH padat, kemudian dimasukkan dalam
labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
M1 x V1
0,008 x 50
V2
= M2 x V2
= 0,0016 x V2
= 25 ml
Jadi diambil 50 ml NaOH 0,0016 M, kemudian dimasukkan dalam
labu ukur 250 ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
3. 50 ml NaNO3 0,1 M
M=
massa
1000
Mr × volume
0,1 =
massa
1000
85
× 100
massa = 0,8499 gram
Jadi untuk membuat 100 ml NaNO3 0,1 M, diambil 0,8499 gram
NaNO3 padat kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan
diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
50 ml NaNO3 0,05 M
M1.V1 = M2.V2
0,1. V1 = 0,05. 50
V1 = 25 ml
Jadi untuk membuat 50 ml NaNO3 0,05 M, diambil 25 ml larutan
NaNO3 0,1 M yang telah dibuat, kemudian dimasukkan dalam labu
ukur 50 ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
1. Dibuat larutan kristal violet 0,0025 %; NaOH 0,008 dan 0,0016 M; NaNO 3
0,1 M dan 0,05 M.
2. Dibuat seripengenceran sesuai dengan tabel 1.
3. Spektrofotometer dikalibrasi untuk mengukur kristal violet pada panjang
590 nm (diatur dari posisi 0% transmitan tanpa ada sempel dan 100%
transmitan dengan blanko aquades pada kuvet)
4. Diatur transmitan dari pewarna kristal violet untuk masing-masing seri
pengenceran (dimulai dari konsentrasi yang paling encer kemudian nilai
transmitan diubah menjadi absorbansi)
5. Dibuat grafik kurva standar antara konsentrasi dan absorbansi latutan.
Penentuan orde reaksi
1. Spektrofotometer dikalibrasi untuk mengukur kristal violet pada panjang
590 nm (diatur dari posisi 0% transmitan tanpa ada sempel dan 100%
transmitan dengan blanko aquades pada kuvet)
2. Diukur transmitan dari pewarna kristal violet dengan mencampurkan 10
ml larutan kerja kristal violet dengan 10 ml NaOH larutan a. Dalam glass
beaker dan perhitungan waktu dimulai.
3. Ditambahkan 5ml aquades dalam dicampurkan dan dicampurkan dengan
baik.
4. Larutan dipindah dalam kuvet, bagian luar kuvet dibersihkan kemudian
dibaca transmitan dan dibaca panjang gelombang pada pada panjang
gelombang pada 590 nm.
5. Diukur nilai trnsmitan dan diulangi setiap 30 detik, pengukuran dilakukan
sebanyak 10 kali.
6. Masing-masing nilai transmitan diubah dalam bentuk nilai absorbansi
untuk diolah pada laporan resmi.
7. Diulangi langkah-langkah diatas dengan mengganti 5 ml aquades dengan 5
ml NaNO3 0,1 M dan 0,05 M.
8. Diulangi langkah-langkah diatas dengan mengganti 10 ml aquades dengan
5 ml larutan NaOH 0,008 M dan 0,016 M
Tabel 1
Volume larutan
kerja
(ml)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Volume aquades
(ml)
Konsentrasi larutan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0,00025
0,00050
0,00075
0,00100
0,00125
0,00150
0,00175
0,00200
0,00225
0,00250
(%)
HASIL
A. Pembuatan kurva standart kristal violet
Volume larutan
kerja
(ml)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Volume aquades
(ml)
Konsentrasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0,00025
0,00050
0,00075
0,00100
0,00125
0,00150
0,00175
0,00200
0,00225
0,00250
Nilai transmitan
larutan (%)
67
64
50
47
44
40
37
27
22
20
B. Penentuan Orde Reaksi
Waktu
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
NaOH (a) 10 ml
aquades
NaNO3
NaNO3
NaOH (b) 10 ml
aquades
NaNO3
NaNO3
0,1 M
0,05 M
0,1 M
0,05 M
(5ml)
41
44
43
44
46
45
46
46
4,5
4,6
(5ml)
45
43
44
44
45
45
45
45
4,6
4,6
40
46
44
45
45
47
47
48
4,6
47
44
46
47
46
47
47
47
48
4,7
4,9
44
43
44
44
46
46
45
45
4,6
4,6
47
47
46
47
47
48
48
49
4,9
4,9
JAWAB PERTANYAAN
1. Bandingkan hasil praktikum anda tentang penentuan orde reaksi dengan literatur!
Jawab :
Percobaan yang dilakukan dapat dikatakan berhasil karena larutan yang diuji
menunjukkan kurva yang benar yaitu dengan bertambah besarnya absorbansi
maka konsentrasinya pun semakin besar, dan konsentrasi tersebut mempengaruhi
laju reaksi suatu larutan maka laju reaksinya pun juga besar. Dalam percobaan
penentuan ordo yang dilakukan ada data yang tidak sesuai dengan literatur, hal ini
dapat terjadi karena kemungkinan NaNO3 yang ditambahkan tidak bereaksi
sehingga laju reaksinya tidak berpengaruh.
2. Bagaimana reaksi yang terjadi antara pewarna dan NaOH setelah dilakukan
penambahan NaNO3 ?
Jawab :
C25H30ClN3 + NaOH
NaCl + C25H30N3O
NaNO3
2NaOH + C25H30N3Cl
H O/H+
2
Yang terjadi reaksi akan kembali menjadi netral.
3. Dari hasil pengamatan yang anda lakukan, apakah pengaruh penambahan NaNO3
terhadap reaksi pemutihan?
Jawab :
NaNO3 memiliki ion anion yang bereaksi dengan ion kation monovalen pada
kristal violet. Pengaruh reaksi yang terjadi yaitu mempercepat jalannya reaksi
antara kristal violet dengan NaOH sehingga proses pemutihan semakin cepat.
4. Bandingkan hasil praktikum anda tentang pengaruh penambahan NaNO3 dengan
literatur!
Jawab :
Menurut literatur penambahan NaNO3 dapat mempengaruhi proses pemutihan
yaitu dapat mempercepat jalannya reaksi. Dan pada hasil percobaan yang
dilakukan telah sesuai dengan literatur. Hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya
orde reaksi pada saat ditambahkannya NaNO3. Semakin bertambahnya orde
reaksi makan semakin bertambah pula laju reaksinya sehingga reaksi akan
berlangsung secara cepat.
PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama yaitu pembuatan kurva standar kristal violet
membutuhkan data absorbansi dari tiap konsentrasi larutan CV yang ditambahkan.
Untuk mencari absorban dari nilai transmitan digunakan rumus:
A = 2 – log transmitan%
Dari hasil percobaan didapatkan absorban sebagai berikut:
Konsentrasi Larutan (%)
0,00025
0,00050
0,00075
0,00010
0,00125
0,00150
0,00175
0,00200
0,00225
0,00250
Nilai Transmitan (%)
67
64
50
47
44
40
37
27
22
20
Absorban
0,1739
0,1938
0,3010
0,3279
0,3564
0,3979
0,4317
0,5686
0,6576
0,6989
Kemudian dibuat kurva standar antara konsentrasi larutan dengan absorban
grafik absorban terhadap konsentrasi
0
0
0
f(x) = 0x - 0
R² = 0.96
grafik absorban
terhadap konsentrasi
Linear (grafik absorban terhadap
konsentrasi)
0
0
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
Grafik 1
Dapat disimpulkan dari tabel maupun grafik bahwa semakin besar konsentrasi
kristal violet yang ditambahkan maka semakin besar pula nilai absorbannya (besarnya
sinar radiasi yang terserap oleh zat) dari zat yang diukur), namun transmitan
(besarnya sinar radiasi yang melewati zat dan ditangkap detektor) akan semakin
menurun.
Sedangkan dalam percobaan yang kedua, pengamatan kinetika reaksi antara
kristal violet dan natrium hidroksida. Persamaan untuk reaksi yang ditampilkan di
sini:
Gb. Reaksi Kristal violet dengan OH-.
reaksi tersebut dapat digunakan untuk menentukkan orde reaksi dari OH-. Caranya
dengan menggunakan metode grafis, yaitu membuat kurva antara A dengan waktu
sebagai penunjuk orde 0, antara log A dengan waktu sebagai orde 1 dan antara 1/A
dengan waktu sebagai orde 2. Penentuan orde dipilih apabila R 2 dari ketiga grafik
tersebut mendekati 1.
Dari pembuatan kurva didapatkan data:
o Untuk grafik (NaOH 0,016 M + NaNO3 0,1 M) sbg fungsi waktu (interval 30
detik) dapat dilihat bahwa R2 pada grafik log A paling mendekati 1. Jadi orde
reaksi yang tepat adalah orde 1
o Untuk grafik (NaOH 0,016 M + aquades) sbg fungsi waktu (interval 30 detik)
dapat dilihat bahwa R2 pada grafik A lebih mendekati 1. Jadi orde reaksi yang
tepat adalah orde 0
o Untuk grafik (NaOH 0,016 M + NaNO 3 0,05 M) sbg fungsi waktu (interval 30
detik) dapat dilihat bahwa R2 pada grafik 1/A lebih mendekati 1. Jadi orde reaksi
yang tepat adalah orde 2
o Untuk grafik (NaOH 0,008 M + NaNO 3 0,05 M) sbg fungsi waktu (interval 30
detik) dapat dilihat bahwa R2 pada grafik 1/A mendekati 1. Jadi orde reaksi yang
tepat adalah orde 2
o Untuk grafik (NaOH 0,008 M + NaNO 3 0,05 M) sbg fungsi waktu (interval 30
detik) dapat dilihat bahwa R2 pada grafik 1/A mendekati 1. Jadi orde reaksi yang
tepat adalah orde 2
o Untuk grafik (NaOH 0,008 M + aquades) sbg fungsi waktu (interval 30 detik)
dapat dilihat bahwa R2 pada grafik A mendekati 1. Jadi orde reaksi yang tepat
adalah orde 1
Dengan diketahuinya orde reaksi makan dapat ditentukan kecepatan laju reaksinya
karena semakin besar orde reaksi maka laju reaksinya semakin cepat. Sehingga
penambahan NaNO3 dalam percobaan ini dapat mempercepat laju reaksi antara CV
dengan NaOH. Dan juga ion dari NaNO 3 yang beraksi dengan ion CV menyebabkan
cepatnya laju reaksi menuju pH7 atau netral karena pada umumnya garam yang
menandung ion logam alkali dan basa konjungat suatu asam kuat seperti NO3 tidak
mengalami hidrolisis dalam jumlah yang banyak dan larutannya akan dianggap netral.
Jadi bila NaNO3 , suatu garam yang terbentuk oleh reaksi NaOH dengan HNO 3 akan
larut dalam air dan akan menakibatkan garam terurai sempurna menjadi :
NaNO3(s) + H2O
Na+(aq) + NO3-(aq)
Ion Na+ terhidrasi tidak memberikan ataupun tidak juga menerima ion H+. ion NO3
adalah basa konjugat dari asam kuat HNO3 dan tidak memiliki afinitas untuk ion H+.
Akibatnya, suatu larutan yang mengandung ion Na+ dan NO3- akan netral, dengan pH
7. Selain itu konsentrasi dari tiap larutan pun juga mempengaruhi kecepatan laju
reaksi.
KESIMPULAN
1. Semakin bertambah besarnya konsentrasi maka absorbansinya pun semakin besar.
Hal tersebut juga mempengaruhi laju reaksinya menjadi lebih cepat.
2. Orde reaksi NaOH + akuades adalah 1 sedangkan NaOH + NaNO 3 mempunyai
orde reaksi 2.
3. Pengaruh ion pada NaNO3 dapat mempercepat jalannya reaksi antara kristal violet
dengan NaOH sehingga proses pemutihan semakin cepat
DAFTAR PUSTAKA
Andy. 2009. http://andykimia03.wordpress.com/tag/konstanta-laju-reaksi/ diakses
25/10/2016 jam 23.29 WIB
Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta, Hal 215-216.
LAMPIRAN
1. Tugas Awal
2. Laporan Sementara
3. Grafik penentuan orde
Penentuan orde reaksi NaOH 0,008 M + akuades
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,356547
0,366532
0,356547
0,356547
0,337242
0,337242
0,346787
0,346787
0,337242
0,337242
Log A
-0,44788
-0,43589
-0,44788
-0,44788
-0,47206
-0,47206
-0,45994
-0,45994
-0,47206
-0,47206
1/A
2,804677
2,728278
2,804677
2,804677
2,965228
2,965228
2,88361
2,88361
2,965228
2,965228
kurva A terhadap waktu
0.37
0.37
0.36
0.36
0.35
0.35
0.34
0.34
0.33
0.33
0.32
kurva A terhadap
waktu
Linear (kurva A
terhadap waktu)
f(x) = - 0x + 0.36
R² = 0.62
0
50 100 150 200 250 300 350
Grafik 2.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
grafik log A
terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
250
f(x) = - 5356.83x - 2292.53
200
R² = 0.61
150
100
50
0
-0.48 -0.47 -0.46 -0.45 -0.44 -0.43
Grafik 2.2
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
250
200
f(x) = 811.57x - 2169.92
R² = 0.61
150
100
50
0
2.7 2.75 2.8 2.85 2.9 2.95
3
Grafik 2.3
Penentuan orde reaksi NaOH 0,008 M + NaNO3 0,1 M
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,387216
0,356547
0,366532
0,356547
0,337242
0,346787
0,337242
0,337242
0,346787
0,337242
Log A
-0,41205
-0,44788
-0,43589
-0,44788
-0,47206
-0,45994
-0,47206
-0,47206
-0,45994
-0,47206
1/A
2,582537
2,804677
2,728278
2,804677
2,965228
2,88361
2,965228
2,965228
2,88361
2,965228
grafik A terhadap waktu
350
300
250
200
150
f(x) = - 4442.76x + 1724.13
R² = 0.64
grafik A terhadap
waktu
Linear (grafik A
terhadap waktu)
100
50
0
0.33 0.34 0.35 0.36 0.37 0.38 0.39 0.4
Grafik 3.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
250
f(x) = - 3685.28x - 1512.48
200
R² = 0.64
150
100
50
-0.48
-0.46
-0.44
-0.42
0
-0.4
Grafik 3.2
grafik log A terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
250
200
150
f(x) = 575.03x - 1476.62
R² = 0.65
100
50
0
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3
Grafik 3.3
Penentuan orde reaksi NaOH 0,008 M + NaNO3 0,05 M
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,346787
0,366532
0,356547
0,356547
0,346787
0,346787
0,346787
0,346787
0,337242
0,337242
Log A
-0,45994
-0,43589
-0,44788
-0,44788
-0,45994
-0,45994
-0,45994
-0,45994
-0,47206
-0,47206
1/A
2,88361
2,728278
2,804677
2,804677
2,88361
2,88361
2,88361
2,88361
2,965228
2,965228
grafik A terhadap waktu
350
300
250
200
f(x) = - 7667.67x + 2839.52
R² = 0.57
150
grafik A terhadap
waktu
Linear (grafik A
terhadap waktu)
100
50
0
0.34 0.34 0.35 0.35 0.36 0.36 0.37 0.37
Grafik 4.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
250
f(x) = - 6222.79x - 2682.22
R² = 0.58
200
150
100
50
-0.48
-0.47
-0.46
-0.45
-0.44
0
-0.43
Grafik 4.2
grafik log A terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
250
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
f(x) = 951.89x - 2565.62
R² = 0.58
200
150
100
50
0
2.7
2.75
2.8
2.85
2.9
2.95
3
Grafik 4.3
Penentuan orde reaksi NaOH 0,016 M + akuades
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,327902
0,327902
0,337242
0,327902
0,327902
0,318759
0,318759
0,309804
0,309804
0,309804
Log A
-0,48426
-0,48426
-0,47206
-0,48426
-0,48426
-0,49654
-0,49654
-0,50891
-0,50891
-0,50891
1/A
3,04969
3,04969
2,965228
3,04969
3,04969
3,137169
3,137169
3,227848
3,227848
3,227848
grafik A terhadap waktu
350
300
250
200
f(x) = - 8302.34x + 2834.85
R² = 0.78
150
grafik A terhadap
waktu
Linear (grafik A
terhadap waktu)
100
50
0
0.31 0.31 0.32 0.32 0.33 0.33 0.34 0.34
Grakfik 5.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
250
f(x) = - 6161.2x - 2871.8
R² = 0.78
200
150
100
50
-0.52
-0.51
-0.5
-0.49
-0.48
0
-0.47
Grafik 5.2
grafik log A terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
250
200
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
f(x) = 861.35x - 2515.69
R² = 0.79
150
100
50
0
2.95
3
3.05 3.1 3.15 3.2 3.25
Grafik 5.3
Penentuan orde reaksi NaOH 0,016 M + NaNO3 0,1 M
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,39794
0,337242
0,356547
0,346787
0,346787
0,327902
0,327902
0,318759
0,337242
0,327902
Log A
-0,40018
-0,47206
-0,44788
-0,45994
-0,45994
-0,48426
-0,48426
-0,49654
-0,47206
-0,48426
1/A
2,512942
2,965228
2,804677
2,88361
2,88361
3,04969
3,04969
3,137169
2,965228
3,04969
grafik A terhadap waktu
12
10
grafik A terhadap
waktu
Linear (grafik A
terhadap waktu)
8
6
4
2
0
0.3
f(x) =
0.32
0.34
R² =
0 0.36 0.38
0.4
0.42
Grafik 6.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
250
f(x) = - 2441.96x - 973.29
200
R² = 0.54
150
100
50
0
-0.52 -0.5 -0.48-0.46-0.44-0.42 -0.4 -0.38
Grafik 6.2
grafik log A terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
250
200
f(x) = 380.28x - 949.28
R² = 0.55
150
100
50
0
2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9
3
3.1 3.2
Grafik 6.3
Penentuan orde reaksi NaOH 0,016 M + NaNO3 0,05 M
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,356547
0,337242
0,327902
0,337242
0,327902
0,327902
0,327902
0,318759
0,327902
0,309804
Log A
-0,44788
-0,47206
-0,48426
-0,47206
-0,48426
-0,48426
-0,48426
-0,49654
-0,48426
-0,50891
1/A
2,804677
2,965228
3,04969
2,965228
3,04969
3,04969
3,04969
3,137169
3,04969
3,227848
grafik A terhadap waktu
350
300
f(x) = - 6148.06x + 2193.31
R² = 0.7
250
200
150
grafik A terhadap
waktu
Linear (grafik A
terhadap waktu)
100
50
0
0.3
0.31 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36
Grafik 7.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
f(x) = - 4731.54x - 2115.01
250
R² = 0.7
200
150
100
50
-0.52
-0.5
-0.48
-0.46
0
-0.44
Grafik 7.2
grafik log A terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
f(x) = 684.87x - 1913.49
R² = 0.7
250
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
200
150
100
50
0
2.7
2.8
2.9
3
3.1
3.2
3.3
Grafik 7.3
DAFTAR PUSTAKA
Pudjatmaka A. H, 2003, Kamus Kimia, Jakarta: Balai Pustaka
Smith Henk, 2000, Petunjuk Praktikum Kimia Fisika 1, Suliyono, UKSW
LAMPIRAN
1. Laporan sementara
2. Tugas Awal
3. Grafik A , log A , dan 1/A
Nama/NIM
: Muhamad syaiful ampri / 652015011
Kelompok
: 1 (siang)
Tgl. Praktikum : 26 Oktober 2016
JUDUL
: Kinetika Reaksi Pemutihan Pewarna Krital Violet
DASAR TEORI
Pewarna tekstil seperti bahan-bahan yang lain, tidak melekat / menempel
untuk selamanya. Pakaian yang masih baru dengan warna cerah setelah terkena udara
luar, sinar matahari, keringat, detergen serta pemutih/pengelantang ; akan banyak
kehilangan warna aslinya bahkan akan menjadi pudar.Hal ini di karenakan pewarna
merupakan bahan organik tak jenuh yang dapat diserang oleh senyawa kimia yang
reaktif dan di ubah menjadi produk yang tidak berwarna. Pemutih merupakan
spesifikasi agen oksidasi yang kuat untuk menghancurkan molekul organik dari
pewarna dengan mengoksidasi ikatan rangkapnya.
Pada percobaan kali ini, kita akan mempelajari reaksi dari pewarna yang
sering disebut Crystal Violet (CV+). Pewarna ini memiliki struktur yang hampir mirip
dengan pewarna lain seperti Malachite Green ( MG+) dan Metil Violet Struktur.
Crystal Violet dan Metil Violet merupakan bahan pewarna yang biasanya ada
sebagai kation ( ion positif ) di gunakan sebagai indikator asam-basa, pewarna tekstil
dan sebagai agen anti bakteri. Ion hidroksidasi pada kosentrasi tinggi akan menyerang
kation dari Crystal Violet pada atom karbon pusat dimana ketiga cincinnya akan
diikat. Ketika ion OH- berikatan / terikat pada atom karbon, produk tidak berwarna
akan terbentuk.
CV+ + OHViolet
CV – OH
tidak berwarna
Kita dapat memonitor kosentrasi dari Crystal Violet dengan melakukan
pengukuran serapannya menggunakan spektrofotometer, selama kation dari Crystal
Violet menunjukan warna yang kuat.
Reaksi dari Crystal Violet dengan Sodium Hidroksida ( NaOH )mengikuti
persamaan / hukum kecepatan secara umum, yaitu :
Kecepatan = k [ CV+ ]x [OH]y
Pada persamaan di atas, k disebut konstanta kecepatan. Nilai ini konstan hanya pada
tekanan dan temperatur tertentu. [CV+] merupakan konsetrasi dari CV+ dalam mol per
liter. Eksponen x dan y menunjukan bergantungnya kecepatan terhadap konsetrasi
dari senyawa [CV+] dan [OH-] secara berturut turut.
Jumlah dari x + y merupakan orde kinetik dari suatu reaksi. Nilai x dan y tidak dapat
diprediksikan secara umum dengan reaksi stokiometri tetapi harus ditentukan melalui
percobaan.
Dengan melakukan percobaan dimana dilakukan pencampuran antara CV+dan
OH- yang memiliki konsetrasi yang berbeda. Kita dapat mengukur kecepatan awal
dari suatu reaksi dan menurunkan hukum kecepatan serta konstanta kecepatan k
Absorbabsi
dari
CV+
sebagai
fungsi
waktu
akan
diukur
dengan
spektrofotometer pada panjang yang telah ditetapkan. Hukum Beer di gunakan untuk
menentukan hubungan antara konsetrasi terhadap absorbansi dan hasil plot A terhadap
waktu sebenarnya menunjukan hubungan konsetrasi terhadap waktu atau kemiringan
(slope ) dari kecepatan reaksi.
Slope / kemiringan :
- A
waktu
=
- konsetrasi
waktu
Spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi suatu zat
dialam larutan berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada panjang
gelombang tertentu. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar yang
telahdiketahui konsentrasinya. Larutan standarnya terdiri dari beberapa tingkat
konsentrasi tinggi. (Khopkar, 2003)
Fungsi
alat
spektrofotometer
dalam
laboratorium
adalah
mengukur
transmitans atau absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi panjang
gelombang. Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik
maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk
akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai
yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena
memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Studi spektrofotometri dianggap
sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari absorbsi energi.
Hukum
Beer
menyatakan
absorbansi
cahaya
berbanding
lurus
dengan
dengankonsentrasi dan ketebalan bahan/medium (Miller J.N 2000)
TUJUAN
1. Menentukan hukum laju reaksi pemutihan kristal violet
2. Manentukan orde reaksi dengan menggunakan metode grafis
3. Menentukan pengaruh ion dalam proses pemutihan
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan:
1. NaOH
4. NaNO3
2. Crystal Violet
5. Spektrofotometer
3. Etanol
6. Aquades
Metode:
Pembuatan Larutan
1. Crystal Violet 0,0025 % dari 0,05 %
M1 x V1
= M2 x V2
0,05 % x V1
= 0,0025 % x 100
V1 = 5 ml
Diambil 5 ml crystal violet kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100
ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
Diencerkan 10 kali
Diambil 5 ml crystal violet kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100
ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
Diambil 5 ml larutan diatas dan ditambahkan hingga 50 ml.
2.
NaOH 0,008 M dan 0,016 M
M=
massa
1000
Mr × volume
0,016 =
massa
1000
40
× 100
massa = 0,0064 gram
Jadi diambil 0,0064 gram NaOH padat, kemudian dimasukkan dalam
labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
M1 x V1
0,008 x 50
V2
= M2 x V2
= 0,0016 x V2
= 25 ml
Jadi diambil 50 ml NaOH 0,0016 M, kemudian dimasukkan dalam
labu ukur 250 ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
3. 50 ml NaNO3 0,1 M
M=
massa
1000
Mr × volume
0,1 =
massa
1000
85
× 100
massa = 0,8499 gram
Jadi untuk membuat 100 ml NaNO3 0,1 M, diambil 0,8499 gram
NaNO3 padat kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan
diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
50 ml NaNO3 0,05 M
M1.V1 = M2.V2
0,1. V1 = 0,05. 50
V1 = 25 ml
Jadi untuk membuat 50 ml NaNO3 0,05 M, diambil 25 ml larutan
NaNO3 0,1 M yang telah dibuat, kemudian dimasukkan dalam labu
ukur 50 ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tera.
1. Dibuat larutan kristal violet 0,0025 %; NaOH 0,008 dan 0,0016 M; NaNO 3
0,1 M dan 0,05 M.
2. Dibuat seripengenceran sesuai dengan tabel 1.
3. Spektrofotometer dikalibrasi untuk mengukur kristal violet pada panjang
590 nm (diatur dari posisi 0% transmitan tanpa ada sempel dan 100%
transmitan dengan blanko aquades pada kuvet)
4. Diatur transmitan dari pewarna kristal violet untuk masing-masing seri
pengenceran (dimulai dari konsentrasi yang paling encer kemudian nilai
transmitan diubah menjadi absorbansi)
5. Dibuat grafik kurva standar antara konsentrasi dan absorbansi latutan.
Penentuan orde reaksi
1. Spektrofotometer dikalibrasi untuk mengukur kristal violet pada panjang
590 nm (diatur dari posisi 0% transmitan tanpa ada sempel dan 100%
transmitan dengan blanko aquades pada kuvet)
2. Diukur transmitan dari pewarna kristal violet dengan mencampurkan 10
ml larutan kerja kristal violet dengan 10 ml NaOH larutan a. Dalam glass
beaker dan perhitungan waktu dimulai.
3. Ditambahkan 5ml aquades dalam dicampurkan dan dicampurkan dengan
baik.
4. Larutan dipindah dalam kuvet, bagian luar kuvet dibersihkan kemudian
dibaca transmitan dan dibaca panjang gelombang pada pada panjang
gelombang pada 590 nm.
5. Diukur nilai trnsmitan dan diulangi setiap 30 detik, pengukuran dilakukan
sebanyak 10 kali.
6. Masing-masing nilai transmitan diubah dalam bentuk nilai absorbansi
untuk diolah pada laporan resmi.
7. Diulangi langkah-langkah diatas dengan mengganti 5 ml aquades dengan 5
ml NaNO3 0,1 M dan 0,05 M.
8. Diulangi langkah-langkah diatas dengan mengganti 10 ml aquades dengan
5 ml larutan NaOH 0,008 M dan 0,016 M
Tabel 1
Volume larutan
kerja
(ml)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Volume aquades
(ml)
Konsentrasi larutan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0,00025
0,00050
0,00075
0,00100
0,00125
0,00150
0,00175
0,00200
0,00225
0,00250
(%)
HASIL
A. Pembuatan kurva standart kristal violet
Volume larutan
kerja
(ml)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Volume aquades
(ml)
Konsentrasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0,00025
0,00050
0,00075
0,00100
0,00125
0,00150
0,00175
0,00200
0,00225
0,00250
Nilai transmitan
larutan (%)
67
64
50
47
44
40
37
27
22
20
B. Penentuan Orde Reaksi
Waktu
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
NaOH (a) 10 ml
aquades
NaNO3
NaNO3
NaOH (b) 10 ml
aquades
NaNO3
NaNO3
0,1 M
0,05 M
0,1 M
0,05 M
(5ml)
41
44
43
44
46
45
46
46
4,5
4,6
(5ml)
45
43
44
44
45
45
45
45
4,6
4,6
40
46
44
45
45
47
47
48
4,6
47
44
46
47
46
47
47
47
48
4,7
4,9
44
43
44
44
46
46
45
45
4,6
4,6
47
47
46
47
47
48
48
49
4,9
4,9
JAWAB PERTANYAAN
1. Bandingkan hasil praktikum anda tentang penentuan orde reaksi dengan literatur!
Jawab :
Percobaan yang dilakukan dapat dikatakan berhasil karena larutan yang diuji
menunjukkan kurva yang benar yaitu dengan bertambah besarnya absorbansi
maka konsentrasinya pun semakin besar, dan konsentrasi tersebut mempengaruhi
laju reaksi suatu larutan maka laju reaksinya pun juga besar. Dalam percobaan
penentuan ordo yang dilakukan ada data yang tidak sesuai dengan literatur, hal ini
dapat terjadi karena kemungkinan NaNO3 yang ditambahkan tidak bereaksi
sehingga laju reaksinya tidak berpengaruh.
2. Bagaimana reaksi yang terjadi antara pewarna dan NaOH setelah dilakukan
penambahan NaNO3 ?
Jawab :
C25H30ClN3 + NaOH
NaCl + C25H30N3O
NaNO3
2NaOH + C25H30N3Cl
H O/H+
2
Yang terjadi reaksi akan kembali menjadi netral.
3. Dari hasil pengamatan yang anda lakukan, apakah pengaruh penambahan NaNO3
terhadap reaksi pemutihan?
Jawab :
NaNO3 memiliki ion anion yang bereaksi dengan ion kation monovalen pada
kristal violet. Pengaruh reaksi yang terjadi yaitu mempercepat jalannya reaksi
antara kristal violet dengan NaOH sehingga proses pemutihan semakin cepat.
4. Bandingkan hasil praktikum anda tentang pengaruh penambahan NaNO3 dengan
literatur!
Jawab :
Menurut literatur penambahan NaNO3 dapat mempengaruhi proses pemutihan
yaitu dapat mempercepat jalannya reaksi. Dan pada hasil percobaan yang
dilakukan telah sesuai dengan literatur. Hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya
orde reaksi pada saat ditambahkannya NaNO3. Semakin bertambahnya orde
reaksi makan semakin bertambah pula laju reaksinya sehingga reaksi akan
berlangsung secara cepat.
PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama yaitu pembuatan kurva standar kristal violet
membutuhkan data absorbansi dari tiap konsentrasi larutan CV yang ditambahkan.
Untuk mencari absorban dari nilai transmitan digunakan rumus:
A = 2 – log transmitan%
Dari hasil percobaan didapatkan absorban sebagai berikut:
Konsentrasi Larutan (%)
0,00025
0,00050
0,00075
0,00010
0,00125
0,00150
0,00175
0,00200
0,00225
0,00250
Nilai Transmitan (%)
67
64
50
47
44
40
37
27
22
20
Absorban
0,1739
0,1938
0,3010
0,3279
0,3564
0,3979
0,4317
0,5686
0,6576
0,6989
Kemudian dibuat kurva standar antara konsentrasi larutan dengan absorban
grafik absorban terhadap konsentrasi
0
0
0
f(x) = 0x - 0
R² = 0.96
grafik absorban
terhadap konsentrasi
Linear (grafik absorban terhadap
konsentrasi)
0
0
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
Grafik 1
Dapat disimpulkan dari tabel maupun grafik bahwa semakin besar konsentrasi
kristal violet yang ditambahkan maka semakin besar pula nilai absorbannya (besarnya
sinar radiasi yang terserap oleh zat) dari zat yang diukur), namun transmitan
(besarnya sinar radiasi yang melewati zat dan ditangkap detektor) akan semakin
menurun.
Sedangkan dalam percobaan yang kedua, pengamatan kinetika reaksi antara
kristal violet dan natrium hidroksida. Persamaan untuk reaksi yang ditampilkan di
sini:
Gb. Reaksi Kristal violet dengan OH-.
reaksi tersebut dapat digunakan untuk menentukkan orde reaksi dari OH-. Caranya
dengan menggunakan metode grafis, yaitu membuat kurva antara A dengan waktu
sebagai penunjuk orde 0, antara log A dengan waktu sebagai orde 1 dan antara 1/A
dengan waktu sebagai orde 2. Penentuan orde dipilih apabila R 2 dari ketiga grafik
tersebut mendekati 1.
Dari pembuatan kurva didapatkan data:
o Untuk grafik (NaOH 0,016 M + NaNO3 0,1 M) sbg fungsi waktu (interval 30
detik) dapat dilihat bahwa R2 pada grafik log A paling mendekati 1. Jadi orde
reaksi yang tepat adalah orde 1
o Untuk grafik (NaOH 0,016 M + aquades) sbg fungsi waktu (interval 30 detik)
dapat dilihat bahwa R2 pada grafik A lebih mendekati 1. Jadi orde reaksi yang
tepat adalah orde 0
o Untuk grafik (NaOH 0,016 M + NaNO 3 0,05 M) sbg fungsi waktu (interval 30
detik) dapat dilihat bahwa R2 pada grafik 1/A lebih mendekati 1. Jadi orde reaksi
yang tepat adalah orde 2
o Untuk grafik (NaOH 0,008 M + NaNO 3 0,05 M) sbg fungsi waktu (interval 30
detik) dapat dilihat bahwa R2 pada grafik 1/A mendekati 1. Jadi orde reaksi yang
tepat adalah orde 2
o Untuk grafik (NaOH 0,008 M + NaNO 3 0,05 M) sbg fungsi waktu (interval 30
detik) dapat dilihat bahwa R2 pada grafik 1/A mendekati 1. Jadi orde reaksi yang
tepat adalah orde 2
o Untuk grafik (NaOH 0,008 M + aquades) sbg fungsi waktu (interval 30 detik)
dapat dilihat bahwa R2 pada grafik A mendekati 1. Jadi orde reaksi yang tepat
adalah orde 1
Dengan diketahuinya orde reaksi makan dapat ditentukan kecepatan laju reaksinya
karena semakin besar orde reaksi maka laju reaksinya semakin cepat. Sehingga
penambahan NaNO3 dalam percobaan ini dapat mempercepat laju reaksi antara CV
dengan NaOH. Dan juga ion dari NaNO 3 yang beraksi dengan ion CV menyebabkan
cepatnya laju reaksi menuju pH7 atau netral karena pada umumnya garam yang
menandung ion logam alkali dan basa konjungat suatu asam kuat seperti NO3 tidak
mengalami hidrolisis dalam jumlah yang banyak dan larutannya akan dianggap netral.
Jadi bila NaNO3 , suatu garam yang terbentuk oleh reaksi NaOH dengan HNO 3 akan
larut dalam air dan akan menakibatkan garam terurai sempurna menjadi :
NaNO3(s) + H2O
Na+(aq) + NO3-(aq)
Ion Na+ terhidrasi tidak memberikan ataupun tidak juga menerima ion H+. ion NO3
adalah basa konjugat dari asam kuat HNO3 dan tidak memiliki afinitas untuk ion H+.
Akibatnya, suatu larutan yang mengandung ion Na+ dan NO3- akan netral, dengan pH
7. Selain itu konsentrasi dari tiap larutan pun juga mempengaruhi kecepatan laju
reaksi.
KESIMPULAN
1. Semakin bertambah besarnya konsentrasi maka absorbansinya pun semakin besar.
Hal tersebut juga mempengaruhi laju reaksinya menjadi lebih cepat.
2. Orde reaksi NaOH + akuades adalah 1 sedangkan NaOH + NaNO 3 mempunyai
orde reaksi 2.
3. Pengaruh ion pada NaNO3 dapat mempercepat jalannya reaksi antara kristal violet
dengan NaOH sehingga proses pemutihan semakin cepat
DAFTAR PUSTAKA
Andy. 2009. http://andykimia03.wordpress.com/tag/konstanta-laju-reaksi/ diakses
25/10/2016 jam 23.29 WIB
Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta, Hal 215-216.
LAMPIRAN
1. Tugas Awal
2. Laporan Sementara
3. Grafik penentuan orde
Penentuan orde reaksi NaOH 0,008 M + akuades
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,356547
0,366532
0,356547
0,356547
0,337242
0,337242
0,346787
0,346787
0,337242
0,337242
Log A
-0,44788
-0,43589
-0,44788
-0,44788
-0,47206
-0,47206
-0,45994
-0,45994
-0,47206
-0,47206
1/A
2,804677
2,728278
2,804677
2,804677
2,965228
2,965228
2,88361
2,88361
2,965228
2,965228
kurva A terhadap waktu
0.37
0.37
0.36
0.36
0.35
0.35
0.34
0.34
0.33
0.33
0.32
kurva A terhadap
waktu
Linear (kurva A
terhadap waktu)
f(x) = - 0x + 0.36
R² = 0.62
0
50 100 150 200 250 300 350
Grafik 2.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
grafik log A
terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
250
f(x) = - 5356.83x - 2292.53
200
R² = 0.61
150
100
50
0
-0.48 -0.47 -0.46 -0.45 -0.44 -0.43
Grafik 2.2
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
250
200
f(x) = 811.57x - 2169.92
R² = 0.61
150
100
50
0
2.7 2.75 2.8 2.85 2.9 2.95
3
Grafik 2.3
Penentuan orde reaksi NaOH 0,008 M + NaNO3 0,1 M
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,387216
0,356547
0,366532
0,356547
0,337242
0,346787
0,337242
0,337242
0,346787
0,337242
Log A
-0,41205
-0,44788
-0,43589
-0,44788
-0,47206
-0,45994
-0,47206
-0,47206
-0,45994
-0,47206
1/A
2,582537
2,804677
2,728278
2,804677
2,965228
2,88361
2,965228
2,965228
2,88361
2,965228
grafik A terhadap waktu
350
300
250
200
150
f(x) = - 4442.76x + 1724.13
R² = 0.64
grafik A terhadap
waktu
Linear (grafik A
terhadap waktu)
100
50
0
0.33 0.34 0.35 0.36 0.37 0.38 0.39 0.4
Grafik 3.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
250
f(x) = - 3685.28x - 1512.48
200
R² = 0.64
150
100
50
-0.48
-0.46
-0.44
-0.42
0
-0.4
Grafik 3.2
grafik log A terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
250
200
150
f(x) = 575.03x - 1476.62
R² = 0.65
100
50
0
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3
Grafik 3.3
Penentuan orde reaksi NaOH 0,008 M + NaNO3 0,05 M
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,346787
0,366532
0,356547
0,356547
0,346787
0,346787
0,346787
0,346787
0,337242
0,337242
Log A
-0,45994
-0,43589
-0,44788
-0,44788
-0,45994
-0,45994
-0,45994
-0,45994
-0,47206
-0,47206
1/A
2,88361
2,728278
2,804677
2,804677
2,88361
2,88361
2,88361
2,88361
2,965228
2,965228
grafik A terhadap waktu
350
300
250
200
f(x) = - 7667.67x + 2839.52
R² = 0.57
150
grafik A terhadap
waktu
Linear (grafik A
terhadap waktu)
100
50
0
0.34 0.34 0.35 0.35 0.36 0.36 0.37 0.37
Grafik 4.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
250
f(x) = - 6222.79x - 2682.22
R² = 0.58
200
150
100
50
-0.48
-0.47
-0.46
-0.45
-0.44
0
-0.43
Grafik 4.2
grafik log A terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
250
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
f(x) = 951.89x - 2565.62
R² = 0.58
200
150
100
50
0
2.7
2.75
2.8
2.85
2.9
2.95
3
Grafik 4.3
Penentuan orde reaksi NaOH 0,016 M + akuades
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,327902
0,327902
0,337242
0,327902
0,327902
0,318759
0,318759
0,309804
0,309804
0,309804
Log A
-0,48426
-0,48426
-0,47206
-0,48426
-0,48426
-0,49654
-0,49654
-0,50891
-0,50891
-0,50891
1/A
3,04969
3,04969
2,965228
3,04969
3,04969
3,137169
3,137169
3,227848
3,227848
3,227848
grafik A terhadap waktu
350
300
250
200
f(x) = - 8302.34x + 2834.85
R² = 0.78
150
grafik A terhadap
waktu
Linear (grafik A
terhadap waktu)
100
50
0
0.31 0.31 0.32 0.32 0.33 0.33 0.34 0.34
Grakfik 5.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
250
f(x) = - 6161.2x - 2871.8
R² = 0.78
200
150
100
50
-0.52
-0.51
-0.5
-0.49
-0.48
0
-0.47
Grafik 5.2
grafik log A terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
250
200
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
f(x) = 861.35x - 2515.69
R² = 0.79
150
100
50
0
2.95
3
3.05 3.1 3.15 3.2 3.25
Grafik 5.3
Penentuan orde reaksi NaOH 0,016 M + NaNO3 0,1 M
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,39794
0,337242
0,356547
0,346787
0,346787
0,327902
0,327902
0,318759
0,337242
0,327902
Log A
-0,40018
-0,47206
-0,44788
-0,45994
-0,45994
-0,48426
-0,48426
-0,49654
-0,47206
-0,48426
1/A
2,512942
2,965228
2,804677
2,88361
2,88361
3,04969
3,04969
3,137169
2,965228
3,04969
grafik A terhadap waktu
12
10
grafik A terhadap
waktu
Linear (grafik A
terhadap waktu)
8
6
4
2
0
0.3
f(x) =
0.32
0.34
R² =
0 0.36 0.38
0.4
0.42
Grafik 6.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
250
f(x) = - 2441.96x - 973.29
200
R² = 0.54
150
100
50
0
-0.52 -0.5 -0.48-0.46-0.44-0.42 -0.4 -0.38
Grafik 6.2
grafik log A terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
250
200
f(x) = 380.28x - 949.28
R² = 0.55
150
100
50
0
2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9
3
3.1 3.2
Grafik 6.3
Penentuan orde reaksi NaOH 0,016 M + NaNO3 0,05 M
Waktu (detik)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
A
0,356547
0,337242
0,327902
0,337242
0,327902
0,327902
0,327902
0,318759
0,327902
0,309804
Log A
-0,44788
-0,47206
-0,48426
-0,47206
-0,48426
-0,48426
-0,48426
-0,49654
-0,48426
-0,50891
1/A
2,804677
2,965228
3,04969
2,965228
3,04969
3,04969
3,04969
3,137169
3,04969
3,227848
grafik A terhadap waktu
350
300
f(x) = - 6148.06x + 2193.31
R² = 0.7
250
200
150
grafik A terhadap
waktu
Linear (grafik A
terhadap waktu)
100
50
0
0.3
0.31 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36
Grafik 7.1
grafik log A terhadap waktu
350
300
f(x) = - 4731.54x - 2115.01
250
R² = 0.7
200
150
100
50
-0.52
-0.5
-0.48
-0.46
0
-0.44
Grafik 7.2
grafik log A terhadap
waktu
Linear (grafik log A
terhadap waktu)
grafik 1/A terhadap waktu
350
300
f(x) = 684.87x - 1913.49
R² = 0.7
250
grafik 1/A terhadap
waktu
Linear (grafik 1/A
terhadap waktu)
200
150
100
50
0
2.7
2.8
2.9
3
3.1
3.2
3.3
Grafik 7.3
DAFTAR PUSTAKA
Pudjatmaka A. H, 2003, Kamus Kimia, Jakarta: Balai Pustaka
Smith Henk, 2000, Petunjuk Praktikum Kimia Fisika 1, Suliyono, UKSW
LAMPIRAN
1. Laporan sementara
2. Tugas Awal
3. Grafik A , log A , dan 1/A