PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Oleh

Ketut Triyogi Kusumawati

Hasil belajar fisika siswa SMA Swadhipa Natar masih sangat rendah dan belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS; (2) Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran PBL; (3) Perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan model pembelajaran PBL.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan bentuk Quasi

Eksperiment dengan tipe Pretest-Post test Non Equivalent Control Group Design dan lokasi penelitian di SMA Swadhipa Natar. Sampel diambil dua kelas yaitu kelas XI IPA1 dan XI IPA2. Teknik analisis data hasil belajar menggunakan skor pretest dan posttest, skor N-gain dan pengujian hipotesis menggunakan uji Paired Sampel t-test dan Independent Sample t-test.

Selanjutnya untuk mengetahui adanya perbedaan antara variabel terikat dengan variabel terikat dengan menggunakan uji Paired Sampel t-test dan Independent Sample t-test. Hasil analisis data terdapat perbedaan antara: (1) hasil belajar fisika siswa sebelum rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum diterapkannya model


(2)

Ketut Triyogi Kusumawati pembelajaran TPS adalah 56,66 dan sesudah diterapkannya model pembelajaran TPS adalah 78,78, (2) hasil belajar fisika siswa sebelum diterapkannya

pembelajaran PBL adalah 57,65 dan setelah diterapkannya pembelajaran PBL adalah 92,65, (3) hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS mengalami kenaikan sebesar 22% dan model pembelajaran pembelajaran PBL mengalami kenaikan sebesar 35%.


(3)

Ketut Triyogi Kusumawati

pembelajaran inkuiri terbimbing (kelas XI TKR CBT). Hasil belajar diukur dari nilai hasil evaluasi pretest dan posttest menggunakan skor N-gain dan pengujian hipotesis menggunakan uji Independent Sample T Test,

Berdasarkan skor rata-rata N-gain diperoleh rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 1 (model pembelajaran kooperatif tipe GI) sebesar 0,58 (kate-gori sedang) dan berdasarkan skor gain diperoleh kenaikan skor rata-rata hasil belajar siswa sebesar 52%. Pada kelas eksperimen 2 (pembelajaran inkuiri terbimbing) diperoleh skor N-gain rata-rata hasil belajar siswa sebesar 0,73 (kategori tinggi) dengan kenaikan skor rata-rata sebesar 64%. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar pada setiap kelas eksperimen dan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih efektif digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.


(4)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MEDEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHERE (TPS)

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Oleh

Ketut Triyogi Kusumawati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHERE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Nama Mahasiswa : Ketut Triyogi Kusumawati No. Pokok Mahasiswa : 0743022031

Jurusan : Pendidikan MIPA

Program Studi : Pendidikan Fisika

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc NIP. 196003011985031003 NIP. 195806031983031002

Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Caswita, M.Si . NIP.196710041993031004


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ... 8

2. Model Problem Based Learning ... 12

3. Hasil Belajar....……... 17

B. Kerangka Pemikiran ... 20

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 24

B. Sampel Penelitian ... 24

C. Variabel Penelitian ... 25

D. Desain Penelitian ... 25


(7)

F. Analisis Instrumen ... 26

G. Teknik Pengumpulan Data... ... 29

H. Teknik Analisis Data ... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

1.Tahapan Pelaksanaan ... 35

a. Kelas Eksperimen I ... 35

b. Kelas Eksperimen II ... 37

2. Uji Instrumen Penelitian ... 39

a. Uji Validitas Soal ... 40

b. Uji Reliabilitas Soal ... 40

c. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Post test ... 41

d. Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Skor N-Gain ... 43

e. Hasil Uji Paired Sample t-test ... 45

f. Hasil Uji Independent Sample t-test Hasil Belajar Siswa ... 47

B. Pembahasan 1. Hasil Belajar Siswa (Aspek Kognitif) ... 48

1) Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 51

2) Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran PBL ... 52

3) Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dengan Model Pembelajaran PBL ... 54

V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 57

2. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA


(8)

LAMPIRAN

1. Silabus ... 63

2. RPP Pembelajaran TPS ... 65

3. RPP Pembelajaran PBL ... 72

4. Kisi-Kisi Soal Pretest-Post test ... 80

5. Kisi-Kisi Soal Pretest-Post test ... 82

6. Lembar Kerja Kelompok pembelajaran TPS ... 90

7. Jawaban Lembar Kerja Kelompok pembelajaran TPS ... 94

8. Lembar Kerja Kelompok pembelajaran PBL ... 103

9. Jawaban Lembar Kerja Kelompok pembelajaran PBL ... 106

10. Soal Pretest-Post test TPS ... 107

11. Soal Pretest-Post test TPS ... 108


(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tuaku Bapak Made Yasjana, S.Pd dan Ibu Nyoman Kerti, S.Pd tersayang, yang telah membesarkan, mendidik dan mendoakan ku dengan kasih sayangnya. Mohon maaf karena selama ini telah banyak membuat bapak dan ibu kecewa. Jasa bapak dan ibu tak mungkin dapat ananda balas walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat membahagiakan dan dapat membuat bapak dan ibu bangga telah melahirkanku.

2. Kakakku Made Eko Juliana, S.T dan mbakku Nyoman Dwi Ratnawati, A.Md tersayang, atas doa dan dukungan kalian baik secara material maupun non material bagi kesuksesanku.


(10)

SANWACANA

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan ridho Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Dr. Hi. Undang Rosidin, M. Pd. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika dan sekaligus Pembimbing I atas kesedian dan

keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc selaku pembimbing II terima kasih atas nasehat, kesabaran serta bimbingannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan membangun.


(11)

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung keluarga Pendidikan Fisika.

7. Rekan-rekan seperjuangan di Fisika NR 07 : Fatma, Nela, Dwi, Risky, Vira, Eda bayu, Duwi, Netty, Dian, Risna, Nani, Bayu, Mas Arif H, Mas Cahyo, Mas yudi, Dedo, Deo, Anwar, Arif S, Eko, Efriza, Yevi,

Masdalena, Eria, Lina, Rena, Eka Dani, Jufri, Novi, K Sapri, Mb. Erla, Sri, Ana, Santi, Benetty, Rogandi, Raden, Nizom, Ferico, Rianto, Istika,

Endang, Ruslan, Sandy, atas kebersamaannya, semoga tetap kompak. 8. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di Pendidikan Fisika angkatan 2006,

2008 dan 2009, 2010, 2011 semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan fisika yang solid dan bersahabat.

9. Teman-teman PPL ku: Dwi, Ema, Gede, Selfi, Erlin, kak Hendri, Mbak Ocha, Indah, Mbk Febri, dan I’is terima kasih selalu menyayangiku selama ini dan selalu memberiku semangat.

10.Ibu Dra. Hj. Nurpuri selaku Kepala Sekolah SMA Swadhipa 1 Natar Lampung Selatan, terima kasih selalu mendukungku dan selalu memberikan nasehat-nasehat kepadaku.

11.Ibu Intan Purnamawati, S.Pd. selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas XI IPA1 dan XI IPA2 SMA Swadhipa 1 Natar Lampung Selatan, atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.


(12)

Semoga Tuhan melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis


(13)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah : 1.Nama : Ketut Tryogi Kusumawati 2.NPM : 0743022031

3.Program Studi : Pendidikan Fisika 4.Jurusan : Pendidikan MIPA

5.Alamat : Desa Restu Rahayu Kec. Raman Utara Kab. Lampung Timur.

Menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan Model Problem Based Learning (PBL)” bukan hasil penjiplakan dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis

Ketut Triyogi Kusumawati NPM 0743022031


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai arus globali- sasi yang cepat, menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi tidak mungkin lagi dapat dipertahankan. Oleh karena itu, model dengan setrategi belajar mengajar yang berpusat pada guru tidak sesuai lagi dengan per-kembangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini. Guru bukan orang yang serba tahu dan siswa bukan orang yang serba tidak tahu sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dapat mengarahkan peserta didik untuk dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus mengajarkan Model, Strategi atau Metode yang dapat membangkitkan hasil belajar fisika siswa.

Selama proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi pembelajaran yang menuntut agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai


(15)

2 tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode, strategi atau pendekatan dalam mengajar.

Selama pembelajaran, siswa dituntut hasil belajar yang maksimal, tetapi siswa tidak diajarkan untuk megalami secara langsung dengan konsep materi yang siswa pelajari, sehingga siswa hanya bisa mengerjakan soal latihan tetapi tidak bisa menjelaskan konsep secara detail. Kemampuan lain tidak dikembangkan dalam proses pembelajaran seperti sikap ilmiah.

Untuk mencapai hasil yang maksimal siswa diajarkan dalam memahami konsep terlebih dahulu, sebelum diberikan tes akhir seperti ulangan harian dan semester. Seharusnya siswa diajak untuk mengalami materi pelajaran secara langsung seperti melakuan praktek membuat alat sederhana, sehingga materi yang siswa pelajari akan lebih bermakna bagi diri siswa itu sendiri, maka kemampuan untuk menganalisis suatu persoalan tidak asing untuk menyelesaikannya.

Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa sebagian besar hasil belajar siswa belum tercapai secara maksimal. Nilai rapotnya relatif tinggi tetapi siswa belum berani mengemukakan pendapatnya, tidak obyektif, masih saja memanipulasi data hasil pengukuran sehingga kejujurannya pun diragukan, belum dapat menerima pendapat orang lain sehingga rasa egonya masih tinggi, keaktifan dalam kelas atau kelompoknya belum tampak nyata sehingga fungsi dan tugasnya tidak jelas.


(16)

3 Di SMA Swadhipa 1 Natar hal ini terlihat jelas, bahwa hasil belajar IPA relatif tinggi tetapi hasil belajar tersebut tidak diikuti dengan sikap ilmiah yang seharusnya dapat tercapai. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal siswa dibimbing untuk menguasai rumus-rumus, konsep-konsep dan permasalahan tertentu.

Langkah ini telah diupayakan dengan berbagai cara sehingga hasil belajar yang dimaksud dapat tercapai. Namun pada proses akhir pelajaran, ternyata sikap ilmiah sebagai konsekwensi dari ciri pembelajaran IPA belum sebanding dengan hasil belajar yang dicapai siswa. Guru belum mampu mencapai dan membentuk sikap ilmiah seperti yang diharapkan, walaupun variasi

pendekatan pembelajaran yang digunakan sudah diterapkan pada kegiatan belajar mengajar. Pendekatan pembelajaran yang dipilih hanya mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat memilih pendekatan pembelajaran agar hasil belajar yang dihasilkan tinggi.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti menganggap perlu diadakan penelitian, guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui penggunaan Strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil terdiri empat siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Siswa dapat lebih berperan aktif dalam kelompok dengan jumlah anggota yang sedikit karena interaksi dalam kelompok

dipengaruhi juga oleh banyaknya anggota dalam kelompok. Makin besar kelompok, makin kurang intensif interaksi dan makin lama proses kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.


(17)

4 Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menurut teori adalah suatu model pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Model pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk mem-bantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan ketrampilan intelektual, yang melibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pelajar yang mandiri.

Penilaian pada pembelajaran PBL berorientasi pada proses dengan tujuan untuk menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa terhadap tanggung jawab, kemampuan belajar (learning to learn),

penyelesaian dan penggunaan sumber belajar serta pengembangan ketrampilan memecahkan masalah.

Kedua model pembelajaran ini diharapkan akan terjadi interaksi guru dengan siswa akan terjalin, kemandirian siswa akan tumbuh dan kerja sama antar siswa akan terbina. Penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan model pembelajaran PBL yang akan diterapkan pada siswa kelas XI IPA SMA Swadhipa 1 Natar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa setelah diterapkannya kedua


(18)

5 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(1) Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS?

(2) Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL? (3) Adakah perbedaan hasil belajar fisika siswa antara pembelajaran model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan model pembelajaran PBL?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(1) Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

(2) Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL. (3) Perbedaan hasil belajar fisika siswa antara pembelajaran model


(19)

6 D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, adapun manfaat yang diharapkan adalah:

(1) Bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar fisika siswa melalui upaya memecahkan

permasalahan, sehingga siswa dapat memantapkan konsep pengetahuan yang diperolehnya.

(2) Bagi Guru

Menjadi alternatif baru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(3) Bagi Peneliti

penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan yang menjadi bakal untuk menjadi calon guru yang professional.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(1) Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan struktur

pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Ada 3 tahap dalam model pembelajaran TPSThink (berpikir), siswa berpikir secara tradisional terlebih dahulu terhadap masalah yang disajikan guru. Pair (berpasangan), siswa diminta untuk membentuk pasangan dan mendiskusikan apa yang dipikirkannya secara individual tadi. Share (berbagi), setelah tercapai kesepakatan tentang pikiran kelompok, maka salah seorang


(20)

7 mempersentasikan apa yang telah berlangsung didalam kelompoknya dan berbagi pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki.”

(2) Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini adalah Model

Pembelajaran PBL. Karena merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar bagaimana cara berpikir kritis dan mempunyai keterampilan dalam pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Sintaks pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini adalah: Orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,

mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

(3) Hasil belajar Ranah kognitif terdiri dari enam jenis prilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. (4) Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA semester genap SMA

Swadhipa 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012.

(5) Materi yang akan diberikan pada masing-masing kelas sama yaitu materi Fluida sub bab Hukum Archimedes.


(21)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI IPA SMA Swadhipa 1 Natar pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 4 kelas berjumlah 136 siswa.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel

untuk tujuan tertentu saja. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 4 kelas diambil 2 kelas sebagai sampel, yaitu kelas XI IPA1 dan kelas XI IPA2.

C. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel pada penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe

TPS (X1) dan pembelajaran PBL (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah

hasil belajar melalui pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe TPS dan hasil belajar melalui pembelajaran PBL (Y).


(22)

26

Keterangan:

1

O : nilai pretest

2

O : nilai posttest

1

X : Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

2

X : Pembelajaran PBL

1

O X1 O2 1

O X2 O2

D. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi

perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design

(Sugiyono, 2010: 110-111)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah lembar soal tes pada proses pembelajaran untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa pada saat pretest dan posttest

dengan 5 nomor pertanyaan esay yang sama, yang diberikan pada awal dan akhir pertemuan.


(23)

F. Analisis Instrumen Sebelum instrumen diuji terlebih dahulu 1. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan

arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi

moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya sy

untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen diuji terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi

yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

(Arikunto, 2008 : 72) Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya sy

untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(Masrun dalam Sugiyono, 2010 : 188). 27 , instrumen tersebut reliabilitasnya.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). n kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product

(Arikunto, 2008 : 72) Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

r hitung > r tabel dengan α = 0,05

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.


(24)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila

lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyataka

menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari Σσi2 = jumlah varians skor tiap σt2 = varians total

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilita

menggunakan SPSS 17.0 dengan metode berdasarkan skala

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated itemtotal correlation

besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan

Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

reliabilitas yang dicari

jumlah varians skor tiap-tiap item varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s

berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

28 Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program

total correlation

besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan

n bahwa untuk , yaitu:

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.

s dengan


(25)

29 Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.

2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel. 3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup

reliabel.

4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat

reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor rata-rata setiap siswa diperoleh dengan membagi jumlah skor dengan jumlah soalnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor postest


(26)

30 pre pre post S S S S g    max

dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah

Keterangan: g = Ngain

post

S = Skor postest

pre

S = Skor posttest

max

S = Skor maksimum

Kategori: Tinggi : 0,7 N-gain  1 Sedang : 0,3  N-gain < 0,7 Rendah : N-gain < 0,3

Meltzer dikutip oleh Marlangen (2010 : 34)

Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skor pretest

dan posttest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel

tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan Model pembelajaran PBL.

2. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya, yaitu:


(27)

31 O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji T Untuk Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample t-Test)

Paired Sample t-Test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan). Maksudnya di sini adalah sebuah sampel tetap mengalami dua perlakuan yang berbeda. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Hipotesis Pertama

HO: Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

H1: Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.


(28)

32 Hipotesis Kedua

HO: Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL.

H1: Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL.

Rumus perhitungan Paired Sample t-Test adalah sebagai berikut:

= −

( − 1) + ( − 1)

+ − 2 1 + 1

Dimana t adalah hitung t . Kemudian tabel t dicari pada Tabel distribusi t dengan α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-1. Setelah diperoleh besar t hitungdan t tabelmaka

dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Kriteria pengujian

HOditerima jika - t tabel ≤t hitung ≤ t tabel

HO ditolak jika - t hitung< - t tabelatau t hitung> t tabel

Berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas: Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO


(29)

33 Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.

2) Uji T untuk dua sampel bebas (Independent Sample t-Test)

Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample t-Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: Hipotesis Ketiga

HO: tidak ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan model pembelajaran PBL.

H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

dengan model pembelajaran PBL.

Rumus perhitungan Independent Sample t-Test adalah sebagai berikut:

= −

( − 1) + ( − 1)

+ − 2 1 + 1

Dimana t adalah thitung. Kemudian tabel t dicari pada tabel

distribusi t dengan α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar hitung t dan tabel t


(30)

34 maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai

berikut:

Kriteria pengujian

HOditerima jika - t tabel ≤t hitung ≤ t tabel

HO ditolak jika - t hitung< - t tabelatau t hitung> t tabel

Berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas: Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.


(31)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran TPS adalah 56,66 dan rata-rata nilai sesudah

diterapkannya model pembelajaran TPS adalah 78,78 pada materi pokok Fluida sub bab Hukum Archimedes.

2. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum diterapkannya pembelajaran PBL adalah 57,65 dan rata-rata nilai sesedah diterapkannya pembelajaran PBL adalah 92,65 pada materi pokok Fluida sub bab Hukum Archimedes.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang mengalami kenaikan sebesar 22% dengan model pembelajaran pembelajaran PBL yang mengalami kenaikan sebesar 35% pada materi pokok Fluida sub bab Hukum Archimedes .


(32)

60

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Berdasarkan perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan kedua model pembelajaran yang telah digunakan, sehingga guru harus menyesuaikan materi yang akan diajarkan dengan pendekatan yang lebih efektif, maka hasil

pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

2. Pengelolaan waktu dalam pembelajaran harus tepat, sehingga pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan mendapatkan hasil yang optimal. 3. Pada saat pembelajaran kelompok, guru harus dapat mengantisipasi adanya

keributan di kelas agar tercipta suasana kelas yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

As’ ari, A. 2003. Pembelajaran Cooperative Learning. Makalah. Jakarta

Brook, J.G & Martin, M.G.2002. In Search of Understanding: The Case for

Constructivist Classroom. ASCD: Alexandria.

Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Edukasiana. 2010. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah. Artikel Pendidikan.

Edukasiana. Diakses 10 Desember 2011 dari http://edukasiana.com/?p= 266.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, M dan Nur, M. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:

University Press.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Meltzer D. E. 2010. The relationship between mathemathics preparation and conceptual learning gains in physics : A possible :hidden variable in

diagnostic pretest score. American Journal Physics. 70 (2), 1259–1268.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam KBK.

Surabaya:Universitas Negeri Malang.

Pannen, Paulina, Mustafa, Dina, dan Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme

dalam Pembelajaran. Jakarta: Dikti.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta.


(34)

Ratnaningsih, N. (2003). Pengembangan Kemampuan Berfikir Fisika Siswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Program Pasca Sarjana UPI

Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex

Media Komputindo. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sujianto, Agus Eko. 2010. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Sukardi, H.N. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:

Bumi Aksara.

Sulatra, I Made. 2005. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBI) dalam

Pembelajaran Matematika. Skripsi. Universitas Lampung. Diakses 10

Desember 2011 dari http://blog.unila.ac.id/imadesulatra/files/2009/09 /makalah_ar-pbl-2005.pdf


(1)

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.

2) Uji T untuk dua sampel bebas (Independent Sample t-Test)

Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample t-Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: Hipotesis Ketiga

HO : tidak ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan model pembelajaran PBL.

H 1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan model pembelajaran PBL.

Rumus perhitungan Independent Sample t-Test adalah sebagai berikut:

= −

( − 1) + ( − 1)

+ − 2 1 + 1

Dimana t adalah thitung. Kemudian tabel t dicari pada tabel distribusi t dengan α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar hitung t dan tabel t


(2)

34 maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai

berikut:

Kriteria pengujian

HO diterima jika - t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

HO ditolak jika - t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel Berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas:

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran TPS adalah 56,66 dan rata-rata nilai sesudah

diterapkannya model pembelajaran TPS adalah 78,78 pada materi pokok Fluida sub bab Hukum Archimedes.

2. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum diterapkannya pembelajaran PBL adalah 57,65 dan rata-rata nilai sesedah diterapkannya pembelajaran PBL adalah 92,65 pada materi pokok Fluida sub bab Hukum Archimedes.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang mengalami kenaikan sebesar 22% dengan model pembelajaran pembelajaran PBL yang mengalami kenaikan sebesar 35% pada materi pokok Fluida sub bab Hukum Archimedes .


(4)

60 B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Berdasarkan perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan kedua model pembelajaran yang telah digunakan, sehingga guru harus menyesuaikan materi yang akan diajarkan dengan pendekatan yang lebih efektif, maka hasil

pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

2. Pengelolaan waktu dalam pembelajaran harus tepat, sehingga pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan mendapatkan hasil yang optimal. 3. Pada saat pembelajaran kelompok, guru harus dapat mengantisipasi adanya

keributan di kelas agar tercipta suasana kelas yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

As’ ari, A. 2003. Pembelajaran Cooperative Learning. Makalah. Jakarta Brook, J.G & Martin, M.G.2002. In Search of Understanding: The Case for

Constructivist Classroom. ASCD: Alexandria.

Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Edukasiana. 2010. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah. Artikel Pendidikan.

Edukasiana. Diakses 10 Desember 2011 dari http://edukasiana.com/?p= 266.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, M dan Nur, M. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Meltzer D. E. 2010. The relationship between mathemathics preparation and conceptual learning gains in physics : A possible :hidden variable in diagnostic pretest score. American Journal Physics. 70 (2), 1259–1268. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam KBK.

Surabaya: Universitas Negeri Malang.

Pannen, Paulina, Mustafa, Dina, dan Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Dikti.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta. MediaKom.


(6)

Ratnaningsih, N. (2003). Pengembangan Kemampuan Berfikir Fisika Siswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Program Pasca Sarjana UPI

Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sujianto, Agus Eko. 2010. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sukardi, H.N. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sulatra, I Made. 2005. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBI) dalam Pembelajaran Matematika. Skripsi. Universitas Lampung. Diakses 10 Desember 2011 dari http://blog.unila.ac.id/imadesulatra/files/2009/09 /makalah_ar-pbl-2005.pdf


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE)

8 69 56

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

6 62 67

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN BANTUAN MACROMEDIA FLASH.

2 10 16

EKSPERIMEN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR Eksperimen Strategi Pembelajaran Think Pair Share (Tps) Dan Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motiv

0 3 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS ZAHROTU

0 1 58

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA KOOPERATIF LEARNING TIPE TIPE THINK PAIR DAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

0 0 10

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA SMA

0 0 17