LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK KIMIA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
KIMIA UNSUR DAN GOLONGAN UTAMA
ANALISA ALUMUNIUM DAN SILIKA DALAM ALUMINA, BENTONIT,
DAN ZEOLIT DENGAN METODE INDUCTIVE COUPLED PLASMA
Disusun oleh :
HARBI PRATAMA(1051160100)
Kelompok 4
Laboratorium Kimia Anorganik
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Komputer
Universitas Pertamina
I.
PENDAHULUAN
Zeolit dan bentonite adalah mineral alumino-silikat dengan struktur sangkar tiga dimensi,sedangkan alumina
adalah mineral yang memiliki rumus senyawa Al2O3, memikiki banyak stuktur. Akhir-akhir ini banyak peneliti
memfokuskan perhatiannya terahadap pengembangan agar dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Struktur ketiga mineral yang unik menyebabkan mineral ini mempunyai sifat
adsorpsi, penukar ion, “molecular sieving” dan katalis, yang dapat ditingkatkan dengan melakukan modifikasi
kimia dan dapat digunakan dalam berbagai proses industri, pada pengolahan limbah industry, dan bidang
lingkungan.
Salah satu metoda menganalisis kandungan logam dalam ketiga mineral ini adalah dengan metode Inductive
Coupled Plasma (ICP). Pengukuran dengan metode ini memiliki kelebihan pada kepekaan dan keselektifan yang
tinggi serta pelaksanaan analisis yang relatif sederhana.
Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisis yang digunakan untuk deteksi dari trace
metals dalam sampel lingkungan pada umumnya. Prinsip utama ICP dalam penentuan elemen adalah
pengatomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya panjang gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur.
Teknologi dengan metode ICP yang digunakan pertama kali pada awal tahun 1960 dengan tujuan meningkatkan
pekembangan teknik analisis.
Perangkat keras ICP OES yang utama adalah plasma, dengan bantuan gas akan mengatomisasi elemen dari
energy ground state ke eksitasi state sambil memancarkan energy cahaya hv.
Proses ini terjadi oleh Plasma yang dilengkapi dengan tabung konsentris yang disebut torch, paling sering
dibuat dari silika. Torch ini terletak di dalam water-cooled coil of a radio frequency (r.f.) generator. Gas yang
mengalir ke dalam Torch, r.f. diaktifkan dan gas di coil region menghasilkan electrically conductive.
Tujuan peratikum ini adalah mengukur kadar alumunium dan silika dalam ketiga mineral uji menggunakan
alat ICP.
II.
a.
BAHAN KIMIA, PERALATAN, DAN CARA KERJA
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel alumina, zeolit, dan bentonit, HCl pekat, HNO3 pekat, aquaregia
(HNO3:HCl = 1:3), aqua DM.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu kjedahl, mortar, alu, mantel pemanas, peralatan gelas,
pipet tetes, labu semprot, neraca analitik, dan peralatan ICP.
b.
Langkah kerja
•
Pengukuran Sampel dengan ICP
Sampel padatan oksida (alumina, zeolit, dan bentonit)
-
Sampel digerus dengan mortar alu sampai halus
Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram
Sampel diletakkan di gelas kimia
-
Aquaregia dituangkan kedalam gelas kimia berisi sampel,
dipanaskan dengan suhu 110°C selama 15 menit
-
Dinginkan, diambil sebanyak 1 mL
Dipindahkan ke labu ukur 100 mL, dilarutkan
-
Pindahkan larutan ke labu Kjedahl
Amati perubahan ketiga sampel padatan
20 mL aquaregia
Filtrat
Labu
Lakukan pengukuran ICP (λ = 309.3)
c.
Optimasi Jenis Pelarut
Padatan zeolit
-
ditimbang 2×50 g
dimasukkan masing-masing ke gelas kimia
Pelarut Aquaregia dan NO3
-
dituangkan masing-masing 20 mL pelarut aquaregia dan
HNO3 ke dalam masing masing zeolit
Lakukan Analisis
III.
a.
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
pengamatan
No
Nama
Silika (Count)
Alumunium (Count)
1
Blangko
37179.0
139726.0
2
Standar 01
74653.7
278116.0
3
Standar 02
103883.0
414168.0
4
Standar 03
125127.0
547526.0
5
Standar 04
152470.0
698371.0
6
Standar 05
190817.0
846534.0
7
Alumina C – 02
38339.0
138746.0
8
Zeolit C – 02
49701.0
143414.0
9
Bentonit C – 02
224050.0
151541.0
b.
Perhitungan
Dari data, dilakukan perhitungan dengan aplikasi Microsoft Exel (sekaligus dengan data kelompok lain)
Pertama dicari kurva kalibrasi dari Aluminium.
curva kalibrasi Alumunium
Fungsi yang didapatkan yaitu
1000000.0
+
800000.0
Cpunt
=
Maka didapatkan rumus konsentrasi adalah
�
� �
=
�
+
600000.0
400000.0
200000.0
0.0
0
5
10
15
Conc(ppm)
nilai pada tabel lainnya didapatkan dengan cara:
−
=
−
= .
M Al dalam sampel
=
Konsentrasi dalam 1 mL sampel
= 0.5536 × 100 = 55.36 ppm
Massa Al dalam 1 mL sampel
=
.
×
= .
�
ppm
20
25
Kadar Al dalam sampel
No
=
Nama
.
×
Conc (ppm)
%= .
Count
%
Conc
(ppm) in 1
mL sampel
mass (mg) in
1 mL sampel
Kadar (%)
1
Blangko
-
139726.0
2
Standar 01
4
278116.0
400
8
16
3
Standar 02
8
414168.0
800
16
32
4
Standar 03
12
547526.0
1200
24
48
5
Standar 04
16
698371.0
1600
32
64
6
Standar 05
20
846534.0
2000
40
80
7
Alumina C – 01
0.056
132626.0
5.616
0.112
0.225
8
Alumina C – 02
0.228
138746.0
22.842
0.457
0.914
9
Alumina C – 03
0.249
139483.0
24.917
0.498
0.997
10
Alumina C – 04
0.109
134494.0
10.874
0.217
0.435
11
Zeolit C – 01
0.461
146998.0
46.070
0.921
1.843
12
Zeolit C – 02
0.360
143414.0
35.982
0.720
1.439
13
Zeolit C – 03
0.554
150300.0
55.365
1.107
2.215
14
Zeolit C – 04
0.180
137008.0
17.950
0.359
0.718
15
Bentonit C – 01
0.508
148677.0
50.797
1.016
2.032
16
Bentonit C – 02
0.589
151541.0
58.858
1.177
2.354
17
Bentonit C – 03
0.592
151676.0
59.238
1.185
2.370
18
Bentonit C – 04
0.338
142650.0
33.832
0.677
1.353
Silika
Sedangkan pada silika dilakukan
kalibrasi
dan
didapatkan
persamaan regresi kurva
+
Maka
didapatkan
konsentrasi
�
�
=
�
200000.0
Count
=
250000.0
rumus
150000.0
100000.0
50000.0
0.0
0
2
4
6
8
10
12
Conc
+
Perhitungan untuk mencari konsentrasi katalis dilakukan menggunakan exel dengan rumus diatas. Data dari table
didapatkan dengan cara:
M silika dalam sampel
=
−
=
−
= .
ppm
No
Konsentrasi dalam 1 mL sampel
= 2.2860 × 100 = 228.6 ppm
Massa silika dalam 1 mL sampel
=
Kadar silika dalam sampel
=
Nama
Conc (ppm)
. ×
.
×
Count
= .
%= .
�
%
Conc (ppm) in
1 mL sampel
mass (mg)
in 1 mL
sampel
Kadar
(%)
1
Blangko
2
Standar 01
2
74653.7
200
4
8
3
Standar 02
4
103883.0
400
8
16
4
Standar 03
6
125127.0
600
12
24
5
Standar 04
8
152470.0
800
16
32
6
Standar 05
10
190817.0
1000
20
40
7
Alumina C - 01
0.212
48097.3
21.23
0.42
0.85
8
Alumina C - 02
-0.482
38339.0
-48.25
-0.96
-1.93
9
Alumina C - 03
21.213
343067.0
2121.25
42.43
84.85
10
Alumina C - 04
0.156
47309.3
15.62
0.31
0.62
11
Zeolit C - 01
0.305
49403.3
30.52
0.61
1.22
12
Zeolit C - 02
0.326
49701.0
32.64
0.65
1.31
13
Zeolit C - 03
2.286
77226.0
228.61
4.57
9.14
14
Zeolit C - 04
0.163
47410.0
16.33
0.33
0.65
15
Bentonit C - 01
0.134
47001.0
13.42
0.27
0.54
16
Bentonit C - 02
12.739
224050.0
1273.91
25.48
50.96
17
Bentonit C - 03
21.722
350223.0
2172.20
43.44
86.89
18
Bentonit C - 04
0.053
45857.7
5.28
0.11
0.21
IV.
-
37179.0
PEMBAHASAN
Pada percobaan dilakukan pengujian kadar dengan menggunakan ICP terhadap Bentonite, alumina, dan
Zeolite. Ketiga mineral ini diuji kandungan aluminum dan silika secara kualitatif. Pertama, dilakukan pelarutan
mineral menggunakan aqua regia. Aqua regia adalah larutan dari pencampuran asam klorida dan asam nitrat
dengan perbandingan 3:1. Larutan ini akan melarutkan semua kandungan dalam mineral tersebut, serta dilakukan
pemanasan yangmemepercepat pelarutan senyawa. Selanjutnya dilakukan pengenceran, hasil pengenceran
dilakukan analisi dengan ICP.
Pada cluster 2, didapatkan nilai kadar aluminium pada alumina 0,0952%, zeolite 0,22781%, dan
bentonite 0,45868. Sedangkan kadar silika dalam alumina sebanyak -0,1793 zeolite 0,59823% dan bentonite
12,53%
Pada analisis dengan ICP, diapatkan hasil yang beragam, walaupun sampel yang digunakan sama. Hal
ini disebabkan kesalahan pada saat penimbangan oleh masing-masing analis. Penyebab lainnya yaitu ketika pada
saat melakukan pearutan dengan aquaregia, mineral yang diuji tidak larut dengan sempurna. Pada beberapa kadar,
dapat dilihat bahwa terdapat nilai minus pada data. Hal ini menandakan adanya kesalahan pada alat ICP. Biasa
jadi dikarenakan human error, ataupun dari ICP sendiri.
V.
KESIMPULAN
Alumina, zeolite, dan bentonite adalah tiga mineral yang sangat berguna dalam dunia industri. Ketiga
mineral ini memiliki struktur dan molekul berbeda. Salah satu cara untuk mementukan komposisi alumunium dan
silika dalam mineral ini yaitu dengan bantuan alat ICP. Pada analisis ICP didapatkan nilai kadar aluminium pada
alumina 0,0952%, zeolite 0,22781%, dan bentonite 0,45868. Sedangkan kadar silika dalam alumina sebanyak 0,1793 zeolite 0,59823% dan bentonite 12,53% . nilai ini cukup berfariatif terhadap kelompok lain. Hal ini
dikarenakan kesalahan pada saat penimbangan, penggerusan yang kurang halus, serta pelarutan dengan aqua regia
yang belum maksimal.
VI.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
REFERENSI
Committee on Prudent Practices for Handling, Storage, and Disposal of Chemicals in Laboratories,
National Research Council (1995). Prudent Practices in the Laboratory: Handling and Disposal of
Chemicals (free fulltext). National Academies Press. hlmn. 160
Lavoisier, Antoine (1790). Elements of Chemistry, in a New Systematic Order, Containing All the
Modern Discoveries. Edinburgh: William Creech. p. 116. ISBN 978-0486646244.
A. Montaser and D. W. Golightly, eds. (1992). Inductively Coupled Plasmas in Analytical Atomic
Spectrometry. VCH Publishers, Inc., New York,.
Lajunen, L. H. J.; Perämäki, P. (2004). Spectrochemical Analysis by Atomic Absorption and Emission
(2 ed.). Cambridge: RSC Publishing. p. 205. ISBN 0-85404-624-0.
Pascal Chambert and Nicholas Braithwaite (2011). "Physics of Radio-Frequency Plasmas". Cambridge
University Press, Cambridge: 219–259. ISBN 978-0521-76300-4.
Shun'ko, Evgeny V.; Stevenson, David E.; Belkin, Veniamin S. (2014). "Inductively Coupling Plasma
Reactor With Plasma Electron Energy Controllable in the Range From ~6 to ~100 eV". IEEE
Transactions
on
Plasma
Science.
42
(3):
774–785.
Bibcode:2014ITPS...42..774S.
doi:10.1109/TPS.2014.2299954. ISSN 0093-3813.
KIMIA UNSUR DAN GOLONGAN UTAMA
ANALISA ALUMUNIUM DAN SILIKA DALAM ALUMINA, BENTONIT,
DAN ZEOLIT DENGAN METODE INDUCTIVE COUPLED PLASMA
Disusun oleh :
HARBI PRATAMA(1051160100)
Kelompok 4
Laboratorium Kimia Anorganik
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Komputer
Universitas Pertamina
I.
PENDAHULUAN
Zeolit dan bentonite adalah mineral alumino-silikat dengan struktur sangkar tiga dimensi,sedangkan alumina
adalah mineral yang memiliki rumus senyawa Al2O3, memikiki banyak stuktur. Akhir-akhir ini banyak peneliti
memfokuskan perhatiannya terahadap pengembangan agar dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Struktur ketiga mineral yang unik menyebabkan mineral ini mempunyai sifat
adsorpsi, penukar ion, “molecular sieving” dan katalis, yang dapat ditingkatkan dengan melakukan modifikasi
kimia dan dapat digunakan dalam berbagai proses industri, pada pengolahan limbah industry, dan bidang
lingkungan.
Salah satu metoda menganalisis kandungan logam dalam ketiga mineral ini adalah dengan metode Inductive
Coupled Plasma (ICP). Pengukuran dengan metode ini memiliki kelebihan pada kepekaan dan keselektifan yang
tinggi serta pelaksanaan analisis yang relatif sederhana.
Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisis yang digunakan untuk deteksi dari trace
metals dalam sampel lingkungan pada umumnya. Prinsip utama ICP dalam penentuan elemen adalah
pengatomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya panjang gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur.
Teknologi dengan metode ICP yang digunakan pertama kali pada awal tahun 1960 dengan tujuan meningkatkan
pekembangan teknik analisis.
Perangkat keras ICP OES yang utama adalah plasma, dengan bantuan gas akan mengatomisasi elemen dari
energy ground state ke eksitasi state sambil memancarkan energy cahaya hv.
Proses ini terjadi oleh Plasma yang dilengkapi dengan tabung konsentris yang disebut torch, paling sering
dibuat dari silika. Torch ini terletak di dalam water-cooled coil of a radio frequency (r.f.) generator. Gas yang
mengalir ke dalam Torch, r.f. diaktifkan dan gas di coil region menghasilkan electrically conductive.
Tujuan peratikum ini adalah mengukur kadar alumunium dan silika dalam ketiga mineral uji menggunakan
alat ICP.
II.
a.
BAHAN KIMIA, PERALATAN, DAN CARA KERJA
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel alumina, zeolit, dan bentonit, HCl pekat, HNO3 pekat, aquaregia
(HNO3:HCl = 1:3), aqua DM.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu kjedahl, mortar, alu, mantel pemanas, peralatan gelas,
pipet tetes, labu semprot, neraca analitik, dan peralatan ICP.
b.
Langkah kerja
•
Pengukuran Sampel dengan ICP
Sampel padatan oksida (alumina, zeolit, dan bentonit)
-
Sampel digerus dengan mortar alu sampai halus
Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram
Sampel diletakkan di gelas kimia
-
Aquaregia dituangkan kedalam gelas kimia berisi sampel,
dipanaskan dengan suhu 110°C selama 15 menit
-
Dinginkan, diambil sebanyak 1 mL
Dipindahkan ke labu ukur 100 mL, dilarutkan
-
Pindahkan larutan ke labu Kjedahl
Amati perubahan ketiga sampel padatan
20 mL aquaregia
Filtrat
Labu
Lakukan pengukuran ICP (λ = 309.3)
c.
Optimasi Jenis Pelarut
Padatan zeolit
-
ditimbang 2×50 g
dimasukkan masing-masing ke gelas kimia
Pelarut Aquaregia dan NO3
-
dituangkan masing-masing 20 mL pelarut aquaregia dan
HNO3 ke dalam masing masing zeolit
Lakukan Analisis
III.
a.
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
pengamatan
No
Nama
Silika (Count)
Alumunium (Count)
1
Blangko
37179.0
139726.0
2
Standar 01
74653.7
278116.0
3
Standar 02
103883.0
414168.0
4
Standar 03
125127.0
547526.0
5
Standar 04
152470.0
698371.0
6
Standar 05
190817.0
846534.0
7
Alumina C – 02
38339.0
138746.0
8
Zeolit C – 02
49701.0
143414.0
9
Bentonit C – 02
224050.0
151541.0
b.
Perhitungan
Dari data, dilakukan perhitungan dengan aplikasi Microsoft Exel (sekaligus dengan data kelompok lain)
Pertama dicari kurva kalibrasi dari Aluminium.
curva kalibrasi Alumunium
Fungsi yang didapatkan yaitu
1000000.0
+
800000.0
Cpunt
=
Maka didapatkan rumus konsentrasi adalah
�
� �
=
�
+
600000.0
400000.0
200000.0
0.0
0
5
10
15
Conc(ppm)
nilai pada tabel lainnya didapatkan dengan cara:
−
=
−
= .
M Al dalam sampel
=
Konsentrasi dalam 1 mL sampel
= 0.5536 × 100 = 55.36 ppm
Massa Al dalam 1 mL sampel
=
.
×
= .
�
ppm
20
25
Kadar Al dalam sampel
No
=
Nama
.
×
Conc (ppm)
%= .
Count
%
Conc
(ppm) in 1
mL sampel
mass (mg) in
1 mL sampel
Kadar (%)
1
Blangko
-
139726.0
2
Standar 01
4
278116.0
400
8
16
3
Standar 02
8
414168.0
800
16
32
4
Standar 03
12
547526.0
1200
24
48
5
Standar 04
16
698371.0
1600
32
64
6
Standar 05
20
846534.0
2000
40
80
7
Alumina C – 01
0.056
132626.0
5.616
0.112
0.225
8
Alumina C – 02
0.228
138746.0
22.842
0.457
0.914
9
Alumina C – 03
0.249
139483.0
24.917
0.498
0.997
10
Alumina C – 04
0.109
134494.0
10.874
0.217
0.435
11
Zeolit C – 01
0.461
146998.0
46.070
0.921
1.843
12
Zeolit C – 02
0.360
143414.0
35.982
0.720
1.439
13
Zeolit C – 03
0.554
150300.0
55.365
1.107
2.215
14
Zeolit C – 04
0.180
137008.0
17.950
0.359
0.718
15
Bentonit C – 01
0.508
148677.0
50.797
1.016
2.032
16
Bentonit C – 02
0.589
151541.0
58.858
1.177
2.354
17
Bentonit C – 03
0.592
151676.0
59.238
1.185
2.370
18
Bentonit C – 04
0.338
142650.0
33.832
0.677
1.353
Silika
Sedangkan pada silika dilakukan
kalibrasi
dan
didapatkan
persamaan regresi kurva
+
Maka
didapatkan
konsentrasi
�
�
=
�
200000.0
Count
=
250000.0
rumus
150000.0
100000.0
50000.0
0.0
0
2
4
6
8
10
12
Conc
+
Perhitungan untuk mencari konsentrasi katalis dilakukan menggunakan exel dengan rumus diatas. Data dari table
didapatkan dengan cara:
M silika dalam sampel
=
−
=
−
= .
ppm
No
Konsentrasi dalam 1 mL sampel
= 2.2860 × 100 = 228.6 ppm
Massa silika dalam 1 mL sampel
=
Kadar silika dalam sampel
=
Nama
Conc (ppm)
. ×
.
×
Count
= .
%= .
�
%
Conc (ppm) in
1 mL sampel
mass (mg)
in 1 mL
sampel
Kadar
(%)
1
Blangko
2
Standar 01
2
74653.7
200
4
8
3
Standar 02
4
103883.0
400
8
16
4
Standar 03
6
125127.0
600
12
24
5
Standar 04
8
152470.0
800
16
32
6
Standar 05
10
190817.0
1000
20
40
7
Alumina C - 01
0.212
48097.3
21.23
0.42
0.85
8
Alumina C - 02
-0.482
38339.0
-48.25
-0.96
-1.93
9
Alumina C - 03
21.213
343067.0
2121.25
42.43
84.85
10
Alumina C - 04
0.156
47309.3
15.62
0.31
0.62
11
Zeolit C - 01
0.305
49403.3
30.52
0.61
1.22
12
Zeolit C - 02
0.326
49701.0
32.64
0.65
1.31
13
Zeolit C - 03
2.286
77226.0
228.61
4.57
9.14
14
Zeolit C - 04
0.163
47410.0
16.33
0.33
0.65
15
Bentonit C - 01
0.134
47001.0
13.42
0.27
0.54
16
Bentonit C - 02
12.739
224050.0
1273.91
25.48
50.96
17
Bentonit C - 03
21.722
350223.0
2172.20
43.44
86.89
18
Bentonit C - 04
0.053
45857.7
5.28
0.11
0.21
IV.
-
37179.0
PEMBAHASAN
Pada percobaan dilakukan pengujian kadar dengan menggunakan ICP terhadap Bentonite, alumina, dan
Zeolite. Ketiga mineral ini diuji kandungan aluminum dan silika secara kualitatif. Pertama, dilakukan pelarutan
mineral menggunakan aqua regia. Aqua regia adalah larutan dari pencampuran asam klorida dan asam nitrat
dengan perbandingan 3:1. Larutan ini akan melarutkan semua kandungan dalam mineral tersebut, serta dilakukan
pemanasan yangmemepercepat pelarutan senyawa. Selanjutnya dilakukan pengenceran, hasil pengenceran
dilakukan analisi dengan ICP.
Pada cluster 2, didapatkan nilai kadar aluminium pada alumina 0,0952%, zeolite 0,22781%, dan
bentonite 0,45868. Sedangkan kadar silika dalam alumina sebanyak -0,1793 zeolite 0,59823% dan bentonite
12,53%
Pada analisis dengan ICP, diapatkan hasil yang beragam, walaupun sampel yang digunakan sama. Hal
ini disebabkan kesalahan pada saat penimbangan oleh masing-masing analis. Penyebab lainnya yaitu ketika pada
saat melakukan pearutan dengan aquaregia, mineral yang diuji tidak larut dengan sempurna. Pada beberapa kadar,
dapat dilihat bahwa terdapat nilai minus pada data. Hal ini menandakan adanya kesalahan pada alat ICP. Biasa
jadi dikarenakan human error, ataupun dari ICP sendiri.
V.
KESIMPULAN
Alumina, zeolite, dan bentonite adalah tiga mineral yang sangat berguna dalam dunia industri. Ketiga
mineral ini memiliki struktur dan molekul berbeda. Salah satu cara untuk mementukan komposisi alumunium dan
silika dalam mineral ini yaitu dengan bantuan alat ICP. Pada analisis ICP didapatkan nilai kadar aluminium pada
alumina 0,0952%, zeolite 0,22781%, dan bentonite 0,45868. Sedangkan kadar silika dalam alumina sebanyak 0,1793 zeolite 0,59823% dan bentonite 12,53% . nilai ini cukup berfariatif terhadap kelompok lain. Hal ini
dikarenakan kesalahan pada saat penimbangan, penggerusan yang kurang halus, serta pelarutan dengan aqua regia
yang belum maksimal.
VI.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
REFERENSI
Committee on Prudent Practices for Handling, Storage, and Disposal of Chemicals in Laboratories,
National Research Council (1995). Prudent Practices in the Laboratory: Handling and Disposal of
Chemicals (free fulltext). National Academies Press. hlmn. 160
Lavoisier, Antoine (1790). Elements of Chemistry, in a New Systematic Order, Containing All the
Modern Discoveries. Edinburgh: William Creech. p. 116. ISBN 978-0486646244.
A. Montaser and D. W. Golightly, eds. (1992). Inductively Coupled Plasmas in Analytical Atomic
Spectrometry. VCH Publishers, Inc., New York,.
Lajunen, L. H. J.; Perämäki, P. (2004). Spectrochemical Analysis by Atomic Absorption and Emission
(2 ed.). Cambridge: RSC Publishing. p. 205. ISBN 0-85404-624-0.
Pascal Chambert and Nicholas Braithwaite (2011). "Physics of Radio-Frequency Plasmas". Cambridge
University Press, Cambridge: 219–259. ISBN 978-0521-76300-4.
Shun'ko, Evgeny V.; Stevenson, David E.; Belkin, Veniamin S. (2014). "Inductively Coupling Plasma
Reactor With Plasma Electron Energy Controllable in the Range From ~6 to ~100 eV". IEEE
Transactions
on
Plasma
Science.
42
(3):
774–785.
Bibcode:2014ITPS...42..774S.
doi:10.1109/TPS.2014.2299954. ISSN 0093-3813.