Makalah dan Kewajiban Warga Negara Kesat

Makalah dan Kewajiban Warga Negara
Kesatuan Republik Indonesia

Disusun oleh:

Annisa Hayu Sekar Pertiwi

F0317013

Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2018
1

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Hak dan Kewajiban Warga
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan baik dan lancar .
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan

serta membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap Hak
dan Kewajiban Warga Negara dan contoh hak yang telah didapat warga negara serta
kewajiban apa yang belum dilaksanakan oleh warga negara. Pemahaman tersebut
dapat dipahami melalui pendahuluan , pembahasan masalah , serta penarikan garis
kesimpulan dalam makalah ini .
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini
disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu
pembaca dalam memahami makalah ini . Dengan makalah ini , diharapkan pembaca
dapat memahami mengenai hak dan kewajiban warga negara dan contoh hak yang
telah didapat warga negara serta kewajiban apa yang belum dilaksanakan oleh warga
negara.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, Ibu Dr. Triana Rejekiningsih, SH, KN, MPdyang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk berkarya menyusun makalah Hak dan
Kewajiban Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca . Saran dan kritik sangat
penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini .

2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
Pendahuluan.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
Landasan Teori.............................................................................................................3
2.1 Pengertian Hak.............................................................................................3
2.2 Pengertian Kewajiban..................................................................................4
2.3 Pengertian Warga Negara.............................................................................5
2.4 Pengertian NKRI..........................................................................................6
Pembahasan..................................................................................................................8
3.1 Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara..........................................8
3.2 Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia.............................................9
3.3 Hak yang Telah Diberikan Pemerintah Untuk Warga Negara ..................12
3.4 Kewajiban yang Belum Dilaksanakan Sepenuhnya Oleh Warga Negara. .21
Penutup.......................................................................................................................23
4.1 Kesimpulan................................................................................................23

4.2 Saran..........................................................................................................24
Daftar Pustaka

25

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara yang demokratis tentunya mempunyai

elemen, seperti masyarakat. Negara memiliki hak dan kewajiban bagi warga
negaranya begitu pula dengan warga negara juga memiliki hak dan kewajiban
terhadap Negaranya. Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama
lain, sehingga dalam praktiknya harus dijalankan dengan seimbang. Hak adalah suatu
yang melekat pada setiap manusia yang menjadi milik kita sebagai anugerah dari
Tuhan, sedangkan kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilakukan atau

dilaksanakan oleh masing-masing individu sehingga bisa mendapatkan haknya secara
fisik. Jika hak dan kewajiban hanya dijalankan salah satu saja, maka akan terjadi
ketidakseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hak dan kewajiban warga negara telah diatur dalam UUD 1945. Tetapi, masih
banyak terjadi permasalahan dalam hal pelaksanaan maupun penerapan hak dan
kewajiban di lingkup masyarakat Indonesia. Sejatinya, kita sering menuntut hak
namun melupakan kewajiban yang harusnya dijalani. Oleh karena itu, sebagai warga
negara yang bermoral harus menegakkan hak dan kewajiban secara seimbang dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, rasa keadilan akan lebih terasa di dalam
kehidupan ini.
Pada era globalisasi ini sering terlihat tingginya angka akan tuntutan hak tanpa
diimbangi dengan kewajiban. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya makalah ini
pembaca dapat mengerti hak dan kewajiban warganegara Indonesia lalu menggunakan
sekaligus melakukan hak dan kewajibannya secara berimbang.

1.2

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, sebagai berikut:

1.

Apa pengertian hak, kewajiban dan warga negara?

2.

Bagaimana keterkaitan antara hak dan kewajiban sebagai warga negara?

3.

Hak apa yang telah diperoleh warga negara dari pemerintah?

4.

Kewajiban apa yang belum dilaksanakan sepenuhnya oleh warga negara?

1.3

Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dalam makalah ini agar dapat memahami pembahasan dari rumusan
masalah dalam makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah, sebagai berikut:
1.

Memahami pengertian dari hak, kewajiban, dan warga negara.

2.

Memahami keterkaitan antara hak dan kewajiban sebagai warga negara.

3.

Mengetahui hak apa yang telah diperoleh warga negara yang telah diberikan

pemerintah
4.

Mengetahui kewajiban apa yang belum dilaksanakan sepenuhnya oleh warga

negara


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Pengertian Hak

Hak adalah segala sesuatu yang memang harus didapatkan (mutlak) oleh setiap
manusia sejak ia diciptakandan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri.
Menurut Prof. Dr. Notonagoro mendefinisikannya sebagai berikut: “Hak adalah kuasa
untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan
melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
Menurut Sudikno Hak dibagi menjadi dua yaitu:
a.

Hak Absolut (absolute rechten, onpersoonlijke rechten).Hak absolut adalah

hubungan hukum antara subyek hukum dengan obyek hukum yang menimbulkan
kewajiban pada setiap orang lain untuk menghormati hubungan hukum itu. Hak

absolut memberi wewenang bagi pemegangnya untuk berbuat atau tidak berbuat,
yang pada dasarnya dapat dilaksanakan terhadap siapa saja dan melibatkan setiap
orang. Isi hak absolut ini ditentukan oleh kewenangan pemegang hak. Kalau ada hak
absolut pada seseorang maka ada kewajiban bagi setiap orang lain untuk menghormati
dan menanggungnya. Pada hak absolut pihak ketiga berkepentingan untuk mengetahui
eksistensinya sehingga memerlukan publisitas. Hak absolut terdiri dari hak absolut
yang bersifat kebendaan dan hak absolut yang tidak bersifat kebendaan. Hak absolut
yang bersifat kebendaan meliputi hak kenikmatan (hak milik, hak guna bangunan dan
sebagainya) dan hak jaminan.
b.

Hak Relatif (nisbi, relative rechten, persoonlijke rechten).Hak relatif adalah

hubungan subyek hukum dengan subyek hukum tertentu lain dengan perantaraan
benda yang menimbulkan kewajiban pada subyek hukum lain tersebut. Hak relatif
adalah hak yang berisi wewenang untuk menuntut hak yang hanya dimiliki seseorang
terhadap orang-orang tertentu. Jadi hanya berlaku bagi orang-orang tertentu; (kreditur
dan debitur tertentu).

Menurut Soerjono Soekanto:

a.

Hak searah atau relatif, muncul dalam hukum perikatan atau perjanjian. Misal

hak menagih atau melunasi prestasi.
b.


Hak jamak arah atau absolut, terdiri dari :
Hak dalam HTN (Hukum Tata Negara) pada penguasa menagih pajak, pada

warga hak asasi


Hak kepribadian, hak atas kehidupan, hak tubuh, hak kehormatan dan kebebasan;



Hak kekeluargaan, hak suami istri, hak orang tua, hak anak




Hak atas objek imateriel, hak cipta, merek dan paten.

2.2

Pengertian Kewajiban

Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau
diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan (Prof. Dr.
Notonagoro). Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu yang harus dilakukan dengan
penuh rasa tanggung jawab.
Pengertian kewajiban lainnya adalah:
a.

Kewajiban mutlak, tertuju kepada diri sendiri maka tidak berapsangan dengan hak

dan melibatkan hak di pihak lain
b. Kewajiban publik, dalam hukum publik ialah wajib mematuhi hak publik dan

kewajiban pardata timbul dari perjanjian berkolerasi dengan hak perdata
c.

Kewajiban positif, menghendaki dilakukan sesuatu dan kewajiban negatif, tidak

melakukan sesuatu

d. Kewajiban universal atau umum ditujukan ke semua warga negara atau umum ,
ditujukan kepada golongan tertentu dan kewajiban khusus, timbul dari bidang hukum
tertentu, perjanjian;
e.

Kewajiban primer, tidak timbul dari perbuatan ,melawan hukum, misal

kewawjiban untuk tidak mencemarkan nama baik dan kewajiban yang bersifat
memberi sanksi, timbul dari perbuatan melawan hukum misal membayar kerugian
dalam hukum perdata.

2.3

Pengertian Warga Negara

Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah
Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian penduduk
menurut Kansil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai
tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.
Menurut Koerniatmanto S, warga negara merupakan anggota negara yang mempunyai
kedudukan khusus terhadap negaranya, mempunyai hubungan hak & kewajiban yang
bersifat timbal-balik terhadap negaranya.
Menurut A.S. Hikam, mengungkapka bahwa warga negara merupakan terjemahan
dari “citizenship” yaitu merupakan anggota dari sebuah kelompok atau komunitas
yang membentuk negara itu sendiri. Menggunakan istilah tersebut menurutnya lebih
pas & lebih berarti daripada kawula negara yang artinya objek atau orang- orang yang
dimiliki negara & mengabdi kepada pemiliknya (Negara).
Menurut Wolhoff, mengatakan bahwa Kewarganegaraan merupakan keanggotaan dari
suatu bangsa tertentu yakni sejumlah manusia yang terikat dengn yang lainnya karna
kesatuan bahasa kehidupan sosial & budaya serta kesadaran nasionalnya.
Kewarganegaraan ini memiliki kemiripan dengan kebangsaan yang membedakannya
ialah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Dan ada kemungkinan untuk memiliki
kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara Sebagai contoh secara hukum
berpartisispasi dalam politik. Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa
menjadi anggota bangsa dari suatu negara.

Menurut Ko Swaw Sik ( 1957 ), mengungkapkan bahwa Kewarganegaraan
merupakan ikatan hukm antara Negara & seseorang. Dan ikatan itu menjadi suatu
“kontrak politis” antara Negara yang mndapat status sebagai Negara yang berdaulat &
diakui karena memliki tata Negara. Kewarganegaraan juga merupakan bagian dari
konsep kewargaan. Dan didalam pengertian ini, warga suatu kota atau kapubaten
disebut juga sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga
merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting,
karena msing-masing satuan politik akn memberikan hak (biasanya sosial) yang
berbeda-beda bagi warganya
2.4

Pengertian NKRI

NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah bentuk negara yang terdiri dari
banyak wilayah / kepulauan yang tersebar dengan keanekaragaman adat, suku,
budaya, dan keyakinan, yang memiliki tujuan dasar menjadi banggsa yang merdeka,
berdaulat, adil, dan makmur dengan pemeintahan yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta mewujudkan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia.
NKRI adalah suatu bentuk Negara yang terdiri atas wilayah yang luas dan tersebar
dengan bermacam adat, suku dan keyakinan serta budaya yang memiliki tujuan dasar
menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Mungkin kamu
juga pernah mendngar akan pengertian tersebut. Ya, dalam UUD 1945, yang mungkin
sangat sering kamu dengar saat upacara bendera hari senin. Secara tidak langsung
dengan diperdengarkannya pembacaan UUD 1945, itu memperkenalkan dan
menginformasikan tentang pengertian NKRI. Dari pengertian NKRI yang juga ada
pada UUD 1945, tersirat tujuan dan fungsi Negara yang juga penting untuk kamu
fahami dan kamu tau. Dalam pemahaman NKRI, Negara memiliki fungsi untuk
menegakan keadilan melalui lembaga-lembaga peradilan yang sesuai dengan UUD
yang

berlaku.

Negara

juga

berfungsi

untuk

mengusahakan

kemakmuran,

kesejahteraan dan keadilan rakyatnya. Negara juga berfungsi untuk melaksanakan
penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah akan hal-hal buruk dalam
masyarakat. Dan fungsi dari NKRI juga dalah mempertahankan tegaknya kedaulatan
Negara serta mengantisipasi kemungkinan adanya serangan yang mengancam
keamanan Negara.

Berdasarkan

pengertian-pengertian

perkata

diatas,

maka

penyusun

dapat

menyimpulkan bahwa pengertian judul secara menyeluruh pada makalah yang
berjudul “Hak dan Kewajiban Warga Negara NKRI” ini adalah Kuasa untuk
menerima dan melakukan sesuatu yang telah dibebankan sebagai penduduk negara
yang telah diatur oleh pemerintah negara Indonesia.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara

Hak merupakan sesuatu hal yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu
sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan . Hak pada
umumnya didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas
kewajiban.
Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan / kewajiban
untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan
hak yang pantas untuk didapat . Kewajiban pada umumnya mengarah pada suatu
keharusan / kewajiban bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota
warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan
kewajiban tersebut.
Jadi antara hak dan kewajiban itu saling berhubungan satu sama lain, sebab seseorang
tidak akan mendapat haknya tanpa melakukan kewajiban yang sudah di tentukan,
begitu juga sebaliknya setiap kewajiban yang telah dikerjakan pasti hak selalu
mengikutinya. Contoh yang sederhana “seseorang yang bekerja di suatu perusahan,
mereka memberikan tenaganya dan melaksanakn tugas yang sudah ditentukan, lalu
pada saat tertentu mereka akan mendapatkan gaji”.
Sedangkan pengertian warga negara menurut Kansil adalah mereka yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang
bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam
wilayah negara tersebut. Beberapa pengertian tentang warganegara juga diatur oleh
UUD 1945, pasal 26 menyatakan : “ warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan
bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara”.

3.2

Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Hak dan kewajiban merupakan hal yang memiliki keterkaitan yang sulit dipisahkan.
Untuk mencapai keseimbangan antar hak dan kewajiban, kita perlu tahu posisi kita
masing-masing. Hak warga negara adalah hak yang seharusnya dimiliki oleh setiap
warga negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan, kewajiban negara
adalah melakukan suatu kewajiban atau perintah kita sesuai dengan hukum yang
berlaku dan berdasarkan UUD 1945. Sejatinya, kita sering menuntut hak namun
melupakan sebuah kewajiban kita. Jika hak dan kewajiban telah terpenuhi dan
dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta kehidupan yang harmonis, nyaman,
tentram dan sejahtera. Apabila hak dan kewajiban tidak seimbang dalam
pelaksanannya akan menimbulkan perselisihan dan kerugian bagi diri sendiri dan
orang lain.
Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang baik harus menegakkan hak dan
kewajiban dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita telah melaksanakannya dengan baik,
kita boleh menuntut hak kita sebagai warga negara kepada pemerintah. Dengan
begitu, rasa keadilan akan lebih terasa di tengah kehidupan yang rumit ini.
Hak dan kewajiban manusia sebagai warga negara tercantum dalam undang-undang
dasar 1945 sebagai berikut :
Hak Warga Negara Indonesia
1.

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
2.

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dalam

kehidupannya (pasal 28A).
3.

Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui

perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
4.

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta

berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 28B ayat 2).

5.

Setiap orang berhaak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya,
dan demi kesejahteraan umat manusia (pasal 28C ayat 1).
6.

Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan haknya

secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya (pasal 28C ayat
2).
7.

Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama dimata hukum (pasal 28D ayat 1).
8.

Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang

adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2).
9.

Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan (pasal 28D ayat 3).
10. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya (pasal 28D ayat 4).
11. Setiap orang berhak atas kbebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya (pasal 28E ayat 2).
12. Setiap orang beerhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat (pasal 28E ayat 3).
13. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (pasal 28F).
14. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi (pasal 28G ayat 1).
15. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain (pasal 28G ayat 2).

16. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (pasal 28H ayat 1).
17. Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan (pasal 28H ayat 2).
18. Setiap orang berhak atas jaminana sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat (pasal 28H ayat 3).
19. Setiap orang berhak bebas mempunyai hak milik pribadi dab hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun (pasal 28H ayat 4).
20. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu (pasal 28I ayat 2).
21. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lian dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pasal 28J ayat 1).
22. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara (pasal 30 ayat 1).
23. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran (pasal 31ayat 1).
Kewajiban Warga Negara Indonesia
1.

Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintah

dan wajib menjunjung hukum dan pemerintah itu dengan tidak ada pengecualian
(pasal 27 ayat 1).
2.

Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pasal 28J ayat 1).
3.

Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada

pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai sesuai pertimbangan moral, nilai-nilai

agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis (pasal
28J ayat 2).
4.

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan

negara (pasal 30 ayat 1).

3.3

Hak yang Telah Diberikan Pemerintah Untuk Warga Negara
Salah satu hak yang telah diberikan oleh pemerintah kepada warga negara nya

adalah setiap warga negara berhak memeluk dan menjalankan agama yang mereka
percayai. Indonesia bukanlah negara yang menganut satu agama saja, di Indonesia ini
ada berbagai macam agam dan kepercayaan. Kita sebagai Warga Negara Indonesia
yang tinggal di Tanah Air ini diberi hak dan kebebesan untuk memeluk agama yang
kita percayai seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 28 E ayat 1 jika warga
Indonesia memiliki hak untuk memeluk agama. Oleh karena itu tidak ada larangan
tertentu kita memeluk agama atau kepercayaan yang ada di Indonesia.
Dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 sangat tegas disebutkan bahwa “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.” Pasal ini merupakan
bentuk perlindungan negara terhadap semua umat beragama di Indonesia. Pasal
tersebut juga merupakan bentuk peneguhan dan penegasan bahwa Negara Indonesia
didirikan bukan atas dasar satu negara saja, tetapi memberikan kedudukan yang sama
bagi semua agama yang berkembang di Indonesia. Konsepsi satu untuk semua
merupakan kesepakatan bersama para pendiri bangsa dengan melihat realitas
kemajemukan bangsa.
Di Indonesia sendiri kebebasan beragama diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945. Pemerintah secara resmi mengakui enam agama, dan beberapa larangan hukum
terus berlaku terhadap beberapa jenis kegiatan keagamaan tertentu yang dianggap
dapat menyinggung agama lain. Terdapat ciri atau bukti bahwa Indonesia telah
memberikan warga negaranya atas hak untuk memilih dan memeluk agama sesuai
dengan kepercayaan masing-masing:
1. Setiap Orang Bebas Memeluk Agama Tertentu

Ciri terpenting dari kemerdekaan beragama di Indonesia adalah setiap warga
negara Indonesia bebas memeluk agama tertentu. Makna dari kebebasan beragama di
Indonesia begitu besar. Karena dengan adanya kebebasan beragama, maka hal
tersebut mengindikasikan bahwa salah satu hak asasi manusia telah ditegakkan.
Kebebasan memeluk agama tersebut dijamin oleh Undang-Undang Dasar pasal 28E
ayat (1) yang di dalamnya disebutkan bahwa setiap orang memiliki hak untuk
memeluk agama. Selain itu, pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga menjamin kebebasan
beragama. Pasal tersebut mengatur bahwa hak beragama menjadi salah satu dari hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam situasi apapun. Maka dari itu,
kebebasan memeluk agama ini tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.
Secara lebih khusus, UUD mengatur hal tentang kemerdekaan beragama
dalam suatu bab khusus yaitu bab XI tentang Agama. Walaupun hanya terdiri dari satu
pasal dengan dua ayat, namun bab ini secara jelas menjamin bahwa setiap orang bebas
untuk memeluk agamanya masing-masing. Nantinya ayat kedua dari pasal ini
mengamanatkan adanya pengaturan lebih lanjut dari penjaminan kebebasan beragama
dalam suatu peraturan undang-undang tersendiri.
Salah satu peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah undangundang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam pasal 22 ayat 1 UU
tersebut dijelaskan bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki kebebasan untuk
memeluk agama yang diingininya masing-masing. Maka dari itu, sangat jelas terasa
adanya kebebasan memeluk agama di Indonesia dengan adanya begitu banyak
peraturan yang menegaskan hal tersebut.
2. Kebebasan Beribadah Dijamin oleh Negara
Ketika seorang warga negara telah memeluk suatu agama tertentu, maka ia
bebas untuk menunjukkan bahwa dirinya memeluk agama yang ia peluk. Konsekuensi
dari hal tersebut adalah kegiatan peribadatan yang dilakukan oleh para pemeluk
agama. Setiap orang tentunya harus melaksanakan tuntunan dari agama yang
dipeluknya, terutama dalam hal ibadah. Dalam hal peribadatan, setiap agama
memiliki cirinya masing-masing. Ada yang berupa ibadah yang bersifat terbuka dan
tertutup, ada pula yang bersifat sendiri dan berkelompok. Namun, apa pun bentuk

ibadahnya, negara wajib menjamin dan melindungi kebebasan beribadah tersebut.
Contoh nyata dari kegiatan peribadatan yang dilindungi oleh pemerintah yaitu adanya
perlindungan dari pihak polisi RI yang menjaga kegiatan shalat idul fitri di masjid
Istiqlal atau penjagaan petugas kepolisian ketika diadakannya misa natal di gereja.
Kebebasan melaksanakan kegiatan peribadatan bagi setiap warga negara ini
sejatinya memang dijamin di dalam hukum tertinggi negara ini, yaitu UUD 1945.
Dalam pasal 28E ayat (1), disebutkan bahwa setiap orang memiliki hak untuk
beribadah. Hak untuk melaksanakan kegiatan peribadatan ini juga termasuk ke dalam
hak beragama yang diatur dalam pasal 28I ayat (1) UUD 1945. Selain itu, kebebasan
untuk beribadah juga dilindungi dengan adanya pasal 29 ayat (2) UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa negara mejamin kemerdekaan dari setiap warga negara untuk
melaksanakan kegiatan ibadah sesuai menurut tuntutan dan tuntunan agama dan
kepercayaan yang dianutnya itu. Hal yang sama juga disebutkan oleh pasal 22 ayat (2)
UU No. 39 tahun 1999 tentang Perlindungan HAM. Maka dari itu, ketakutan untuk
melaksanakan ibadah seharusnya tidak dimiliki siapapun yang menjadi rakyat negeri
Indonesia. selain itu, dengan adanya begitu banyak peraturan perundang-undangan
yang menjamin kita merdeka dalam melaksanakan kegiatan peribadatan agama, maka
seharusnya kita melakukan ibadah agama kita itu dengan bersungguh-sungguh dan
tetap dengan cara yang tidak bertentangan dengan aturan hukum atau mengganggu
hak orang lain.
3. Setiap Orang Bebas untuk Memilih Agamanya
Di Indonesia, setidaknya terdapat enam agama atau kepercayaan yang diakui
keberadaannya. Keenam agama tersebut yaitu agama Islam, Kristen Katholik, Kristen
Protestan, Hindu, Budha, dan yang terbaru yaitu agama Kong Hu Chu. Sebagai
bangsa yang merdeka, segenap rakyat Indonesia memiliki hak untuk memilih agama
yang sesuai dengan dirinya. Hak tersebut dijamin di dalam UUD 1945. Secara lebih
khusus, hak untuk memilih agama dilindungi dalam pasal-pasal yang berkaitan
dengan keagamaan seperti pasal 28E, pasal 28I, dan pasal 29. Pasal-pasal mengenai
agama tersebut selanjutnya menjadi dasar bagi lahirnya peraturan perundangundangan baru yang mengatur tentang kebebasan seorang penduduk Indonesia untuk
memilih agama yang sesuai dengan hati nuraninya sendiri.

Peraturan perundang-undangan yang dimaksud salah satunya yaitu UndangUndang No. 12 tahun 2005 yang mengatur tentang Pengesahan Kovenan Internasional
Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik. Dalam pasal 18 ayat (1) UU tersebut, disebutkan
bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk berkeyakinan dan beragama. Hal yang
dicakup dengan kebebasan tersebut di antaranya yaitu kebebasan untuk menetapkan
kepercayaan atau agama sesuai dengan pilihannya sendiri. Dengan banyaknya
peraturan perundang-undangan yang menjamin kebebasan seseorang untuk memilih
agamanya ini, sudah seharusnya setiap jiwa rakyat Indonesia berani untuk
menentukan agama apa yang hendak dipilih olehnya tanpa perlu takut terhadap
adanya ancaman. Kemerdekaan ini sendiri menjadikan adanya satu kewajiban lain
bagi segenap warga negara Indonesia, yaitu kita harus memilih untuk memeluk salah
satu dari keenam agama resmi di Indonesia. tidak memiliki agama sama artinya
dengan kita menentang salah satu nilai Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia.

4. Tidak Boleh Ada Paksaan dalam Beragama
Sejalan dengan ciri yang telah disebutkan sebelumnya, setiap diri rakyat
Indonesia berhak memeluk dan memilih agamanya sendiri sesuai dengan tuntunan
hati nuraninya. Ciri tersebut diikuti dengan adanya ciri lainnya, yaitu tidak boleh ada
paksaan dalam kehidupan beragama. Tidak ada orang di dunia ini yang suka untuk
dipaksa. Ketika terjadi paksaan, pastinya ada bagian dari diri orang itu yang ingin
menentang dan melawan segala paksaan yang melanda dirinya. Sama halnya dengan
urusan keagamaan, tidak diperbolehkan ada pihak yang memaksa agar seseorang
masuk ke dalam agama tertentu. Tidak diperbolehkan ada pihak yang menentang
keras ketika seseorang ingin berpindah ke agama lainnya. Ketika ada pihak yang
memberikan paksaan kepada kita terkait urusan keagamaan, maka kita berhak untuk
menolaknya dan melaporkannya kepada pihak yang berwajib.
Perkara dilarangnya paksaan dalam beragama ini nyatanya sudah diatur di
dalam UU Pengesahan Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
Pasal 18 ayat (2) yang di dalamnya disebutkan bahwa tiada seseorang pun yang dapat
dipaksa hingga ia terganggu kebebasannya untuk menganut atau menentukan
kepercayaan atau agamanya sesuai dengan pilihan hati nuraninya. Nyatanya,
sekalipun terdapat peraturan perundang-undangan yang telah melarang adanya

paksaan dalam beragama, tetap saja di seantero wilayah Indonesia masih terjadi
adanya pelarangan seseorang untuk pindah agama. Memang, kebanyakan orang
memiliki agama dengan berdasarkan keturunan. Di sisi lain, bukan tidak mungkin jika
ada orang yang ingin untuk berpindah agama setelah ia lebih dewasa.
Maka dari itu, ketika kita melihat ada seseorang yang hendak berpindah agama namun
ia ditentang entah oleh keluarga, teman, atau lingkungannya, kita harus membantunya
dengan menghubungkan ia ke kelompok agama yang hendak ia tuju. Setiap agama
umumnya menyambut baik jika ada seseorang yang hendak bergabung menjadi
pemeluk barunya.
5. Ketentuan Hukum Dapat Membatasi Penentuan dan Pelaksanaan Agama
Pancasila menjadikan sila yang terkait dengan hal agama, yaitu sila ketuhanan
yang Maha Esa, sebagai sila pertama. Hal ini dikarenakan tuhan dan agama
merupakan dasar dari segala bidang kehidupan. Maka dari itu, kebebasan untuk
beragama, termasuk di dalamnya memilih agama dan menjalankan kegiatan
peribadatan, menjadi sesuatu yang diatur dengan seksama dan keberadaannya dijamin
serta dilindungi oleh tata urutan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Namun, kebebasan dalam hal beragama bukanlah suatu kebebasan yang
mutlak. Ia bukan jenis kebebasan yang dapat kita lakukan dengan bebas tanpa aturan.
Perlu kita ingat bersama bahwa di dalam demokrasi Pancasila, setiap kebebasan dapat
dilakukan dengan tetap bertanggung jawab dan tidak mengganggu jalannya
pelaksanaan hak dan kebebasan orang lain.
Oleh karena sebab yang telah disebutkan tadi, maka UU No. 12 tahun 2005
sebagai bentuk pengesahan dari peraturan internasional mengenai hak sipil dan politik
memberikan batasan dalam urusan keagamaan dalam pasal 18 ayat (3). Di dalam
pasal tersebut, dijelaskan bahwa ketentuan hukum merupakan hal yang dapat
digunakan untu membatasi seseorang atau sekelompok orang dalam urusan kebebasan
menjalankan dan menentukan kepercayaan atau agama yang dianutnya. Selain itu,
ketentuan hukum juga digunakan untuk membatasi pelaksanaan agama terkait hal
yang diperlukan untuk melindungi ketertiban, keamanan, kesehatan, atau moral
masyarakat, atau juga hak-hak dan kebebasan mendasar yang dimiliki oleh orang
lain. Adanya pembatasan dalam hal penentuan dan pelaksanaan kegiatan agama
sejatinya dapat dengan lebih mudah dilakukan dengan adanya tingkat toleransi antar

umat beragama yang tinggi di tengah masyarakat. Yang dimaksud dengan toleransi
sendiri yaitu usaha untuk saling hormat menghormati perbedaan apa pun yang ada di
lingkungan kita.

6. Pendidikan Keagamaan Harus Disesuaikan
Adanya kemerdekaan dalam hal beragama juga tentunya membawa kewajiban
lainnya bagi pemerintah sang penyelenggara kedaulatan rakyat. Sebagai pemangku
jabatan yang bertugas untuk mengatur berbagai aspek yang berkaitan dengan
kehidupan rakyat, maka pemerintah juga harus bisa mengatur sedemikian rupa
sumber daya yang dimiliki negara untuk sebesar-besar kepentingan rakyat. Dalam
konteks bahasan kali ini, maka pemerintah harus pula dapat memenuhi kewajibannya
dalam hal mengakomodasi kegiatan keagamaan khususnya yang berkaitan dengan
pendidikan keagamaan. Oleh karena adanya alasan inilah, UU Pengesahan Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik memaksa pemerintah suatu negara
berjanji untuk memenuhi kebutuhan pendidikan keagamaan tersebut.
UU No. 12 tahun 2005 pasal 18 ayat (4) mengatur bahwa pemerintah
Indonesia berjanji untuk senantiasa menghormati kemerdekaan orang tua dan apabila
diakui, wali hukum yang sah, untuk menjamin bawa pendidikan agama dan moral
bagi anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan mereka sendiri.pasal ini memang
lebih mengatur mengenai penghormatan pemerintah terhadap kebebasan orang tua
untuk mendidik anaknya, namun bukan berarti pemerintah lepas tanggung jawab
terhadap pendidikan keagamaan generasi penerus bangsanya. Bukti dari tanggung
jawab pemerintah dalam hal pendidikan agama yaitu diterbitkannya Peraturan
Pemerintah RI No. 5 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan. Dalam pasal 4 ayat (1) PP ini, disebutkan bahwa pendidikan agama pada
pendidikan formal dan program pendidikan kesetaraan sekurang-kurangnya
diselenggarakan dalam bentuk mata pelajaran atau mata kuliah agama. Dalam
peraturan tersebut pendidikan keagamaan enam agama resmi Indonesia juga diatur ke
dalam bab pembahasan yang lebih lanjut.
7. Ada Anggaran untuk Pendidikan Keagamaan

Kewajiban yang diturunkan oleh pemerintah kepada para penyelenggara
pendidikan,

baik

pendidikan

formal

maupun

program

pendidikan,

untuk

menyelenggarakan pendidikan agama di wilayah kerjanya tentunya menghasilkan
kewajiban baru bagi pemerintah selaku lembaga yang memiliki kewenangan dan
kekuasaan yang lebih tinggi. kewajiban yang dimaksud yaitu pemerintah harus
menyediakan anggaran tersendiri bagi terlaksananya pendidikan agama di setiap
wilayahnya, bahkan hingga wilayah terkecilnya. Di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat
(4) disebutkan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua puluh lima persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional. Berdasarkan isi pasal ini, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa negara harus memasukkan anggaran pendidikan agama ke dalam
anggaran pendidikan. Adanya anggaran pendidikan yang mengakomodasi jalannya
pendidikan agama tentunya membawa kelancaran dalam pembangunan mental
generasi penerus bangsa yang berdasarkan imtaq (iman dan tawa) dan iptek (ilmu
pengetahuan dan teknologi). Namun, saat ini kita banyak melihat adanya kekurangan
dalam penyelenggaraan pendidikan agama di berbagai daerah di Indonesia. entah
ketiadaan bahan ajar yang sesuai dengan agama dan jenjang pendidikan peserta ajar
atau bahkan kekurangan tenaga pengajar pendidikan agama di sekolah-sekolah. Barubaru ini, ditemukan fakta bahwa ternyata banyak tenaga pengajar pendidikan agama
yang bukan merupakan lulusan program pendidikan agama. Tentunya hal ini agak
mengkhawatirkan karena seharusnya guru mengajar sesuai dengan kualifikasi
pendidikannya. Maka dari itu, pemerintah melalui kementrian agama mengadakan
sertifikasi guru pendidikan agama mengingat pentingnya peran guru agama dalam
kemajuan pendidikan di Indonesia.
Selanjutnya, ada hak atas kebebasan berserikat,berkumpul,dan mengeluarkan
pendapat. Hak ini diatur oleh UUD 1945 Pasal 28 E ayat 3 yang berbunyi “Setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
Hak ini didasari oleh pancasila sila ke 4 yaitu “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Karena negara kita menganut
asas demokrasi yang dimana segala keputusan, kita sebagai warga negara mempunyai
hak dan suara untuk mrmilih setiap keputusan tanpa paksaan. Dan warga negara dapat
mengeluarkan pendapat/aspirasi salah satunya diwadahi oleh badan legislatif.

Kemerdekaan mengemukakan pendapat merupakan sebagian dari hak asasi manusia.
Oleh sebab itu, dijamin oleh Deklarasi Universal Hak – Hak Asasi Manusia PBB,
tegasnya dalam pasal 19 dan 20 seperti tertulis berikut ini.
1. Pasal 19
“Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam
hal ini termasuk kebebasan mempunyai pendapat – pendapat dengan tidak mendapat
gangguan dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan keterangan – keterangan
dan pendapat – pendapat dengan cara apapun juga dan tidak memandang batas –
batas”.
2. Pasal 20
Ayat 1: “Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul dan berpendapat.”
Ayat 2: “Tidak ada seorang juga pun dapat dipaksa memasuki salah satu
perkumpulan.”
Seiring dengan perkembangan teknologi dan maraknya media sosial, makin luas pula
kebebasan berpendapat di dalam komunitas. Kita pun sebagai mahluk modern dengan
mudah menuangkan isi pikiran, pendapat, argumen kita di media sosial. Dan karena
media sosial sifatnya luas dan terbuka, pendapat kita tersebut dapat dilihat oleh
masyarakat luas. Namun karena itu, kadang apabila kita sedang merasa jengkel atau
kecewa terhadap suatu pihak lalu secara tidak sadar menuangkannya di dalam media
sosial. Acap kali kita tidak menyadari bahwa hal sekecil ini dapat membawa kita ke
ranah hukum. Hal ini disebabkan karena kebebasan kita berpendapat bukanlah bebas
yang sebebas-bebasnya melainkan masih ada batasan. Batasan yang dimaksud disini
adalah batas yang terbentuk karena adanya hak orang lain juga. Dimana kita sebagai
mahluk sosial harus saling menghargai satu sama lain.
Dengan kata lain, kebebasan mengemukakan pendapat tersebut harus dilaksanakan
secara bertanggung jawab. Maknanya, dalam mengemukakan pendapat harus
dilandasi akal sehat, niat baik, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Dengan demikian, pendapat yang dikemukakan tersebut bukan saja bermanfaat bagi
dirinya, melainkan juga bermanfaat bagi orang lain, masyarakat atau bahkan bagi
bangsa dan negara.

Kemudian, hak untuk hidup yang terdapat pada pasal 28 A yang berbunyi
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya”. Terdapat pula pada UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.

Karena

setiap

orang

berhak

hidup

tentram,aman,damai,bahagia,sejahtera,lahir dan batin.
Dan terdapat hak atas status kewarganegaraan, yang terdapat pada pasal 28 D ayat 4
"Tiap orang berkah atas status kewarganegaraan. Berarti masyarakat mempunyai hak
untuk mendapatkan perhatian dan perlindungan negara serta ikut berpatisipasi dalam
berbagai acara nasional seperti pemilu sebagai warga negara Indonesia. Dan karena
memiliki status kewarganegaraan Indonesia, berarti masyarakat juga berkewajiban
untuk taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku di wilayah Indonesia atau
NKRI."
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006
TENTANG

KEWARGANEGARAAN

REPUBLIK

INDONESIA

DENGAN

RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :

a. bahwa negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menjamin potensi, harkat, dan martabat setiap orang sesuai
dengan hak asasi manusia;
b. bahwa warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur
pokok dari suatu negara yang memiliki hak dan kewajiban yang
perlu dilindungi dan dijamin pelaksanaannya;
c. bahwa Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang
Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia
sehingga harus dicabut dan diganti dengan yang baru;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia;
Kemudian diatur pada Pasal 26 UUD 1945
Ayat 1
Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Ayat 2
Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tempat tinggal di
Indonesia.
Ayat 3
Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
Karena kewarganegaraan lah yang akan menjamin seseorang untuk mendapatkan hakhak yang lain dan perlindungan sebagai warga negara Indonesia
3.4

Kewajiban yang Belum Dilaksanakan Sepenuhnya Oleh Warga Negara
Banyak sekali contoh kasus pengingkaran kewajiban warga negara yang ada di

negara indonesia ini. Pengingkaran kewajiban warga negara merupakan suatu
pelanggaran yang dilakukan warga negara terhadap kewajiban-kewajibannya.
Pengingkaran dapat diartikan sebagai proses, cara atau perbuatan mengingkari
kewajibannya. Arti lain Pengingkaran kewajiban adalah kewajiban yang telah
diberikan kepada seseorang tetapi orang tersebut tidak mau menjalankan
kewajibannya sebagai mana mestinya. Pengingkaran kewajiban sudah sering terjadi di
Indonesia. Negara mempunyai sifat memaksa, sehingga negara mempunyai hak
menuntut warga negara untuk menaati dan melaksanakan hukum-hukum yang berlaku
di negara. Pengingkaran-pengikaran tersebut biasanya disebakan oleh tingginya sikap
egois yang dimiliki oleh seorang warga negara, sehingga yang ada di pikirannya
hanya sebatas bagaimana cara untuk mendapat haknya, sementara yang menjadi
kewajibannya dilupakan. Selain itu dapat juga disebabkan oleh rendahnya kesadaran
hukum.
Contoh pengingkaran yang banyak dilakukan oleh warga negara adalah tidak
atau menghindari untuk membayar pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas
jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum
untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai
kesejahteraan umum. Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di
Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu
direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia. Sebagian warga negara indonesia, sudah membayar pajak dengan baik,
tetapi ada saja warga negara yang melalaikan pajak. Kebanyakan yang beranggapan
terlalu mahal, tetapi pemerintah sudah sebijak mungkin memberi pajak yang kecil dan
tergantung oleh kekayaan seseorang. Dengan itu pemerintah memberi kebijakan,
untuk memberi sanksi denda bagi orang yang telat pajak. Memang pada dasarnya
pajak mempunyai peranan yang sangat berguna, karena dari rakyat dan untuk rakyat.
Tidak atau menghindari membayar pajak berarti pengingkaran kewajiban
warga negara terhadap pasal 23 ayat 2 UUD 1945,”segala pajak untuk keperluan
negara berdasarkan undang-undang”. Pengingkaran terhadap pajak hampir dilakukan
oleh seluruh warga negara, mulai dari pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan,
pajak penghasilan, pajak penjualan, dan lain-lain. Mengapa kita wajib membayar
pajak? Karena pajak merupakan salah satu sumber baya pembangunan dan kita
menikmati hasilnya. Misalnya, jalan raya yang dibuat dengan segala fasilitasnya, itu
dibiayai salah satunya oleh pajak kendaraan .
Adapula pengingkaran tentang kewajiban mematuhi peraturan lali lintas yang
telah diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
Pada zaman sekarang, banyak dari warga negara yang melanggar peraturan berlalu
lintas yang dapat berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Kemudian pengingkaran kewajiban bela negara. Kewajiban bela negara
terdapat pada Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara.”. Bela negara merupakan salah satu prinsip
dalam konsep kewarganegaraan aktif (active citizenship) selain itu bela negara
menjadi tanggung jawab setiap warga bagi kemaslahatan bersama. Namun dalam
kenyataannya, masih banyak warga negara yang mankir dalam melakukan kewajiban
warga negara.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Dari hasil makalah ini, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan berkaitan

dengan Hak dan Kewajiban Warga Negara, di antaranya:
1. Hak adalah sesuatu yang pantas dimiliki atau didapatkan sejak manusia dalam
kandungan, kewajiban adalah sesuatu yang harus, wajib dilakukan sebagai
tuntutan manusia untuk mendapatkan haknya, warga negara adalah penduduk
yang tercatat secara hukum tinggal menempati suatu negara serta taat dan
tunduk kepada negara tersebut.
2. Hak dan kewajiban tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain
karena sebagai suatu ikatan yang sama - sama harus dijalankan sekaligus
didapatkan.
3. Hak warga negara adalah hak yang seharusnya dimiliki oleh setiap warga
negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan, kewajiban negara
adalah melakukan suatu kewajiban atau perintah kita sesuai dengan hukum
yang berlaku dan berdasarkan UUD 1945.
4. Negara Indonesia mengatur hak dan kewajiban Warga Negaranya dalam pasalpasal UUD 1945 dari pasal 27 – 31, serta aturan pengembangannya ditetapkan
dalam berbagai undang – undang.
5. Terdapat contoh konkrit atas pemberian hak yang diberikan pemerintah
kepada

warga

negara

yaitu

kebebasan

beragama,

kebebasan

berserikat,berkumpul, dan mengeluarkan pendapat, hak untuk hidup dan hak

atas status kewarganegaraan dan contoh konkrit kewajiban warga negara yang
belum dilakukan sepenuhnya oleh warga negara yaitu mengingkari membayar
pajak,pelanggaran terhadap peraturan berlalu lintas, dan pengingkaran
terhadap kewajiban bela negara.
6. Pelaksanaan hak dan kewajiban di Negara Indonesia masih belum maksimal
serta perlu diadakan pengertian serta pemahaman terus – menerus kepada
masyarakat terkait pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai Warga Negara
yang baik dan bermoral.

4.2

Saran

Dari kesimpulan yang didapat serta hasil makalah, penulis ingin menyampaikan
beberapa saran kepada beberapa pihak terkait dengan hak dan kewajiban Warga
Negara Indonesia, yaitu:
1.

Untuk para pemuda Indonesia, diharapkan pemuda Indonesia dapat semakin

memiliki rasa tanggung jawab serta sadar akan hak dan kewajibannya sebagai Warga
Negara Indonesia, sehingga ketika kelak memimpin Negara Indonesia para pemuda
dapat memajukan Bangsa dan Negara tanpa ada penyelewengan maupun pemenuhan
hak pribadi saja tanpa memikirkan keadaan masyarakat umum.
2.

Untuk pemerintah, diharapkan pemerintah masa kini dapat semakin menjadi

contoh yang baik sekaligus dapat mengambil kebijakan – kebijakan yang tepat guna
meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan hak dan kewajibannya sebagai
Warga Negara Indonesia.
3.

Untuk masyarakat, diharapkan masyarakat dapat semakin aktif ambil bagian

dalam membangun kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh masyarakat sebagai
Warga Negara Indonesia yang bermartabat luhur dan baik.
4.

Hak dan kewajiban merupakan suatu instrumen yang saling terkait , sehingga

pelaksanaan hal tersebut harus dilakukan secara seimbang agar tidak terjadi

ketimpangan yang akan menyebabkan timbulnya gejolak masyarakat yang tidak
diinginkan .

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Warga Negara yang
Demokratis. Grafindo Media Pratama.
Widodo, Wahyu. , Budi Anwari, & Maryanto. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan
Pengantar Teori. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
http://www.bantubelajar.com/2015/08/hak-dan-kewajiban-warga-negara.html?m=1 (D
iakses pada 4 Desember 2016).
http://tifferi.blogspot.co.id/2015/01/hak-dan-kewajiban-warga-negara.html?m=1 (Dia
kses pada 4 Desember 2016).
http://www.siswamaster.com/2016/02/pengertian-hak-dan-kewajiban-warganegara.html?m=1(Diakses pada 4 Desember 2016).
https://guruppkn.com/contoh-hak-dan-kewajiban-warga-negara
https://jawab-soal.blogspot.co.id/2016/07/-contoh-penanganan-kasus.htm l
https://guruppkn.com/ciri-ciri-kemerdekaan-beragama
https://guruppkn.com/kasus-pengingkaran-kewajiban-warga-negara
http://crislianwiranto.blogspot.co.id/2014/02/pengingkaran-kewajiban.html

https://guruppkn.com/ciri-ciri-kemerdekaan-beragama
https://petikanhidup.com/bunyi-uud-1945-pasal-27-ayat-1-2-3-danpenjelasannya.html
http://kelaspkn.blogspot.co.id/2017/03/siti-nurhaliza-03-pasal-28-d-ayat-4-hak.html
https://petikanhidup.com/bunyi-uud-1945-pasal-26-ayat-1-2-3-danpenjelasannya.html