Krisis Perbankan Solusi dan Pencegahan

ANALISA TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KRISIS PERBNKAN DI
INDONESIA
Fatimah Ratna Wijayanthi
1206331402

Abstrak
Krisis merupakan suatu keadaan yang akan selalu hadir kembali namun
bermetamorfosis dalam berbagai bentuk sesuai dengan perkembangan
zaman. Krisis terjadi ketika jumlah permintaan uang melebihi jumlah
penawaran uang, dimana hal ini menyebabkan bank-bank dan lembaga
keuangan non-bank mengalami kehabisan likuiditas. Krisis perekonomian
Indonesia pada tahun 1997/1998 merupakan krisis yang terparah di
kawasan Asia, namun beda halnya pada krisis tahun 2007/2008 dimana
dampak yang dirasakan Indonesia tidak begitu signifikan, tidak ada yang
pernah tahu akan tejadinya krisis dimasa mendatang dan apa dampaknya
terhadap Indonesia. Tulisan ini akan membahas tentang faktor-faktor apa
saja yang menjadi resiko ekonomi yang akan menyebabkan krisis
keuangan/perbankan di masa depan perekonomian Indonesia dan langkah
preventif apa yang harus disiapkan untuk pencegahan, serta solusi seperti
apa yang dapat menyelesaikan krisis tersebut apabila terjadi.
Kata kunci : Krisis, Ekonomi, Perbankan


Pendahuluan
Krisis ekonomi di suatu negara sangat ditentukan oleh sumbernya. Krisis tersebut dapat
berasal dari luar (yang berarti tidak bisa dikontrol/pengaruhi oleh negara/kawasan tersebut,
atau sifatnya given), atau berseumber dari dalam negara/kawasam tersebut (bisa dipengaruhi
oleh negara/wilayah tersebut).1 Krisis yang berasal dari dalam misalnya penurunan faktor
produksi dari suatu komoditas, bencana alam ataupun cuaca yang tidak menentu. Sedangkan
krisis yang berasal dari luar seperti halnya krisis ekonomi global pada tahun 2008-2009 atau
krisis Asia pada periode 1997-1998.
Krisis Ekonomi banyak jenisnya, jenis pertama adalah Krisis Produksi yang disebabkan
adanya penururnan volume produksi domestik secara bear-besaran, kemudian krisis nilai
tukar yang terjadi apabila terjadinya penurunan nilai kurs mata uang atau terjadi depresiasi
yang sangat besar secara mendadak, krisis yang ketiga adalah krisis perdagangan yang
dipengaruhi oleh kegiatan exspor dan impor, selanjutnya adalah krisis modal, yakni apabila
adanya pengurangan modal dalam negeri dalam jumlah besar atau adanya penghentian
bantuan atau pinjaman luar negeri, dan krisis yang terakhir adalah krisis perbankan yang
merupakan tema besar atas tulisan ini.
Krisis Perbankan atau biasa disebut krisis keuangan merupakan salah satu jenis krisis
ekonomi yang paling sering terjadi dibanyak negara. Krisis perbankan ini bersifat sistemik
sehingga akan berpengaruh terhadap banyak sektor, jika perbankan mengalami krisis maka

1Tulus Tambunan, Memahami Krisis, Siasat Membangun Kebijakan Ekonomi, LP3S, Jakarta : 2012, hal. 11

Fatimah Ratna Wijayanthi

Page 1

perusahaan-perusahaan yang notabene dibiayai kegiatan produksinya oleh bank akan
mengalami kesulitan. Krisis perbankan menyebabkan suku bunga pinjaman menjadi naik,
karena permintaan kredit yang besar dari dunia usaha, namun disisi lain pada waktu yang
bersamaan dana yang terkumpul di perbankan dari pihak ketiga (masyarakat) untuk
disalurkan sebagai kredit usaha terbatas. Bahkan pada saat krisis perbankan, yang sering
terjadi adalah penarikan dana dari bank-bank oleh para nasabah secara serentak yang
berakibat bank-bank tersebut mengalami kehancuran seketika.
Krisis perbankan akan menyebabkan perekonomian di suatu negara (dalam hal ini Indonesia)
tidak stabil, dan untuk mencari cara pencegahannya atau setidaknya memperkecil ekses
buruk yang diakibatkan oleh krisis tersebut serta solusi penyelesaiannya, maka kita harus
tahu mengenai foktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi terjadinya krisis perbankan
ini.

Faktor-faktor Penyebab Krisis Perbankan di Indonesia

Faktor penyebab krisis tidak hanya datang dari dalam negeri karena bisa juga terjadi karena
ekses dari krisis dinegara lain. Penyebab dari krisis di Indonesia bukanlah karena
fundamental ekonomi Indonesia yang selama ini lemah tetapi terutama karena utang swasta
luar negeri yang telah mencapai jumlah yang besar. Yang jebol bukanlah sektor rupiah dalam
negeri, melainkansektor luar negeri, khususnya nilai tukar dollar AS yang
mengalamiovershootingyangsangatjauhdarinilainyatanya.2
Adanya hutangluarnegeriswastajangkapendekdan menengah juga dapat menyebabkan krisis
dimasa
yang
akan
datang,
dimana
nilaitukarrupiahmendapattekananyangberatkarenatidaktersedia
cukupdevisauntukmembayarutangyangjatuhtempobesertabunganya,
ditambah
sistim
perbankan nasional yang lemah. Akumulasi utang swasta luar negeri yang sejak awal tahun
1990-an telah mencapai jumlah yang sangat besar, bahkan sudah jauh melampaui utang resmi
pemerintah yang beberapa tahunterakhirmalahsedikitberkurang(oustandingofficialdebt).
Perdagangan bebas yang saat ini berlangsung di Indonesia dapat menjadi salah satu

faktor penyebab krisi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Tarek “ Thatis,the
financialsectorwasvulnerabletoexternalshocksbecauseofexcessivefinancialopennesswhichwa
snotmatched bythesamedegreeintradeopenness”.3Hal ini dapat membuat kita waspada untuk
selalu berhati-hati terhadap liberalisasi, karena sistem keuangan sangat rentan terhadap hal
ini,
beliau
juga
memaparkan
bahwa
“Causesoffinancialcrisisarecountryspecific.Whatisalmostcommontoallistheexistenceofabank
ing
crisiscoupledwithuncontrollableexchangeratefluctuations.Shorttermvolatility,macroeconomic
policy
misalignments,
inadditiontopoliticalfactorsand,ofcourse,contagionthroughspeculation,remainthecritical
factorsincausingafinancialcrisis”.4
2 Lepi T. Tarmidi, Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran,
pidatopengukuhanGuruBesarMadyapadaFEUIdenganjudul“KrisisMoneterTahun1997/1998danPeranIMF”,J
akarta,10Juni1998.
3Dr.TarekH.Selim,

AComparativeEssayontheCausesofRecentFinancial
Crises,
TheAmericanUniversityinCairo,Egypt, hal. 3
4ibid, hal. 6

Fatimah Ratna Wijayanthi

Page 2

Liberalisasi pada sektor finansial pun dapat menjadi faktor krisis, ketika modal dapat masuk
(inflows) dan keluar (outflows) tanpa hambatan.modal akan mengalir pada pasar yang paling
menguntungkan, hal ini akan menimbulkan keburukan apabila kondisi pasar tidak
sempurna, lemahnya supervisi, tata klola dan kordinasi.
Terjadinya krisis keuangan memberikan banyak dampak yang harus diterima oleh
Indonesia, baik pada bursa saham, pasar modal, pasar uang dan sistem perbankan,
diantaranya:
1. Daya beli yang merosost tajam, baik karena penurunan pendapatan secara nominal,
maupun akibat melonjaknya harga pangan dan barang barang kebutuhan pokok lain,
konsumen dan berbagai sektor dalam perekonomian juga dipaksa mengurangi konsumsi;
2. masyarakat pun mulai merasakan memburuknya kualitas kehidupan mereka, seperti akses

kepemenuhan pangan, pendidikan, kesehatan dan hancurnya infrastruktur dasar;
3. Banyaknya pengangguran karena sektor industri tidak lagi berjalan seperti biasa yang
disebabkan oleh adanya penurunan produksi;
4. Penurunan indeks di lantai bursa karena sentuhan negatif dari bursa global yang
mengakibatkan para investor mengalami kerugian;
5. Nilai tukar rupah terhadap dollar AS yang semakin menurun karena banyak para eksportir
yang membutuhkan uang dollar untuk bertransaksi dengan pihak asing;
6. Sektor riil domestik dan internasional terhubung secara langsung melalui aktivitas ekspor
dan impor karena sebagian permintaan ekspor komoditas Indonesia akan berkurang;
7. Di pasar keuangan domestik hanya berdampak berupa pelepasan surat berharga domestik
terutama SUN dan SBI oleh investor asing.
Melihat begitu banyaknya dampak krisis, maka tentu harus diimbangi dengan kiat-kiat yang
baik guna menanggulangi keseluruhan hal tersebut.

Pencegahan dan Solusi
Untuk mengetahui cara pencegahan krisis sistem keuangan, maka kita harus mengetahui apa
itu stabilitas sistem keuangan sebagai tolak ukur kita untuk dapat keluar dari krisis. Definisi
stabilitas sistim keuangan yang banyak dipakai dibeberapa negara mengkombinasikan atas
tiga hal yatiu: terjadi alokasi resources dengan baik sehingga proses intermediasi bisa berjalan
dengan normal, berbagai indikator sistem keuangan masih memenuhi batas stabil dan belum

ada dana publik yang dipakai untuk penyelamatan sistim keuangan.5
Melakukan pencegah agar krisis tidak terjadi, ataupun jika diperkirakan tidak mungkin dapat
dicegah terjadinya, setidaknya diupayakan agar tidak masuk ke tahap berikutnya yaitu tahap
yang lebih buruk. Untuk itu, begitu ada tanda-tanda terlihat, segera dapat langsung diarahkan
ke tahap penyelesaian. Pencegahan juga berupaya mengalihkan tempat dan waktu terjadinya
krisis, dan juga berupaya mengendalikannya, jika ia kelak terjadi.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan kebijakan, kebijakan itu sendiri
dikelompokkan dalam dua paket kebijakan besar yang bersifat jangka pendek dan jangka
panjang. kebijakan jangka pendek biasanya menyangkut sisi moneter dan fiskal, seperti nilai
5Dr. Wimboh Santoso, Peran Bank Sentral dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan,www.bi.go.id, hal. 2,
diakses tanggal 08 April 2013.

Fatimah Ratna Wijayanthi

Page 3

tukar, inflasi, utang, defisit neraca pembayaran, dan anggaran pemerintah. sementara pola
kebijakan yang bersifat jangka panjang menyangkut masalah sektor rill, kapasitas produksi,
ketenagakerjaan, dan struktur industri.6

Berbicara mengenai masalah kebijakan, maka Bank sentral lah yang merupakan otoritas yang
mempunyai banyak perangkat kebijakan untuk menjaga stabilitas sistim keuangan indonesia,
maka beberapa kebijakan tersebut adalah :7
1. Peran lender of last resort dapat diterapkan pada saat terjadi permasalahan likuiditas
perbankan untuk mencegah terjadinya krisis yang bersifat sistemik;
2. Bank sentral juga dapat melakukan operasi monetar dalam bentuk intervensi di pasar
valas maupun pasar likuiditas;
3. Secara lebih dini bank sentral juga dapat mengatur laju pertumbuhan kredit;
4. Dalam hal pengawasan microprudential berada di bank sentral, maka pengawasan micro
dapat secara mudah disinkronisasikan dengan kebijakan macroprudential.

Peningkatan terhadap kualitas pendidikan Sumber Daya Manusia Indonesia juga merupakan
hal yang harus dilakukan, karena tingkat keterampilan, pendidikan dan penguasaan teknologi
sangat membantu sebagai langakah preventif untuk menghadapi krisis keuangan kedepannya.

Penerapan good governance yang baik, dimana menurut OECG, Principles of Governance
adalah konsep yang berkaitan dengan akuntabilitas, kontrol, transparansi, dan prediktibilitas.
secara praktis corporate governance juga diartikan sebagai sistem yang memelihara
akuntabilitas antara semua pelaku.8


Pada dasarnya untuk menghadapi krisis perbankan perlu kiranya melakukan pengawasan
terhadap kegiatan perbankan, pembuatan kebijakan yang pas serta penerapan hukum yang
baik akan menjadi sebuah kombinasi yang pas dalam pencegahan ataupun sebagai solusi jika
suatu saat nanti terjadi krisis perbankan atau krisis keuangan di Indonesia.

6A. Prasetyantoko, Krisis Financial dalam Perangkap Ekonomi Neoliberal, Kompas, Jakarta : 2009, hal.56
7Op.Cit, Dr. Wimboh Santoso, hal. 6.
8Kusumaningtuti SS, Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia, Rajawali Pers,
Jakarta : 2010, hal. 211

Fatimah Ratna Wijayanthi

Page 4

Daftar Pustaka
Buku
Prasetyantoko, A,Krisis Financial dalam Perangkap Ekonomi Neoliberal, Jakarta: Kompas,
2009.
Selim,TarekH,AComparativeEssayontheCausesofRecentFinancial
Egypt:TheAmericanUniversityinCairo.


Crises,

Tambunan,Tulus Memahami Krisis, Siasat Membangun Kebijakan Ekonomi, Jakarta :LP3S,
2012.
Tarmidi,Lepi T,Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran,
pidatopengukuhanGuruBesarMadyapadaFEUIdenganjudul
“KrisisMoneterTahun1997/1998danPeranIMF”,Jakarta,10Juni1998.
SS, Kusumaningtuti, Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia, Jakarta :
Rajawali Pers, 2010.

Internet
Santoso, Wimboh, Peran Bank Sentral dalam Menjaga
Keuangan,www.bi.go.id, diakses tanggal 08 April 2013.

Fatimah Ratna Wijayanthi

Page 5

Stabilitas


Sistem

Fatimah Ratna Wijayanthi, 1206331402

Page 6