MAKALAH KONDISI EKONOMI POLITIK MASA G30 (1)

MAKALAH
KONDISI EKONOMI, POLITIK MASA G30SPKI ( GERAKAN
30 SEPTEMBER )
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Sejarah Indonesia dan Dunia

OLEH
Renanda Dwi Astiti Makuasang
NIM : 15.2.1.042

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad idris M.Ag

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaityah
Fakultas Tarbiyah
Tahun 1439 H / 2017

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN
MANADO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pasca kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945
perjuangan bangsa Indonesia belum selesai dan sangat berat sebab menghadapi
dua musuh dalam perjuangan di satu sisi harus berjuang mempertahankan
kemerdekaan dari ancaman sekutu dan NICA. Sementara di sisi lain harus
menghadapi tindakan makar dari gerakan separatis mereka menikam dari
belakang, di saat bangsa membutuhkan kekuatan untuk mempertahankan
kemerdekaan. Akan tetapi ada beberapa golongan yang tidak setuju dengan
pemerintahan tersebut sehingga mereka melakukan pemberontakan seperti
peristiwa Madiun/PKI, G 30 S/PKI dan konflik-konflik internal lainnya. Peristiwa
Madiun/PKI pemberontakan ini terjadi pada tahun 1948 ini merupakan
penghianatan terhadap bangsa Indonesia ketika sedang berjuang melawan belanda
yang berupaya menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia, pemimpin
pemberontakan ini diantaranya adalah Amir syarifuddin dan Musso.
Amir syarifuddin adalah mantan perdana mentri dan yang menandatangani
perjanjian Renville ia merasa kecewa karena kabinetnya jatuh kemudian
membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 juni 1948 dan
melakukan pemberontakan di Madiun sedangkan Musso adalah tokoh PKI yang
pernah gagal melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1926 setelah gagal ia melarikan diri.

B. Rumusan masalah
1.

Bagaimana dampak dari persoalan hubungan pusat dan daerah?

2.

Bagaimana persaingan ideologi pergolakan sosial politik nasional dan daerah
sampai awal tahun 1960-an?

3.

Bagaimana peristiwa PKI di madiun dan penangulangan konflik internal?

4. Bagaimana peristiwa DI/TII dan cara penanggulangannya?
5.

Bagaimana keadaan politik, ekonomi, sosial, budaya, sebelum terjadinya G
30S PKI?


6. Bagaimana peristiwa G 30S PKI dan cara penanggulangannya?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak Persoalan Hubungan Pusat dan Daerah
Kabinet Ali Sastroamidjojo mengeluarkan Undang Undang No. 1 tahun 1957
yang mengatur tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah, dimana didalamnya
diatur pembagian kekuasaan dan keuangan pusat dengan daerah. Pada tanggal 9
April 1957 kabinet karya perdana mentri Djuanda menggantikan kabinet Ali
Sastroadmijojo II. Kabinet ini secara teoritis bersifat non partai, namun pada
hakikatnya kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Pada bulan Mei
1957 dibentuklah Dewan Nasional yang terdiri dari 41 wakil golongan fungsional
pemuda, kaum petani, kaum buruh, kaum wanita, para cendekiawan, pemuka
agama, kelompok-kelompok daerah dan lain-lain di tambah beberapa anggota ex
officio. Dewan Nasional ini langsung dipimpin oleh Presiden Soekarno,
sedangkan pelaksana harian adalah wakil ketuanya Ruslan Abdulgani. Kalangan
militer berusaha menjamin bahwa cara-cara baru yang bersandar pada golongan
golongan fungsional yang berafiliasi dengan partai-partai. Kabinet menjalin
hubungan dengan dewan- dewan militer daerah yang telah mengambil alih

kekuasaan di daerah daerahnya, bahkan memberi mereka beberapa dana dengan
kedok pembangunan daerah.1
Pada tanggal 10 – 14 September 1957 Kabinet Djuanda mengadakan
musyawarah nasional di Jakarta. Ada harapan bahwa musyawarah nasional yang
pertama ini akan membawa hasil tentang cara cara pemecahan riil maslah
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang dirasakan selama itu tidak adil.
Para wakil dari dewan dewan daerah tampaknya bersedia bekerjasama, tetapi
setiap kali pertemuan selalu tidak mencapai tujuan (selalu menemui jalan buntu).
Pada masa pemerintahan kabinet ini hubungan pemerintah pusat dengan daerah
semakin tidak harmonis. Hal ini terlihat dari mumculnya berbagai pergolakan di
berbagai daerah yang berhubungan dengan perimbangan perekonomian pusat
1

I Gdhe Widja, Srjarah Lokal dan Perpekstif Dalam Pengajaran Islam ( Jakarta :Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1989 ), h.18

dengan

daerah.


Adanya

konsepsi

presiden

tentang

Konsep

Ekonomi

Nasional menambah ketegangan di daerah. Perkembangan yang terjadi sangat
tidak menguntungkan pemerintah RI. Pertentangan antara pemerintah daerah
dengan pemerintah pusat yang berpokok pada masalah ekonomi dan perimbangan
keuangan Pusat dan daerah makin lama makin meningkat.

B. Persaingan ( Ideologi, dan pergolakan sosial politik terhadap kehidupan
politik nasional dan daerah sampai awal tahun1960-an)
1. Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat

Gerakan-gerakan di daerah yang menentang kebijakan perimbangan ekonomi
pusat dan daerah muncul pertama kali di Sumatera Barat, dengan berdirinya
Dewan Banteng yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein. Gerakan
ini menuntut otonomi daerah kepada Pemerintah Pusat, serta pergantian kabinet
Djuanda.

Menyusul Dewan Banteng, berdirilah beberapa Dewan Militer

diberbagai daerah, seperti :
a) Dewan Gajah (Medan)

:Kolonel M. Simbolon

b) Dewan Garuda (Palembang)

:Kolonel Barlian

c) Dewan Lambung Mangkurat (Kalimantan)

:Kolonel M. Basri


d) Dewan Manguni (Menado)

:Kolonel Ventje Samuel

Letnan Kolonel Ahmad Husein bersama dengan beberapa tokoh sipil yang
lain seperti Syarif Usman, Burhanudin Harahap, dan Syafrudin Prawiranegara
bahkan mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah pusat, bahwa dalam waktu 5
x 24 jam P.M. Djuanda menyerahkan mandatnya kepada Presiden dan presiden
diminta untuk kembali kepada kedudukan semula sebagai presiden yang
konstitusional.Menanggapi berbagai gerakan ini, KSAD segera mengeluarkan
larangan bagi para perwira untuk berpolitik dan memberikan ultimatum akan
memecat siapa saja yang terlibat gerakan politik. Karena merasa tidak diindahkan
oleh

pemerintah

dengan
Indonesia


pusat,

mengumumkan
dibawah

Gerakan
berdirinya

pimpinan

ini

semakin

Pemerintah

Perdana

mempertegas


sikapnya

Revolusioner

Republik

MenteriSyafrudin

Prawiranegara

pemerintahan. Gerakan ini bertujuan bukan untuk memisahkan diri dari RI tetapi
gerakan yang bersifat menggantikan pemerintahan yang sah.2
Untuk menumpas gerakan ini pemerintah RI melaksanakan beberapa operasi,
yaitu :
a) Operasi Tegas ( mengamankan Riau ) dipimpin oleh Letkol Kaharudin
Nasution
b) Operasi 17 Agustus (mengamankan Sumatera barat ), dipimpin oleh
Kol. A Yani
c) Operasi Saptamarga ( mengamankan Sumatera Utara ) , dipimpin Brigjen
Jatikusumo

d) Operasi Sadar ( mengamankan Sumatera Selatan ) dipimpin oleh Letkol
Ibnu Sutowo.
Pada tanggal 29 Mei 1961, Ahmad Husein berserta pasukannya menyerahkan
diri dan pemberontakan PRRI pun berakhir.

2. Piagam Perjuangan Semesta
Gerakan daerah yang berlatarbelakang perimbangan ekonomi pusat dan
daerah akhirnya meluas ke Sulawesi. Dewan Manguni yang dipimpin oleh Letkol
Ventje Samuel mendukung PRRI dan mengumumkan berdirinya Permesta pada
tanggal 2 Maret 1957. Gerakan ini menuntut dilaksanakannya Repelita dan
pembagian pendapatan daerah secara adil ( daerah surplus mendapat 70% dari
hasil ekspor ).Untuk menumpas gerakan ini pemerintah melaksanakan Operasi
Merdeka, yang merupakan operasi gabungan dan dipimpin oleh Letkol Rukminto
Hendraningrat. Gerakan penumpasan Permesta merupakan operasi yang sangat
sulit, karena medan pertempuran sangat cocok dengan kondisi pemberontak, serta
adanya indikasi keterlibatan pihak asing (AS), yaitu dengan tertangkapnya pilot
helikopter Alan Pope (warga negara Amerika Serikat) yang berhasil ditembak
jatuh oleh pasukan TNI. Pada pertengahan tahun 1961 sisa sisa pemberontakan
Permesta menyerahkan diri dan memenuhi seruan pemerintah untuk kembali ke
tengah tengah masyarakat.

2

Rhoma Dwi Aria Y, Fiktif Sejarah ( Istoria : vol. 2 No. 1 ), h.121

3. Peristiwa PKI di Madiun dan Cara Penanggulangan Konflik Internal
Membahas tentang pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari
jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948. Mengapa kabinet Amir jatuh.
Jatuhnya kabinet Amir disebabkan oleh kegagalannya dalam Perundingan
Renville

yang

sangat

merugikan

Indonesia.

Untuk

merebut

kembali

kedudukannya, Pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front
Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR membentuk
organisasi kaum petani dan buruh. Selain itu dengan memancing bentrokan
dengan menghasut buruh. Puncaknya ketika terjadi pemogokan di pabrik karung
Delanggu (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli 1959. Pada tanggal 11 Agustus 1948,
Musso tiba dari Moskow, Amir dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk
memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama
Jalan Baru,PKI banyak melakukan kekacauan, terutama di Surakarta. Oleh PKI
daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun dijadikan
basis gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan
berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan
Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang
bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun. Untuk
menumpas pemberontakan PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam
hal ini peran Divisi Siliwangi cukup besar. Di samping itu, Panglima Besar
Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan
Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk mengerahkan pasukannya menumpas
pemberontakan PKI di Madiun. Dengan dukungan rakyat di berbagai tempat, pada
tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara
Republik. Pada akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Aidit dan Lukman melarikan
diri ke Cina dan Vietnam. Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948 Musso tewas
ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan Siliwangi pada tanggal 1
Desember 1948 di daerah Purwodadi Jawa Tengah. Dengan ditumpasnya
pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah bangsa dan negara Indonesia
dari rongrongan dan ancaman kaum komunis yang bertentangan dengan ideologi

Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa Indonesia
sendiri, tanpa bantuan apa pun dan dari siapa pun. Dalam kondisi bangsa yang
begitu sulit itu, ternyata RI sanggup menumpas pemberontakan yang relatif besar
oleh golongan komunis dalam waktu singkat.
Perisyiwa G30SPKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan
yang dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham komunis di Indonesia,
pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan banyak korban berasal dari
para jendral AD. Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk menolak laporan
pertanggungjawaban presiden Soekarno kepada MPRS. Dengan ditolaknya
laporan presiden Soekarno ini, maka Indonesia kembali ke pemerintahan yang
berazaskan kepada pancasila dan UUD 1945.3
Sebab-sebab terjadinya G30SPKI adalah sebagai berikut :
1. PKI merupakan partai terbesar Indonesia
Dengan melakukan pendekatan kepada kaum berjunis, PKI berhasil menarik
anggota cukup besar tercatat pada tahun 1965, anggota PKI sudah mencapai 3,5
juta. Hal ini membuat PKI menjadi partai yang besar dan kuat.
PKI melakukan beberapa cara untuk mengembangkan diri, antara lain :
a. Melakukan gerakan gerilya dipedesaan dan melakukan propagandapropaganda menyesatkan.
b. Melakukan gerakan revesioner oleh kaum buruh di perkotaan.
c. Membentuk pekerja intensif di kalangan ABRI
d. Menyusup ke berbagai organisasi lain untuk mentransparansikan
organisasi PKI
e. Mendekati presiden Soekarno
2. Politik luar negeri Indonesia yang lebih condong pada blok timur
Pada masa demokrasi terpimpin, Indonesia menganut politik NEFO, sehingga
PKI dapat memperoleh dukungan dari Cina dan Uni Soviet
3. Konsep NASKOM ( Nasionalis, Agama, Komunis )

3

Drs. C.T.R. Kansil, SH. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, ( Jakarta : Erlangga, 1992 )

Dengan konsep ini, PKI dapat memperkuat kedudukannya di Indonesia,
sehingga PKI memilki kekuatan yang sangat besar untuk mengadakan aksi
kudeta.

C. Dampak Dari Peristiwa G30SPKI
1. Keadaan Politik sebelum terjadinya peristiwa G 30 S/PKI
Dicannagan Nasakom oleh pemerintah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
membuat paham komunis tumbuh subur. Pengaruh PKI dalam bidang politik pun
semakin luas, khususnya dalam kebijakan pemerintah, baik kebijakan politik
dalam negeri maupun luar negeri/ pengaruh politik PKI pada masa Demokrasi
Terpimpin antara lain sebagai berikut :
a. Penempatan golongan komunis melalui konsep Nasakom (Nasionalisasi,
Agama dan Komunis)
b. Semua organisasi yang bersifat anti komunis dibubarkan dan dituduh
sebagai anti pemerintah
c. Dalam politik luar negeri, pemerintah membentuk Poros Jakarta –
PhnomPhenh – Hanoi – Beijing – Pyongyang. Poros ini dibentuk pada
Agustus tahunn 1965
d. Indonesia melaksanakan politik mercusuar, yaitu politik yang hanya
mengejar kemegahan di tengah-tengah pergaulan antarbangsa
e. PKI

berusaha

kelicikannya,

menghancurkan
PKI

berhasil

lawan-lawan

menghasut

politiknya.

presiden

Soekarno

Dengan
untuk

mmbubarkan partai Murba, Masyumi, dan PSI
f. Membagi kekuataan politik dunia menjadi Nefo (New Emerging Force)
dan Oldefo (Old Established Forces). Negara-negara yang sedang
berkembang yang anti terhadap imperialisme dan kolonialisme termasuk
ke dalam Nefo. Sedangkan negara-negara imperialis, kolonialis, dan
kapitalis termasuk ke dalam Oldefo
g. Sejak tanggal 17 September 1963, melakukan konfrontasi dengan
Malaysia, yang disebabkan oleh adanya anggapan bahwa Malaysia adalah

negara

proyek

neokolonialisme

(Nekolim)

Inggris

yang

dapat

membahayakan revolusi Indonesia
Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965, hal ini disebabkan
karena dipilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB
2. Dampak Politik
salah satu dampak terjadinya gerakan 30 September yaitu dampak poltik yaitu
sebagai berikut :4
a. Presiden Soekarno yang kehilangan wibawanya dimata seluruh rakyat
Indonesia.
b. Kondisi politik Indonesia yang semakin tidak stabil dikarenakan muncul
pertentangan di dalam lembaga tinggi negara.
c. Sikap pemerintah yang belum bisa untuk mengambil keputusan untuk
dapat membubarkan PKI yang kemudian memunculkan kemarahan rakyat.
d. Aksi demonstrasi yang dilakukan besar-besaran yang dilakukan oleh
rakyat dan juga mahasiswa yang bergabung dalam KAMI, KAPPI, dan
juga KAPI melakukan tuntutan agar PKI dibubarkan beserta dengan
ormas-ormasnya. Atau yang sering dikenal dengan istilah Tritura atau
sering disebut juga Tiga Tuntutan Rakyat. Tuntutannya adalah
pembubaran PKI, Pembersihan cabinet Dwikora dan unsur-unsur PKI, dan
penurunan harga-harga barang.
e. Pemerintah melakukan reshuffle atau pembaharuan pada cabinet Dwikora
untuk menjadi cabinet Dwikora yang telah disempurnakan dan ditujukan
pada cabinet yang memiliki anggota seratus menteri atau yang sering
dikenal dengan cabinet seratus menteri. Cabinet yang sudah dibentuk
banyak mengalami pertentangan seperti ditentang oleh KAMI dan juga
rakyat karena didalam cabinet itu sering dijumpai menteri-menteri yang
pro kepada PKI atau memberi dukungan kepada PKI sehingga mereka
melakukan aksi turun ke jalan dan mengempeskan ban-ban mobil dari
calon menteri yang akan dilantik dan pada aksi itu akhirnyan menewaskan
seseorang mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim. Kejadian yang
4

Tim Edukatif HTS, Modul Sejarah, ( Penerbit : Hayati Tumbiuh ), h. 41-42

menewaskan Arif Rahman Hakim yang pada akhirnya menimbulkan aksi
demonstrasi

yang

lebih

besar

dubangdingkan

demonstrasi

yang

sebelumnya yang dilakukan para mahasiswa Indonesia dan juga para
pemuda Indonesia di Jakarta dan juga di daerah-daerah lainnya.
f. Tanggal 25 Februari 1966 periseden Soekarno membubarkan KAMI
karena dianggap sebagai pemicu munculnya aksi demonstrasi dan juga
turun ke jalan yang dilakukan para pemuda Indonesia dan juga mahasiswa
Indonesia.
g. Tanggal 11 Maret 1966 diadakan siding cabinet yang membahas kemelut
politik Nasional tetapi siding ini tidak bisa diselesaikan secara baik, karena
adanya pasukan yang tidak dikenal yang ada di luar gedung yang
kemudian

menimbulkan

anggapan

yang

dapat

membahayakan

keselamatan presiden Soekarno.
h. Tanggal 11 Maret 1966 presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah 11
Maret atau lebih dikenal dengan istilah supersemar yang memiliki isi
presiden Soekarno memberikan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto
agar mengambil tindakan menurutnya penting serta perlu sehingga
terjaminnya keamanan dan juga ketertiban jalannya revolusi dan juga
menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan presiden.
3. Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi pada [eristiwa G30SPKI mengakibatkan inflasi yang tinggi
serta diikuti dengan kenaikan harga barang, sampai melebihi 60 persen setahun
agar dapat mengatasi masalah tersebut, dan akhirnya pemerintah mengeluarkan
dua kebijakan ekonomiyaitu :
a. Pemerintah mengadakan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah baru yaitu
Rp 1000 menjadi Rp 100.
b. Menaikan harga barang bakar menjadi empat akli lipat sehingga kebijakan
ini membuat kenaikan pada harga barang yang susah untuk dikendalikan.

D. Peristiwa G 30 S/PKI dan Cara penanggulangannya
Pada tanggal 4

Agustus 1965 kondisi Presiden Soekarno sangat

mengkhawatirkan., pada saat itu beliau sakit muntah muntah dan pingsan, dan
menurut team dokter dari Cina yang memeriksanya terdapat dua kemungkinan
dengan kondisi presiden, yaitu meninggal atau lumpuh. Diagnosa team dokter dari
Cina ini membuat para pimpinan PKI segera mnengambil sikap untuk secepatnya
melakukan gerakan sebelum akhirnya presiden meninggal.
Dimulai dari desa Lubang Buaya, pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 03.00
WIB dini hari mereka melakukan Gerakan penculikan terhadap para perwira
tinggi Angkatan Darat, yaitu :
1. Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Abdul Haris Nasution
2. Menteri Panglima Angkatan Darat (MenPangad), Letnan Jenderal Ahmad
yani
3. Deputi II Panglima Angkatan Darat, Mayor Jenderal Soeprapto
4. Deputi III Panglima Angkatan Darat, Mayor jenderal Haryono Mas
Tirtodarmo
5. Asisten I Panglima Angkatan Darat, Mayor Jenderal Soewondo Parman
6. Asisten IV Panglima Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Donald Icasus
Panjaitan
7. Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan darat, Mayor Jenderal
Sutoyo Siswomihardjo
Dalam peristiwa penculikan, dari ketujuh Perwira Tinggi Angkatan Darat
tersebut mengalami nasib yang tidak sama :
1.

Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari penculikan dengan
meloncat pagar rumah Wakil Perdana Menteri III Dr. J. Leimena.
Tetapi puterinya yang berusia 5 tahun terpaksa menjadi korban
keganasan G 30 S / PKI : Ade Irma Suryani Nasution terkena peluru
yang ditembakkan oleh PKI. Beliau kemudian bersembunyi di tempat
yang dirahasiakan, dengan kondisi kedua kaki terluka.

2.

Letnan Jenderal Ahmad Yani dan Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan
dibawa dalam kondisi meninggal setelah di tembak di rumah beliau
masing-masing.

3.

Haryono M.T., Sutoyo Siswomihardjo, S. Parman dan Soeprapto di
bawa dalam keadaan hidup ke desa Lubang Buaya.

Selain para perwira tinggi tersebut dan Ade irma Suryani, terdapat korban lain
keganasan gerombolan ini, yaitu :
1. Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun (ajudan Waperdam III Dr. J. Leimena)
yang tertembak mati, pada saat gerombolan salah sasaran masuk ke rumah
Dr. J. Leimena, yang di kira rumah A.H. Nasution.
2.

Letnan Satu Pierre Tendean (ajudan Jenderal AH Nasution) yang
ditangkap hidup - hidup karena di sangka sebagai Nasution.

3. Polisi Sukitman yang tertangkap secara tidak sengaja pada saat meronda di
sekitar Lubang Buaya. Tetapi berhasil lolos dari maut.
Sementara itu pada tanggal 1 Oktober 1965 sore hari terjadi penculikan dan
pembunuhan terhadap Komandan Korem O72, Kolonel Katamso dan Wakilnya
Letnan Kolonel Sugiono.
Pada tanggal 1 Oktober 1965, Mayor Jenderal Soeharto (Pangkostrad)
mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, karena nasib para pemimpin Angkatan
Darat belum diketahui. Pada hari itu juga Mayjend. Soeharto menunjuk Kolonel
Sarwo Edhie Wibowo (komandan RPKAD) sebagai Komandan penumpasan
Gerakan 30 September di Jakarta, sedangkan di Jawa Tengah penumpasan di
pimpin oleh Pangdam VII Diponegoro Brigjend. Suryo Sumpeno. Sebagai
komandan pasukan penumpasan G 30 S, tugas pertama Kolonel Sarwo Edhie
Wibowo adalah merebut kembali RRI Stasiun Pusat Jakarta yang telah berhasil
dikuasai gerombolan.
Tanggal 2 Oktober 1965 pasukan Kol. Sarwo Edhie melakukan penyisiran di
sekitar Lapangan terbang Halim Perdana Kusuma, karena dari daerah inilah
(Lubang Buaya) pada tanggal 1 Oktober terdengar suara suara gaduh dan
tembakan. Kedatangan pasukan ini membuat gerombolan yang masih berada di
Lubang Buaya kalang kabut dan melarikan diri, meninggalkan Brigadir Polisi

Sukitman yang masih terikat di pohon. Berdasarkan petunjuk Brigadir Polisi
Sukitman yang berhasil lolos dari sekapan gerombolan, jenazah para perwira AD
dapat ditemukan pada tanggal 3 Okrtober 1965 dan dimakamkan di TMP Kalibata
pada tanggal 5 Oktober 1965. Pada tanggal ini juga Ade Irma Suryani Nasution
meninggal di rumah sakit setelah koma sejak tanggal 1 Oktober 1965. Operasi
penumpasan G 30 S berlangsung diberbagai daerah. Selain di jakarta dan Jawa
Tengah, operasi penumpasan juga dikembangkan untuk memburu para gembong
penculikan sampai daerah Blitar Selatan. Operasi Militer di Blitar Selatan diberi
nama Operasi trisula, sedangkan diperbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur
diberi nama Operasi Kikis. Operasi-operasi tersebut berhasil menangkap dan
menembak tokoh-tokoh G 30 S / PKI. Dalang utama G 30 S / PKI, D.N., Aidit
tertembak mati pada tanggal 24 Nopember 1965. Tanggal 1 Desember 1965
dibentuk Komando Merapi yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhie Wibowo
untuk memburu gembong pemberontak yang lari ke Jawa Tengah. Dalam operasi
ini berhasil ditembak mati gembong-gembong pemberontak, seperti : Kol.
Sahirman, Kol. Maryono, Letkol Usman, Mayor Samadi, Mayor RW Sakirno dan
Kapten Sukarno.Sedangkan tokoh-tokoh yang tertangkap hidup-hidup seperti
Letkol Untung Sutopo, diadili dalam Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub)
pada tanggal 14 Pebruari 1966. 5

5

Helius Sjamsudin, Metodoligi Sejarah, ( Yogyakarta : Ombak, 2007 ) h. 89

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Peristiwa G 30 S PKI adalah peristiwa berdarah bunuh membunuh yang tidak
jelas kepastiannya, dalam peristiwa ini 6 jendral tewas dan PKI dituduh sebagai
pembunuhnya. Menurut isu beredar, ada kabar bahwa para jenderal tidak puas
dengan pemerintahan Soekarno, kabar ini disebut Isu Dewan Jenderal, kemudian
digerakan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan mengadili mereka, namun
dalam proses penangkapan, secara tak terduga mereka terbunuh pada tanggal 30
September 1965.
Setelah ke enam jenderal terbunuh, tersebarlah tuduhan bahwa PKI yang
membunuh para jenderal tersebut.Menurut isu, untuk menyikapi tuduhan atas PKI
tersebut, diberantaslah PKI yang dianggap ingin mengudeta pemerintahan.Banyak
anggota-anggota PKI yang terbunuh, juga banyak orang-orang kita yang terbunuh
oleh PKI, semua itu terjadi pasca terbunuhnya jenderal pada 30 September 1965.
Sampai akhirnya, lima bulan setelah itu, keluarlah Supersemar (Surat Perintah
Sebelas Maret). Sukarno memberi Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat
Perintah sebelas Maret.Semua pihak, terutama Soekarno berharap semoga aksi
bunuh membunuh pasca kejadian 30 September 1965, itu segera selesai.
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan
Gerakan 30 September.Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari
Kesaktian Pancasila.Isu mengenai peristiwa G 30 S PKI, dari mulai tuduhantuduhan kudeta sampai kematian para jenderal tidak begitu jelas.
B. SARAN
Saran saya tetap lestarikan budaya dan sejarah bangsa indonesia, sebab itu
akan bermanfaat bagi kita dan orang-orang atau generasi berikutnya untuk
mengetahui sejarah bangsanya.
Penulis juga mengharapkan agar pembaca bisa memberikan saran apapun
untuk karya tulis ini, sebab karya tulis ini tak luput dari kesalahan dan kehilafan,
saran dan kritik pembaca pasti dapat membantu sedikit banyaknya. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
I Gdhe Widja, “ Sejarah Lokal dan Perspektif Dalam Pengajaran Islam,, Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989
Helius Sjamsudin, “ Metodologi Sejarah “, Yogyakarta : Ombak, 2007
A.H Nasution, “ Memenuhi Panggilan Tugas “, Jilid 5 : Kenangan Masa Orde
Lama, Jakarta : Haji Masagung, 1986
Rhoma Dwi Aria Y, “ Fiktif Sejarah, Istoria : Vol.2 No.1