Riset Potensi Pasar Preferensi dan Peril

RISET POTENSI PASAR, PREFERENSI, DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM
RANGKA PENGEMBANGAN JARINGAN BISNIS BANK bjb

ANAS ISWANTO ANWAR
(KETUA TIM KOTA MAKASSAR)

KOTA MAKASSAR SULAWESI SELATAN
1. Aspek Demografi
Kota Makassar sebagai ibukota Provinsi memiliki peranan yang sangat penting
sebagai pintu gerbang dan pusat pelayanan di Kawasan Timur Indonesia. Posisi yang stategis
tersebut menjadi sangat penting sejak Selat Makassar menjadi jalur pelayanan international
yang menghubungkan dengan negara-negara lain.
Gambar 1
Peta Wilayah Kota Makassar

Kota Makassar merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan terletak antara 1190 24’
Bujur Timur dan 50 8’ Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten
Maros, sebelah timur dengan Kabupaten Maros, sebelah selatan dengan Kabupaten Gowa,
1

dan sebelah barat dengan Selat Makassar. Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km

persegi yang mencakup 14 kecamatan.
Kota Makassar merupakan wilayah yang memiliki posisi penting dalam
perekonomian Sulawesi Selatan karena letaknya sebagai pintu gerbang bagi Kawasan Timur
Indonesia di mana terletak Bandara Internasional Hasanuddin, Pelabuhan Nusantara
Soekarno-Hatta, Pelabuhan Pelayaran Tradisional Paotere. Kota Makassar adalah kota
perdagangan dan jasa terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Kota ini sangat strategis sebagai
pusat lalu lintas barang dan jasa sekaligus sebagai perantara dan penghubung dengan
Kawasan Barat Indonesia.
Kota Makassar beriklim sedang dengan kelembaban udara berkisar 79%, curah
hujan 428 mm per bulan, hari hujan 16 hari, temperatur udara sekitar 25,1 persen sampai
dengan 29,1 persen (BPS Makassar, 2008).
1.1 Sebaran Dan Kepadatan Penduduk
Penduduk Kota Makassar pada tahun 2007 sebanyak 1.235.239 jiwa terdiri dari lakilaki 618.233 jiwa dan perempuan 617.006 jiwa, sementara itu jumlah penduduk Kota
Makassar tahun 2007 tercatat sebanyak 1.223.540 jiwa.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis
kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 100,20 persen, yang berarti setiap 100
penduduk wanita terdapat 100 penduduk laki-laki. Penyebaran penduduk Kota Makassar
dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih konsentrasi diwilayah
Kecamatan Tamalate yaitu sebanyak 150.014 atau sekitar 12,14 persen dari total penduduk,
disusul Kecamatan Rapocini sebanyak 140.822 jiwa (11,40 persen).

Ditinjau dari kepadatan penduduk Kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 32.399
jiwa per km persegi, disusul Kecamatan Mariso (29.574 jiwa per km persegi). Kecamatan
Bontoala (28.976 jiwa per km persegi). Sedang kecamatan Biringkanaya merupakan
kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 2.630 jiwa per km persegi,
kemudian Kecamatan Tamalanrea 2.758 jiwa per km persegi, Manggala 4.041 jiwa per km
persegi, Kecamatan Ujung Tanah 8.034 jiwa per km persegi, Kecamatan Panakukang 7.770
jiwa per km persegi. Hal ini dapat dilihat dari grafik 1 berikut ini:
Kemudian pada Grafik 2 dapat dilihat jumlah penduduk di Kota Makassar yang tiap
tahun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2005 jumlah penduduk sebesar
1.193.434 jiwa atau sekisar 34 persen, tahun 2006 sebesar1.223.540 jiwa atau sekisar 33
persen, dan pada tahun 2007 jumlah penduduk menjadi 1.235.239 jiwa sekisar 34 persen.
2

Grafik 1
Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Dikota Makassar
Tahun 2006-2007
350,000
300,000
250,000
200,000


87,817

150,000
Axis Title

100,000

86,987

50,000
0

Sumber: Makassar Dalam Angka Tahun 2008 (BPS)
Grafik 2
Jumlah Penduduk Di Kota Makassar 2005-2007

3

penduduk

2005

2006

33.82%

2007

32.68%

33.50%

Sumber: Makassar Dalam Angka Tahun 2008 (BPS)
Tingginya pertumbuhan penduduk ini tidak lepas dari aktivitas urbanisasi
dikarenakan masih tetap menariknya Kota Makassar sebagai pusat bisnis atau tempat tinggal.

1.2 Ketenagakerjaan
Penduduk Usia Kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk yang berumur di atas
10 tahun. PUK terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Mereka yang termasuk
dalam angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan,

sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga
atau melakukan kegiatan lainnya.
Pada tahun 2007 pencari kerja yang tercatat sebanyak 67.290 orang yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 31.079 orang dan perempuan 36.211 orang. Dari jumlah tersebut dapat
dilihat bahwa pencari kerja menurut tingkat pendidikan terlihat bahwa tingkat pendidikan
4

SMA yang menempati peringkat pertama yaitu sekitar 47,28 persen disusul tingkat
pendidikan Sarjana sekitar 36,65 persen.
Selama periode 2004-2007 terlihat bahwa pencari kerja di Kota Makassar cenderung
meningkat, dimana tahun 2005 pencari kerja tercatat sebanyak 26.319 orang, tahun 2006
sebanyak 56.209 orang dan tahun 2007 sebanyak 67.290 orang, Pada periode tahun 20042005 mengalami penurunan sebesar 4,24 persen yaitu dari 42.430 pencari kerja menjadi
26.319.ini dapat dilihat pada grafik 3.
Grafik 3
Jumlah Pencari Kerja Kota Makassar th 2005-2007 (orang)

2005; 26,319
2007; 67,290
2006; 56,209


Sumber: Makassar Dalam Angka Tahun 2008 (BPS)

2 Ekonomi Wilayah
5

2.1 Pendapatan Regional / PDRB
Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) merupakan salah satu pencerminan
kemajuan ekonomi suatu daerah yang diartikan sebagai seluruh nilai netto barang dan jasa
(komoditi) yang diproduksi suatu wilayah tanpa memperhatikan pemilihan faktor-faktor
produksinya dalam satu tahun di wilayah tersebut. Data tentang Produk Domestik regional
Bruto (PDRB) dihitung menurut dua jenis pengukuran, yaitu atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan. Tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2000.
Berdasarkan hasil perhitungan PDRB tahun 2007, nilai PDRB Kota Makassar atas
dasar harga berlaku telah mencapai Rp 20.794,721 miliar rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan 2007, nilainya sebesar Rp 12.261,539 miliar rupiah.
Struktur ekonomi bisa memberikan gambaran masing-masing sektor dalam pembentukan
total PDRB suatu daerah.
2.2 Struktur Perekonomian
Struktur ekonomi bisa memberikan gambaran masing-masing sektor dalam
pembentukan total PDRB suatu daerah. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar

pula pengaruh sektor tersebut dalam perekonomian daerah. Struktur Kota Makassar masih
didominasi oleh sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel.
Grafik 4 di bawah ini menunjukkan bahwa berdasarkan harga konstan tahun 2000
distribusi PDRB menurut sektor usaha maka yang dominan pertama adalah perdagangan,
restoran dan hotel (27 persen), kedua; industri pengolahan (26 persen), ketiga; jasa-jasa (15
persen) dan keempat; angkutan dan komunikasi (12 persen).
Distribusi ini makin menunjukkan pertumbuhan ekonomi bertumpu pada sektor di
luar pertanian. Pengembangan maupun pembiayaan kredit produktif pada sektor tersebut
memberikan peluang pasar yang sangat besar. Sektor yang lainnya tetap memberikan peluang
namun segmen pasar yang ada terbatas seperti pertanian, pertambangan.
Empat sektor usaha tersebut sedikitnya memberikan 80 persen kontribusi terhadap
total PDRB Kota Makassar. Dalam tiga tahun terakhir 2005-2006 secara konsisten dan
signifikan keempat sektor usaha tersebut memberikan sumbangan yang besar dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar seperti yang terlihat pada tabel 1 di
bawah ini.
Grafik 4
6

Distribusi Presentase PDRB menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Di Kota
Makassar Tahun 2007


pertanian; 1.04%
pertambangan & penggalian; 0.01%
jasa-jasa; 11.76%
industri pengolahan; 23.71%
Bank & lemb Keu; 10.26%
listrik, gas air; 1.98%
angk & Komunikasi; 15.49%

bangunan; 7.61%

perdagangan, rest & hotel; 28.13%

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, Makassar Dalam Angka 2008
TABEL 1
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan (persen) Kota Makasaar Menurut
Lap. Usaha th 2005-2007
Tahun
2005
2006

2007
1
Pertanian
0,95
0,89
0,79
2
Pertambangan dan penggalian
0,01
0,01
0,01
3
Industri pengolahan
23,56
23,13
22,48
4
Listrik, gas dan air
2,00
1,95

1,94
5
Bangunan
7,78
7,80
7,85
6
Perdagangan, restoran dan hotel
28,44
28,39
28,73
7
Angkutan dan komunikasi
12,97
15,92
16,20
8
Bank dan lembaga keuangan
9,84
10,19

10,47
9
Jasa-jasa
11,44
11,73
11,53
PDRB
100,00
100,00
100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, Makassar Dalam Angka 2008
No

Sektor Usaha

2.3 Pertumbuhan Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Selatan pada triwulan I tahun
2009 meningkat sebesar 1,56 persen terhadap triwulan IV tahun 2008, de-ngan pertumbuhan
tertinggi di sektor pertanian 6,75 persen, namun terjadi kontraksi yang cukup besar di sektor
pertambangan dan sektor angkutan masing-masing sebesar 5,27 % dan 5,20 %. (Q to Q). Bila
7

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 (Y on Y), PDRB Sulawesi Selatan
triwulan I tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,04 persen, dengan pertumbuhan
tertinggi di sektor konstruksi sebesar 15,79 persen. Sedang yang mengalami kontraksi
pertumbuhan cukup besar adalah sektor pertambangan sebesar 14,13 persen.
Sumber pertumbuhan ekonomi triwulan I 2009 Q to Q sumbangan terbesar diberikan
sektor pertanian sebesar 1,91 persen, sedangkan sumber pertumbuhan ekonomi triwulan I
tahun 2009 terhadap triwulan I tahun 2008 ( Y on Y ), sumbangan terbesar juga dari sektor
pertanian sebesar 1,51 persen, diikuti sektor perdagangan sebesar 1,24 persen.
Kontribusi PDRB secara umum tidak mengalami per-geseran berarti. Namun
demikian, pada sektor pertanian terjadi peningkatan kontribusi, dari 28,58 persen pada
triwulan IV 2008 menjadi 29,61 persen pada triwulan I tahun 2009. Sebaliknya pada sektor
pertambangan dan penggalian terjadi penurunan kontribusi, dari 6,81 persen menjadi 5,97
persen. Meski demikian, pertumbuhan sektor pertanian yang cukup tinggi telah menutupi
kontraksi pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian
Kajian PDRB Kota Makassar sendiri berdasarkan harga berlaku dapat dilihat pada
Tabel 2, maka selanjutnya dianalisis dengan membandingkan PDRB berdasarkan harga
konstan. Maksud dari analisis ini adalah antara lain untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
riil di Kota Makassar di mana nilainya telah terbebas dari kenaikan harga/inflasi.
Berdasarkan hasil perhitungan PDRB tahun 2007, nilai PDRB Kota Makassar atas
harga berlaku telah mencapai Rp 20.794.721,30 miliar rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan 2006 nilainya sebesar Rp 12.261.538,92 milliar rupiah (tabel 2).
Membandingkan

perkembangan

dan

pertumbuhan

PDRB

Kota

Makassar

memperlihatkan bahwa perekonomian tumbuh dengan konsisten setiap tahunnya suatu
indikasi yang signifikan terhadap pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya sehingga
memberi peluang bagi upaya-upaya dalam membiayai atau menyalurkan kredit terhadap
sektor ekonomi yang ada.

TABEL 2
Perkembangan dan pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun 2005-2007
Tahun

PDRB

PDRB

Atas Dasar Harga Berlaku
Nilai (Milyar Pertumbuhan (%)

Atas Dasar Harga Konstan
Nilai (Juta Rp) Pertumbuhan
8

Rp)
(%)
2005
15.744.193,91
19,94
10.492.540,67 7,16
2006
18.165.876,32
15,38
11.341.848,21 8,09
2007
20.794.721,30
14,47
12.261.538,92 8,11
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, Makassar Dalam Angka 2008
2.4 PDRB Perkapita Dan Pendapatan Perkapita
Angka lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk
di suatu daerah adalah angka PDRB perkapita. Pada tahun 2007 PDRB perkapita (atas dasar
harga konstan 2000) penduduk Kota Makassar adalah sebesar Rp 9.926.451
3. Perbankan
3.1 Bank Umum
Pada triwulan ini terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan (PDRB) terutama subsektor bank, yang ditandai dengan
melambatnya pertumbuhan tahunan dana masyarakat yang dihimpun perbankan, penyaluran
kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Selain itu terjadi penurunan kualitas kredit dimana
pada triwulan laporan terjadi kenaikan jumlah kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Selain
itu terjadi penurunan kualitas kredit dimana pada triwulan laporan terjadi kenaikan jumlah
kredit/pembiayaan bermasalah terhadap total kredit/ pembiayaan perbankan Sulawesi Selatan
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia jumlah dana yang disimpan masyarakat di
Bank pemerintah dan bank swasta sebesar 16.511.015 juta rupiah dengan rincian giro
sebesar 3.163.932 juta rupiah, deposito sebesar 5.930.210 juta rupiah dan tabungan sebesar
7.416.873 juta rupiah.

Grafik 5.
Penghimpunan Dana Dari Masyarakat oleh Perbankan di Kota Makassar Tahun 2007

9

Bank Pemerintah
Bank Swasta
3,927,801

3,963,989

3,452,884

2,157,539

2,002,409

1,006,393

giro

Deposito

Tabungan

Sumber: Makassar Dalam Angka th 2008 (BPS)

3.2. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)
a. Kelembagaan dan Aset
Dari sisi kelembagaan, kinerja bank umum pad triwulan I tahun 2009 mengalami
peningkatan. Walaupun terdapat pengurangan jumlah BPR tetapi jumlah kantor meningkat ini
dapat dilihat pada tabel 2 dibawah.
Tabel 2
Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan

Kelembagaan
Jumlah Bank
Bank Umum
Konvensional
Syariah
8UUS
BPR
Jumlah Kantor Bank

2007
1
59
32
26
2
4
27
47

2
60
33
26
2
5
27
477

3
62
35
27
3
5
27
479

4
62
35
27
3
5
27
557

2008
1
64
36
27
3
6
28
588

2
65
37
28
3
6
28
593

3
68
40
30
3
7
28
599

4
69
41
30
3
8
28
625

2009
1
68
41
30
3
8
27
629
10

7
Sumber: Kajian Ekonomi Regional Sul-Sel Triwulan I tahun 2009
Pada triwulan I tahun 2009 (Februari), pertumbuhan total aset perbankan lebih besar
dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total aset perbankan mencapai Rp. 36,48
triwulan atau mengalami pertumbuhan 18,99% (y.o.y) dari triwulan yang sama tahun 2008.
Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan laporan ini lebih besar dibanding pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya sebesar 13,01% (y.o.y).
Pertumbuhan tertinggi terjadi di kelompok bank asing dan campuran, yaitu tumbuh
sebesar 97,59% (y.o.y) menjadi Rp. 881 miliar. Adapun pangsa terbesar dari total aset
perbankan masih didominasi oleh kelompok bank pemerintah yang tercatat sebesar 61,59%,
kelompok bank swasta nasional sebesar 35,99%, sisanya kelompok bank asing campuran.
Pangsa kelompok bank pemerintah tersebut mengalami penurunan dibanding pangsa pada
triwulan IV-2008 yang sebesar 63,82%.
b. DPK dan Kredit/Pembiayaan
Per Februari 2009, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum
mengalami peningkatan yang cenderung lebih kecil daripada triwulan sebelumnya, yaitu
tumbuh 16,43% (y.o.y) atau sebesar Rp. 27,96 triliun. Sedangkan pertumbuhan DPK pada
triwulan IV-2008 tercatat sebesar 17,10% (y.o.y).
Dilihat dari jenis simpanannya, perlambatan pertumbuhan DPK tersebut terutama
disebabkan karena adanya perlambatan pertumbuhan pada giro. Simpanan giro pada Februari
2009 tercatat sebesar Rp. 4,65 triliun atau tumbuh sebesar 1,38% (y.o.y). Sementara deposito
mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 30,10% (y.o.y). Hal ini terjadi
dimungkinkan karena adanya perpindahan alokasi dana ke dalam bentuk deposito.
Dengan demikian komposisi DPK pada triwulan laporan sebesar 16,63% untuk giro,
50,01% untuk tabungan dan 33,36% untuk deposito. Dari komposisi tersebut di atas, DPK
berjenis tabungan masih tetap mendominasi jenis simpanan DPK, meski tercatat mengalami
penurunan dalam porsinya terhadap total DPK. Kredit/ pembiayaan yang disalurkan oleh
bank umum di wilayah Sulsel tercatat mengalami perlambatan. Atas dasar lokasi proyek,
kredit/ pembiayaan tumbuh sebesar 21,26% (y.o.y) menjadi Rp. 31,04 triliun pada Februari
2009. Pertumbuhan tersebut lebih kecil dari pada pertumbuhan triwulan IV-2008, yaitu
22,87% (y.o.y). Kondisi tersebut, memperlihatkan kondisi kredit/pembiayaan bank umum dan
DPK sama-sama mengalami perlambatan. Namun LDR (Loan Deposit Ratio) bank umum

11

mengalami peningkatan, karena penurunan pertumbuhan DPK lebih kecil dari pada
kredit/pembiayaan bank umum.
Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit/pembiayaan masih
didominasi oleh kredit/pembiayaan produktif (model kerja dan investasi). Pada Februari
2009, posisi kredit modal kerja tercatat sebesar Rp. 11,91 triliun atau 38,38% dari total kredit,
sementara kredit investasi sebesar Rp. 6,25 triliun (2,14%). Sehingga total porsi kredit
produktif sebesar 58,52%, lebih kecil dibanding porsi pada triwulan IV-2008 yaitu sebesar
59,63%. Sedangkan untuk kredit konsumsi sebesar Rp. 13 Rp. 12,05 87 triliun dengan porsi
sebesar 41,61% dari total kredit.
Dari sisi pertumbuhan tahunan (y.o.y), per Februari 2009, kredit produktif (modal
kerja dan investasi) mengalami penurunan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya.
Kredit produktif berupa kredit modal kerja mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yakni sebesar 23,0721,17% (y.o.y) pada triwulan I2009 sedangkan pada triwulan sebelumnya sebesar 26,49% (y.o.y). Sedangkan pertumbuhan
kredit investasi pada triwulan laporan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 7,0191% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan pada kredit produktif tersebut relatif menggambarkan perlambatan kegiatan
ekonomi sektor riil, yang diperkirakan terjadi penurunan kapasitas usaha dikarenakan
perbankan menjadi relatif lebih ketat untuk memberikan kredit sebagai respon dari sikap
kehati-hatian akan dampak dari krisis global yang sedang terjadi.
Kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan lebih rendah dibanding pertumbuhan
pada triwulan IV-2008, yaitu sebesar 27,6522,63% (y.o.y). Perlambatan kredit konsumsi
tersebut juga dimungkinkan sebagai akibat turunnya konsumsi masyarakat secara umum yang
merupakan dampak dari krisis global.
Berdasarkan alokasi penyaluran kredit per sektor ekonomi, kredit yang disalurkan
oleh perbankan daerah di Sulsel masih didominasi oleh sektor lain-lain (jasa konsumsi) yaitu
sebesar 41,3848% kemudian diikuti oleh sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan
masing-masing sebesar 26,3979% dan 1110,1383%. Dari sisi pertumbuhan kredit, sektor
ekonomi yang mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi dari penyerapan kredit tercatat di
sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan menjadi 67,7157,83%
(y.o.y). Namun pertumbuhan ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya yang sebesar 83,62%. Sedangkan pertumbuhan kredit yang mengalami
peningkatan hanya terjadi pada sektor industri pengolahan dan jasa sosial masyarakat. Kredit
di sektor pertambangan dan listrik-gas-air mengalami kontraksi pertumbuhan yang cukup
12

dalam yaitu masing-masing sebesar 33,5536,87% dan 33,2536,56%. Pada triwulan
sebelumnya kedua sektor tersebut telah mengalami pertumbuhan yang negatif, yaitu masingmasing 76,63% dan 37,87% (y.o.y). Sektor pengangkutan juga mengalami kontraksi kredit/
pembiayaan yaitu sebesar 19,4622,67% (y.o.y) atau menjadi Rp. 1,48 44 triliun. Kontraksi ini
diperkirakan terjadi karena turunnya kualitas kredit sektor tersebut sehingga mengakibatkan
perbankan lebih berhati-hati untuk menyalurkan kredit di sektor pengangkutan.
Kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs) bank umum per Februari 2009 di wilayah
Sulsel bertambah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan NPLs tersebut diperkirakan
terjadi seiring dengan perlambatan perekonomian yang menyebabkan kesulitan dalam
membayar angsuran kredit.
Dilihat dari sektor ekonominya, sektor ekonomi yang tercatat memiliki rasio NPLs
yang tinggi adalah pengangkutan (20,93%) kredit/pembiayaan bermasalah pada sektor ini
memang mengalami kenaikan yang sangat tinggi dibandingkan triwulan IV-2008, yaitu
sebesar 761,87% (q.t.q). Sektor ekonomi lainnya yang memiliki rasio NPL tinggi adalah
sektor konstruksi (6,4%) dan sektor industri pengolahan (3,36%).
Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya, sebagian besar kredit/pembiayaan
bank umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah
(MKM). Pangsa kredit/ pembiayaan MKM dibandingkan total kredit/pembiayaan per
Februari 2009 adalah 71,54% atau sebesar 22,54 21 triliun. Pertumbuhan kredit/pembiayaan
MKM tersebut lebih besar pada Februari 2009 yaitu 23,9224,83% (y.o.y). Diperkirakan
perlambatan pertumbuhan kredit MKM relatif disebabkan karena adanya kehati-hatian
perbankan dalam memberikan kredit sebagai akibat dari kewaspadaan menyikapi krisis
global.
Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan tahunan kredit MKM terjadi hampir di
semua sektor, kecuali pada sektor pengangkutan, pertambangan, dan jasa-sosial-masyarakat
yang mengalami konstruksi masing-masing sebesar -35,55%, -27,63%, dan -0,88% (y.o.y).
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa dunia usaha (53,32%; y.o.y), konstruksi
(46,87%; y.o.y), dan pertanian (30,60%; y.o.y).
c. Intermediasi Bank Umum Konvensional
Kegiatan intermediasi perbankan bank umum konvensional di Sulsel menunjukkan
perlambatan, sebagaimana terlihat dari penurunan pertumbuhan kredit yang disalurkan dan
DPK pada triwulan I-2009. Nilai kredit mencapai Rp. 31,38 04 triliun atau tumbuh
21,2619,95%

(y.o.y),

sedikit

lebih

kecil

dari

pertumbuhan

triwulan
13

IV-2008 (22,87%; y.o.y). Sedangkan DPK yang dihimpun mencapai Rp. 27,96 triliun,
tumbuh 16,43% (y.o.y) pada triwulan I-2009 lebih kecil daripada triwulan sebelumnya
(17,08%; y.o.y). Tetapi LDR bank umum tercatat naik, dari 109,74% pada triwulan IV-2008
menjadi 112,23111, 01% pada triwulan laporan.
Per Februari 2009, Kabupaten Maros tercatat mencapai LDR tertinggi yaitu sebesar
329,81%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 343,64%.
Kemudian diikuti oleh Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Jeneponto yang
masing-masing mencapai LDR sebesar 206,13%, 203,56% dan 181,01%. Pencapaian LDR
tertinggi untuk beberapa kabupaten tersebut juga tercatat sebagai daerah yang mencapai LDR
tertinggi pada tahun 2008 yaitu Kabupaten Maros, kemudian diikuti oleh Kabupaten Takalar
dan Jeneponto. LDR terendah masih terjadi di wilayah Kabupaten Selayar yang pada triwulan
laporan tercatat sebesar 42,89%. Dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3
Penyaluran kredit/pembiayaan dan DPK se Sulsel (dalam Rp. Juta)
Kota

dan

Kabupaten
Kab. Pinrang
Kab. Gowa
Kab. Wajo
Kab. Bone
Kab. Tana Toraja
Kab. Maros
Kab. Luwu
Kab. Sinjai
Kab. Bulukumba
Kab. Bantaeng
Kab. Jeneponto
Kab. Selayar
Kab. Takalar
Kab. Barru
Kab. Sidrap
Kab. Pangkep
Kab. Soppeng
Kab. Enrekang
Kota Makassar
Kota Parepare
Kota Palopo

2008
DPK

Kredit

LDR (%)

Tw I-2009*
DPK

Kredit

LDR (%)

959.438
691.396
538.968
527.251
549.350
373.521
941.853
306.481
520.062
183.798
172.028
182.992
194.392
330.344
452.350
724.793
449.979
350.090
17.850.475
752.882
902.805

656.704
1.073.504
596.136
1.109.963
368.069
1.283.574
844.675
373.568
549.039
221.876
307.838
92.406
395.395
283.313
446.285
460.954
379.917
230.449
19.712.309
969.164
1.252.809

110,29%
155,27%
110,61%
176,96%
67,00%
343,64%
89,68%
121,89%
105,57%
120,72%
178,95%
50,50%
203,40%
85,76%
98,66%
63,60%
84,43%
65,83%
110,43%
128,73%
138,77%

576.922
507.153
513.631
650.908
599.969
385.543
1.036.669
312.736
526.201
207.346
154.623
219.820
197.322
319.871
399.597
688.965
463.964
374.601
17.782.383
695.794
827.350

667.151
1.045.394
597.710
1.138.884
367.620
1.271.543
846.279
383.242
540.960
225.193
279.878
94.285
401.670
287.810
411.832
467.612
378.368
230.194
19.205.308
986.660
1.285.119

115,64%
206,13%
116,67%
174,97%
61,27%
329,81%
81,63%
122,54%
102,80%
108,61%
181,01%
42,89%
203,56%
89,98%
103,06%
67,87%
81,55%
61,45%
108,00%
141,80%
155,33%

Sumber: Kajian Ekonomi Regional Sul-Sel Tri I-2009
d. Intermediasi Bank Umum Syariah
Pada triwulan laporan jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni tercatat sebanyak 9 bank dengan rincian 3 bank
umum syariah dan 6 bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah.
14

Pada periode laporan (Februari 2009), bank umum syariah mengalami penurunan
FDR (Financing to Deposit Ratio), yaitu dari 189,01% pada triwulan IV-2008 menjadi
185,18% (y.o.y). Penurunan ini lebih disebabkan oleh pertumbuhan DPK sebesar 21,92%
(y.o.y) menjadi Rp 687,6 miliar, walaupun lebih rendah daripada pertumbuhan triwulan
sebelumnya (26,84%;y.o.y). Pertumbuhan DPK ini dipicu oleh tingginya pertumbuhan
tabungan, yaitu sebesar 37,03% (y.o.y). Namun terjadi kontraksi pada pertumbuhan giro,
yaitu sebesar -5,85% (y.o.y).
Di sisi lain pembiayaan bank umum syariah pada triwulan laporan juga mengalami
pertumbuhan sebesar 12,48% (y.o.y) menjadi Rp. 504,400 miliar pada Februari 2009.
Pertumbuhan ini jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana kredit
mengalami pertumbuhan 17% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan pembiayaan terutama terjadi
karena kontraksi pada kredit investasi sebesar -3,73%. Sedangkan kredit konsumsi
mengalami pertumbuhan yang tinggi, yaitu 39,05% (y.o.y), lebih besar dari pertumbuhan
triwulan IV-208 (37,91%; y.o.y).
Sejalan dengan perlambatan kinerja bank umum syariah tersebut di atas, rasio
pertumbuhan total aset bank umum syariah pada periode laporan juga mengalami
perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2008. Pertumbuhan aset bank
syariah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 22,34% (y.o.y). Sementara itu, NPF
(Non Performing Financing) bank umum syariah pada periode laporan tercatat sebesar
6,83%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,79%.
3.2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kehadiran bank lokal sangat penting artinya untuk memperluas jangkauan pelayanan
keuangan serta penyaluran kredit akan lebih dipusatkan di daerah setempat. Penambahan
BPR baru mampu memperbesar portfolio kredit pada komunitas pengusaha setempat. Salain
itu jumlah dan penyebaran kantor bank untuk menjangkau lebih banyak nasabah skala mikro
perlu ditunjang lebih banyak kehadiran klasifikasi kantor cabang pembantu (KCP) atau BPR.
Jumlah BPR di Sulawesi Selatan sejak tiga sampai empat tahun terakhir (2005-2007)
sampai dengan November 2007 jumlah yang ada saat ini sebanyak 27 BPR. Kehadiran BPR
baru bagi masyarakat untuk memilih jenis bank yang mampu memberikan pelayanan jasa
perbankan mikro yang lebih baik dan memuaskan mereka.
Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi mengalami
penurunan dari 51 kantor pada triwulan IV-2008 menjadi 50 kantor bank pada triwulan
laporan. Penurunan ini disebabkan oleh tutupnya sebuah BPR konvensional pada awal
15

triwulan pelaporan. Per Februari 2009, total aset perbankan kelompok BPR/S mencatat
perlambatan pertumbuhan dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya. Aset BPR/S tumbuh
sebesar 46,75% (y.o.y) menjadi Rp. 305,073 miliar, sementara pada triwulan IV-2008 tumbuh
63,15% (y.o.y). Namun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aset BPR/S turun sebesar
-3,90% (q.t.q) dari 317,45 miliar.
Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan
sebesar 29,97% (y.o.y) menjadi Rp. 122,95 miliar pada triwulan laporan. Pertumbuhan DPK
pada triwulan laporan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan DPK pada triwulan IV2008 yang sebesar 16,07% (y.o.y). Namun peningkatan pertumbuhan DPK hanya terjadi pada
deposito, sementara tabungan mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 29,56%
(y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi 15,54% (y.o.y) pada triwulan pelaporan.
Peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada DPK diikuti dengan penyaluran
kredit/pembiayaan BPR/S yang meningkat. Per Februari 2009 Kredit/pembiayaan yang
berhasil disalurkan oleh BPR/S tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 56,53% (y.o.y) atau
Rp. 223,65 miliar. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 45,64% (y.o.y).
Pertumbuhan DPK dan kredit/pembiayaan menghasilkan rasio perbandingan
kredit/pembiayaan dengan dana pihak ketiga BPR/S pada triwulan laporan (Februari 2009)
sebesar 181,9%, lebih tinggi dibanding LDR pada triwulan IV-2008 yang sebesar 177,66%.
HASIL SURVEY
Pilihan A. Kawasan Panakkukang dan Sekitarnya
Panakkukang adalah sebuah kecamatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan,
Indonesia. di kecamatan ini terdapat beberapa pusat aktivitas seperti perkantoran dan mall,
salah satu mall yang terkenal di daerah ini adalah mall panakkukang.
MAL Panakkukang terletak di Central Business Distric (Kawasan Bisnis Terpadu)
Panakkukang, Jl Boulevard Panakkukang, Makassar. Mal ini mengusung konsep bisnis dan
family mal. Terdapat beberapa supermarket besar di dalamnya. Memiliki fasilitas hiburan dan
bioskop Panakkukang 21. Mal Panakkukang menempati areal seluas kurang lebih 70.000
meter persegi, Mal Panakkukang menjadi mal paling luas di Makassar saat ini. Sebagian
digunakan sebagai lapangan parkir. Terdiri dari tiga lantai yang disewa oleh ratusan tenant

16

terkemuka.
Beberapa

foto

di

Kawasan

Panakkukang dan Sekitarnya

Pilihan B. Kawasan Ahmad Yani dan Sekitarnya

17

MAKASSAR Trade Centre (MTC) Karebosi
terletak di Kawasan Pusat Kota, Jl Ahmad
Yani, Makassar. Ini adalah mal teknologi,
komunikasi, dan informasi serta mal fashion.
Ingin mencari berbagai ponsel dan komputer
terbaru,

atau

mencari

pakaian?

MTC

Karebosi adalah tempatnya.
Mal ini terdiri atas delapan lantai, dua lantai
basement, satu lower ground, satu lantai dasar, dan lima lantai di atasnya. Lower ground dan
lantai dasar berisi berbagai gerai pakaian. Pakaian di MTC Karebosi adalah pakaian-pakaian
dengan harga yang relatif murah.
Di kawasan ini juga terdapat Chinatown yang merupakan kota tua di masa dinasti
ming, dimana sekitar abad ke-16 mereka berkunjung ke pesisir pantai selatan di seputaran
Benteng Rotterdam untuk berdagang, namun seiring perkembangan usaha, mereka pun
akhirnya menetap dan membentuk suatu komunitas di pesisir pantai, tepatnya diseputaran
jalan Nusantara, Ahmad Yani hingga di jalan Irian kota Makassar. Komunitas Cina yang
tinggal di perkampungan ini, tetap mempertahankan tradisi nenek moyang mereka.
Di kawasan ini pun, sebagai titik sentralnya adalah lapangan karebosi. Sisi timur
lapangan ini terletak gedung Bank Indonesia Makassar. Di sisi utara nya sekitar 1 kilometer
terdapat pasar modern yang terbesar di Makassar yaitu Pasar Sentral (Makassar Mall)

Daftar Pustaka

18

Lampiran:
19

Beberapa foto di Kawasan Panakkukang

------------------ aia ----------------

20