Jenis Kupu-Kupu Sub Ordo Rhopalocera di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Kupu-kupu
Menurut Borror dkk (1992) klasifikasi kupu-kupu adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Kelas

: Insekta

Subkelas


: Pterygota

Ordo

: Lepidoptera

Subordo

: Rhopalocera

Subordo Rhopalocera ini memiliki beberapa famili, antara lain: Papilionidae,
Pieridae, Nymphalidae, Danaidae, Satyridae dan Lycaenidae.

2.2. Morfologi Kupu-Kupu
Menurut Smart (1975) dalam Syaputra (2011), tubuh kupu-kupu terdiri dari tiga
bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Kepala kupukupu berbentuk bulat kecil, terdapat sepasang antena, mata majemuk, dan alat
penghisap nektar (haustellate) dalam bentuk probosis yang dapat digulung pada
saat tidak digunakan, dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


6

Gambar 2.1. Morfologi Kupu-kupu
[Sumber: http://www.flmnh.ufl.edu]
Menurut Mastright & Rosariyanto (2005); Davies & Butler, (2008) dalam
Utami (2012), menyatakan bahwa kepala mempunyai sepasang antena yang
berfungsi sebagai peraba dan perasa. Fungsi antena juga sebagai alat penciuman
dan terkadang untuk mendeteksi suara. Selain sepasang antena di kepala terdapat
sepasang mata yang terdiri atas mata majemuk yang tersusun atas ratusan
ommatidia. Mata tersebut dapat mendeteksi gerakan dengan baik, tetapi tidak
dapat fokus dan melihat jarak dengan jelas.
Kupu-kupu memiliki dua jenis mata, yaitu mata majemuk dan mata
tunggal. Mata majemuk terletak di kedua sisi kepala dan tersusun oleh unit optik
yang disebut ommatidia. Kupu-kupu memiliki mata yang cukup tajam terutama
pada jarak dekat. Hal tersebut memungkinkan kupu-kupu mampu terbang diantara
pepohonan. Mata tunggal kupu-kupu terletak tersembunyi tertutup oleh rambutrambut halus. Fungsinya belum diketahui sepenuhnya dan diperkirakan berfungsi
sebagai alat bantu untuk mempertajam penglihatan dari kerja mata majemuk
(Noerdjito & Aswari, 2003 dalam Indriani, 2010).
Bagian dada merupakan tempat melekatnya kepala yang dihubungkan oleh

selaput tipis yang merupakan leher, bagian ini terdiri dari tiga segmen, terdapat
sepasang kaki pada setiap segmennya dan sepasang sayap pada segmen kedua dan
ketiga. Sayap merupakan organ terpenting bagi pergerakan kupu-kupu, organ ini

Universitas Sumatera Utara

7

berupa selaput tipis dan dilengkapi dengan vena-vena sehingga memperkuat
melekatnya sayap pada toraks (Smart, 1975 dalam Syaputra, 2011).
Toraks merupakan tempat melekatnya kepala yang dihubungkan oleh
selaput tipis yang merupakan leher sehingga kepala dapat digerakkan. Toraks
terbagi menjadi protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Protoraks biasanya kecil
dan tereduksi. Mesotoraks merupakan bagian yang terbesar dan metatoraks lebih
kecil dari mesotoraks. Pada masing-masing ruas toraks terdapat sepasang kaki
sedangkan sayap terdapat pada ruas mesotoraks dan metatoraks (Preston-Mafham,
1988 dalam Bariyah, 2011).
Bagian perut kupu-kupu, pada dasarnya terdiri atas sepuluh ruas, namun
ruas terakhir mengalami modifikasi menjadi alat kelamin. Pada sisi-sisi bagian
perut juga terdapat spirakel yang berjumlah 6 hingga 7 pasang spirakel. Pada

bagian dalam perut, terdapat alat pencernaan, jantung, organ eksktresi, dan organ
kelamin serta sistem otot yang kompleks (Noerdjito & Aswani, 2003 dalam
Indriani, 2010).
Kaki kupu-kupu atau tungkai terdiri atas 9 ruas, yaitu coxa, trochanter,
femur, tibia, 5 ruas tarsus dengan dua cakar di ruas tarsus paling ujung. Pada
semua kelompok kupu-kupu, pasangan tungkai tengah dan belakang selalu
berkembang dengan baik. Pasangan tungkai depan pada beberapa suku kupu-kupu
tidak berkembang dengan baik serta terdapat struktur khusus seperti duri atau
cakar dan menjadi salah satu dasar penggolongan kupu-kupu ke dalam tingkat
suku (Peggie, 2014).

2.3. Bagian Venasi pada Sayap Kupu-kupu
Sayap kupu-kupu memiliki banyak venasi. Venasi tersebut diberi nama atau kode.
Pemberian nama atau kode tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam memberi
keterangan mengenai gambar dan warna terkait identifikasi (Mastright &
Rosariyanto, 2005 dalam Utami, 2012).
Bagian pada sayap yang meliputi tepi sayap dan venasi sayap perlu
diketahui untuk memahami pertelaan kupu-kupu. Bagian pada tepi sayap meliputi:



Tepi atas pada sayap dikenal sebagai costa (1)



Tepi luar dikenal sebagai tepi distal (2)

Universitas Sumatera Utara

8



Tepi bawah disebut tepi posterior (3) atau dapat juga disebut tepi anal pada
sayap belakang



Sudut atas pada sayap depan disebut apex (4)




Sayap belakang pada beberapa kelompok membentuk sudut bawah yang
terbentuk oleh tepi distal dan tepi anal yang disebut tornus (Peggie, 2014).
Pada sayap depan dan sayap belakang perlu diperhatikan venasi sayap atau

yang dapat disebut juga sebagai urat sayap. Ada vena Sc (subcosta), R (radius), M
(median), Cu (cubitus), dan vena A (anal). Venasi sayap ini diberi nama
berdasarkan letak atau lokasi vena tersebut pada sayap. Penamaan ini mengikuti
sistem Comstock. Ada juga yang mengikuti penamaan numerik yaitu pemberian
angka yang dimulai dari posisi bawah ke atas (Peggie, 2014).

Gambar 2.2. Bagian Venasi Sayap Kupu-kupu

Padanan penamaan venasi berdasarkan sistem Comstock dan sistem
numerik dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sesuai yang dikutip dari Corbet &
Pendlebury (1992). Pada kupu-kupu, vena cubitus kedua tidak ada dapat dilihat
pada Tabel 2.1.

Universitas Sumatera Utara


9

Tabel 2.1. Penamaan Venasi pada Sayap Kupu-kupu

Pada sayap juga dikenal 5 area berupa lengkungan-lengkungan yang
dimulai dari pangkal sayap ke arah luar, yaitu area basal, discal, postdiscal,
submarginal, dan marginal dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Area Lengkungan pada Sayap Kupu-kupu
2.4. Siklus Hidup
Kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna. Metamorfosis berasal dari bahasa
Yunani metamorphous yang artinya berubah, dan tersusun dari kata meta yang
artinya setelah dan morphe yang artinya bentuk. Jadi, metamorfosis ialah
perubahan bentuk secara internal dan eksternal (morfologi) dari suatu hewan yang
berlangsung dalam perkembangan normal (Davis & Butler 2008). Tahap
metamorfosis kupu-kupu meliputi tahap telur, ulat atau larva, pupa atau
kepompong dan dewasa atau imago, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Universitas Sumatera Utara


10

Gambar 2.4. (New 1997; Mastright & Rosariyanto 2005; Peggie & Amir, 2006
dalam Utami, 2012).

Gambar 2.4. Siklus Hidup Kupu-kupu
[Sumber: Modifikasi dari Leeming]

2.4.1. Telur
Telur kupu-kupu berukuran kecil, berbentuk bulat, bulat telur, atau agak panjang.

Warna telur beraneka ragam tergantung pada jenisnya, cangkang telur dapat
berpola pahatan ataupun halus. Bagian bawah selalu rata, pada bagian atas telur
terdapat lubang kecil disebut mikropile yang berfungsi sebagai tempat masuknya
spermatozoid ke dalam telur. Kupu-kupu betina biasa meletakkan telur-telurnya
diatas atau berada dekat dengan tumbuhan pakan dari serangga mudanya
(Pallister, 1986 dalam Syaputra, 2011).
Kupu-kupu betina biasa meletakkan telurnya pada permukaan bawah daun
muda, secara berkelompok atau satu-satu (Allen dkk., 2005). Beberapa jenis ada
yang meletakkan telur di pucuk bunga. Telur-telur tersebut diletakkan oleh kupukupu betina dewasa pada tumbuhan inang tertentu yang spesifik, tergantung

jenisnya, misalnya jenis Delias hyparete meletakkan telur pada benalu semi
parasit, Dendrophtoe pentandra (Wee & Ng, 2008 dalam Utami, 2012). Bentuk
telur pada kupu-kupu dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Universitas Sumatera Utara

11

Gambar 2.5. Telur Hypolimnas bolina
[Sumber: Utami, 2012]
2.4.2. Larva (Ulat)
Makhluk yang menetas dari telur kupu-kupu merupakan ulat, yang secara ilmiah
dikenal sebagai larva. Larva kebanyakan kupu-kupu merupakan pemakan
tumbuhan, beberapa jenis lainnya memakan daging, seperti pemakan kutu daun
dan kutu perisai. Fase larva merupakan satu-satunya fase metamorfosis yang
mengalami proses pertumbuhan. Larva memakan tumbuhan dengan sangat rakus,
apabila kulit dari tubuhnya mengetat maka kulit ini akan berganti mengikuti
pertumbuhan tubuhnya. Rata-rata larva berganti kulit sebanyak 5 atau 6 kali,
walaupun beberapa jenis dapat bertukar kulit hingga 20 kali. Ulat memiliki 3
pasang kaki sejati pada setiap segmen toraksnya dan 1-5 pasang kaki pengganti

pada bagian abdomen. Matanya sederhana dan tersusum dalam pasangan, terdapat
2-6 pasang pada setiap sisi kepala (Pallister, 1986 dalam Syaputra, 2011). Larva
pada kupu-kupu dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Universitas Sumatera Utara

12

Gambar 2.6. Larva Papilio nephelus pada Tumbuhan Citrus hystrix
[Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014]

2.4.3. Pupa (Kepompong)
Pupa dikenal juga sebagai kepompong, merupakan stadium peralihan dari ulat
menjadi kupu-kupu dewasa. Di dalam tubuh yang seolah-olah diam dan istirahat
ini, terjadi proses perubahan yang besar sehingga akan terbentuk kupu-kupu
dewasa yang siap keluar dari kulit kepompong. Tidak seperti ngengat, kepompong
kupu-kupu umumnya tidak membentuk kokon, kecuali pada Hesperiidae yang
kepompongnya terbentuk dalam balutan benang sutera di antara daun-daun.
Kepompong ini umumnya menggantung pada cabang atau ranting pohon dan
benang penyangga. Waktu dalam fase ini umumnya sekitar 10 hari sampai 2

minggu, tergantung spesiesnya (Peggie, 2014). Berbagai bentuk pupa pada kupukupu dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Berbagai Bentuk Pupa Kupu-kupu
[Sumber: Allen dkk, 2005]

Universitas Sumatera Utara

13

2.4.4. Imago (Dewasa)
Setelah masa pupa selesai, pupa tersebut robek dan keluar tubuh kupu-kupu yang
masih basah oleh cairan pupa. Kupu-kupu yang baru keluar dari pupa tersebut
masih lemah dan warna tubuhnya juga belum terlihat keindahannya, kupu-kupu
membutuhkan waktu untuk menjadi kuat dan dapat terbang. Tidak beberapa lama
kemudian, kupu-kupu dapat menggunakan sayapnya untuk terbang mencari nektar
pada bunga (Putra, 1994). Kupu-kupu adalah stadia dewasa (imago) dari
Lepidoptera, stadia untuk berkembang biak (Amir dkk, 2003 dalam Bariyah,
2011). Kupu-kupu dewasa dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Kupu-kupu Dewasa Danaus melanippus
[Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014]

2.5. Ekologi Kupu-kupu
Penyebaran kupu-kupu di dunia sangat luas pada tempat-tempat dimana terdapat
tumbuhan yang menjadi sumber pakan maupun shelter. Satu-satunya kawasan
yang tidak ditemukan anggota Lepidoptera yaitu wilayah Antartika (Grzimek
1975). Penyebaran jenis kupu-kupu dibatasi oleh faktor-faktor geologi, faktor
ekologi yang cocok dan sebaran tanaman inang yang menjadi pakan bagi kupukupu dewasa maupun pada saat fase larva (Amir dkk., 2003 dalam Bariyah 2011).
Kupu-kupu dapat dijumpai pada hampir seluruh tipe habitat yang memiliki
tumbuhan inang yang sesuai untuk jenis kupu-kupu tersebut (Peggie & Amir

Universitas Sumatera Utara

14

2006). Berbagai jenis kupu-kupu ada yang bersifat endemik, artinya sebaranya
terbatas pada tempat tertentu, seperti jenis Trogonoptera dan Ornithoptera. Selain
itu banyak pula yang bersifat kosmopolit yang sebarannya sangat luas dan mudah
beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan misalnya Papilio memnon (Amir
dkk., 2003 dalam Bariyah, 2011).
Smart (1975) dalam Saputro (2007), menyatakan bahwa keteraturan
ukuran populasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dependen (saling
tergantung) dan faktor independen (tidak saling tergantung). Faktor dependen
adalah faktor yang memiliki ketergantungan terhadap individu yang ada dalam
habitat, misalnya ketersediaan sumberdaya (pakan dan ruang). Faktor independen
ialah faktor yang mempengaruh yang sama kuat dalam suatu populasi, tanpa
memperhatikan jumlah dari satwa yang ada itu, misalnya iklim. Selanjutnya Smart
(1975), menjelaskan bahwa pada kebanyakan kupu-kupu faktor dependen lebih
banyak berperan.
Berdasarkan aktivitasnya, kupu-kupu dikenal dua kelompok, yaitu kupukupu siang (aktif siang hari atau diurnal) dan ngengat (aktif malam hari atau
nokturnal). Kupu-kupu siang mempunyai tubuh yang langsing, sayap pada
umumnya berwarna cerah, indah dan menarik, serta antena pada ujungnya
membesar. Pada waktu istirahat sayapnya menutup dan tegak lurus dengan tubuh
sehingga yang terlihat adalah permukaan sebelah bawah. Kupu-kupu malam
tubuhnya lebih gemuk, warna sayapnya kusam dan antena berbentuk seperti bulu
ayam. Pada waktu istirahat sayapnya terbuka, menutup abdomen (perut) sehingga
yang terlihat adalah permukaan atas dari sayap (Salmah dkk., 2002 dalam
Maulidia, 2011).

2.6. Tanaman Pakan Kupu-kupu
Tanaman pakan merupakan tempat larva mendapatkan nutrisi penting dan
zat-zat kimia yang diperlukan untuk memproduksi warna dan karateristik kupukupu dewasa. Kupu-kupu apabila ditinjau dari kelakuan makannya dikategorikan
sebagai herbivor atau fitofagus (pemakan tumbuhan). Makanan kupu-kupu pada
waktu larva adalah vegetasi. Larva makan dengan cara mengunyah daun,
sedangkan kupu-kupu dengan cara menghisap cairan dengan probosis. Tipe dan

Universitas Sumatera Utara

15

jumlah

makanan

yang

dimakan

oleh

kupu-kupu

dapat

mempengaruhi

pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, tingkah laku dan sifat-sifat morfologi
(Sihombing, 1999 dalam Dewi, 2003)
Tanaman penghasil nektar yang berfungsi sebagai pakan kupu-kupu
dewasa. Tanaman ini memiliki ciri-ciri utama yaitu warna bunga yang cerah.
Berbeda halnya dengan larva, setelah kupu-kupu memasuki fase imago atau kupu
dewasa, kupu-kupu tidak memiliki tanaman pakan yang spesifik dan kupu-kupu
menyukai tanaman bernektar (Syaputra, 2011).

2.7. Peran dan Manfaat Kupu-Kupu
Kupu-kupu merupakan hewan yang menarik bagi manusia karena memiliki
keindahan tubuhnya. Di alam, kehadiran kupu-kupu bermanfaat bagi manusia
karena membantu proses penyerbukan tumbuhan. Selain itu, kupu-kupu yang
indah dan unik juga menjadi incaran para kolektor untuk perdagangan. Oleh
karena itu, kupu-kupu yang terdapat di Asia, terutama di Indonesia, telah menjadi
komoditas Internasional. Keanekaragaman kupu-kupu di alam juga memberikan
informasi penting bagi para peneliti tentang kualitas lingkungan. Kupu-kupu ini
dapat digunakan sebagai indikator perubahan lingkungan dan perubahan fungsi
alam (Departemen Kehutanan, 2008 dalam Sumah, 2012).
Kupu-kupu memiliki beberapa manfaat baik untuk manusia, tanaman atau
lingkungan, diantaranya:
1) Mempunyai nilai artistik/keindahan sehingga digunakan sebagai hiasan
dinding, meja, penindih kertas, tatakan gelas, tirai, dompet dan motif kecil.
2) Bahan penelitian biologi (Bima, 2007 dalam Bariyah, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perilaku Sosial Induk-Anak Orangutan (Pongo abelii) di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser

0 33 87

Pola Makan Induk Orangutan (Pongo abelii) Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Desa Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara

0 19 60

Jenis Kupu-Kupu Sub Ordo Rhopalocera di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

18 98 156

ANALISIS KONDISI OBJEK WISATA PUSAT PENGAMATAN ORANGUTAN SUMATERA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER BUKIT LAWANG KABUPATEN LANGKAT.

0 3 25

PREFERENSI PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (PONGO ABELII LESSON) PADA WAKTU TIDAK MUSIM BUAH DI PUSAT PENGAMATAN ORANGUTAN SUMATERA (PPOS) BUKIT LAWANG TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER, SUMATERA UTARA.

6 33 20

Jenis Kupu-Kupu Sub Ordo Rhopalocera di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 2 17

Jenis Kupu-Kupu Sub Ordo Rhopalocera di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 1 2

Jenis Kupu-Kupu Sub Ordo Rhopalocera di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

2 3 4

Jenis Kupu-Kupu Sub Ordo Rhopalocera di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 3 5

Jenis Kupu-Kupu Sub Ordo Rhopalocera di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 2 9