Perjanjian Penyelesaian Kredit Antara PT.BANK CIMB Niaga Tbk Dengan PT.Mestika Sawit Intijaya

BAB II
KESEPAKATAN BERSAMA MENGENAI PENYELESAIAN PINJAMAN
ANTARA PT. BANK CIMB NIAGA TBK DENGAN PT MESTIKA SAWIT
INTIJAYA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

A. Pengertian Tentang Kesepakatan Bersama Mengenai Penyelesaian
Pinjaman Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

1. Pengaturan Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak Bernama pada Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata
Pasal 1313 KUH Perdata mengemukakan “suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih”. KUH Perdata mengatur beberapa jenis perjanjian yang

dikenal dengan Perjanjian Bernama (benoemd overeenkomst). Perjanjian tersebut
diberi nama oleh pembuat undang-undang dan merupakan perjanjian yang sering
di temui di masyarakat. Secara garis besar, perjanjian yang diatur/dikenal di dalam
KUHPer adalah sebagai berikut: Perjanjian jual beli, tukar-menukar, sewamenyewa, kerja, persekutuan perdata, perkumpulan, hibah, penitipan barang,
pinjam pakai, bunga tetap dan abadi, untung-untungan, pemberian kuasa,
penanggung utang dan perdamaian. Dalam teori ilmu hukum, perjanjianperjanjian diatas disebut dengan perjanjian nominaat. Dasar hukum perjanjian
bernama terdapat dalam Bab V sampai Bab XVIII Buku Ke Tiga KUHPerdata

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara















Pasal 1457 KUHPerdata
“Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang
lain untuk membayar harga yang dijanjikan.”
Pasal 1541 KUHPerdata
“Tukar menukar ialah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak
mengikatkan diri untuk saling memberikan suatu barang secara timbal
balik sebagai ganti suatu ba rang lain.”
Pasal 1548 KUHPerdata
“Sewa menyewa adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan diri untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada
pihak yang lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga
yang disanggupi oleh pihak tersebut terakhir itu. Orang dapat
menyewakan pelbagai jenis barang, baik yang tetap maupun yang
bergerak.”
Pasal 1601 KUHPerdata
“Selain persetujuan untuk menyelenggarakan beberapa jasa yang diatur
oleh ketentuanketentuan khusus untuk itu dan oleh syarat-syarat yang
diperjanjikan, dan bila ketentuanketentuan yang syarat-syarat ini tidak
ada, persetujuan yang diatur menurut kebiasaan, ada dua macam
persetujuan, dengan mana pihak kesatu mengikatkan diri untuk
mengerjakan suatu pekerjaan bagi pihak lain dengan menerima upah,

yakni: perjanjian kerja dan perjanjian pemborongan kerja.
Pasal 1618 KUHPerdata
“Persekutuan adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan
maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya”
Pasal 1653 KUHPerdata
“Selain persekutuan perdata sejati, perhimpunan orang-orang sebagai
badan hukum juga diakui undang-undang, entah badan hukum itu
diadakan oleh kekuasaan umum atau diakuinya sebagai demikian, entah
pula badan hukum itu diterima sebagai yang diperkenankan atau telah
didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan
undang-undang atau kesusilaan”
Pasal 1666 KUHPerdata
“Penghibahan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang penghibah
menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya
kembali, untuk kepentingan seseorang yang menerima penyerahan barang

Universitas Sumatera Utara

itu. Undang-undang hanya mengakui penghibahanpenghibahan antara

orang-orang yang masih hidup.”










Pasal 1694 KUHPerdata
“Penitipan adalah terjadi apabila seseorang menerima sesuatu barang
dari orang lain dengan syarat bahwa ia akan menyimpannya dan
mengembalikannya dalam ujud asalnya”
Pasal 1740 KUHPerdata
“Pinjam pakai adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang satu
menyerahkan suatu barang untuk dipakai dengan cuma-cuma kepada
pihak lain, dengan syarat bahwa pihak yang menerima barang itu setelah
memakainya atau setelah lewat waktu yang ditentukan, akan

mengembalikan barang itu.”
Pasal 1754 KUHPerdata
“Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian, yang menentukan pihak
pertama menyerahkansejumlah barang yang dapat habis terpakai kepada
pihak kedua dengan syarat bahwa pihak kedua itu akan mengembalikan
barang sejenis kepada pihak pertama dalam jumlah dan keadaan yang
sama.”
Pasal 1770 KUHPerdata
“Perjanjian bunga abadi ialah suatu persetujuan bahwa pihak yang
memberikan pinjaman uang akan menerima pembayaran bunga atas
sejumlah uang pokok yang tidak akan dimintanya kembali.”
Pasal 1774 KUHPerdata
“Suatu persetujuan untung-untungan ialah suatu perbuatan yang
hasilnya, yaitu mengenaiuntung ruginya, baik bagi semua pihak maupun
bagi sementara pihak, tergantung pada suatu kejadian yang belum pasti.

Selain perjanjian bernama tersebut, KUH Perdata juga mengenai
Perjanjian Tidak Bernama, adalah perjanjian-perjanjian yang belum ada
pengaturannya secara khusus di dalam Undang-Undang, karena tidak diatur dalam
KUHPerdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Lahirnya

perjanjian ini didalam prakteknya adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak,
mengadakan perjanjian.

Universitas Sumatera Utara

Tentang perjanjian tidak bernama diatur dalam Pasal 1319 KUHPerdata,
yaitu yang berbunyi: ”Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus
maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan
umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain”.

2. Perjanjian Kredit Menurut Beberapa Ahli Hukum Perdata
Dari perumusan Pasal 1313 KUH Perdata, dapat disimpulkan bahwa
perjanjian atau persetujuan dalam pasal tersebut adalah perjanjian yang
menimbulkan perikatan. Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan
perjanjian adalah bahwa perjanjian melahirkan perikatan. Perjanjian adalah
sumber perikatan, disamping sumber lainnya, yaitu undang-undang.
Terhadap perjanjian kredit terdapat beberapa pandangan, yaitu:
a. Pandangan yang menyatakan perjanjian pemberian kredit dan perjanjian
pinjam meminjam adalah sama. Subekti mengatakan bahwa, dalam bentuk
apapun juga pemberian kredit itu diadakan, pada hakekatnya yang terjadi

adalah suatu perjanjian pinjam meminjam. Sebagaimana diatur oleh KUH
Perdata Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769. 19 Marhais Abdul Hay juga
berpendapat bahwa perjanjian kredit identik dengan perjanjian pinjam
meminjam, dan dikuasai oleh ketentuan bab XIII dari buku III KUH Perdata.
20

19
Subekti, Jaminan – Jaminan untuk Pemberian Kredit menurut Hukum Indonesia,
(Bandung : Alumni, 1982), hal 3.
20
Marhais Abdul Hay, Hukum Perbankan di Indonesia , (Bandung : Pradnya Paramita,
1975), hal 673.

Universitas Sumatera Utara

b. Pandangan yang menyatakan perjanjian pemberian kredit dan perjanjian
pinjam meminjam adalah berbeda. Mariam Darus Badrulzaman tidak
sependapat dengan Subekti dan Marhais Abdul Hay, karena berdasarkan
kenyataan perjanjian kredit itu memiliki identitas sendiri yang berbeda dengan
perjanjian pinjam uang.


21

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh

Djuhaendah Hasan yang menyatakan perjanjian kredit tidak tepat dikuasai
oleh ketentuan bab XIII buku III KUH Perdata, sebab antara perjanjian pinjam
meminjam dengan perjanjian kredit terdapat beberapa perbedaan. 22
Perbedaan antara perjanjian pinjam meminjam dengan perjanjian kredit
terletak pada beberapa hal, antara lain:
1) Perjanjian kredit selalu bertujuan, dan tujuan tersebut biasanya berkaitan
dengan program pembangunan. Biasanya dalam pemberian kredit sudah
ditentukan tujuan penggunaan uang yang akan diterima tersebut,
sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam tidak ada ketentuan
tersebut, dan debitur dapat menggunakan uangnya secara bebas.
2) Dalam perjanjian kredit, sudah ditentukan bahwa pemberi kredit adalah
bank atau lembaga pembiayaan dan tidak dimungkinkan diberikan oleh
individu. Sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam, pemberian
pinjaman dapat oleh individu.
3) Pengaturan yang berlaku bagi perjanjian kredit berbeda dengan perjanjian

pinjam meminjam. Bagi perjanjian pinjam meminjam, berlaku ketentuan
21

Mariam Darus Badrulzama, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung : Alumni 1983), hal

11.
22
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang
melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 1996), hal. 174 .

Universitas Sumatera Utara

umum dari buku III bab XIII KUH Perdata. Sedangkan bagi perjanjian
kredit, akan berlaku ketentuan dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, Paket Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Ekonomi terutama
Bidang Perbankan, Surat Edaran Bank Indonesia ( SEBI ) dan sebagainya.
4) Pada perjanjian kredit, telah ditentukan bahwa pengembalian uang
pinjaman harus disertai bunga, imbalan, atau pembagian hasil. Sedangkan
dalam perjanjian pinjam meminjam, hanya berupa bunga saja dan bunga

ini pun baru ada jika diperjanjikan.
5) Pada perjanjian kredit, bank harus mempunyai keyakinan akan
kemampuan debitur untuk melakukan pengembalian kredit yang
diformulasikan dalam bentuk jaminan, baik materiil, maupun immateriil.
Sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam, jaminan merupakan
pengamanan bagi kepastian perlunasan hutang, dan ini pun ada apabila
diperjanjikan, juga jaminan itu hanya merupakan jaminan secara fisik atau
materiil saja. 23
Pendapat lain dikemukakan oleh Sutan Remy Sjahdeini, yaitu bahwa
perjanjian kredit bukanlah perjanjian riil seperti halnya perjanjian pinjam
meminjam. Perjanjian kredit mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan
perjanjian pinjam meminjam. 24 Ciri-ciri pembeda itu adalah :
1) Sifat konsensual dari suatu perjajian kredit merupakan ciri pertama yang
membedakannya dari perjanjian pinjam meminjam uang yang bersifat riil.

23

Ibid, hal 174.
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi
Para Pihak dalam Perjajian Kredit Bank, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993), hal 158 –

160.
24

Universitas Sumatera Utara

Perjanjian kredit adalah perjanjian loan of money menurut hukum Inggris
yang dapat bersifat riil maupun konsensual, tetapi bukan perjanjian
peminjaman uang menurut hukum Indonesia yang bersifat riil. Bagi
perjanjian kredit, yang jelas-jelas mencantumkan syarat-syarat tangguh,
tidak dapat dibantah lagi bahwa perjanjian itu merupakan perjanjian yang
konsensual sifatnya. Setelah perjanjian kredit ditandatangani oleh bank
dan nasabah debitur, nasabah debitur belum berhak menggunakan atau
melakukan penarikan kredit. Atau sebaliknya, setelah ditandatangani
kredit oleh kedua belah pihak, belumlah menimbulkan kewajiban bagi
bank untuk menyediakan kredit sebagaimana yang diperjanjikan. Hak
nasabah debitur untuk dapat menarik atau kewajiban bank untuk
menyediakan kredit, masih bergantung pada terpenuhinya semua syarat
yang ditentukan di dalam perjanjian kredit. 25
2) Kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah debitur tidak dapat
digunakan secara leluasa untuk keperluan atau tujuan tertentu oleh nasabah
debitur, seperti yang dilakukan oleh peminjam uang atau debitur pada
perjanjian peminjaman uang biasa. Pada perjanjian kredit, kredit harus
digunakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di dalam perjanjian, dan
pemakaian yang menyimpang dari tujuan itu dapat menimbulkan hak
kepada bank untuk mengakhiri perjanjian kredit secara sepihak dan untuk
seketika dan sekaligus menagih seluruh baki debet atau outstanding kredit.
Hal ini berarti, nasabah debitur bukan merupakan pemilik mutlak dari

25

Ibid, hal 14.

Universitas Sumatera Utara

kredit yang diperolehnya berdasarkan perjanjian kredit itu, sebagaimana
bila seandainya perjanjian kredit itu adalah perjanjian peminjaman uang.
Dengan kata lain, perjanjian kredit bank tidak mempunyai ciri yang sama
dengan perjanjianpinjam meminjam atau perjanjian pinjam mengganti.
Oleh karena itu, pada perjanjian kredit bank, tidak berlaku ketentuanketentuan ke XIII buku III KUH Perdata. 26
3) Yang membedakan perjanjian kredit bank dari perjanjian peminjaman
uang adalah mengenai syarat cara penggunaanya. Kredit bank hanya dapat
digunakan menurut cara tertentu, yaitu dengan menggunakan Cek atau
perintah pemindahbukuan. Cara lai hampir dapat dikatakan tidak mungkin
atau tidak diperbolehkan. Pada perjanjian peminjaman uang biasa, uang
yang dipinjamkan diserahkan seluruhnya oleh kreditur ke dalam
kekuasaan mutlak nasabah debitur. Kredit selalu diberikan dalam bentuk
rekening koran yang penarikan dan penggunaannya selalu berada dalam
pengawasan bank. 27
Selanjutnya, Remy Sjahdeini menyimpulkan bahwa perjanjian kredit
memiliki pengertian secara khusus, yakni : “perjanjian antara bank sebagai
kreditur dengan nasabah sebagai debitur mengenai penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, yang mewajibkan nasabah-nasabah debitur
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.” 28

26
27
28

Ibid.
Ibid.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Dari pengertian perjanjian kredit di atas, dapat disimpulkan bahwa
perjanjian kredit merupakan kesepakatan yang dibuat antara bank selaku kreditur
dengan nasabah selaku debitur mengenai pinjaman dana untuk dijadikan modal
dalam suatu usaha yang akan dijalankan debitur, dengan pengembalian dana
tersebut pada waktunya yang ditentukan disertai bunga, imbalan, atau pembagian
hasil keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha debitur.
Dalam praktiknya, perjanjian kredit ini disetujui oleh bank hanya
berdasarkan kepercayaan bahwa debitur akan segera melunasi utangnya pada
waktunya tertentu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, bank sebelum
menyepakati suatu perjanjian kredit harus memiliki keyakinan mengenai
kesanggupan, kemampuan, dan kemauan debitur untuk melunasi utangnya. untuk
memperoleh keyakinan tersebut, bank harus melakukan penilaian yang seksama
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitur. Namun
sekalipun bank telah melakukan penilaian yang ketat terhadap para calon
debiturnya, kredit yang diberikan selalu mengandung risiko.
Risiko yang mungkin akan dihadapi, terutama oleh pihak perbankan
selaku kreditur adalah apa yang biasa sdikenal dengan istilah kredit macet. Yakni
suatu keadaan dimana seorang nasabah atau debitur tidak mampu membayar lunas
kredit bank pada waktunya.

29

Keadaan yang demikian dalam hukum perdata

disebut wanprestasi atau ingkar janji. Sebagaimana telah diketahui bahwa kredit
merupakan perjanjian pinjam uang, maka debitur yang tidak dapat membayar
lunas utangnya setelah jangka waktunya habis, adalah wanprestasi.
29

Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta :
Djambatan, 1995), hal. 92 .

Universitas Sumatera Utara

Kredit macet mempunyai dampak negatif bagi kedua belah pihak. Bagi
nasabah, dalam hal ini nasabah yang masih beritikad baik, artinya kredit macet
terjadi bukan disengaja, kredit macet berarti ia harus menanggung beban
kewajiban yang cukup berat terhadap bank. Karena bunga tetap dihitung terus
selama

kredit

belum

dilunasi.

Mengingat

setiap

pinjaman

dari

bank

(konvensional) mengandung bunga, maka jumlah kewajiban nasabah semakin
lama akan semakin bertambah besar. Sedangkan bagi bank, dampaknya lebih
serius karena selain dana yang disalurkan untuk kredit berasal dari masyarakat,
kredit macet juga mengakibatkan bank kekurangan dana sehingga mempengaruhi
kegiatan usaha bank. Bank yang terganggu kesehatannya, akan sulit melayani
permintaan nasabah, seperti permohonan kredit, penarikan tebungan, dan
deposito. Keadaan yang demikian akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat
terhadap bank hingga manjadi berkurang. Bahkan bukannya tidak mungkin izin
usaha bank dicabut pemerintah dan dilikuidasi.

3. Kesepakatan Bersama Mengenai Penyelesaian Pinjaman Sebagai Perjanjian
Tidak Bernama dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kesepakatan Bersama Mengenai Penyelesaian Pinjaman (selanjutnya
disebut KBPP) merupakan perjanjian yang dibuat antara Kreditur, Debitur dan
Penjamin untuk menyelesaikan pijaman/hutang Debitur kepada Kreditur.
Perjanjian ini dibuat antara 3 (tiga) pihak, yaitu:
a. CIMB Niaga yang berkedudukan sebagai Kreditur;
b. Mestikasawit Intijaya yang berkedudukan sebagai Debitur

Universitas Sumatera Utara

c. Pemilik Aset yang berkedudukan sebagai Penjamin.
KBPP merupakan sebuah perjanjian yang tidak lepas dari perjanjian
sebelumnya, yaitu Perjanjian Kredit yang dibuat oleh Notaris Jhon Langsung, SH
Nomor 200 tanggal 31 Juli 2008 antara CIMB Niaga sebagai Kreditur dan
Mestikasawit Intijaya sebagai Debitur. Dalam perjanjian tersebut, Pemilik Aset
tidak terlibat langsung dalam perjanjian kredit tersebut karena jaminan yang
diberikan Mestikasawit Intijaya kepada CIMB Niaga adalah jaminan kebendaan
yang merupakan asset dari Mestikasawit Intijaya.
Perjanjian tersebut selanjutnya mengalami 2 (dua) kali addendum, yaitu
Addendum

Perjanjian

Kredit

Nomor

0344/Addendum/PK/MDP/IX/2008

tertanggal 5 September 2008 yang berkaitan dengan penambahan fasilitas atas
tujuan ppenggunaan untuk transaksi callable forward dan Addendum Perjanjian
Kredit Nomor 339/Addendum/PK/MDP/VII/2009 tanggal 24 Juli 2009 untuk
penarikan salah satu jaminan yang diberikan. Addendum ketiga merupakan KBPP
yang merupakan addendum perjanjian yang tidak terlepaskan dari 3 (tiga)
perjanjian sebelumnya yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
KUH Perdata tidak mengatur tentang Kesepakatan Bersama Mengenai
Penyelesaian Pinjaman, namun perjanjian ini timbul karena adanya kebutuhan
dari praktisi untuk mengikatkan diri dalam berntuk perjanjian tersebut.
Kesepakatan Bersama Mengenai Penyelesaian Pinjaman merupakan perjanjian
yang sah apabila memenuhi syarat sahnya perjanjian pada Pasal 1320 KUH
Perdata.

Universitas Sumatera Utara

B. Perjanjian Tentang Kesepakatan Penyelesaian Pinjaman Antara PT.
Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestika Sawit Intijaya

1. Dasar Hukum Perjanjian Tentang Kesepakatan Penyelesaian Pinjaman Antara
PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestikasawit Intijaya
Penyelamatan dan penyelesaian kredit macet apabila sampai terjadi kredit
bermasalah, maka harus melakukan upaya-upaya dalam mengatasi kredit
bermasalah sampai tidak ada alternatif lainnya, serta melakukan penghapusan
kredit dan pengelolaan kredit yang telah dihapus bukukan. Restrukturisasi Kredit
Bank merupakan upaya yang dilakukan oleh Bank dalam rangka perbaikan dalam
kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajibannya.

30

Akan

tetapi

tidak

semua

kredit

bermasalah

dapat

direstrukturisasi, bank dilarang melakukan Restrukturisasi Kredit apabila
bertujuan hanya untuk menghindari:
a. Penurunan Kualitas Produktif;
b. Peningkatan Pembentukan PPAP; dan/atau
c. Penghentian pengakuan pendapatan bunga yang belum diterima akan tetapi
sudah dibukuan sebagai pendapatan bank atau sering disebut dengan bungana
accrual.

Peraturan Bank Indonesia, Nomor: 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva
Produktif menyatakan bahwa upaya penyelamatan terhadap kredit bermasalah

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
30
Mariam Liliawati Moejono.,Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996
tentang Hak Tanggungan dalam Kaitannya dengan Pemberian Kredit oleh Perbankan,
Harvavindo, 2003, hal 18.

Universitas Sumatera Utara

a. Rescheduling (penjadwalan kembali)
Memperpanjang jangka waktu kredit sehingga debitur mempunyai waktu lebih
longgar untuk mencari penyelesaian yang lebih menguntungkan, atau dengan
cara memperpanjang jangka waktu angsuran sehingga jangka waktu angsuran
menjadi lebih ringan sesuai dengan kemampuannya.
b. Reconditioning (mengubah persyaratan)
1) Kapitalisasi bunga yakni dengan cara bunga dijadikan hutang pokok.
2) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu maksudnya bunga
yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjaman tetap
harus membayar.
3) Penurunan suku bunga agar meringankan beban debitur.
4) Pembebasan bunga diberikan kepada debitur yang tidak mampu lagi
membayar kredit, akan tetapi wajib bagi debitur membayar pokok
pinjaman sampai lunas.
c. Restructuring (penataan kembali)
Tindakan menambah fasilitas kredit bagi debitur atau dengan cara menambah
equity (modal sendiri) yaitu dengan menyetor fresh money, akan tetapi ini

biasanya gagal karena banyak pemilik perusahaan yang tidak mampu. Bank
Indonesia telah mengeluarkan peraturan khusus, yakni Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No.31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998
tentang Restrukturisasi Kredit yakni upaya yang dilakukan bank dalam
kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya ini
dilakukan melalui tindakan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1) Penurunan suku bunga kredit.
2) Pengurangan tunggakan bunga kredit.
3) Pengurangan tunggakan pokok kredit.
4) Perpanjangan jangka waktu kredit.
5) Penambahan fasilitas kredit.
6) Pengambilalihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7) Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan
debitur.
Hal tersebut yang mendasari CIMB Niaga dan Mestikasawit Intijaya
membuat KBPP. KBPP merupakan upaya penyelamatan kredit macet dengan
tindakan pengambilalihan asset debitur (Mestikasawit Intijaya) sesuai dengan
ketentuan berlaku. Hal tersebut secara eksplisit dinyatakan dalam Pasal 2 KBPP
yang berbunyi:
1.1.Debitur dan Pemilik Aset setuju dan sepakat bahwa penyelesaian hutang
debitur kepada kreditur akan diselesaikan dengan cara penyerahan
kepada kreditur berupa:
a. Saham sebagaimana disebut di atas
b. Tanah dan bangunan sebagaimana disebut di atas
c. Mesin dan barang dagangan sebagaimana disebut di atas
Keseluruhan saham, tanah bangunan, mesin dan barang dagangan
disebut sebagai “Asset”.
1.2.Aset yang diserahkan sebagaimana ditetapkan dalam ayat 2.1. Pasal ini
akan dijual oleh kreditur kepada pihak ketiga dan yang hasil penjualan
tersebut diserahkan oleh Debitur dan Pemilik Aset kepada Kreditur dan
karenanya menjadi hak sepenuhnya Kreditur, yang akan diperhitungkan
sebagai pelunasan seluruh kewajiban Debitur dan Kreditur.
1.3.Debitur dan Pemilik Aset diwajibkan untuk menyerahkan kepada Kreditur
jika belum berada di Kreditor, berupa:
a. Saham-saham tersebut atau resipis sebagai pengganti saham-saham
b. Dokumen-dokumen asli kepemilikan atas jaminan, berikut fisik
jaminan tersebut di atas kepada Kreditur dalam waktu selambatlambatnya 7 hari terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Akta ini

Universitas Sumatera Utara

1.4.Seluruh Hutang Debitur terhadap Kreditur yang tercantum dalam Pasal 1
ayat 1.1. di atas akan dinyatakan lunas seteah asset terjual seluruhnya
dan harga penjualannya telah diterima oleh Kreditur. Selama hasil
pembayaran penjualan asset belum diterima oleh kreditur maka hutang
debitur masih terhutang dan dinyatakan belum dibayar”.

Hak dan kewajiban para pihak diatur dalam Pasal 3 KBPP yang pada
intinya menyatakan bahwa Mestika Sawit Intijaya dan Pemilik Aset wajib
menyerahkan seluruh asset yang dijaminkan pada KBPP kepada Kreditur untuk
dijual kepada Pihak Ketiga dimana seluruh hasil penjualan tersebut diserahkan
kepada Kreditur untuk selanjutnya diperhitungkan sebagai pelunasan utang
debitur kepada kreditur. Dengan demikian,
a. Hak dan Kewajiban Kreditur
Hak Kreditur adalah sebagai berikut:
1) Menerima asset dari Mestikasawit Intijaya dan Pemilik Asset untuk
selanjutnya dilakukan penjualan di bawah tangan oleh Kreditur atau Pihak
yang ditunjuk Kreditur.
2) Menerima kuasa dari Mestikasawit Intijaya dan Pemilik Aset untuk
menjual asset, dimana kuasa tersebut tidak dapat dicabut kembali atau
dibatalkan/diakhiri dengan alasan apapun juga termasuk namun tidak
terbatas pada alasan-alasan yang dimaksud dalam Pasal 1813 KUH
Perdata.
3) Menerima kuasa dari Mestikasawit Intijaya dan Pemilik Aset untuk
menawarkan, menetapkan harga, syarat-syarat pembayaran syarat-syarat
lainnya yang dianggap baik tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu

Universitas Sumatera Utara

ataupun memberikan pertanggungjawaban kepada Mestiksawit Intijaya
dan Pemilik Aset.
4) Menerima jaminan dari Mestikasawit Intijaya bahwa tidak ada tuntutan di
kemudian hari berupa apapun juga terhadap Mestikasawit Intijaya,
Pengurus lama mapun Karyawan Mestiksawit Intijaya yang masih menjadi
tanggung jawab Mestikasawit Intijaya
5) Menerima Laporan Keuangan Mestikasaeit Intijaya untuk buku tahun
2008 dan 2009 yang mencakup hutang piutang, asset dan kewajibankewajiban Mestikasaeit Intijaya dan menjamin bahwa tidak ada kewajiban
lain di luar dari yang tercantum dalam Laporan Keuangan tersebut.
6) Kewajiban Kreditur adalah sebagai berikut:
7) Menjual asset milik Mestikasawit Intijaya dan Pemilik Aset sesuai
ketentuan yang berlaku dan menggunakan hasil penjualan asset tersebut
sebagai pelunasan seluruh hutang/kewajiban Mestikasawit Intijaya dan
Pemilik Aset.

b. Hak dan Kewajiban Debitur
Hak Kreditur adalah sebagai berikut:
Seluruh hutang Mestikasawit Intijaya akan lunas apabila seluruh Aset telah
terjual kepada Pihak Ketiga dan hasil penjualan tersebut diserahkan kepada
CIMB Niaga.
Kewajiban Kreditur adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1) Menyerahkan asset Mestikasawit Intijaya kepada CIMB Niaga untuk
selanjutnya dijual CIMB Niaga melalui mekanisme penjualan di bawah
tangan.
2) Mengikatkan diri untuk menandatangani akta-akta yang diperlukan untuk
penjualan asset kepada Pihak Ketiga yang membeli asset Mestikasawit
Intijaya.
3) Memberikan Kuasa kepada CIMB Niaga untuk menjual aset Mestikasawit
Intijaya, dimana kuasa tersebut yang tidak dapat dicabut kembali atau
dibatalkan/diakhiri dengan alasan apapun juga termasuk namun tidak
terbatas pada alasan-alasan yang dimaksud dalam Pasal 1813 KUH
Perdata.
4) Memberikan kuasa kepada CIMB Niaga untuk menawarkan, menetapkan
harga, syarat-syarat pembayaran syarat-syarat lainnya yang dianggap baik
tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu.
5) Melaksanakan berbagai hal yang berkaitan dengan proses penjualan asset
seperti melaksanakan penjualan asset (penyerahan kunci-kunci tempat
penyimpanan

jaminan,

penyerahan

fisik

asset,

mengurus

dan

menyelesaikan ijin-ijin yang diperlukan) dengan menggunakan biaya dari
Pemilik Aset.
6) Melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk memberikan
persetujuan penyerahan saham kepada Pihak lain sesuai dengan ketentuan
Anggran Dasar Mestikasawit Intijaya;

Universitas Sumatera Utara

7) Memberikan jaminan kepada Kreditur bahwa tidak ada tuntutan di
kemudian hari berupa apapun juga terhadap Mestikasawit Intijaya,
Pengurus lama mapun Karyawan Mestiksawit Intijaya yang masih menjadi
tanggung jawab Mestikasawit Intijaya.
8) Menyerahkan Laporan Keuangan Perseroan untuk buku tahun 2008 dan
2009 yang mencakup hutang piutan, asset dan kewajiban-kewajiban
Perseroan dan menjamin bahwa tidak ada kewajiban lain di luar dari yang
tercantum dalam Laporan Keuangan tersebut.
9) Menanggung risiko yang timbul dari penjualan asset dan membebaskan
CIMB Niaga dari segala tuntutan baik mengenai saham-saham maupun
mengenai jaminan tersebut.

c. Hak dan Kewajiban Pemilik Aset
Hak Pemilik Aset adalah sebagai berikut:
Wijayanto telah memberikan jaminan pribadi sebagaimana dinyatakan dalam
Lampiran

Addendum

Perjanjian

Kredit

Nomor

0344/Addendum/PK/MDP/IX/2008 tertanggal 5 September 2008. Apabila
seluruh Asset telah dijual, maka jaminan perorangan atas nama Wijayanto
menjadi berakhir.
Kewajiban Pemilik Aset adalah sebagai berikut:
1) Menyerahkan asset Pemilik Aset kepada CIMB Niaga untuk selanjutnya
dijual CIMB Niaga melalui mekanisme penjualan di bawah tangan;

Universitas Sumatera Utara

2) Mengikatkan diri untuk menandatangani akta-akta yang diperlukan untuk
penjualan asset kepada Pihak Ketiga yang membeli asset Pemilik Aset.
3) Memberikan Kuasa kepada CIMB Niaga untuk menjual aset Pemilik Aset,
dimana kuasa tersebut yang tidak dapat dicabut kembali atau
dibatalkan/diakhiri dengan alasan apapun juga termasuk namun tidak
terbatas pada alasan-alasan yang dimaksud dalam Pasal 1813 KUH
Perdata.
4) Memberikan kuasa kepada CIMB Niaga untuk menawarkan, menetapkan
harga, syarat-syarat pembayaran syarat-syarat lainnya yang dianggap baik
tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu.
5) Melaksanakan berbagai hal yang berkaitan dengan proses penjualan asset
seperti melaksanakan penjualan asset (penyerahan kunci-kunci tempat
penyimpanan

jaminan,

penyerahan

fisik

asset,

mengurus

dan

menyelesaikan ijin-ijin yang diperlukan) dengan menggunakan biaya dari
Pemilik Aset.

2. Akibat Hukum Perjanjian Kesepakatan Penyelesaian Pinjaman Antara PT.
Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestikasawit Intijaya
Dengan terpenuhinya syarat-syarat perjanjian sebagaimana diuraikan di
atas maka mengakibatkan timbulnya perikatan antara kreditur, debitur dan
penjamin. Perikatan tersebut timbul karena perjanjian. Kesepakatan Bersama
Mengenai Penyelesaian Pinjaman merupakan Addendum dari perjanjian
sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Akibat perjanjian tersebut, Aset yang selama ini dijaminkan kepada CIMB
Niaga dapat dijual CIMB Niaga melalui penjualan di bawah tangan dimana hasil
penjualan tersebut digunakan untuk pelunasan hasil hutang Mestikasawit Intijaya.
Selain itu, Wijayanto dan Selly Kustamin yang sebelumnya tidak terlibat
langsung secara pribadi dalam perjanjian sebelumnya menjadi para pihak dalam
KBPP ini, yaitu sebagai penjamin yang memberikan jaminan kebendaan berupa
gadai atas saham sejumlah 23.390 (dua puluh tiga ribu tiga ratus Sembilan puluh)
lembar saham Mestikasawit Intijaya kepada CIMB Niaga.
Jaminan kebendaan tersebut diberikan kepada CIMB Niaga untuk
dieksekusi dengan cara dijual kepada Pihak Ketiga dimana hasil penjualan
tersebut diserahkan sepenuhnya kepada CIMB Niaga untuk diperhitungkan dalam
pelunasan hutang Mestikasawit Intijaya.

3. Berakhirnya Perjanjian Kesepakatan Penyelesaian Pinjaman Antara PT. Bank
CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestikasawit Intijaya
Sebagai sebuah perikatan, sebuah perjanjian dapat berakhir karena
beberapa hal sebagaimana diatur Pasal 1381 KUH Perdata yang berbunyi sebagai
berikut:
“Perikatan hapus:
karena pembayaran;
karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan
atau penitipan;
karena pembaruan utang;
karena perjumpaan utang atau kompensasi;
karena percampuran utang;
karena pembebasan utang;
karena musnahnya barang yang terutang;
karena kebatalan atau pembatalan;

Universitas Sumatera Utara

karena berlakunya suatu syarat pembatalan, yang diatur dalam
Bab I buku ini;dan
karena lewat waktu, yang akan diatur dalam suatu bab sendiri”.

Berdasarkan Pasal 2.1 jo Pasal 2.2. Perjanjian KBPP menyatakan bahwa
perjanjian KBPP berakhir apabila seluruh hutang debitur telah dibayar kepada
kreditur. Pembayaran dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
2. Debitur dan Penjamin menyerahkan jaminan kepada Kreditur untuk dijual
kepada Pihak Ketiga;
3. Hasil penjualan jaminan tersebut akan diperhitungkan sebagai pelunasan
kewajiban kepada kreditur.
Berdasarkan Pasal 1.1 Perjanjian KBPP berakhir apabila terjadi
pembayaran seluruh utang kepada kreditur sebesar Rp. 252.272.045.297,-

31

.

Pembayaran utang tersebut dilakukan dengan melakukan penjualan jaminan dan
hasil penjualan tersebut digunakan untuk menyelesaikan kewajiban kepada
Kreditur dan sisanya dikembalikan kepada debitur serta pemilik jaminan.
Apabila kita melihat total nilai jaminan dan total kewajiban maka dapat
diketahui terdapat ketimpangan antara nilai jaminan dan total kewajiban. Total
utang sebesar Rp. 252.272.045.297,- (dua ratus lima puluh dua miliyar dua ratus
tujuh puluh dua juta empat puluh lima ribu dua ratus Sembilan puluh tujuh
Rupiah) sedangkan nilai jaminan adalah sebesar Rp. 100.096.086.000,- (seratus
miliyar Sembilan puluh yang enam juta delapan puluh enam ribu Rupiah) terdiri
dari:

31

Hutang Kreditur terdiri dari hutang kredit sebesar Rp. 37.736/045.297,- dan Kewajiban
Transaksi Valuta Asing sebesar Rp. 214.536.000.000,-.

Universitas Sumatera Utara

-

Hak Tanggungan Peringkat I atas Setifikat Hak Milik Nomor 65/Pematang
Seleng, Setifikat Hak Milik Nomor 246/Pematang Seleng, Setifikat Hak Milik
Nomor 342 sebesar Rp. 30.000.000.000,- (tiga puluh miliyar Rupiah);

-

Fidusia atas Mesin sebesar Rp. 51.096.086.000,- (lima puluh satu miliyar
Sembilan puluh enam juta delapan puluh enam ribu Rupiah)

-

Fidusia atas Barang Dagangan sebesar 18.000.000.000,- (delapan belas
miliyar Rupiah);

-

Gadai atas Saham sejulan 23.390 (dua puluhtiga rbu tiga ratus Sembilan
puluh) lembar.
Besarnya ketimpangan tersebut menyebabkan bahwa masih terdapat sisa

kewajiban apabila seluruh jaminan dijual sesuai dengan nilai jaminan. Dalam hal
masih terdapat sisa kewajiban setelah seluruh asset dijual maka debitur tidak dapat
melepaskan diri dari perikatan dengan kreditur untuk menyelesaikan sisa
kewajiban tersebut. Debitur masih memiliki perikatan untuk menyelesaikan
kewajiban termasuk terhadap seluruh harta yang dimiliki oleh Debitur. Hal
tersebut sesuai dengan Pasal 1131

KUH Perdata yang menyatakan “Segala

barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada
maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan
debitur itu”. Demikian juga sebaliknya, apabila seluruh kewajiban debitur dapat

diselesaikan sebelum seluruh jaminan dijual maka jaminan yang belum dijual
tersebut harus dikembalikan kepada debitur.

Universitas Sumatera Utara